PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan berubahnya, terkendalinya
atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat,yang
dapat memberi pengaruh jelek terhadap kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin masyarakat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
b. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat, dan sektor lain yang
berkaitan serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian
lingkungan hidup.
c. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi pemukiman,
kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan makanan, perusahaan dan
tempat-tempat umum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi Menghadapi Reakreditasi Pokja UKM
2. Tujuan utama harus ada waktu jelas, kalau tidak ada batasan waktunya
hanya sebagai mimpi atau angan saja.
3. Dari sini di hitung mundur untuk setiap bagian, setiap PJ UKP. UKM,
admen serta Tim Mutu dibawah komando Kepala Puskesmas, membuat
hitung mundur untuk pemenuhan skor diatas 80 % untuk masing-masing
bagian.
2. Lokakarya di PUSKESMAS
6. Implementasi
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar akreditasi yang dipandu oleh regulasi
internal (document-dokumen yang telah disusun:kebijakan, kerangka acuan, SPO,
dsb)
Memastikan rekaman proses dan hasil kegiatan
Penyediaan sumber daya untuk implementasi
Melanjutkan Perbaikan sistem manajemen, sistem penyelenggaraan UKM
Penilaian Pra survei akreditasi oleh Tim Pendamping Akreditasi Puskesmas, untuk
mengetahui kesiapan puskesmas untuk diusulkan dilakukan penilaian akreditasi.
Tim pendamping akan membuat rekomendasi hasil penilaian pra survey akreditasi
sebagai dasar bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mengusulkan
dilakukan survei akreditasi ke lembaga akreditasi melalui Dinas Kesehatan Provinsi
8. Pengajuan Penilaian Akreditasi
Berdasarkan hasil penilaian pra survey akreditasi, Tim pendamping membuat rekomendasi
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Peran ini harus diidentifikasi, begitu pun peran dari lintas sektor perlu
diidentifikasi melalui rapat lokmin lintas sektoral pertama. Hal ini bertujuan agar
program yang ada di Puskesmas diketahui dan didukung oleh lintas program dan
lintas sektor dengan ikut andil berpartisipasi baik secara regulasi maupun teknis di
lapangan. Budaya konsultasi, pengarahan dan pembinaan juga harus digalakkan di
Puskesmas.
Penanggung jawab program, Kepala Tata Usaha dan Kepala Puskesmas harus
rutin memberikan arahan dan pembinaan secara periodik yang terjadwal baik melalui
rapat lintas sektor, apel pagi, pendampingan di lapangan, menelaah dokumen kegiatan
dan capaian kinerja.
Hal ini bertujuan agar kegiatan yang ada dipantau dan pelaksana kegiatan dan
pelayanan mendapatkan motivasi setelah mendapat arahan dan pembinaan dari
pimpinan. Penanggung jawab program dan pimpinan mengarahkan dan membina
dengan pendekatan personal agar pegawai merasa telah diapresiasi kerja keras
mereka.
Point ini sangat vital di Puskesmas namun masih ada juga yang kurang memperhatikan
menajemen sarpras dan alat-alat. Ada yang biarkan alat-alat berkarat, kurang terurus, alat
sterilisasi kurang, alat-alat ukur tidak dikalibrasi dan lain sebagainya. Apa yang harus
dilakukan dalam manajemen sarpras ini?
Pengelola barang atau bendahara barang yang telah ditunjuk harus memahami uraian
tugasnya. Bendahara barang pertama-tama membuat daftar inventaris sarana prasarana dan
alat-alat medis maupun non medis. Kemudian membuat rencana dan jadwal
pemeliharaannya. Persoalan pemeliharaan bukan saja urusan bendahara barang, namun
tanggung jawab setiap pegawai baik di Puskesmas maupun Pustu.
Melalui ceklis pemeliharaan disetiap ruangan, bendahara barang melakukan monitoring rutin
untuk mengetahui mana barang atau alat yang memerlukan perbaikan atau kalibrasi. Di awal
tahun, bendahara barang juga menjadwalkan kalibrasi alat yang tentunya disesuaikan dengan
perencanaan Puskesmas.
Hal yang tidak kalah penting yaitu sterilisasi alat, sterilisasi harus dijadwalkan dan
dimonitoring serta dibuatkan tindaklanjut jika ditemukan proses sterilisasi yang tidak sesuai
prosedur.
Tak hanya dikelola dengan baik, dalam proses pengelolaan keuangan harus transparan dan
akuntabilitas. Bendahara harus paham dengan uraian tugas dan juknis panduan pengunaan
anggaran.
Perlu keterkaitan perencanaan dengan pengelolaan keuangan (ini akan dibahas saat
perencanaan puskesmas). Bendahara harus jelas bukti pembukuan keuangannya bahkan jika
perlu diadakan audit eksternal maupun audit internal rutin untuk melihat sejauh mana
penyerapan dan peruntukan dana, apakah sudah menunjang dengan baik kegiatan yang sesuai
visi misi dan tujuan atau belum.
Selain itu, banyak pegawai Puskesmas yang mengharapkan agar transparansi keuangan
terbuka dalam sebuah forum. Hal ini agar diketahui sejauh mana penyerapan dan
peruntukkannya dan juga sisi mana yang masih lemah dalam penyerapannya. Ini bertujuan
untuk mencari solusi bersama dalam penyerapannya.
Lagi-lagi harus mengedepankan komunikasi dalam pengelolaannya. Ibarat lagu “Jangan ada
dusta diantara kita”.
Visi Misi Tujuan dan Tata Nilai serta Kebijakan Mutu Puskesmas bukan hanya sekedar
disusun lalu dipajang dalam bingkai dan menjadi pelengkap dinding puskesmas. Tetapi
menjadi arah Puskesmas, setiap kegiatan dan pelayanan Puskesmas haruslah mencerminkan
visi misi tujuan dan tata nilai serta kebijakan mutu ini.
Oleh sebab itu, perlu disosialisasikan oleh Puskesmas secara rutin baik internal dan eksternal
mengenai visi misi tujuan dan tata nilai Puskesmas, misalnya saat apel pagi, bisa sesekali
membacakan visi misi tata nilai dan kebijakan mutu ini secara bergiliran.
Selain disosialisasikan, yang lebih penting lagi ialah perlu evaluasi sejauh mana kegiatan dan
pelayanan yang dilakukan telah mewujudkan visi misi tujuan dan tata nilai serta kebijakan
mutu yang sudah disusun sebelumnya.
Pertama, menata profil seluruh kepegawaian dan disimpan dengan baik agar sewaktu-waktu
dibutuhkan mudah untuk mendapatkan kembali.
Kedua, analisis kebutuhan tenaga dan rencana pemenuhan kebutuhan minimal bersurat
kepada Dinas Kesehatan mengenai rencana pemenuhan kebutuhan tersebut.
Ketiga, perkuat struktur organisasi dan uraian tugas setiap pegawai di Puskesmas, ini bisa
mengacu pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014. Pastikan setiap jenis tenaga harus
menerima dan mengetahui SK uraian tugas pokok dan uraian tugas integrasi. Secara berkala
perlu ada monitoring sejauh mana uraian tugas ini telah dilaksanakan oleh pegawai
puskesmas.
Keempat, puskesmas juga harus menelaah kompetensi tenaga yang ada dan dibandingkan
dengan standar kompetensi yang diembannya. Jika tidak memenuhi syarat, maka harus
membuat rencana pengembangan kompetensi seperti lanjut sekolah dan mengikuti pelatihan.
Tak berhenti disitu, setelah mengikuti pelatihan atau pendidikan pun harus dipantau kinerja
pegawai tersebut pasca pendidikan dan pelatihan.
Kelima, karyawan baru harus mendapat orentasi sesuai jadwal yang ditetapkan.
Apakah di puskesmas anda telah tertata dengan baik data dan informasinya? Data dan
informasi sangat penting, Puskesmas perlu berbenah terkait ini.
Semua pelaporan dan data harus satu pintu melewai sistem informasi puskesmas. Jika
pemegang program/unit melapor ke dinas kesehatan, harus melewati pengantar dari sistem
informasi puskesmas.
Hal ini untuk menertibkan data-data yang ada di Puskesmas terlebih lagi untuk kepentingan
analisis dan perencanaan tentu sangat ditunjang dengan data yang valid.
Oleh sebab itu, petugas SIP Puskesmas harus peka dengan pelaporan yang ada disetiap
program dan unit pelayanan. Bukan hanya sekedar pelaporan, tetapi bagaimana data tersebut
menjadi informasi yang bermanfaat yang dijadikan acuan untuk kebijakan kepala Puskesmas.
Hal lain yang perlu diperkuat yaitu pengendalian dokumen dan arsip. Kepala Tata Usaha dan
tim pengendali dokumen dan arsip harus ekstra menata dokumen yang ada.
Setiap SK, pedoman, panduan, KAK, SOP surat masuk dan surat keluar serta dokumen-
dokumen kegiatan harus tertata dengan baik. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dengan
mudah diambil.
Selain itu, Puskesmas sering mengeluh karena lemah dalam hal dokumentasi kegiatan.
Ingatlah prinsip DAUN setiap melakukan pertemuan atau kegiatan yaitu D=Dokumentasi,
A=Absensi, U=Undangan, N=Notulen.
Puskesmas harus menyusun prosedur kegiatan dan duduk bersama menyepakati tatanaskah,
alur pelaporan, alur pendokumentasian dokumen dan lain sebagainya.
Khususnya tatanaskah, ini sangat penting bagi Puskesmas untuk mengseragamkan format-
format yang ada di Puskesmas. Misalnya format SOP, format notulen, format absensi, format
pelaporan dan lain sebagainya diatur dalam tata naskah tersebut.
Oleh sebab itu, pedoman penyusunan dokumen dan tata naskah ini harus disosialisasikan ke
semua pegawai yang ada di Puskesmas. Awalnya akan terasa berat dengan semua itu, namun
dengan saling mendukung pasti akan terlaksana dengan baik.
Puskesmas harus menyusun dan menyepakati bersama peraturan internal ini (code of
conduct) yang mengatur perilaku setiap pegawai Puskesmas bahkan kepala Puskesmas sekali
pun. Apa saja peraturan internal tersebut?
Misalnya budaya malu; malu datang terlambat, malu pulang cepat, malu kerja tanpa sop, dan
lain sebagainya. Begitu juga dengan perilaku klinis harus ditetapkan misalnya penggunaan
alat pelindung diri seperti sarung tangan dan lain sebagainya.
Harus ada petugas yang ditunjuk untuk memantau indikator perilaku ini secara berkala. Hal
ini bertujuan untuk menjaga kualitas SDM dan tentunya kualitas pelayanan di Puskesmas.
Jika ditemukan masih ada pegawai yang tidak mematuhi indikator perilaku ini maka perlu
dilakukan pembinaan.
Penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan akan diperhadapkan dengan risiko yang akan
menghambat atau menimbulkan kerugian sehingga harus di-manaje dengan baik.
Puskesmas harus menentukan dimana area prioritas fungsi dan proses pelayanan atau
kegiatan mana yang perlu dibenahi. Ini ditentukan dengan 3 H dan 1 P yaitu High Risk, High
Volume, High Cost, dan kecenderungan terjadi masalah (Problem Prone).
Proses selanjutnya yaitu identifikasi risiko bisa melalui audit, keluhan atau insidens yang
terjadi. Kemudian dilakukan analisis risiko bisa menggunakan metode severity assessment
dengan memilih kejadian yang akan di-investigasi, atau root cause analysis untuk
menganalisis akar penyebab kejadian yang telah terjadi, atau FMEA/ Failure Mode and
Effect Analysis yang bersifat hipotesis.
Prinsipnya adalah petugas yang berkewajiban mengaudit harus peka mencari penyebab
masalah apa yang terjadi, mengapa bisa terjadi, apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi
kejadian tersebut dan seterusnya hingga diperoleh akar penyebabnya. Kemudian dibuat
rencana tindak lanjut untuk mengatasi kejadian yang berisiko atau meminimalkan potensi
risiko terjadi dikemudian hari.
Sekilas mengutip Permenkes Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
bahwa salah satu pola struktur organisasi puskesmas yaitu adanya penanggung jawab
jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring pelayanan kesehatan.
Ini yang jarang dilirik oleh Puskesmas dalam penguatan sistemnya. Padahal jejaring dan
jaringan ini bertujuan untuk mendukung meningkatkan aksesibilitas pelayanan. Jejaring yang
dimaksud yaitu klinis, rumah sakit, apotek, laboratorium, dokter praktek mandiri, dan faskes
lainya.
Sedangkan jaringan yaitu pustu, pusling, bidan desa. Apa yang harus dilakukan oleh PJ
jejaring dan jaringan ini?
Pertama, harus melakukan mengidentifikasi jejaring dan jaringan yang ada di wilayah
kerjanya.
Kedua, menyusun pembinaan kepada jejaring dan jaringan tersebut tentu harus melibatkan
lintas program. Misalnya pembinaan dan pemantauan di Apotik, bisa melibatkan apoteker
puskesmas untuk melakukan pembinaan atau pemantauan. Contoh lain, bisa bekerja sama
dengan petugas imunisasi dan KIA KB saat melakukan supervisi supportif di bidan desa.
Ketiga, Kemudian dianalisis sejauh mana hasilnya, kemudian dibuatkan rekomendasi jika
ada yang tidak sesuai dengan aturan.
Perencanaan
Tahapan ini harus diperkuat di Puskesmas, karena masih ada juga puskesmas yang hanya
mengkopi paste rencana tahun yang lalu. Hal yang perlu digaris bawahi adalah perencanaan
Puskesmas harus menampung aspirasi dari masyarakat, lintas sektor dan lintas program
tentunya melalui lokakarya atau forum-forum masyarakat. Oleh karena itu harus ada
kesadaran duduk bersama memikirkan permasalahan yang terjadi dan melahirkan program-
program inovatif bersama untuk mengatasi masalah tersebut.
Penguatan Penggerakan dan Pelaksanaan
Program dan pelayanan yang telah rencanakan dan dijadwalkan pada RPK bulanan kemudian
dilaksanakan baik itu intervensi berbasis keluarga, pelayanan di dalam gedung maupun
program-program intervensi luar gedung yang bersentuhan langsung dengan sasaran tentu
dengan memperhatikan hak dan kewajiban pengguna serta sasaran kegiatan.
Proses pada P2 ini yaitu pengarahan dan penggerakkan petugas bisa melalui lokakarya mini
bulanan termaksud penggerakkan lintas sektor agar penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan
bisa berjalan efektif dan tepat sasaran.
Perlu menjadi catatan yaitu kualitas lokakarya mini bulanan dan lintas sektor ini perlu harus
diperhatikan. Pemerintah sudah mengeluarkan Permenkes nomor 44 tahun 2016 mengenai
Manajemen Puskesmas dan juga Pedoman Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan
Keluarga, ini sebagai referensi Puskesmas utama dalam penguatan penggerakan dan
pelaksanaan kegiatan dan pelayanan Puskesmas.
Untuk pengawasan dapat berupa pengawasan internal yang dilakukan oleh Kepala
Puskesmas, setiap penanggung jawab, tim mutu dan tim audit internal.
Pengawasan internal termaksud monitoring ketepatan jadwal, waktu, tempat dan sasaran
yang dilakukan oleh pimpinan Puskesmas dan penanggung jawab kepada pelaksana program
atau pelayanan. Pengawasan lainnya yaitu secara eksternal dari lintas sektor, dinas kesehatan,
masyarakat.
Pengawasan dan pengendalian kegiatan dan pelayanan dapat melalui lokmin, pertemuan
diluar lokmin maupun pemantauan secara langsung di lapangan.
Tujuannya yaitu meninjau sejauh mana proses kegiatan yang sudah berjalan, apa saja kendala
dan hambatan yang dihadapi pelaksana program dengan mengumpulkan capaian kinerja,
kemudian dianalisis dan dibuat rencana tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja.
Selain itu, pengawasan dan pengendalian juga melalui lokakarya mini lintas sektor, prosesnya
yaitu meninjau sejauh mana kerja sama lintas sektor dan tentu memperkuat komitmen
bersama dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Pada proses pengawasan dan pengendalian ini juga perlu melakukan evaluasi akses
diantaranya akses informasi (apakah masyarakat mudah mendapatkan informasi kesehatan,
informasi alur dan tahapan kegiatan dan lainnya) dan akses menjangkau lokasi kegiatan
(apakah sasaran atau masyarakat mudah menjangkau lokasi kegiatan puskesmas atau tidak).
Penilaian kinerja mengevaluasi sejauh mana upaya untuk mencapai indikator kinerja
manajerial, UKM dan indikator mutu klinis UKP yang sudah disusun diawal tahun. Penilaian
kinerja ini dilakukan pertengahan tahun dan diakhir tahun melalui lokmin atau penilaian oleh
dinas kesehatan setempat.
Tim ini melakukan tugasnya dengan berkolaborasi pada setiap pegawai dalam pelaksanaan
pengelolaan komunikasi informasi dan penanganan pengaduan public.
Secara rutin mengumpulkan informasi hasil survey assesment (survei kepuasan pelanggan,
survei umpan balik dari pemegang program dan lain-lain), mengumpulkan informasi keluhan
yang masuk ke call center, kotak saran, tatap mukalangsung melalui unit pelayanan, pustu
dan poskesdes.
Tim ini juga berupaya mendekatkan akses masyarakat terhadap informasi pelayanan atau
kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
(brosur, leaflet dll, temaksud media cetak elektronis atau sosial media).
1. Penanggung Jawab Mutu dan Tim Menjadi Ujung Tombak Mutu Pelayanan
Tim ini menjadi kunci atau garda terdepan dalam menjaga kualitas pelayanan di Puskesmas.
Hal yang dilakukan oleh tim ini secara garis besar yaitu;
Ketiga, menyusun dan mengosialisasikan manual mutu atau pedoman mutu yang digunakan
puskesmas sebagai pedoman untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
Kelima, secara berkala mengumpulkan data indikator mutu/kinerja dari setiap program dan
unit kemudian dibuatkan rencana peningkatan dan perbaikan mutu secara berkesinambungan.
Saat ini Puskesmas tengah menghadapi akreditasi. Banyak tantangan yang dihadapi oleh
Puskesmas. Bahkan ada juga yang mengeluh karena terlalu banyak SK, pedoman, panduan,
kerangka acuan dan SOP yang harus dibuat.
Sebaliknya, ini akan melindungi petugas dalam melaksanakan kegiatan dan pelayanan baik di
dalam gedung maupun di luar gedung. Mindset biasakan yang benar bukan benarkan yang
biasa harus digaungkan di Puskesmas.
Bekerja harus sesuai dengan prosedur yang ada, ini selain menjaga kualitas pelayanan juga
untuk safety bagi petugas. Yuk, berbenah secara sistem dan biasakan melakukan sesuai
prosedur yang ada.
Sama halnya dengan sarana prasarana dan peralatan. Puskesmas juga harus mewujudkan
lingkungan yang sehat (lingkungan fisik, instalasi listrik, air, ventilasi, dan limbah berbahaya,
limbah medis, sistem lain yang dipersyaratkan diperiksa secara rutin, dipelihara dan
diperbaiki.
Terdapat istilah dalam pemeliharaan sarpras dan lingkungan yang sehat yaitu 5 R; Ringkat/
Pemilahan, Rapih/ Penataan, Resik/ Pembersihan, Rawat/ Pemeliharaan, Rajin/
Pembiasaan.
Setiap anggota Puskesmas wajib menjalankan prinsip 5 R ini. Untuk mewujudkan lingkungan
sehat petugas kesling, clealing service, serta pegawai lainnya melakukan hal-hal berikut ini;
Ketiga, pemeliharaan, pemantauan, perbaikan lingkungan fisik, instalasi listrik, air dll, serta
penanganan bahan berbahaya. Masyarakat sehat? dimulai dari Puskemas sehat.
Parameter :
1.1 Ada kebijakan upaya kesehatan lingkungan
Definisi Operasional ( DO) :
1. Kebijakan: adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak.
2. Kebijakan upaya kesehatan lingkungan ditetapkan oleh pimpinan puskesmas
yang menyatakan komitmen dan tanggungjawab, termasuk dalam hal
penganggaran
3. Kebijakan harus sesuai dengan visi dan misi
4. Kebijakan disusun oleh pimpinan puskesmas melibatkan seluruhstaf
5. Pimpinan puskesmas mengkomunikasikan kebijakan upaya kesehatan
lingkungan puskesmas kepada seluruh staf, pengunjung (pasien).
Skor = ............
Catatan :
Setiap Puskesmas wajib mempunyai upaya kesehatan lingkungan yang dilengkapi uraian
tugas
Parameter :
2.1. Ada upaya kesehatan Lingkungan dalam bagan organisasi Puskesmas
yang menggambarkan kedudukan, wewenang, tanggungjawab, dan
hubungan kerja.
Definisi Operasional (D.O.) :
1. Upaya Kesehatan Lingkungan Puskesmas adalah segala upaya untuk
penyehatan dan pemeliharaan lingkungan Puskesmas sehingga tidak
mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan sekitarnya
2. Bagan organisasi adalah bagan yang dapat memperlihatkan alur
komunikasi dan garis kewenangan dlm kegiatan Puskesmas antara
Pimpinan dan staf Puskesmas.
3. Uraian tugas: adalah “ringkasan aktivitas-aktivitas yang terpenting dari
suatu jabatan, termasuk didalamnya tugas dan tanggungjawab
4. Ada perencanaan tertulis program penyehatan lingkungan Puskesmas
5. Sasaran dan target program penyehatan lingkungan Puskesmas sesuai
dengan kondisi dan situasi wilayah setempat
Skor : .................
Catatan :
Cara Pembuktian :
Dokumen (D) : a. SK penetapan struktur organisasi puskesmas
b. Uraian tugas upaya kesling
c. Target dan sasaran sesuai PKP
Observasi (O) : -
Wawancara (W) : Pimpinan puskesmas, petugas kesehatan lingkungan
2.2. Ada pedoman kerja tertulis yang digunakan sebagai acuan program upaya
kesehatan Lingkungan.
Definisi Operasional :
Pedoman Kerja adalah ketentuan teknis dan manajemen kesehatan lingkungan
berupa pedoman dan peraturan perundang-undangan berlaku.
Skor : .................
= Tidak ada pedoman kerja upaya kesehatan lingkungan
Catatan :
Definisi Operasional :
1. Perencanaan adalah merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang terhadap hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan
datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, maka harus
dilakukan secara sistematik, terorganisir dan dapat dilaksanakan sesuai
kemampuan yang ada.
2. Puskesmas wajib membuat perencanaan kerja tahunan kegiatan kesehatan
lingkungan, dalam rangka implementasi kebijakan puskesmas
3. Penyusunan rencana kerja tahunan meliputi:
1) Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
2) Tujuan/Sasaran/target/indikator tiap jenis kegiatan
3) Jadwal pelaksanaan kegiatan
4) Tenaga yang akan melaksanakan kegiatan
5) Pencatatan dan pelaporan
6) Evaluasi kegiatan
7) Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
8) Pembiayaan untuk setiap jenis kegiatan
Skor : ...............
0 = Tidak ada perencanaan kerja tahunan
1 = Ada perencanaan, memenuhi kriteria 1 – 4
2 = Ada perencanaan, memenuhi kriteria 1 – 5
3 = Ada perencanaan, memenuhi kriteria 1 – 6
4 = Ada perencanaan, memenuhi kriteria 1 – 7
5 = Ada perencanaan, memenuhi kriteria 1 – 8
Cara Pembuktian
Dokumen (D) : a. Dokumen perencanaan
b. Dokumen pencatatan & pelaporan
c. Dokumen Evaluasi kegiatan
Observasi (O) : -
Wawancara (W) : Petugas Kesehatan LIngkungan
Skor : .................
0 = Tidak ada anggaran biaya
1 = Ada anggaran biaya, tetapi tidak untuk semua kegiatan program upaya kesling
2 = Ada anggaran untuk semua kegiatan upaya kesehatan lingkungan
3 = Ad. 2, Realisasi kegiatan dan anggaran < 50%
4 = Ad. 2, Realisasi kegiatan dan anggaran 51% - 90%
5 = Ad. 2, Realisasi kegiatan dan anggaran >91%
Catatan :
Skor : ………..
0 = Tidak ada pencatatan dan tidak ada pelaporan
1 = Ada pencatatan tidak ada pelaporan
2 = Ada pencatatan dan ada pelaporan tidak lengkap
3 = Ada pencatatan dan ada pelaporan lengkap
4 = Ad. 3, tidak ditindak lanjuti
5 = Ad. 3, ditindaklanjuti
Catatan :
Parameter :
3.1. Ada kualifikasi tenaga kesehatan lingkungan, atas dasar pendidikan,
pengalaman dan ketrampilan sesuai tugas dan jabatan atau profesinya.
Skor = .............
0 = Pelaksana kesling bukan sanitarian.
1 = Pelaksana keslingsanitarian terampil/pelaksana pemula, pelaksana
2 = Pelaksana kesling sanitarian terampil/pelaksana lanjutan
3 = Pelaksana kesling sanitarian terampil/penyelia
4 = Pelaksana kesling sanitarian ahli/pertama
5 = Pelaksana kesling sanitarian ahli/muda
Catatan :
Tersedia fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan pengawasan kesehatan
lingkungan.
Parameter :
4.1. Tersedia peralatan monitoring kualitas kesehatan lingkungan
Skor = .............
0 = Puskesmas tidak memiliki peralatan monitoring kualitas kesling
1 = Punya 3 jenis peralatan monitoring kesling
2 = Punya 4- 6 jenis peralatan monitoring kesling
3 = Punya 7-9 jenis peralatan monitoring kesling
4 = Punya 10 -12 jenis peralatan monitoring kesling
5 = Punya>12 jenis peralatan monitoring kesling
Catatan :
Cara Pembuktian :
Dokumen (D) : Peralatan monitoring kualitas lingkungan secara fisik dalam kondisi
baik dan dapat dioperasionalkan.
Observasi (O) : Ruangan kerja / Lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan
4.2 Tersedia fasilitas sanitasi puskesmas yang memenuhi syarat kesehatanbaik secara
kualitas maupun secara kuantitas.
Skor : ...............
Catatan :
Skor : ...............
Catatan :
Skor : ................
Catatan :
4.5. Ada proses manajemen faktor risiko kegiatan klinik sanitasi di puskesmas
Skor : ...............
Catatan :
Tersedia kebijakan, peraturan, ketentuan tertulis, dan pedoman tertulis yang diterapkan
untuk mencapai kondisi kesehatan lingkungan yang optimal di Puskesmas.
Parameter :
5.1. Ada standar operasional prosedur (SOP) /Instruksi Kerja terhadap fasilitas
sanitasi puskesmas dan di tempat yang mudah dilihat.
Catatan :
Skor : ............
0 = Tidak ada kebijakan
1 = Ada kebijakan, tidak ada prosedur pengelolaan limbah padat
2 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, namun belum
disosialisasikan
3 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, sudah disosialisasikan
belum ditindak lanjuti
4 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, sudah disosialisasikan
sudah ditindak lanjuti sebagian
5 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, sudah disosialisasikan
sudah ditindak lanjuti seluruhnya
Catatan :
Skor : ............
Catatan :
Skor .............
0 = Tidak ada ketentuan tertulis
1 = Ada ketentuantertulis, tidak disebarluaskan
2 = Ada ketentuantertulis, disebarluaskan
3 = Ada ketentuan tertulis, disebarluaskan, ada sosialisasi namun tidak rutin
4 = Ada ketentuan tertulis, disebarluaskan, ada sosialisasi rutin
5 = Ada ketentuan tertulis, disebarluaskan, ada sosialisasi rutin, kegiatan tercantum dalam
perencanaan
Catatan :
Parameter :
6.1. Ada pengembangan kompetensi petugas kesehatan lingkungan dalam bentuk
pendidikan lanjutan, pelatihan, dan pertemuan ilmiah.
Skor : ...............
0 = Petugas kesling belum pernah mengikuti pendidikan lanjutan, pelatihan, dan pertemuan
ilmiah
1 = Petugas kesling mengikuti pertemuan ilmiah
2 = Petugas kesling mengikuti pelatihan teknis bidang kesling
3 = Petugas kesling mengikuti pelatihan & pertemuan ilmiah.
4 = Ad. 3, dan mengikuti pendidikan lanjutan bukan bidang kesling
5 = Ad. 3, mengikuti pendidikan lanjutan bidang kesling
Catatan :
Cara Pembuktian
Dokumen (D) : Ijazah, Sertifikat dan Makalah, Jadwal pertemuan.
Observasi (O) : --
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan
Parameter :
7.1. Ada evaluasi kinerja program upaya kesehatan lingkungan diluar gedung
puskesmas
Skor :.....................
Catatan :
Catatan :
7.3 Ada audit sanitasi puskesmas secara berkala untuk pengendalian mutu
Skor : ...............
0 = Tidak ada audit sanitasi puskesmas
1 = Ada audit sanitasi puskesmas, tidak dilaksanakan secara berkala
2 = Ada audit sanitasi puskesmas, dilaksanakan secara berkala
3 = Ad. 2, hasilnya sudah dianalisis
4 = Ad. 3, tetapi belum dilakukan tindakan perbaikan
5 = Ada audit sanitasi puskesmas, dilaksanakan secara berkala, hasilnya dianalisis dan
sudah dilakukan tindakan perbaikan
Catatan :
7.4 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPLwajib
membuat SPPL, termasuk puskesmas
Skor : .................
Catatan :
REFERENSI