Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari


pembangunan nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan
berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia
Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai
upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas merupakan garda
depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas
berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan sehat
adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan
baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan, maupun sumber daya yang digunakan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat
menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya peningkatan mutu, manajemen risiko
dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat melalui upaya pemberdayaan
masyarakat dan swasta.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi
Puskesmas itu sendiri, yaitu dengan ”Penilaian Kinerja Puskesmas,” yang mencakup
manajemen sumber daya termasuk alat, obat, keuangan dan tenaga, serta didukung dengan
manajemen sistem pencatatan dan pelaporan, disebut Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS).
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan
manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskesmas, maka perlu
dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan
yaitu melalui mekanisme akreditasi. Puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala
paling sedikit tiga tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan
kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan
BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan mutu,
kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem
manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan
manajemen risiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.
Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah keselamatan dan hak
pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini ditegakkan
sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.
Program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang
berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup
manusia yang sehat dan bahagia. Program kesehatan lingkungan adalah upaya untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu
lingkungan dan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan
meningkatkan peran serta masyarakat dan keterpaduan pengelolaan lingkungan melalui
analisis dampak lingkungan.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan berubahnya, terkendalinya
atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat,yang
dapat memberi pengaruh jelek terhadap kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin masyarakat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
b. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat, dan sektor lain yang
berkaitan serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian
lingkungan hidup.
c. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi pemukiman,
kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan makanan, perusahaan dan
tempat-tempat umum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi Menghadapi Reakreditasi Pokja UKM

Persiapan dalam menghadapi reakreditasi, hal yang harus dipersiapkan


termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten, namanya HITUNG MUNDUR sebagai
berikut:

1. Membuat capaian Akreditasi, sebagai tujuan utama dengan target


mendapat nilai PARIPURNA

2. Tujuan utama harus ada waktu jelas, kalau tidak ada batasan waktunya
hanya sebagai mimpi atau angan saja.

3. Dari sini di hitung mundur untuk setiap bagian, setiap PJ UKP. UKM,
admen serta Tim Mutu dibawah komando Kepala Puskesmas, membuat
hitung mundur untuk pemenuhan skor diatas 80 % untuk masing-masing
bagian.

4. Pemenuhan tenaga kesehatan di puskesmas.

5. Melakukan kaji banding ke Puskesmas lain sebagai evaluasi


perbandingan kinerja sebagai hasil kaji banding.

6. Kepala Puskesmas bersama penanggung jawab UKM menyusun kaji


banding. Pertemuan menentukan program yang capaian stagnan, mandeg
tak pernah mencapai target. Mencari data Puskesmas yang mempunyai
inovasi dan kinerja baik di program yang di butuhkan. Melakukan
pertemuan penyusunan KAK kaji banding, mulai dari latar belakang,
tujuan umum, tujuan khusus, sasaran, peserta, jadwal kegiatan, pendanaan,
rencana waktu laporan, rencana waktu monitoring dan evaluasi.
Penanggung jawab UKM membuat catatan pelaksanaan jadwal KAK,
mengidentifikasi peluang perbaikan berdasarkan hasil kaji banding yang
dituangkan dalam rencana perbaikan kinerja, melakukan kajian dan
memutuskan kegitana apa yang akan dilakukan (dengan mengikuti
algoritma : masalah apa yang ingin diperbaiki, analis penyebab masalah
yang ada, rencana tindak lanjut, mengevaluasi).

7. Hitung mundur perlu dilakukan untuk setiap kegiatan yang masih


membutuhkan pemenuhan agar bisa mencapai nilai minimum 80 %.

8. Untuk pemenuhan standar tenaga, kompetensi, pemenuhan ruangan,


pemenuhan program perlu kerja sama dan bantuan Dinas Kesehatan,
karena itu peran pendamping sangat menentukan.

9. Kepala Puskesmas berhak menanda tangani SK, SOP, sebagai peraturan


internal yang mengikat semua staf Puskesmas, maka dipundaknyalah
kewajiban mencapai PARIPURNA itu bersandar.
B. Program Kerja Kesehatan Lingkungan dalam menghadapi Reakreditasi adalah

1. Peningkatan kuantitas dan kualitas kesehatan pemukiman, tempat-tempat


umum dan tempat pengelolaan makanan melalui upaya:

a. Pengawasan kualitas air dan sanitasi dasar meliputi

- Survailans kualitas air

- Pembinaan jejaring penyelenggaraan air minum (PDAM,


DAMIU)

- Pengembangan desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

b. Pengawasan Hygiene Sanitasi Tempat-Tempat Umum (TTU) dan


Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) meliputi:

- Pengawasan Hygiene Sanitasi sarana fasyankes

- Peningkatan Hygiene Sanitasi di pondok pesantren

- Peningkatan Hygiene Sanitasi di sekolah

- Pembinaan pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

- Pengawasan Hygiene Sanitasi pasar

c. Pelaksanaan Pemicuan STBM

Tujuannya agar masyarakat terpicu dan marubah perilaku dari


BABS menjadi BAB pada jamban

d. Monitoring pasca pemicuan STBM

Tujuannya adalah memantau dan melihat kembali serta


mengingatkan apakah warga tadi mau berubah pola perilakunya.

C. Langkah Persiapan Program Kerja Kesehatan Lingkungan untuk


Reakreditasi

1. Meminta pendampingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten


2. Lokakarya
3. Pelatihan pemahaman standar dan instrument akreditasi dan persiapan self
assessment
4. Self assessment
5. Penyusunan dokumen yang dipersyaratkan dan perbaikan sistem
manajemen, sistem penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
6. Implementasi
7. Penilaian pra survei akreditasi
8. Pengajuan permohonan untuk disurvei

1. Meminta Pendampingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten

 Kepala Puskesmas mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Dinas


Kesehatan Kabupaten untuk meminta pendampingan akreditasi dari Dinas
Kesehatan Kabupaten
 Kesepakatan penjadwalan pendampingan

2. Lokakarya di PUSKESMAS

 untuk menggalang komitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan


menyiapkan akreditasi
 Pemahaman tentang akreditasi
 Pemahaman tentang Standar dan Instrument Akreditasi
 Pembentukan Panitia/Tim Persiapan Akreditasi Puskesmas, dan pembentukan
Kelompok Kerja, yaitu kelompok kerja manajemen, kelompok kerja upaya
puskesmas, dan kelompok kerja pelayanan klinis.

3. Pemahaman Standar dan Instrumen

 Pelatihan pemahanan standar dan instrumen akreditasi Puskesmas diikuti oleh


seluruh karyawan puskesmas untuk memahami secara rinci standar dan instrument
akreditasi puskesmas dan persiapan self-assessment.
 Pelatihan dapat dilakukan oleh tim puskesmas yang telah dilatih atau oleh tim
pendamping dari Kabupaten

4. Pelaksanaan self assessment oleh staff didampingi pendamping

 Self assessment oleh staf puskesmas didampingi/dipandu oleh pendamping (atau


dilaksanakan oleh pendamping bersama staf)
 Panitia Persiapan Akreditasi Puskesmas melakukan pembahasan hasil self
assessment bersama Tim Pendamping Akreditasi Puskesmas
 dan menyusun Rencana Aksi untuk persiapan akreditasi.
5. Penyiapan dokumen yang dipersyaratkan dan perbaikan sistem manajemen,
sistem penyelenggaraan UKM Kesehatan Lingkungan

 Identifikasi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh standar akreditasi,


 Penyiapan tata naskah penulisan dokumen
 Penyiapan dokumen akreditasi
o dokumen internal, meliputi :
 surat-surat keputusan (kebijakan)
 pedoman/manual mutu
 pedoman-pedoman yang terkait dengan pelayanan, upaya, program
maupun kegiatan
 kerangka acuan (KAK)
 standar operasional prosedur (SOP)
 rekaman-rekaman (dokumen sebagai bukti telusur).
o dokumen eksternal yang perlu disediakan
 Pengendalian dokumen akreditasi yang meliputi pengaturan tentang kewenangan
pembuatan, pemanfaatan dan penyimpanan seluruh dokumen puskesmas.
 Perbaikan sistem manajemen, sistem penyelenggaraan UKM

6. Implementasi

 Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar akreditasi yang dipandu oleh regulasi
internal (document-dokumen yang telah disusun:kebijakan, kerangka acuan, SPO,
dsb)
 Memastikan rekaman proses dan hasil kegiatan
 Penyediaan sumber daya untuk implementasi
 Melanjutkan Perbaikan sistem manajemen, sistem penyelenggaraan UKM

7. Penilaian Pra Survei Akreditasi

 Penilaian Pra survei akreditasi oleh Tim Pendamping Akreditasi Puskesmas, untuk
mengetahui kesiapan puskesmas untuk diusulkan dilakukan penilaian akreditasi.
 Tim pendamping akan membuat rekomendasi hasil penilaian pra survey akreditasi
sebagai dasar bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mengusulkan
dilakukan survei akreditasi ke lembaga akreditasi melalui Dinas Kesehatan Provinsi
8. Pengajuan Penilaian Akreditasi

Berdasarkan hasil penilaian pra survey akreditasi, Tim pendamping membuat rekomendasi
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

D. Strategi Akreditasi Secara Umum

Berikut ini terdapat beberapa hal yang dapat membantu puskesmas:

1. Komitment Setiap Pegawai dan Lintas Sektor

Dengan menjaga komitmen ini, setiap permasalahan yang dihadapi oleh


Puskesmas, kembalikanlah ke komitmen awal dimana telah menyatakan siap
bersama-sama mewujudkan pelayanan yang berkualitas.

Kita berkomitmen artinya menyatakan tanggung jawab untuk bekerja dengan


semangat dan integritas. Bukan hanya komitmen internal yang diperlukan, tetapi juga
komitmen eksternal seperti lintas sektor dan masyarakat itu sendiri, untuk menyatakan
keterlibatannya dan bersama-sama Puskesmas mewujudkan masyarakat kecamatan
yang sehat. Bukankah itu yang kita inginkan di Puskesmas?

2. Komunikasi, Koordinasi, Konsultasi Serta Pengarahan dan Pembinaan

Pegawai Puskesmas harus bekerja mengedepankan komunikasi dan


koordinasi. Kita harus hilangkan ego profesi atau ego jabatan dan tentu saling
mendukung dalam melaksanakan kegiatan.

Komunikasi dan koordinasi kita kategorikan menjadi dua, yaitu komunikasi


dan koordinasi secara internal dan eksternal. Pegawai Puskesmas harus duduk
bersama menentukan dan mengidentifikasi peran lintas program dan peran lintas
sektor untuk menunjang pelaksanaan kegiatan. Selain itu, juga harus ditentukan dan
disepakati alur kewenangan dan alur komunikasi, kerjasama antara pengelola.
Misalnya, kegiatan Kelas Ibu Hamil, co-program nya adalah Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) namun perlu diidentifikasi peran dari pogram lainnya dalam kegiatan
tersebut, seperti Promkes bisa mengisi kelas ibu hamil dengan penyuluhan interaktif
atau dari segi advokasinya, gizi bisa mengisi materi mengenai Gizi saat Ibu hamil dan
seterusnya.

Peran ini harus diidentifikasi, begitu pun peran dari lintas sektor perlu
diidentifikasi melalui rapat lokmin lintas sektoral pertama. Hal ini bertujuan agar
program yang ada di Puskesmas diketahui dan didukung oleh lintas program dan
lintas sektor dengan ikut andil berpartisipasi baik secara regulasi maupun teknis di
lapangan. Budaya konsultasi, pengarahan dan pembinaan juga harus digalakkan di
Puskesmas.

Penanggung jawab program, Kepala Tata Usaha dan Kepala Puskesmas harus
rutin memberikan arahan dan pembinaan secara periodik yang terjadwal baik melalui
rapat lintas sektor, apel pagi, pendampingan di lapangan, menelaah dokumen kegiatan
dan capaian kinerja.

Hal ini bertujuan agar kegiatan yang ada dipantau dan pelaksana kegiatan dan
pelayanan mendapatkan motivasi setelah mendapat arahan dan pembinaan dari
pimpinan. Penanggung jawab program dan pimpinan mengarahkan dan membina
dengan pendekatan personal agar pegawai merasa telah diapresiasi kerja keras
mereka.

Sebaliknya, budaya konsultasi pun harus digalakkan di Puskesmas,


komunikasikan sesegera mungkin jika ada kendala atau ide inovasi dari pelaksana
program/pelayanan kepada penanggung jawab program dan pimpinan agar
ditindaklanjuti segera mungkin. Sering-seringlah Puskesmas melakukan program
transfer knowledge misalnya dari bidan koordinator, atau bahwa dari tim IT sharing
mengenai pengoperasian komputer sebagai skill dasar.

3. Manajemen Sarana Prasarana dan Alat Medis dan Non Medis

Point ini sangat vital di Puskesmas namun masih ada juga yang kurang memperhatikan
menajemen sarpras dan alat-alat. Ada yang biarkan alat-alat berkarat, kurang terurus, alat
sterilisasi kurang, alat-alat ukur tidak dikalibrasi dan lain sebagainya. Apa yang harus
dilakukan dalam manajemen sarpras ini?

Pengelola barang atau bendahara barang yang telah ditunjuk harus memahami uraian
tugasnya. Bendahara barang pertama-tama membuat daftar inventaris sarana prasarana dan
alat-alat medis maupun non medis. Kemudian membuat rencana dan jadwal
pemeliharaannya. Persoalan pemeliharaan bukan saja urusan bendahara barang, namun
tanggung jawab setiap pegawai baik di Puskesmas maupun Pustu.

Melalui ceklis pemeliharaan disetiap ruangan, bendahara barang melakukan monitoring rutin
untuk mengetahui mana barang atau alat yang memerlukan perbaikan atau kalibrasi. Di awal
tahun, bendahara barang juga menjadwalkan kalibrasi alat yang tentunya disesuaikan dengan
perencanaan Puskesmas.

Hal yang tidak kalah penting yaitu sterilisasi alat, sterilisasi harus dijadwalkan dan
dimonitoring serta dibuatkan tindaklanjut jika ditemukan proses sterilisasi yang tidak sesuai
prosedur.

4. Keuangan Harus Dikelola Dengan Baik

Tak hanya dikelola dengan baik, dalam proses pengelolaan keuangan harus transparan dan
akuntabilitas. Bendahara harus paham dengan uraian tugas dan juknis panduan pengunaan
anggaran.

Perlu keterkaitan perencanaan dengan pengelolaan keuangan (ini akan dibahas saat
perencanaan puskesmas). Bendahara harus jelas bukti pembukuan keuangannya bahkan jika
perlu diadakan audit eksternal maupun audit internal rutin untuk melihat sejauh mana
penyerapan dan peruntukan dana, apakah sudah menunjang dengan baik kegiatan yang sesuai
visi misi dan tujuan atau belum.

Selain itu, banyak pegawai Puskesmas yang mengharapkan agar transparansi keuangan
terbuka dalam sebuah forum. Hal ini agar diketahui sejauh mana penyerapan dan
peruntukkannya dan juga sisi mana yang masih lemah dalam penyerapannya. Ini bertujuan
untuk mencari solusi bersama dalam penyerapannya.
Lagi-lagi harus mengedepankan komunikasi dalam pengelolaannya. Ibarat lagu “Jangan ada
dusta diantara kita”.

5. Perkuat Visi Misi, Tujuan, Tata Nilai dan Kebijakan Mutu

Visi Misi Tujuan dan Tata Nilai serta Kebijakan Mutu Puskesmas bukan hanya sekedar
disusun lalu dipajang dalam bingkai dan menjadi pelengkap dinding puskesmas. Tetapi
menjadi arah Puskesmas, setiap kegiatan dan pelayanan Puskesmas haruslah mencerminkan
visi misi tujuan dan tata nilai serta kebijakan mutu ini.

Oleh sebab itu, perlu disosialisasikan oleh Puskesmas secara rutin baik internal dan eksternal
mengenai visi misi tujuan dan tata nilai Puskesmas, misalnya saat apel pagi, bisa sesekali
membacakan visi misi tata nilai dan kebijakan mutu ini secara bergiliran.

Selain disosialisasikan, yang lebih penting lagi ialah perlu evaluasi sejauh mana kegiatan dan
pelayanan yang dilakukan telah mewujudkan visi misi tujuan dan tata nilai serta kebijakan
mutu yang sudah disusun sebelumnya.

6. Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas

Puskesmas harus memperkuat struktur organisasinya serta manajemen sumber daya


manusianya. Kepegawaian bersama tim kredensial harus melakukan beberapa hal ini yaitu:

Pertama, menata profil seluruh kepegawaian dan disimpan dengan baik agar sewaktu-waktu
dibutuhkan mudah untuk mendapatkan kembali.

Kedua, analisis kebutuhan tenaga dan rencana pemenuhan kebutuhan minimal bersurat
kepada Dinas Kesehatan mengenai rencana pemenuhan kebutuhan tersebut.

Ketiga, perkuat struktur organisasi dan uraian tugas setiap pegawai di Puskesmas, ini bisa
mengacu pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014. Pastikan setiap jenis tenaga harus
menerima dan mengetahui SK uraian tugas pokok dan uraian tugas integrasi. Secara berkala
perlu ada monitoring sejauh mana uraian tugas ini telah dilaksanakan oleh pegawai
puskesmas.

Keempat, puskesmas juga harus menelaah kompetensi tenaga yang ada dan dibandingkan
dengan standar kompetensi yang diembannya. Jika tidak memenuhi syarat, maka harus
membuat rencana pengembangan kompetensi seperti lanjut sekolah dan mengikuti pelatihan.
Tak berhenti disitu, setelah mengikuti pelatihan atau pendidikan pun harus dipantau kinerja
pegawai tersebut pasca pendidikan dan pelatihan.

Kelima, karyawan baru harus mendapat orentasi sesuai jadwal yang ditetapkan.

7. Sistem Informasi Puskesmas dan Pengendali Dokumen dan Arsip Diperkuat

Apakah di puskesmas anda telah tertata dengan baik data dan informasinya? Data dan
informasi sangat penting, Puskesmas perlu berbenah terkait ini.

Semua pelaporan dan data harus satu pintu melewai sistem informasi puskesmas. Jika
pemegang program/unit melapor ke dinas kesehatan, harus melewati pengantar dari sistem
informasi puskesmas.

Hal ini untuk menertibkan data-data yang ada di Puskesmas terlebih lagi untuk kepentingan
analisis dan perencanaan tentu sangat ditunjang dengan data yang valid.

Oleh sebab itu, petugas SIP Puskesmas harus peka dengan pelaporan yang ada disetiap
program dan unit pelayanan. Bukan hanya sekedar pelaporan, tetapi bagaimana data tersebut
menjadi informasi yang bermanfaat yang dijadikan acuan untuk kebijakan kepala Puskesmas.

Hal lain yang perlu diperkuat yaitu pengendalian dokumen dan arsip. Kepala Tata Usaha dan
tim pengendali dokumen dan arsip harus ekstra menata dokumen yang ada.

Setiap SK, pedoman, panduan, KAK, SOP surat masuk dan surat keluar serta dokumen-
dokumen kegiatan harus tertata dengan baik. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dengan
mudah diambil.

Selain itu, Puskesmas sering mengeluh karena lemah dalam hal dokumentasi kegiatan.
Ingatlah prinsip DAUN setiap melakukan pertemuan atau kegiatan yaitu D=Dokumentasi,
A=Absensi, U=Undangan, N=Notulen.

8. Tertib Administrasi Harus Dipatuhi


Hal yang wajib dilakukan oleh Puskesmas adalah tertib administrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan. Pelayanan harus se-efektif dan se-efisien mungkin dilaksanakan tentu dengan
menjaga mutu pelayanan.

Puskesmas harus menyusun prosedur kegiatan dan duduk bersama menyepakati tatanaskah,
alur pelaporan, alur pendokumentasian dokumen dan lain sebagainya.

Khususnya tatanaskah, ini sangat penting bagi Puskesmas untuk mengseragamkan format-
format yang ada di Puskesmas. Misalnya format SOP, format notulen, format absensi, format
pelaporan dan lain sebagainya diatur dalam tata naskah tersebut.

Oleh sebab itu, pedoman penyusunan dokumen dan tata naskah ini harus disosialisasikan ke
semua pegawai yang ada di Puskesmas. Awalnya akan terasa berat dengan semua itu, namun
dengan saling mendukung pasti akan terlaksana dengan baik.

9. Peraturan Internal dan Indikator Perilaku Klinis Harus Dilaksanakan

Puskesmas harus menyusun dan menyepakati bersama peraturan internal ini (code of
conduct) yang mengatur perilaku setiap pegawai Puskesmas bahkan kepala Puskesmas sekali
pun. Apa saja peraturan internal tersebut?

Misalnya budaya malu; malu datang terlambat, malu pulang cepat, malu kerja tanpa sop, dan
lain sebagainya. Begitu juga dengan perilaku klinis harus ditetapkan misalnya penggunaan
alat pelindung diri seperti sarung tangan dan lain sebagainya.

Harus ada petugas yang ditunjuk untuk memantau indikator perilaku ini secara berkala. Hal
ini bertujuan untuk menjaga kualitas SDM dan tentunya kualitas pelayanan di Puskesmas.
Jika ditemukan masih ada pegawai yang tidak mematuhi indikator perilaku ini maka perlu
dilakukan pembinaan.

10. Manajemen Risiko Dijalankan dengan Baik

Penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan akan diperhadapkan dengan risiko yang akan
menghambat atau menimbulkan kerugian sehingga harus di-manaje dengan baik.
Puskesmas harus menentukan dimana area prioritas fungsi dan proses pelayanan atau
kegiatan mana yang perlu dibenahi. Ini ditentukan dengan 3 H dan 1 P yaitu High Risk, High
Volume, High Cost, dan kecenderungan terjadi masalah (Problem Prone).

Proses selanjutnya yaitu identifikasi risiko bisa melalui audit, keluhan atau insidens yang
terjadi. Kemudian dilakukan analisis risiko bisa menggunakan metode severity assessment
dengan memilih kejadian yang akan di-investigasi, atau root cause analysis untuk
menganalisis akar penyebab kejadian yang telah terjadi, atau FMEA/ Failure Mode and
Effect Analysis yang bersifat hipotesis.

Prinsipnya adalah petugas yang berkewajiban mengaudit harus peka mencari penyebab
masalah apa yang terjadi, mengapa bisa terjadi, apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi
kejadian tersebut dan seterusnya hingga diperoleh akar penyebabnya. Kemudian dibuat
rencana tindak lanjut untuk mengatasi kejadian yang berisiko atau meminimalkan potensi
risiko terjadi dikemudian hari.

11. Jejaring dan Jaringan

Sekilas mengutip Permenkes Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
bahwa salah satu pola struktur organisasi puskesmas yaitu adanya penanggung jawab
jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring pelayanan kesehatan.

Ini yang jarang dilirik oleh Puskesmas dalam penguatan sistemnya. Padahal jejaring dan
jaringan ini bertujuan untuk mendukung meningkatkan aksesibilitas pelayanan. Jejaring yang
dimaksud yaitu klinis, rumah sakit, apotek, laboratorium, dokter praktek mandiri, dan faskes
lainya.

Sedangkan jaringan yaitu pustu, pusling, bidan desa. Apa yang harus dilakukan oleh PJ
jejaring dan jaringan ini?

Pertama, harus melakukan mengidentifikasi jejaring dan jaringan yang ada di wilayah
kerjanya.

Kedua, menyusun pembinaan kepada jejaring dan jaringan tersebut tentu harus melibatkan
lintas program. Misalnya pembinaan dan pemantauan di Apotik, bisa melibatkan apoteker
puskesmas untuk melakukan pembinaan atau pemantauan. Contoh lain, bisa bekerja sama
dengan petugas imunisasi dan KIA KB saat melakukan supervisi supportif di bidan desa.

Ketiga, Kemudian dianalisis sejauh mana hasilnya, kemudian dibuatkan rekomendasi jika
ada yang tidak sesuai dengan aturan.

1. Manajemen Puskesmas (P1, P2, P3) diimpelentasikan

Perencanaan

Perencanaan di Puskesmas haruslah melalui tahapan yang sesuai prosedur. Luaran


perencanaan Puskesmas ini dapat berupa Renstra 5 tahunan, RUK Puskesmas, RKA, RPK
Puskesmas dan harus disinkronkan dengan pendanaan di PKM baik JKN, BOK, Jampersal
maupun dana lainnya. Adapun proses perencanaan ditingkat Puskesmas yaitu:

1. Puskesmas menyusun jenis kegiatan dan pelayanan berdasarkan kebutuhan dan


harapan masyarakat dan juga capaian yang ada di Puskesmas. Proses untuk
mendapatkan data tersebut diantaranya melalui pendataan keluarga sehat, survei SMD,
hasil MMD, forum-forum masyarakat atau lintas sektor, data-data epidemiologi, capaian
kinerja, dan data-data lainnya di Puskesmas.
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan potensi pemecahannya
3. Melakukan prioritas masalah kesehatan
4. Membuat rumusan masalah
5. Mencari penyebab masalah kesehatan
6. Menetapkan cara pemecahan masalah
7. Memasukkan pemecahan masalah ke dalam rencana usulan kegiatan
8. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan

Tahapan ini harus diperkuat di Puskesmas, karena masih ada juga puskesmas yang hanya
mengkopi paste rencana tahun yang lalu. Hal yang perlu digaris bawahi adalah perencanaan
Puskesmas harus menampung aspirasi dari masyarakat, lintas sektor dan lintas program
tentunya melalui lokakarya atau forum-forum masyarakat. Oleh karena itu harus ada
kesadaran duduk bersama memikirkan permasalahan yang terjadi dan melahirkan program-
program inovatif bersama untuk mengatasi masalah tersebut.
Penguatan Penggerakan dan Pelaksanaan

Program dan pelayanan yang telah rencanakan dan dijadwalkan pada RPK bulanan kemudian
dilaksanakan baik itu intervensi berbasis keluarga, pelayanan di dalam gedung maupun
program-program intervensi luar gedung yang bersentuhan langsung dengan sasaran tentu
dengan memperhatikan hak dan kewajiban pengguna serta sasaran kegiatan.

Proses pada P2 ini yaitu pengarahan dan penggerakkan petugas bisa melalui lokakarya mini
bulanan termaksud penggerakkan lintas sektor agar penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan
bisa berjalan efektif dan tepat sasaran.

Perlu menjadi catatan yaitu kualitas lokakarya mini bulanan dan lintas sektor ini perlu harus
diperhatikan. Pemerintah sudah mengeluarkan Permenkes nomor 44 tahun 2016 mengenai
Manajemen Puskesmas dan juga Pedoman Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan
Keluarga, ini sebagai referensi Puskesmas utama dalam penguatan penggerakan dan
pelaksanaan kegiatan dan pelayanan Puskesmas.

Pengawasan Pengendalian dan Penilaian

Untuk pengawasan dapat berupa pengawasan internal yang dilakukan oleh Kepala
Puskesmas, setiap penanggung jawab, tim mutu dan tim audit internal.

Pengawasan internal termaksud monitoring ketepatan jadwal, waktu, tempat dan sasaran
yang dilakukan oleh pimpinan Puskesmas dan penanggung jawab kepada pelaksana program
atau pelayanan. Pengawasan lainnya yaitu secara eksternal dari lintas sektor, dinas kesehatan,
masyarakat.

Pengawasan dan pengendalian kegiatan dan pelayanan dapat melalui lokmin, pertemuan
diluar lokmin maupun pemantauan secara langsung di lapangan.

Tujuannya yaitu meninjau sejauh mana proses kegiatan yang sudah berjalan, apa saja kendala
dan hambatan yang dihadapi pelaksana program dengan mengumpulkan capaian kinerja,
kemudian dianalisis dan dibuat rencana tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja.
Selain itu, pengawasan dan pengendalian juga melalui lokakarya mini lintas sektor, prosesnya
yaitu meninjau sejauh mana kerja sama lintas sektor dan tentu memperkuat komitmen
bersama dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Pada proses pengawasan dan pengendalian ini juga perlu melakukan evaluasi akses
diantaranya akses informasi (apakah masyarakat mudah mendapatkan informasi kesehatan,
informasi alur dan tahapan kegiatan dan lainnya) dan akses menjangkau lokasi kegiatan
(apakah sasaran atau masyarakat mudah menjangkau lokasi kegiatan puskesmas atau tidak).

Penilaian kinerja mengevaluasi sejauh mana upaya untuk mencapai indikator kinerja
manajerial, UKM dan indikator mutu klinis UKP yang sudah disusun diawal tahun. Penilaian
kinerja ini dilakukan pertengahan tahun dan diakhir tahun melalui lokmin atau penilaian oleh
dinas kesehatan setempat.

1. Tim Komunikasi Informasi dan Penanganan Pengaduan Publik

Tim ini melakukan tugasnya dengan berkolaborasi pada setiap pegawai dalam pelaksanaan
pengelolaan komunikasi informasi dan penanganan pengaduan public.

Secara rutin mengumpulkan informasi hasil survey assesment (survei kepuasan pelanggan,
survei umpan balik dari pemegang program dan lain-lain), mengumpulkan informasi keluhan
yang masuk ke call center, kotak saran, tatap mukalangsung melalui unit pelayanan, pustu
dan poskesdes.

Tim ini juga berupaya mendekatkan akses masyarakat terhadap informasi pelayanan atau
kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
(brosur, leaflet dll, temaksud media cetak elektronis atau sosial media).

1. Penanggung Jawab Mutu dan Tim Menjadi Ujung Tombak Mutu Pelayanan

Tim ini menjadi kunci atau garda terdepan dalam menjaga kualitas pelayanan di Puskesmas.
Hal yang dilakukan oleh tim ini secara garis besar yaitu;

Pertama, mengajak semua pegawai untuk mengikrarkan komitmen mereka untuk


memberikan pelayanan yang berkualitas.
Kedua, bersama-sama semua pegawai menyusun indikator kinerja manajerial, kinerja UKM
dan mutu klinis, indikator perilaku klinis serta kebijakan mutu dan sasaran keselamatan
pasien.

Ketiga, menyusun dan mengosialisasikan manual mutu atau pedoman mutu yang digunakan
puskesmas sebagai pedoman untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.

Keempat, membuat rencana peningkatan mutu.

Kelima, secara berkala mengumpulkan data indikator mutu/kinerja dari setiap program dan
unit kemudian dibuatkan rencana peningkatan dan perbaikan mutu secara berkesinambungan.

Keenam, bersama-sama tim manajemen risiko meminimalisir kejadian-kejadian yang


menimbulkan risiko kerugian atau dampak negatif. Ketujuh, bersama-sama dengan tim audit
internal melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan dan
pelayanan di Puskesmas.

Ketujuh, merencanakan kajibanding ke puskesmas lainnya yang memiliki capaian kinerja


atau pelayanan yang lebih baik. Hal ini bertujuan untuk membandingkan kinerja dengan
puskesmas kaji banding dan melihat kiat-kiat yang berhasil dilakukan oleh puskesmas
tersebut dalam melaksanakan kegiatan/pelayanan.

1. Membangun Mindset Biasakan yang Benar, Bukan Benarkan yang Bisa

Saat ini Puskesmas tengah menghadapi akreditasi. Banyak tantangan yang dihadapi oleh
Puskesmas. Bahkan ada juga yang mengeluh karena terlalu banyak SK, pedoman, panduan,
kerangka acuan dan SOP yang harus dibuat.

Sebaliknya, ini akan melindungi petugas dalam melaksanakan kegiatan dan pelayanan baik di
dalam gedung maupun di luar gedung. Mindset biasakan yang benar bukan benarkan yang
biasa harus digaungkan di Puskesmas.
Bekerja harus sesuai dengan prosedur yang ada, ini selain menjaga kualitas pelayanan juga
untuk safety bagi petugas. Yuk, berbenah secara sistem dan biasakan melakukan sesuai
prosedur yang ada.

1. Lingkungan Puskesmas Sehat

Sama halnya dengan sarana prasarana dan peralatan. Puskesmas juga harus mewujudkan
lingkungan yang sehat (lingkungan fisik, instalasi listrik, air, ventilasi, dan limbah berbahaya,
limbah medis, sistem lain yang dipersyaratkan diperiksa secara rutin, dipelihara dan
diperbaiki.

Terdapat istilah dalam pemeliharaan sarpras dan lingkungan yang sehat yaitu 5 R; Ringkat/
Pemilahan, Rapih/ Penataan, Resik/ Pembersihan, Rawat/ Pemeliharaan, Rajin/
Pembiasaan.

Setiap anggota Puskesmas wajib menjalankan prinsip 5 R ini. Untuk mewujudkan lingkungan
sehat petugas kesling, clealing service, serta pegawai lainnya melakukan hal-hal berikut ini;

Pertama, melakukan inventarisir sistem lingkungan termaksud invetarisir bahan berbahaya


(kimia, gas, uap, limbah medis dan infeksius) yang ada di puskesmas.

Kedua, melakukan jadwal pemeliharaan.

Ketiga, pemeliharaan, pemantauan, perbaikan lingkungan fisik, instalasi listrik, air dll, serta
penanganan bahan berbahaya. Masyarakat sehat? dimulai dari Puskemas sehat.

C. Tata Hubungan Kerja

No Lintas Program Lintas Sektor Peran dalam Kegiatan UKM Kesling


Bekerjasama dalam kegiatan kesehatan
lingkungan, penyiapan materi penyuluhan
1 Promkes kesehatan lingkungan seperti bila terjadi kasus
DBD atau KLB akibat penyakit berbasis
lingkungan.
Bekerjasama dalam kegiatan pengamatan
2 P2
penyakit yang timbul akibat lingkungan
Bekerjasama dalam kegiatan penyuluhan CTPS
dan kampanye Higiene sanitasi sekolah,
3 Sekolah
menyiapkan siswa dan mendampingi siswa pada
saat pelaksanaan kegiatan.
Bekerjasama dalam kegiatan penyuluhan
Kader
4 kesehatan lingkungan, inspeksi kesehatan
Kesehatan
lingkungan (IKL), dan pemicuan stop BABS.
Pemerintahan Bekerjasama dalam kegiatan UKM di desa
6
Desa seperti kegiatan gotong royong atau bakti sosial.

D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


Kegiatan pokok dan rincian kegiatan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Tanjung Beringin adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas Tanjung Beringin meliputi ;
- Pemantauan kesehatan lingkungan puskesmas.
- Kegiatan yaitu pemantauan lingkungan fisik puskesmas
- Pemantauan ,pemeliharan, perbaikan saran dan peralatan
- Pemeliharaan dan pemantauan instalasi listrik,air, ventilasi, dan sistem lain
- Pemantauan bahan berbahaya yang ada di puskesmas
- Konseling Klinik Sanitasi
2. Kegiatan di luar gedung puskesmas
a. Pemantauan Tempat Tempat Umum (TTU)
b. Pemantauan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
c. Kampanye CTPS
d. Pemicuan stop BABS
e. Monitoring Pasca Pemicuan stop BABS
f. Pemantauan / Inspeksi Kesehatan Lingkungan kualitas air minum dan air
bersih, rumah sehat, sarana pembuangan air limbah, sampah
g. Pembinaan Kader Polisi Lingkungan
h. Penyuluhan pengelolaan sampah
E. Cara Melaksanakan Kegiatan
Kegiatan di laksanakan dengan cara :
1. Untuk kegiatan pemantauan dengan pemeriksaan/ inspeksi
2. Kegiatan penyuluhan dangan ceramah dan tanya jawab
3. Kegiatan pemeriksaan dan pembinaan dengan inspeksi dan pembinaan dengan
cara ceramah dan tanya jawab
F. Sasaran
1. Cakupan semua kegiatan program kesehatan lingkungan yaitu berdasarkan
Renstra dari Dinas Kesehatan
2. Cakupan desa dengan STBM 50%
3. Sasaran Primer
Pasien ,individu, keluarga/ rumah tangga sebagai komponen masyarakat.
4. Sasaran sekunder
Pemuka masyarakat baik formal maupun informal
5. Sasaran tersier
Pembuat kebijakan publik.

G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


No KEGIATAN J F M A M J J A S O N D Jlh
1 Pemicuan Stop BABS
2 Pemicuan STBM
3 Monitoring STBM
Peningkatan Pembinaan
4
TTU
Pemerikasaan dan
5
pembinaan TPM
Pemantauan/ IKL kualitas
6
air minum dan air bersih

H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dan Pelaporan


Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan meliputi: hasil kegiatan yang
telah di lakukan di catat dan direkap, kemudian dilaporakan kepada PJ Kesehatan
Lingkungan. Penanggung jawab Kesehatan Lingkungan merekap semua laporan dan
mengevaluasinya sebagai laporan Kinerja Kesehatan Lingkungan. Laporan Kinerja
Kesehatan Lingkungan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dan selanjutnya
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
Evaluasi kegiatan dilaksanakan secara periodik oleh PJ Kesling melalui:
1. Pemantauan kegiatan dengan membandingkan antara rencana / KAK dan
pelaksanaan kegiatan.
2. Mengidentifikasi pencapaian sasaran/ cakupan perkegiatan dan
permasalahannya
3. Mengukur tingkat kepatuhan pelaksana terhadap prosedur yang telah
ditetapkan .
Hasil Evaluasi tersebut dilaporkan kepada Kepala Puskesmas secara periodik
bulanan melalui pertemuan mini lokakarya lintas program ,meliputi: pencapaian
kinerja Kesling ,permasalahan yang ada, dan rencana tindak lanjutnya.

I. Pencatatan Pelaporan Dan Evalusi Kegiatan


1. Pencatatan Kegiatan di lakukan oleh pelaksana dalam buku/catatan :
a. Buku Harian Petugas
b. Formulir Pendataan Kesling
c. Rekapan hasil pendapatan Kesling
2. Pelaporan di lakukan oleh pelaksana kepada PJ UKM dengan membuat laporan
bulanan :
a. Laporan hasil pelaksanaan
b. Laporan kegiatan
3. Evaluasi kegiatan meliputi :
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal
b. Kesesuaian petugas yang dilaksanakan kegiatan
c. Penyampaian pesan dengan bahasa yang mudah di mengerti sasaran.
d. Tercapainya indikator Kesling
1. Cakupan pemicuan STOP BABS
2. Cakupan monitoring pasca pemicuan STBM
3. Cakupan pemeriksaan dan pembinaan TTU
4. Cakupan pemeriksaan dan pembinaan TPM
5. Cakupan Pemantauan kualitas air minum dan air bersih

K.INSTRUMEN 3, KESEHATAN LINGKUNGAN

Kab : Serdang Bedagai

Puskesmas : Tanjung Beringin

Puskesmas sebagai sarana pelayanan umum, wajib memelihara dan


meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar persyaratan, untuk
memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja kepada pasien, staf
puskesmas serta masyarakat yang tinggal di sekitar puskesmas yang
kemungkinan dapat terkena dampak pencemaran lingkungan puskesmas.

STANDAR 1. FALSAFAH DAN TUJUAN

Setiap Puskesmas dalam mewujudkan Paradigma Sehat bukan sekedar


melaksanakan upaya pelayanan kuratif dan rehabilitative, tetapi perlu
menekankan pentingnya upaya preventif dan promotif dengan mengupayakan
penyehatan lingkungan Puskesmas agar terjamin kesehatan dan keselamatan
pasien, pengunjung, pegawai, dan masyarakat sekitarnya.

Parameter :
1.1 Ada kebijakan upaya kesehatan lingkungan
Definisi Operasional ( DO) :
1. Kebijakan: adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak.
2. Kebijakan upaya kesehatan lingkungan ditetapkan oleh pimpinan puskesmas
yang menyatakan komitmen dan tanggungjawab, termasuk dalam hal
penganggaran
3. Kebijakan harus sesuai dengan visi dan misi
4. Kebijakan disusun oleh pimpinan puskesmas melibatkan seluruhstaf
5. Pimpinan puskesmas mengkomunikasikan kebijakan upaya kesehatan
lingkungan puskesmas kepada seluruh staf, pengunjung (pasien).
Skor = ............

0 = Tidak ada kebijakan tertulis


1 = Ada kebijakan tertulis yang ditetapkan pimpinan puskesmas
2 = Kebijakan tidak mendukung/berpihak kepada peningkatkan upaya kesling
3 = Kebijakan mendukung/berpihak kepada peningkatkan upaya kesling
4 = Kebijakantersebut hanya disebarluaskan kepada seluruh staf.
5 = kebijakan disebarluaskan kepada seluruh staf dan pengunjung/pasien (leaflet, brosur,
poster,dibingkai)

Catatan :

Cara Pembuktian (C) : :


Dokumen (D) : a. Ada kebijakan mendukung upaya kesling
b. Undangan pertemuan
c. Daftar hadir
d. Notulen
e. Leaflet/brosur/poster
Observasi (O) : -
Wawancara (W) : Pimpinan puskesmas

STANDAR 2. ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN

Setiap Puskesmas wajib mempunyai upaya kesehatan lingkungan yang dilengkapi uraian
tugas

Parameter :
2.1. Ada upaya kesehatan Lingkungan dalam bagan organisasi Puskesmas
yang menggambarkan kedudukan, wewenang, tanggungjawab, dan
hubungan kerja.
Definisi Operasional (D.O.) :
1. Upaya Kesehatan Lingkungan Puskesmas adalah segala upaya untuk
penyehatan dan pemeliharaan lingkungan Puskesmas sehingga tidak
mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan sekitarnya
2. Bagan organisasi adalah bagan yang dapat memperlihatkan alur
komunikasi dan garis kewenangan dlm kegiatan Puskesmas antara
Pimpinan dan staf Puskesmas.
3. Uraian tugas: adalah “ringkasan aktivitas-aktivitas yang terpenting dari
suatu jabatan, termasuk didalamnya tugas dan tanggungjawab
4. Ada perencanaan tertulis program penyehatan lingkungan Puskesmas
5. Sasaran dan target program penyehatan lingkungan Puskesmas sesuai
dengan kondisi dan situasi wilayah setempat

Skor : .................

0 = Tidak ada upaya kesehatan lingkungan


1 = Ada upaya kesehatan lingkungan dalam bagan organisasi puskesmas
2 = Ada upaya kesehatan lingkungan dalam bagan organisasi puskesmas tetapi Tidak ada
uraian tugas lengkap
3 = Ada upaya kesehatan lingkungan dalam bagan organisasi puskesmas ada uraian tugas
lengkap
4 = Ad. 3 Ada perencanaan, target dan sasaran program belum ditindak lanjuti
5 = Ada perencanaan, target dan sasaran program sudah ditindak lanjuti

Catatan :

Cara Pembuktian :
Dokumen (D) : a. SK penetapan struktur organisasi puskesmas
b. Uraian tugas upaya kesling
c. Target dan sasaran sesuai PKP
Observasi (O) : -
Wawancara (W) : Pimpinan puskesmas, petugas kesehatan lingkungan

2.2. Ada pedoman kerja tertulis yang digunakan sebagai acuan program upaya
kesehatan Lingkungan.

Definisi Operasional :
Pedoman Kerja adalah ketentuan teknis dan manajemen kesehatan lingkungan
berupa pedoman dan peraturan perundang-undangan berlaku.

Daftar Pedoman Kerja di Puskesmas :


1. UU No. 36/2009 tentang Kesehatan
2. UU No. 7/1996 tentang Pangan
3. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup
4. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air PMK 416/1990
5. Persyaratan Kesling Hotel PMK 80/1990
6. Tatalaksana pengawasan kualitas air minum PMK 736/2010
7. Pedoman teknis analisis dampak kesling KMK 876/2001
8. Pengelolaan Pestisida KMK 1350/2001
9. Persyaratan Kesling Kerja Perkantoran dan Industri KMK 1405/2002
10. Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Jasaboga KMK 715/2003
11. Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara KMK 1407/2002
12. Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan KMK 942/2003
13. Persyaratan hygiene dan sanitasi rumah makan dan restoran KMK 1098/2003
14. Persyaratan Kesling Rumah Sakit KMK 1204/2004
15. Modul Sterilisasi dan Pengelolaan limbah di Puskesmas, Depkes RI, Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat, 2000
16. Pedomam Penyelenggaraan Kesling Puskesmas KMK 1428/2006
17. Pedoman Penyelenggaraan Kesling di Lingkungan Sekolah KMK 1429/2006
18. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis masyarakat KMK 852/2008
19. Pedoman Pelaksanaan Klinik sanitasi, Depkes RI, 2007
20. Pedoman Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat, SKB 34/2005 Depdagri &
Depkes 1138/2005
21. Pedoman Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Depkes RI,
2006
22. Protap (SOP) Monitoring Kualitas kesehatan Lingkungan di Lingkungan Kerja
pada Sarana Kesehatan, Depkes RI, 2001
23. Persyaratan Kualitas Air Minum PMK 492/2010
24. Petunjuk Singkat Penyehatan Makanan Bagi pengusaha dan Masyarakat,
Depkes RI, 1989
25. Pola pengawasan Tepat Pengelolaan Makanan, Depkes RI, 1992
26. Petunjuk Teknis Desain Pengelohan Air, Seri Pertama, Depkes RI, 2007
27. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2002
28. Pemeriksaan Cholinesterase Darah Dengan Tintometer Kit, Depkes RI, 1992
29. Persyaratan Kesling Tempat Tempat Umum, Depkes RI, 1993
30. Persyaratan Kesling Kolam Renang dan pemandian Umum PMK 061/1991
31. Pedoman Pengendalian pencemaran Udara Ambien yang Berhubungan dengan
kesehatan Masyarakat, Depkes RI, 1994
32. Pedoman Umum Pengamanan dampak Radiasi Keputusan
Dirjen PPM & PL
HK.00.06.6.655, Depkes RI, 2000
33. Pedoman Umum Pengawasan pencemaran Limbah Industri, Depkes RI, 1988
34. Petunjuk Pengukuran Kualitas Udara, Depkes RI, 1988
35. Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja Bagi Perajin Industri Kecil, Depkes
RI, 1993
36. Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas Air, Depkes RI, 1992
37. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan di
sekolah, Depkes RI, 2004
38. Juklak/Juknis Pengawasan Kualitas Air Aspek Kimia Air Minum dan Air
Bersih, Depkes RI, 1993
39. Pedoman umum program pariwisata sehat, Depkes RI, 1999
40. Pedoman Umum Sarana dan bangunan Umum, Depkes RI, 2002
41. Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum, KMK 288/2003
42. Pedoman Pembinaan dan pengembangan UKS, Diknas, 2002
43. Peraturan perundangan yang terkait dengan kesehatan lingkungan lainnya
44. Perda setempat

Skor : .................
= Tidak ada pedoman kerja upaya kesehatan lingkungan

1 = Ada pedoman kerja upaya kesehatan lingkungan 10 – 15 jenis


2 = Ada pedoman kerja upaya kesehatan lingkungan 16 – 20 jenis
3 = Ada pedoman kerja upaya kesehatan lingkungan 21 – 25 jenis
4 = Ada pedoman kerja upaya kesehatan lingkungan 26 – 30 jenis
5 = Ada pedoman kerja upaya kesehatan lingkungan > 31 jenis

Catatan :

Dokumen (D) Juklak/Juknis, Pedoman, SOP, Keputusan Menteri Kesehatan


(KMK), Peraturan Menteri Kesehatan (PMK), Undang-
undang, Peraturan Bupati/Walikota setempat dan
peraturan perundangan yang terkait dengan kesling
lainnya
Observasi (o) Lihat dokumen /buku
Wawancara (W) Petugas Kesling

2.3. Ada perencanaan kerja tahunan program kegiatan kesehatan lingkungan

Definisi Operasional :
1. Perencanaan adalah merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang terhadap hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan
datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, maka harus
dilakukan secara sistematik, terorganisir dan dapat dilaksanakan sesuai
kemampuan yang ada.
2. Puskesmas wajib membuat perencanaan kerja tahunan kegiatan kesehatan
lingkungan, dalam rangka implementasi kebijakan puskesmas
3. Penyusunan rencana kerja tahunan meliputi:
1) Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
2) Tujuan/Sasaran/target/indikator tiap jenis kegiatan
3) Jadwal pelaksanaan kegiatan
4) Tenaga yang akan melaksanakan kegiatan
5) Pencatatan dan pelaporan
6) Evaluasi kegiatan
7) Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
8) Pembiayaan untuk setiap jenis kegiatan
Skor : ...............
0 = Tidak ada perencanaan kerja tahunan
1 = Ada perencanaan, memenuhi kriteria 1 – 4
2 = Ada perencanaan, memenuhi kriteria 1 – 5
3 = Ada perencanaan, memenuhi kriteria 1 – 6
4 = Ada perencanaan, memenuhi kriteria 1 – 7
5 = Ada perencanaan, memenuhi kriteria 1 – 8

Cara Pembuktian
Dokumen (D) : a. Dokumen perencanaan
b. Dokumen pencatatan & pelaporan
c. Dokumen Evaluasi kegiatan
Observasi (O) : -
Wawancara (W) : Petugas Kesehatan LIngkungan

2.4. Ada anggaran biaya untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan.

Definisi Operasional (D.O) :


Anggaran biaya adalah biaya yang dialokasikan untuk operasional kegiatan upaya
kesehatan lingkungan tahunan Puskesmas

Skor : .................
0 = Tidak ada anggaran biaya
1 = Ada anggaran biaya, tetapi tidak untuk semua kegiatan program upaya kesling
2 = Ada anggaran untuk semua kegiatan upaya kesehatan lingkungan
3 = Ad. 2, Realisasi kegiatan dan anggaran < 50%
4 = Ad. 2, Realisasi kegiatan dan anggaran 51% - 90%
5 = Ad. 2, Realisasi kegiatan dan anggaran >91%

Catatan :

Cara Pembuktian (C) : :


Dokumen (D) : a. Anggaran/biaya operasional
b. Perencanaan kerja tahunan
c. Laporan kegiatan
d. Laporan keuangan
Observasi (O) : -
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

2.5. Ada pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan lingkungan di Puskesmas

Definisi Operasional (D.O) :


1. Pencatatan adalah rekapitulasi data kesehatan lingkungan yang telah
dilaksanakan program kesehatan lingkungan
2. Pelaporan adalah analisis hasil pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan di
Puskesmas yang dilakukan oleh program kesehatan lingkungan dikaitkan
dengan target/indikator
3. Laporan lengkap berupa laporan bulanan, triwulan dan tahunan dilihat dari
jenis laporan dan kelengkapannya
4. Ditindaklanjuti jika diinformasikan kepada pihak terkait untuk mendapatkan
dukungan dan pemecahan masalah

Skor : ………..
0 = Tidak ada pencatatan dan tidak ada pelaporan
1 = Ada pencatatan tidak ada pelaporan
2 = Ada pencatatan dan ada pelaporan tidak lengkap
3 = Ada pencatatan dan ada pelaporan lengkap
4 = Ad. 3, tidak ditindak lanjuti
5 = Ad. 3, ditindaklanjuti
Catatan :

Cara Pembuktian (C.P.) :


Dokumen (D) : a. Pencatatan(SP3) ,data primer
b. Laporan bulanan, triwulan, tahunan
c. Daftar hadir
d. Notulen rapat
Observasi (O) : --
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

STANDAR 3. STAF DAN PIMPINAN

Petugas kesehatan lingkungan mempunyai kualifikasi sesuai ketentuan

Parameter :
3.1. Ada kualifikasi tenaga kesehatan lingkungan, atas dasar pendidikan,
pengalaman dan ketrampilan sesuai tugas dan jabatan atau profesinya.

Definisi Operasinal (D.O) :


1. Sanitarian/ahli kesehatan lingkungan: adalah tenaga professional di bidang
kesehatan lingkungan yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan
lingkungan air, udara, tanah, makanan dan vector penyakit pada kawasan
perumahan, tempat-tempat umum, tempat kerja, industri, transportasi dan
matra.(KMK 373/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian)
2. Kualifikasi pendidikan profesi sanitarian adalah Sekolah Pembantu Penilik
Hygiene (SPPH), Akademi Kontrolir Kesehatan (AKK), Akademi Penilik
Kesehatan (APK), Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi (APK-TS),
Pendidikan Ahli Madya Kesehatan Lingkungan (PAM-KL), atau lulusan
Pendidikan Tinggi yang menyelenggarakan Kesehatan Lingkungan.
3. Jabatan fungsional sanitarian terdiri dari sanitarian ahli dan sanitarian
terampil:
a. Sanitarian ahli terdiri dari:
• sanitarian muda/gol. III/c-d
• sanitarian pertama/gol. III/a-b
b. Sanitarian Terampil terdiri dari :
• sanitarian penyelia/gol. III/c-d
• sanitarian pelaksana lanjutan/gol. III/a-b
• sanitarian pelaksana/gol. II/b-d
• sanitarian pelaksana pemula/gol. II/a

Skor = .............
0 = Pelaksana kesling bukan sanitarian.
1 = Pelaksana keslingsanitarian terampil/pelaksana pemula, pelaksana
2 = Pelaksana kesling sanitarian terampil/pelaksana lanjutan
3 = Pelaksana kesling sanitarian terampil/penyelia
4 = Pelaksana kesling sanitarian ahli/pertama
5 = Pelaksana kesling sanitarian ahli/muda

Catatan :

Cara Pembuktian (C) :


Dokumen (D) : a. Ijazah
b. SK Jabatan Fungsional
c. SK/Surat Tugas (dokumen kepegawaian)
d. Kurikulum vitae
Observasi (O) :-
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

STANDAR 4. FASILITAS DAN PERALATAN

Tersedia fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan pengawasan kesehatan
lingkungan.

Parameter :
4.1. Tersedia peralatan monitoring kualitas kesehatan lingkungan

Definisi Operasinal (D.O) :


1. Monitoring kualitas kesehatan lingkungan: adalah pengamatan secara berkala
terhadap parameter lingkungan yang berpotensi menimbulkan dampak atau
diduga ada hubungannya dengan kejadian penyakit dan gangguan kesehatan
2. Puskesmas harus memiliki Peralatan monitoring kualitas kesehatan lingkungan
sesuai pedoman dan kriteria:
A. Peralatan monitoring vector:
1. lalat/flygrill;
2. mirror inspection, perangkap monitor kecoa B.
Peralatan monitoring tanah:
3. soil test kit
C. Peralatan monitoring limbah cair:
4. thermometer,
5. DO meter,
6. pH meter,
D. Peralatan monitoring air minum / air bersih:
7. pH meter,
8. comparator (sisa klor, Fe, Mn, NO3/NO2,pH). E.
Peralatan monitoring udara:
9. sanitarian test kit,
10. sound lever meter,
11.lux meter,
12.anemomet
er,
13. hygrometer.
F. Peralatan kualitas kesehatan lingkungan lainnya yang terkait
3. Peralatan kualitas kesehatan lingkungan harus berfungsi dengan baik (tidak
dalam keadaan rusak)

Skor = .............
0 = Puskesmas tidak memiliki peralatan monitoring kualitas kesling
1 = Punya 3 jenis peralatan monitoring kesling
2 = Punya 4- 6 jenis peralatan monitoring kesling
3 = Punya 7-9 jenis peralatan monitoring kesling
4 = Punya 10 -12 jenis peralatan monitoring kesling
5 = Punya>12 jenis peralatan monitoring kesling

Catatan :

Cara Pembuktian :
Dokumen (D) : Peralatan monitoring kualitas lingkungan secara fisik dalam kondisi
baik dan dapat dioperasionalkan.
Observasi (O) : Ruangan kerja / Lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

4.2 Tersedia fasilitas sanitasi puskesmas yang memenuhi syarat kesehatanbaik secara
kualitas maupun secara kuantitas.

Definisi Operasional (D.O.) :


A. Fasilitas sanitasi adalah fasilitas yang digunakan oleh pengunjung/karyawan
puskesmas al meliputi (6 jenis) yaitu :
1. Kamar Mandi dan Jamban
2. Air Bersih
3. sarana pembuangan air limbah
4. sarana pengelolaan sampah
5. wastafel/tempat cuci tangan pakai sabun (CRPS)
6. fasilitas sanitasi dan keamanan lainnya (water tower, tabung pemadan
kebakaran, genset)
B. Fasilitas memenuhi syarat apabila :
 Kamar mandi dan Jamban:
1. Kamar mandi dan jamban harus terpisah antara laki-laki dan wanita
2. Tersedia air yang cukup dan sabun
3. Selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih
4. Ada himbauan, slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan
5. Bebas dari perindukan vector
6. Jumlah Kamar mandi sesuai standar sesuai KMK 1428/2006 Yaitu:
Jumlah kamar mandi dan jamban Non Rawat Inap:
 Bagi Karyawan : 1 Kamar Mandi & Jamban
untuk 15 orang  Bagi pengunjung : 1 Kamar
Mandi & Jamban untuk 40 orang Jumlah kamar mandi
dan jambanRawat Inap:
 Bagi Karywan : 1 Kamar Mandi & Jamban
untuk 15 orang  Bagi pengunjung : 3 Kamar Mandi
& Jamban untuk 10 orang  Air bersih:
o Jumlah air bersih :
 PKM NRawat Inap : 15 - 20 liter/orang/hari
 PMK Rawat Inap : 15 - 20 liter/orang/hari (ditambah dengan 40-
60 lt/org/hr) o Kualitas Air Bersih memenuhi syarat fisik, kimia dan
bakteriologi sesuaiPMK
416/1990 o Sumber air bersih harus bebas dari sumber
pencemar fisik, kimia dan biologis  Persyaratan sarana
pembuangan air limbah, pengelolaan sampah, wastafel / tempat
cuci tangan, dan fasilitas lainnya sesuai dengan KMK 1428/2006

Skor : ...............

0 = Tidak tersedia fasilitas sanitasi


1 = Tersedia fasilitas sanitasi (hanya 2 jenis) dan belum memenuhi syarat kesehatan.
2 = Tersedia fasilitas sanitasi (ada 3 sd 4 jenis ) dan blm memenuhi syarat kesehatan
3 = Tersedia fasilitas sanitasi (ada 5 sd 6 jenis ) dan belum memenuhi syarat kesehatan

4 = Tersedia fasilitas sanitasi≤ 70 % dari 6 jenis fasilitas sanitasi, memenuhi syarat


kesehatan
5 = Ada fasilitas sanitasi > 70% dari 6 jenis fasilitas sanitasi, memenuhi syarat kesehatan

Catatan :

Cara Pembuktian (C) : :


Dokumen (D) : a. Ratio fasilitas sanisati sesuai pengunjung /karyawan
b. Hasil pemeriksaan laboratorium kualitas air bersih
Observasi (O) : Ruangan kerja / Lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

4.3. Tersedia fasilitas/sarana pembuangan air limbah medis

Definisi Operasional (D.O) :


1. Sarana pembuangan air limbah medis adalah sarana pengolahan limbah cair
Puskesmas yang biasanya meliputi proses pengolahan fisik, biologik dan atau
kimia agar kualitas effluent limbah cair tersebut memenuhi syarat sesuai
peraturan yang berlaku sebelum dibuang ke badan air.
2. Tangki septik adalah tempat penampungan dan pengolahan limbah cair
dengan proses biologik anaerob yang dikategorikan sebagai Unit kerja
Pengolahan Air Limbah (IPAL) sederhana
3. Effluent adalah limbah cair yang keluar dari sarana pengolahan limbah cair
dan akan dibuang ke tanah resapan atau badan air
4. KepMen LH Nomor 58 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah
Sakit
5. Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun, dan
radioaktivitas
6. Diambil secara rutin apabila limbah cair yang dihasilkan oleh puskesmas
diperiksa setahun sekali dalam 3 tahun terakhir
7. Ditindaklanjuti apabila hasil pemeriksaan laboratorium air limbah tidak
memenuhi syarat, dilakukan upaya perbaikan terhadap sarana tersebut

Skor : ...............

0 = Tidak ada fasilitas/sarana pembuangan air limbah medis


1 = Ada fasilitas pembuangan air limbah, tetapi tidak pernah diambil sampel untuk
pemeriksaan laboratorium
2 = Ada fasilitas pembuangan air limbah, diambil sampel untuk pemeriksaan lab, tetapi
tidak rutin
3 = Ada fasilitas pembuangan air limbah, diambil sampel untuk pemeriksaan lab, dan
dilaksanakan secara rutin
4 = Ada fasilitas pembuangan air limbah, diambil sampel untuk pemeriksaan lab,
dilaksanakan secara rutin tetapi hasilnya tidak ditindak lanjuti
5 = Ada fasilitas pembuangan air limbah, diambil sampel untuk pemeriksaan lab,
dilaksanakan secara rutin hasilnya ditindak lanjuti

Catatan :

Cara Pembuktian (C.P.) :


Dokumen (D) : a. Ada fasilitas/sarana pembuangan air limbah medis
b. Dokumen hasil pemeriksaan laboratorium air limbah
c. Dokumen upaya tindaklanjut (jika tdk
memenuhi syarat kesehatan)
Observasi (O) : Lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

4.4. Tersedia wadah/kontainer/kantong plastik/safety box untuk pengelolaan limbah


medis padat yang memenuhi syarat kesehatan

Definisi Operasional (D.O) :


1. Wadah/container/kantong plastic/safety box adalah tempat yg dipergunakan
untuk menyimpan sampah medis padat sementara sebelum dibuang ke tempat
pembuangan akhir
2. Limbah medis padat adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, gigi, farmasi atau sejenisnya, pengobatan, yang menggunakan
bahan beracun, infeksius, berbahaya
3. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya
4. Sesuai standar jika wadah/container/kantong plastic/safety box memenuhi
ketentuan/syarat-syarat sesuai peraturan yang berlaku(Kepmenkes
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit).
5. Pemusnahan secara aman adalah pemusnahan yang dilakukan sesuai
pedoman/standar antara lain dengan melakukan kerjasama dengan pihak
ketiga yang mempunyai izin khusus dari Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH).

Skor : ................

0 = Tidak ada wadah sesuai standar


1 = Ada wadah plastiK bukan berwarna kuning untuk limbah infeksius, tidak ada wadah
untuk limbah benda tajam
2 = Ada wadah plastik warna kuning tidak ada peringatan infeksius, tidak ada symbol
infeksius, ada wadah untuk limbah benda tajam, tetapi bukan safety box
3 = Ada wadah plastik warna kuning ada peringatan infeksius, tidak ada symbol
infeksius, ada wadah untuk limbah benda tajam, tetapi bukan safety box
4 = Ada wadah plastik warna kuning ada peringatan infeksius, ada symbol infeksius,
ada wadah untuk limbah benda tajam, tetapi bukan safety box
5 = Ada wadah plastik warna kuning ada peringatan infeksius, ada symbol infeksius,
ada wadah untuk limbah benda tajam, berupa safety box

Catatan :

Cara Pembuktian (C.P.) :


Dokumen (D) : a. Ada wadah limbah infeksius warna kuning,
b. Ada wadah limbah infeksius dengan peringatan ”limbah infeksius”
c.Ada wadah limbah infeksius dengan simbul ”infeksius”
d.Ada wadah limbah benda tajam(safety box) denganperingatan
”limbah infeksius”
e. Ada wadah limbah benda tajam (safety box)
dengansimbul”infeksius”
Observasi (O) : Lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

4.5. Ada proses manajemen faktor risiko kegiatan klinik sanitasi di puskesmas

Definisi Operasional (D.O.) :


1. Konseling: adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut
konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien
2. Ruang konseling: adalah ruang khusus atau ruang terpadu yang dipergunakan
untuk sarana konseling pasien/klien penyakit berbasis lingkungan
3. Penyakit berbasis lingkungan: adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor
lingkungan yang tidak memenuhi syarat
4. Pasien: adalah orang yang menderita penyakit berbasis lingkungan
5. Klien: adalah pasien lama atau orang sehat yang berkunjung ke ruang
konseling, untuk mendapatkan penjelasan teknis sarana kesehatan lingkungan
6. Ada analisis data: apabila ada data tabel, grafik, peta factor risiko
7. Klinik sanitasi merupakan proses manajemen factor risiko kesehatan
lingkungan yang dilakukan di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas
terhadap pasien/klien penyakit berbasis lingkungan untuk mengetahui
gambaran factor risiko kesehatan lingkungan
8. Tindaklanjut adalah berupa perbaikan sarana sanitasi pasien/klien

Skor : ...............

0 = Tidak ada proses manajemen factor risiko


1 = Ada manajemen factor risiko dan ada konseling
2 = Ada manajemen factor risiko dan ada konseling, tidak ada kunjungan lapangan
3 = Ada manajemen factor risiko dan ada konseling, ada kunjungan lapangan, tidak ada
pengolahan data
4 = Ada manajemen factor risiko dan ada konseling, ada kunjungan lapangan, ada
pengolahan data, namun belum ditindak lanjuti
5 = Ada manajemen factor risiko dan ada konseling, ada kunjungan lapangan, ada
pengolahan data, ditindak lanjuti

Catatan :

Cara Pembuktian (C) : :


Dokumen (D) : a. Register pasien/klien
b. Tabel, grafik, peta faktor risiko
c. Berita acara perbaikan sarana sanitasi pasien/klien
d. Dokumentasi
Observasi (O) : Ruangan kerja / Lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

STANDAR 5. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

Tersedia kebijakan, peraturan, ketentuan tertulis, dan pedoman tertulis yang diterapkan
untuk mencapai kondisi kesehatan lingkungan yang optimal di Puskesmas.

Parameter :
5.1. Ada standar operasional prosedur (SOP) /Instruksi Kerja terhadap fasilitas
sanitasi puskesmas dan di tempat yang mudah dilihat.

Definisi Operasional (D.O) :


1. Setiap fasilitas sanitasi puskesmas wajib dilengkapi dengan Standar
Operasional Prosedur
(SOP)/Instruksi Kerja yang berkaitan dengan upaya kesehatan lingkungan
2. Dapat berupa SOP mengenai :
a) Tata cara pengambilan sampel air
b) Tata cara pengambilan sampel makanan
c) Mekanisme kerja Klinik Sanitasi
d) Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi
e) Pengelolaan limbah medis
f) Tata cara pembuatan kompos
g) Penggunaan peralatan pengawasan kualitas lingkungan
h) Penatalaksanaan keracunan pangan
3. SOP harus dikomunikasikan/ditempel di tempat yang mudah dilihat
Skor : ..................
0 = Tidak ada SOP
1 = Ada 1 SOP
2 = Ada 2 SOP
3 = Ada 3 - 4 SOP
4 = Ada 5 SOP
5 = Ada > 5 SOP

Catatan :

Cara pembuktian (C.P.) :


Dokumen (D) : Dokumen SOP
Observasi (O) : --
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

5.2. Ada kebijakan, ketentuan tertulis pengelolaan limbah medis padat.

Definisi Operasional (D.O.) :


1. Kebijakan adalah ketentuan tertulis pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah
medis Puskesmas berupa pedoman dan SOP dalam pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pembuangan dan pemusnahan limbah medis padat di
Puskesmas yang mengacu pada:
a. Pedoman Pengelolaan Limbah Medis dan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan
Puskesmas
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
c. Modul Sterilisasi dan Pengelolaan limbah di Puskesmas, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, 2000
2. Pengelolaan limbah medis meliputi:
a. Pemilahan limbah medis padat
b. Pengumpulan limbah medis padat
c. Pengangkutan limbah medis padat
d. Pemusnahan limbah medis padat dilakukan dengan insinerator.
e. MOU dengan pihak pengelola limbah medis yang sudah mempunyai legal
aspek
3. Prosedur adalah serangkaian tindakan atau operasi yang harus dijalankan
sesuai standar agar selalu memperoleh hasil yang sama
4. Ditindaklanjuti seluruhnya apabila pengelolan limbah medis yang dilakukan
dimulai sejak timbulnya limbah sampai pemusnahan limbah tersebut secara
aman sesuai prosedur
5. Ditindak lanjuti sebagian apabila ada proses pengelolaan limbah medis yang
dilakukan tidak sesuai dengan prosedur

Skor : ............
0 = Tidak ada kebijakan
1 = Ada kebijakan, tidak ada prosedur pengelolaan limbah padat
2 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, namun belum
disosialisasikan
3 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, sudah disosialisasikan
belum ditindak lanjuti
4 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, sudah disosialisasikan
sudah ditindak lanjuti sebagian
5 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, sudah disosialisasikan
sudah ditindak lanjuti seluruhnya

Catatan :

Cara Pembuktian (C.P.) :


Dokumen (D) : a. dokumen kebijakan pengelolaan limbah medis padat
b. Daftar hadir
c. Notulen rapat
d. Prosedur pengelolaan limbah medis padat
e. MOU dengan pihak ketiga
Observasi (O) : Ruang kerja/Lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan
5.3. Ada kebijakan yang diterapkan dalam kegiatan pengelolaan limbah cair.

Definisi Operasional (D.O.) :


1. Kebijakan adalah ketentuan tertulis pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah
medis cair Puskesmas berupa pedoman dan SOP dalam pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pembuangan dan pemusnahan limbah medis cair
di Puskesmas yang mengacu pada:
a. Pedoman Pengelolaan Limbah Medis dan Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Puskesmas
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1404/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
c. Modul Sterilisasi dan Pengelolaan limbah di Puskesmas, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, 2000
2. Pengelolaan limbah medis meliputi:
a. Pemilahan limbah medis cair
b. Pengumpulan limbah medis cair
c. Pengangkutan limbah medis cair
d. Pemusnahan limbah medis cairdilakukan dengan insinerator.
e. MOU dengan pihak pengelola limbah medis yang sudah mempunyai
legal aspek
6. Prosedur adalah serangkaian tindakan atau operasi yang harus dijalankan
sesuai standar agar selalu memperoleh hasil yang sama
7. Ditindaklanjuti seluruhnya apabila pengelolan limbah medis yang dilakukan
dimulai sejak timbulnya limbah sampai pemusnahan limbah tersebut secara
aman sesuai prosedur
8. Ditindak lanjuti sebagian apabila ada proses pengelolaan limbah medis yang
dilakukan tidak sesuai dengan prosedur

Skor : ............

0 = Tidak ada kebijakan


1 = Ada kebijakan, tidak ada prosedur pengelolaan limbah padat
2 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, belum disosialisasikan
3 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, sudah disosialisasikan
4 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, sudah disosialisasikan ,
ditindaklanjuti sebagian
5 = Ada kebijakan, ada prosedur pengelolaan limbah padat, sudah disosialisasikan ,
ditindaklanjuti seluruhnya

Catatan :

Cara Pembuktian (C.P.) :


Dokumen (D) :
a. dokumen kebijakan pengelolaan limbah medis padat, Daftar hadir,
Notulen rapat
b. Prosedur pengelolaan limbah medis padat
c. MOU dengan pihak ketiga
Observasi (O) : Ruang kerja/Lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

5.4 Ada ketentuan tertulis tentang larangan merokok di lingkungan puskesmas

Definisi Operasional (D.O) :


1. Larangan merokok adalah himbauan/ajakan untuk tidak merokok yang
ditetapkan oleh pimpinan puskesmas bagi semua orang yang berada di
lingkungan puskesmas.
2. Larangan merokok ini harus disebarluaskan agar diketahui dan dipatuhi semua
karyawan dan pengunjung puskesmas yang ditempelkan secara jelas ditujukan
kepada semua orang termasuk karyawandan pengunjung puskesmas
3. Sosialisasi dilakukan secara rutin apabila sosialisasi tersebut dilakukan setiap 3
bulan pertahun
4. Sosialisasi dilakukan secara rutin apabila sosialisasi tersebut tidak dilakukan
setiap 3 bulan pertahun

Skor .............
0 = Tidak ada ketentuan tertulis
1 = Ada ketentuantertulis, tidak disebarluaskan
2 = Ada ketentuantertulis, disebarluaskan
3 = Ada ketentuan tertulis, disebarluaskan, ada sosialisasi namun tidak rutin
4 = Ada ketentuan tertulis, disebarluaskan, ada sosialisasi rutin
5 = Ada ketentuan tertulis, disebarluaskan, ada sosialisasi rutin, kegiatan tercantum dalam
perencanaan

Catatan :

Cara Pembuktian (C) : :


Dokumen (D) : a. SK larangan tidak merokok
b. Poster / stiker dilarang merokok
c. Dokumen perencanaan
Observasi (O) : Lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan
STANDAR 6. PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN

Petugas kesehatan lingkungan berhak mendapatkan kesempatan pengembangan untuk


meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan melalui pendidikan dan
pelatihan.

Parameter :
6.1. Ada pengembangan kompetensi petugas kesehatan lingkungan dalam bentuk
pendidikan lanjutan, pelatihan, dan pertemuan ilmiah.

Definisi Operasional (D.O.) :


1. Pertemuan Ilmiah adalah pertemuan (seminar, workshop, lokakarya) yg
pernah diikuti oleh petugas kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan
kegiatan kesehatan lingkungan
2. Pendidikan Lanjutan adalah jenjang pendidikan formal lanjutan yg diikuti
oleh staf kesehatan lingkungan dan berkaitan dengan program kesehatan
lingkungan.
3. Pelatihan adalah Pelatihan yg pernah diikuti yg berkaitan dgn kesehatan
lingkungan yg diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan/ pihak lain yang
mempunyai kemampuan menyelenggarakan pelatihan baik diklat teknis dan
diklat fungsional.

Skor : ...............

0 = Petugas kesling belum pernah mengikuti pendidikan lanjutan, pelatihan, dan pertemuan
ilmiah
1 = Petugas kesling mengikuti pertemuan ilmiah
2 = Petugas kesling mengikuti pelatihan teknis bidang kesling
3 = Petugas kesling mengikuti pelatihan & pertemuan ilmiah.
4 = Ad. 3, dan mengikuti pendidikan lanjutan bukan bidang kesling
5 = Ad. 3, mengikuti pendidikan lanjutan bidang kesling

Catatan :

Cara Pembuktian
Dokumen (D) : Ijazah, Sertifikat dan Makalah, Jadwal pertemuan.
Observasi (O) : --
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

STANDAR 7. EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU

Adanya kebijakan tentang pelaksanaan evaluasi dan pengendalian mutu kegiatan


kesehatan lingkungan di Puskesmas.

Parameter :
7.1. Ada evaluasi kinerja program upaya kesehatan lingkungan diluar gedung
puskesmas

Definisi Operasional (D.O) :


1. Evaluasi kinerja adalah laporan/mengenai gambaran kecenderungan cakupan
program kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas dalam kurun
waktu 1 tahun dibandingkan dengan target cakupan
2. Jangkauan pengawasan sarana kesling adalah persentase pengawasan sarana
kesehatan lingkungan yang diperiksa dibandingkan dengan jumlah sarana
yang ada atau terdaftar di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun
3. Efektifitas pengawasan sarana kesling adalah persentase pengawasan sarana
kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatandibandingkan dengan
jumlah sarana yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu
satu tahun
4. Ruang lingkup cakupan upaya kesehatan lingkungan antara lain:
1) Cakupan Pengawasan Rumah Sehat
2) Cakupan Pengawasan Sarana Air Bersih
3) Cakupan Pengawasan Jamban
4) Cakupan Pengawasan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah)
5) Cakupan Pengawasan tempat pengelolaan sampah akhir (TPA)
6) Cakupan Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
7) Cakupan Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
8) Cakupan Pengawasan Perusahaan Industri Rumah Tangga (PIRT)
9) Cakupan pengawasan Paparan Pestisida
10) Cakupan Kegiatan Klinik Sanitasi

Skor :.....................

0 = Tidak ada evaluasi kinerja upaya kesling


1 = Ada evaluasi jangkauan pengawasan sarana kesling, belum dianalisis
2 = Ada evaluasi jangkauan pengawasan sarana kesling, sudah dianalisis
3 = Ada evaluasi efektifitas pengawasan sarana kesling, belum dianalisis
4 = Ada evaluasi efektifitas pengawasan sarana kesling, sudah dianalisis
5 = Ad. 2, dan Ad. 4

Catatan :

Cara Pembuktian (C) :


Dokumen (D) : a. Dokumen perencanaan program kesling
b. LaporanSP3

c. Data analisis jangkauan pengawasan

d. Data analisis efektifitas pengawasan

e. Dokumen tindakan lanjut pengawasan


Observasi (O) : Ruang kerja/lapangan
Wawancara : Petugas Kesehatan Lingkungan

7.2 Ada laporan kinerja upaya kesehatan lingkungan

Definisi Operasional (D.O) :


• Laporan upaya kesehatan lingkungan dibuat secara berkala bulanan, triwulan dan
tahunan
• Ditindaklanjuti adalah ada upaya perbaikan dan peningkatan pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan untuk mencapai target dan tujuan program upaya
kesling
Skor : ………..

0 = Tidak ada laporan.


1 = Ada laporan tahunan, tidak dilaksanakan secara
rutin. 2 = Ada laporan tahunan, dilaksanakan secara
rutin 3 = Ad. 2, tetapi tidak di analisis.
4 = Ad. 2, tetapi belum ditindak lanjuti.
5 = Ad.2, Sudah ditindak lanjuti.

Catatan :

Cara Pembuktian (C) : :


Dokumen (D) : a. Arsip laporan SP3kesling , 2 tahun terakhir
b. Laporan tahunan kesling, 2 tahun terakhir
c. Grafik, Tabel, pemetaan factor risiko kesling
Observasi (O) : -
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

7.3 Ada audit sanitasi puskesmas secara berkala untuk pengendalian mutu

Definisi Operasional (D.O) :


1. Audit sanitasi: adalah proses observasi terhadap parameter kesehatan
lingkungan
2. Audit sanitasi dilaksanakan secara berkala minimal 6 (enam) bulan sekali
3. Sasaran audit sanitasi adalah persyaratan kesehatan lingkungan puskesmas di
dalam gedung dan di luar gedung/sekitar gedung puskesmas
4. Instrumen audit sanitasi menggunakan instrument inspeksi sanitasi (IS)
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RINomor
1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang PedomanPenyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Puskesmas
5. Acuan Audit sanitasi puskesmas adalah Keputusan Menteri Kesehatan
RINomor 1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang PedomanPenyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Puskesmas

Skor : ...............
0 = Tidak ada audit sanitasi puskesmas
1 = Ada audit sanitasi puskesmas, tidak dilaksanakan secara berkala
2 = Ada audit sanitasi puskesmas, dilaksanakan secara berkala
3 = Ad. 2, hasilnya sudah dianalisis
4 = Ad. 3, tetapi belum dilakukan tindakan perbaikan
5 = Ada audit sanitasi puskesmas, dilaksanakan secara berkala, hasilnya dianalisis dan
sudah dilakukan tindakan perbaikan

Catatan :

Cara Pembuktian (C) : :


Dokumen (D) : a. Data audit sanitasi puskesmas
b. Instrumen audit sanitasi
c. Jadwal audit sanitasi puskesmas
d. Analisis data
e. Dokumen tindakan perbaikan sanitasi
Observasi (O) : Ruang kerja/lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

7.4 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPLwajib
membuat SPPL, termasuk puskesmas

Definisi Operasional (D.O) :


1. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan
hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan
pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yangtidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
2. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup, yang selanjutnya disebut SPPL, adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha
dan/atau kegiatannya di luar usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau
UKL-UPL.
3. Dilaksanakan secara rutin jika, dilaksanakan pemantauan dan pengelolaan
sekali dalam kurun waktu satu tahun
4. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13
TAHUN 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup Dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
5. Pemantauan dan pengelolaan lingkungan dilakukan secara rutin apabila
dilaksanakan setahun sekali dalam 3 tahun terakhir
6. Pemantauan dan pengelolaan lingkungan dilakukan secara tidak rutin apabila
dilaksanakan tidak setahun sekali dalam 3 tahun terakhir

Skor : .................

0 = Tidak ada dokumen UKL – UPL atau SPPL


1 = Ada dokumen UKL – UPL atau SPPL
2 = Ad. 1, tidak dilakukan pemantauan dan pengelolaan lingkungan
3 = Ad. 1, dilakukan pemantauan dan pengelolaan lingkungan, tetapi tidak rutin
4 = Ad. 1, dilakukan pemantauan dan pengelolaan lingkungan, secara rutin
5 = Ad. 4, tidak ada pengaduan dari masyarakat

Catatan :

Cara Pembuktian (C) :


Dokumen (D) : a. Dokumen UKL – UPL
b. Dokumen SPPL
c. Laporan pemantauan/pengelolaan lingkungan 3 tahun terakhir
Observasi (O) : Ruang kerja/lapangan
Wawancara (W) : Petugas kesehatan lingkungan

REFERENSI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 Tentang


Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter, Dan Tempat
Praktek Mandiri Dokter Gigi.
https://rumahdaunmuda.blogspot.com/2017/05/kerangka-acuankeslinglengkap.html
https://dailyrudy.wordpress.com/2016/08/28/strategi-lolos-akreditasi-dalam-
akreditasi-puskesmas-27/

Anda mungkin juga menyukai