Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“Perekonomian tertutup tanpa kebijakan pemerintah dan Perekonomian


tertutup dengan kebijakan pemerintah ”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Ekonomi Makro islam 2 ”
Dosen Pengampu : Enung Nurhasanah Mpd

Disusun Oleh :
Kelompok : 1
1. Sohibul wafa tajul A
2. Niptah Maulana

EKONOMI SYARIAH VI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ITTIHAD CIANJUR
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari Mata Kuliah “ Ekonomi Makro Islam “
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

Cianjur, 08 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................1

BAB II  PEMBAHASAN


A. Paradok prekonomian Global.............................................................2
B. Definisi dan Ciri Negara-negara sedang Berkembang........................3
C..................Masalah Utama Ekonomi Negara Sedang Berkembang.......6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang


















 

  
   
 
  






 

 
 

   

 
   
 
   
   







   
 

  
 



System Perekonomian yang ada di Indonesia begitu banyak,
sehingga perlu adanya kebijakan-kebijakan. Apabila suatu kegiatan usaha
ekonomi yang kita lakukan tentu ada hal-hal yang harus kita penuhi.
Perekonomian suatu negara ada pembagian dua system, perekonomian
tertutup dan terbuka. Dalam perekonomian tertutup juga dikenal dengan
kebijakan pemerintah atau tanapa kebijakan pemerintah. Dan dalam uraian
makalah ini kita akan membahas mengenai Perekonomian tertutup tanpa
kebijakan pemerintah, baik itu dalam perspektif Makroekonomi maupun
dalam perspektif
Ekonomi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa Perekonomian Tertutup Dengan Kebijakan Pemeritah

Dalam Perspektif Makroekonomi?


2. Bagaimana dampak Pajak Terhadap Konsumsi Dan Tabungan?
3. Bagaimana dampak Pengeluaran Pemerintah Dan Pajak Terhadap

Keseimbangan Perekonomian?
4. Seperti apa Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah

Dalam Perspektif Ekonomi Islam?

C. Tujuan
1. Menegetahui seperti apa Perekonomian Tertutup Dengan
2. Kebijakan Pemeritah Dalam Perspektif Makroekonomi?
3. Mengetahui dampak Pajak Terhadap Konsumsi Dan Tabungan?
4. Mengetahui dampak Pengeluaran Pemerintah Dan Pajak Terhadap
Keseimbangan Perekonomian?
5. Mengetahui seperti apa Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan
Pemerintah Dalam Perspektif Ekonomi Islam?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah dalam
Perspektif Ekonomi Konvensional
Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan
perekonomian - perekonomian lain. Khususnya, perekonomian tertutup tidak terlibat dalam
pedagangan internasional, tidak juga terlibat pinjam meminjam secara internasional
Perekonomian tertutup artinya tidak mengenal hubungan luar negeri, sehingga tidak ada
kegiatan ekspor-impor. Perekonomian sederhana tidak mengenal keterlibatan pemerintah
dalam kegiatan  perekonomian. Jadi, perekonomian tertutup sederhana adalah
perekonomian yang melibatkan  dua pelaku, yaitu rumah tangga dan perusahaan (swasta).
Perekonomian sederhana tidak mengenal keterlibatan pemerintah dalam kegiatan
perekonomian.
Dalam membahas perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran,
perekonomian suatu Negara dapat digolongkan atas :
a. Perekonomian Tertutup (closed economy), yang meliputi atas
perekonomian sederhana (perekonomian dua sector) dan perekonomian tiga sector,
b. Perekonomian Terbuka (opened economy).
Pada bagian ini akan dibahas perekonomian dua sektor, yaitu perekonomian yang
terdiri dari pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen yang biasanya disebut
dengan komsumsi dan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen yang biasanya
disebut dengan investasi.
Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sector dapat dituliskan dengan notasi
berikut.                Y = C+1         Persamaan ini mencerminkan kondisi antara output yang
diproduksi (Y) sama dengan output yang dijual (C+1).
Jika sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan
untuk menabung (saving atau diberi notasi S) maka dapat ditulis:        Y=C+S
1. Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional
Dalam perhitungan pendapatan nasional, pendapatan yang dihasilkan rumah tangga
konsumen (household) merupakan sisi pendapatan sedangkan pengeluaran konsumsi
rumah tangga (household) merupakan sisi pengeluaran. Menurut Keynes, konsumsi
merupakan fungsi pendapatan (C=f(Y)) yang dalam bentuk persamaan dapat ditulis
sebagai berikut:            C=a+bY
Dimana :
C         =  Besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga
a          = Besarnya konsumsi yang tidak menguntungkan pada jumlah pendapatan atau
konsumsi jika tidak ada pendapatan.
b          = marginal propensity to consume (MPC = C/   Y) atau hasrat marginal dari
masyarakat untuk melakukan konsumsi
Y         = pendapatan disposable (pendapatan yang siap digunakan untuk mengonsumsi)
a>0 dan 0 < b < 1
            Rasio perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC)
lebih besar nol mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah tangga akan meningkat
seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan. Sedangkan perubahan pengeluaran
konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) kurang dari satu mencerminkan
kenaikan pengeluaran konsumsi akan selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan. Selain
itu, Keynes juga mengatakan bahwa Average Propensity to consume (APC) yang
merupakan perbandingan antara konsumsi yang dilakukan dengan tingkat
pendapatan disposble (APC= C/Y) akan mengalami penurunan sebagai akibat kenaikan
pendapatan. Yang menarik dari pandangan Keynes yang lain yang menyatakan
pendapatan merupakan penentu / determinan konsumsi yang terpenting dan tingkat
bunga tidak memiliki peranan penting. Menurut Keynes pengaruh tingkat bunga
terhadap konsumsi hanya sebatas teori.
2. Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi Islam
Pembahasan funsgsi konsumsi dalam pendekatan ekonomi Islam banyak dilakukan para
ahli ekononu Islam. Pada bagian ini akan dibahas beberapa pandangan diantaranya yag
terkait dengan fungsi konsumsi.
A. Pandangan Fahim Khan tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan Mengacu pada
pandangan Keynes yang menyatakan konsumsi yang dilakukan rumah tanngga
konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, Khan membagi tingkat pendapatan
masyarakat menjadi
a. pendapatan yang berada diatas nisab (angka minimal asset yang terkena
kewajiban zakat) yang dinotasikan dengan Yu (upper classes / golongan  kaya)
b. pendapatan yang berada dibawah nisab yang dinotasikan dengan YL (lower
classes / golongan miskin).
Komponen pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen menurut
Khan dibagi dua bentuk atas pengeluaran
a. konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga tersebut untuk kebutuhan sendiri
(for self) yang dilambangkan dengan notasi E1
b. konsumsi yang dilakukan rumah tangga untuk menuju keridhaan Allah (cause of
Allah) yang dinotasikan dengan E2
 Berdasarkan tersebut Khan, menawarkan fungsi konsumsi  C* = Aθ+AuYu
B. Panadangan Metwally tentang fungsi konsumsi dan tabungan
Dalam mengembangkan fungsi konsumsi dalam perspektif islam, Metwally
menggunakan beberapa pendekatan hipotesis teori yang dapat dijelaskan
secarasederhana sebagai berikut :
a. Hipotesis pendapatan Mutlak. Hipotesis ini menyatakan bahwa konsumsi
dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi (disposable
income) pada periode tersebuut. Naiknya pendapatan akan meningkatkan
konsumsi, tetapi peningkatan konsumsi lebih kecil dari peningkatan
pendapatan. Sehingga konsumsi rata – rata APCdan MPC menurun dengan
meningkatnya pendapatan.
Metwally memasukkan peranan zakat terhadap fungsi konsumsi, untuk
menyederhanakan masalah dianggap besarnya zakat ditunjukkan oleh
fungsi: Z =αY
Dimana: 0<a<1
Selain itu, dimisalkan bY merupakan pendapatan pemabayaran zakat dan (1-
β)Y  adalah pendapatan penerima zakat,dimana :
0<β<1
Dimisalkan pula ϐ sebagai hasrat konsumsi marginal penerima zakat, dimana :
0 < b < ϐ < 1
Berdasarkan hal itu maka fungsi konsumsi dalam ekonomi islam menjadi :
C=a+b(βY-αY)+ϐ[(1β)Y+αY]
Dimana :
a + b ( βY – αY) = Fungsi konsumsi untuk pembayaran zakat
ϐ[(1-β) Y+αY] = Fungsi konsumsi untuk menerima zakat
b. Hipotesis pendapatan Relatif (the Relative Income Hyphothesis) Hipotesis ini
menyatakan konsumsi sekarang saja ditentukan pendapatan siap konsumsi
pada masa sekarang (Ys) tetapi pendapatan sebelumnya ( pendapatan masa
puncak atau Yp). Maka MPC < APC.

3. Penentu – Penentu Lain Konsumsi dan Tabungan


a. Kekayaan yang telah terkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan, atau tabungan yang banyak sebagai
akibat usaha di masa lalu, maka seseorang berhasil mempunyaikekayaan yang
mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak terdorong lagi untuk
menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari pendapatannya yang
digunakan untuk konsumsi di masa sekarang.
b. Suku bunga
Suku bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan
tabungan. Pada suku bunga yang rendah orang tidak begitu suka membuat tabungan
karena mereka merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi dari menabung.
c. Sikap berhemat
Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung dan
berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih – lebihan dan
mementingkan tabungan.
d. Keadaan perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh teguh dan tidak banyak pengangguran,
masyarakat berkecenderungan melakukan pengeluaran yang lebih aktif. Tetapi
dalam perekonomian yang lambat perkembangannya, tingkat pengangguran sikap
masyarakat dalam menggunakan uang dan pendapatannya menjadi makin berhati - 
hati.
4. Fungsi Investasi Dengan pendekatan Ekonomi Konvensional
Adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih
banyak barang dan jasa. Investasi adalah jumlah dari pembelian peralatan modal,
persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi pada bangunan mencakup pengeluaran
untuk mendapatkan tempat tinggal baru. Menurut kesepakatan bersama, pembelian
tempat tinggal baru merupakan satu bentuk pembelanjaan rumah tanggayang
dikategorikan sebagai investasi dan bukan sebagai konsumsi.
Secara singkat investasi (investment) dapat didefinisikan sebagai tambahan
bersih terhadap stok kapital yang ada. Istilah  lain dari investasi adalah pemupukan
modal atau akumulasi modal. Dengan demikian, di dalam makro ekonomi pengertian
investasi tidak sama dengan modal. Dalam makroekonomi, investasi memiliki arti yang
lebih sempit yaitu jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambahkan stok
modal dalam periode tertentu. Sedangkan modal merupakan stok ketika nilai uang dari
gedung-gedung, mesin-mesin, dan inventaris lainnya adalah tetap pada suatu waktu.  
Ada 3 bentuk pengeluaran investasi :
a. Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu pengeluaran investasi untuk
pembelian berbagai jenis barang modal  yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi
lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industry dan perusahaan
b. Investasi residensial (residensial investment), yaitu pengeluaran untuk mendirikan
rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, bangunan pabrik,dan
bangunan lainnya.
c. Investasi persedian (intervetory investment)  yaitu berupa pertambahan nilai stok
barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang lain yang belum
diproses  produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.
5. Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Islam
Fungsi investasi dengan pendekatan ekonomi islam tentu berbeda dengan pendekatan
ekonomi konvensional. Perbedaannya karena fungsi ivestasi dalam ekonomi konvensional
dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku dalam pendekatan ekonomi
islam.
Menurut Metwally, investasi dinegara-negara penganut ekonomi islam dipengaruhi 3 faktor
a. Ada sanksi terhadap pemegang asset yang kurang atau tidak produktif (hoarding idle
asset)
b. Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi
c. Tingkat bunga berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang muslim boleh
memilih tiga alternative atas dananya, yaitu
1. Memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas
2. Memegang tabungannya dalam bentuk asset tanpa berproduksi seperti deposito,
real
3. Menginvestasikan tabungannya
Khan menyatakan bahwa permintaan infestasi ditentukan oleh tingkat keuntungan yang
diharapkan.
6. Penentu – Penentu Tingkat Investasi
Dengan banyaknya keuntungan yang akan diperoleh sangat besar pengaruhnya dalam
menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Disamping
ditentukan oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung, beberapa faktor lain juga
penting peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam
perekonomian. Faktor – faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:
a. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
b. Tingkat bunga
c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
d. Kemajuan teknologi
e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan – perubahannya
f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan – perusahaan.
B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEREKONOMIAN
TERTUTUP DENGAN KEBIJAKAN PEMERITAH DALAM
PERSPEKTIF MAKROEKONOMI

Perekonomian tertutup maksudnya tidak mengenal hubungan luar negeri,


sehingga tidak ada kegiatan ekspor-impor. Perekonomian sederhana tidak
mengenal keterlibatan pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Jadi,
perekonomian tertutup sederhana adalah perekonomian yang melibatkan dua
pelaku, yaitu rumah tangga dan perusahaan (swasta). Perekonomian sederhana
tidak mengenal keterlibatan pemerintah dalam kegiatan perekonomian.
Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sektor dapat dituliskan dengan
notasi berikut:
Y = C+I

Dimana: C = Konsumsi
I = Investasi
Jika sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian digunakan
untuk menabung (saving atau diberi notasi S) maka dapat di tuliskan sebagai
berikut:
Y=C+S
Sedangkan keseimbangan pendapatan nasional dari sudut penerimaan menjadi:
Y=C+S+T
Dimana: S = Saving/tabungan
T = Tax/pajak1
Dalam membahas perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan
pengeluaran, perekonomian suatu Negara dapat digolongkan atas :
Perekonomian Tertutup (closed economy), yang meliputi atas
perekonomiansederhana (perekonomian dua sector)dan
perekonomian tiga sector,
a. Perekonomian Terbuka (opened economy).

Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari


pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen yang biasanya
disebut dengan consumption (C) dan pengeluaran yang dilakukan rumah
tangga produsen(firm) yang biasanya disebut investment (I)2.
Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sector dapat dituliskan

1
3
dengan notasi berikut.
Y = C+1.................................( 3.1)
Persamaan ini mencerminkan kondisi antara output yang diproduksi
(Y) sama dengan output yang dijual (C+1). Jika sebagian pendapatan
digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan untuk
menabung (saving atau diberi notasi S) maka dapat ditulis:
Y= C+S...................................(3.2)
Sehingga identitas (3.1) dan (3.2) dapat digunakan menjadi : C+1
= C+S..........................................(3.3)
Identitas (3.3) mencerminkan komponen penerimaan (C+S) sama
dengan komponen pengeluaran (C+1). Identitas untuk persamaan (3.3) dapat
dirumuskan kembali untuk melihat hubungan antara tabungan dan investasi..
dengan memperoleh konsumsi dari setiap sisi dari persamaan (3.3) sehingga
diperoleh :
1 = Y- C = S...........................(3.4)
Persamaan diatas menunjukkan bahwa dalam perekonomian sederhana
tabungan identik dengan pendapatan dikurangi konsumsi.

1
4
b. Dampak Pajak Terhadap Konsumsi Dan Tabungan
Pada perekonomian tertutup dengan dua sektor pendapatan nasional
(Y) sama dengan pendapatan diposable (Yd). dengan adanya unsur pajak
(tax), maka pendapatan diposable menjadi lebih
kecil dari pendapatan nasional.
Hubungan antara pendapatan diposable dengan pendapatan nasional
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Yd = Y – T
Dengan berkurangnya pendapatan diposible tentunya akan
mengurangi pula tingkat konsumsi seterusnya akan mengurangi tingkat
tabungan. Untuk melihat sampai sejauh mana pajak dapat mempengaruhi
konsumsi, maka dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan
pajak yang dikenakan, yaitu:
1. Pengaruh pajak tetap, (yaitu besaran pajak yang jumlahnya sama pada
berbagai tingkat pendapatan) terhadap pengeluaran
konsumsi dan tabungan.
2. Pengaruh pajak proporsional (yaitu, besaran pajak yang ditentukan dengan
persentase tertentu dari tingkat pendapatan) terhadap tingkat konsumsi dan
tabungan.
Guna melihat dampak pajak tetap terhadap konsumsi dapat diberikan
suatu ilistrasi perhitungan sederhana sebagai berikut:
C = 100 +
0,85Y T = 10
Besarnya konsumsi sebelum ada pajak:
Y=C
Y = 100 + 0,85Y
Y = (1/0,15) 100
Y = 667 (pembulatan) C
= 667
Besarnya konsumsi setelah ada pajak tetap
Yd = 667-10
Yd = 657
C = 100 + 0,85 (667-10)
C = 658 (pembulatan)

15
Dari hasil perhitungan sederhana tersebut jelas pajak tetap akan
mengurangi konsumsi, lalu bagaimana dengan tingkat tabungan? Logika
sederhana menyatakan tentunya tabungan juga aka mengalami penurunan,
dengan menggunakan persamaan konsumsi diatas (C = 100 + 0,85Y)
dapat diberikan ilustrasi dengan menggunakan Tabel berikut:

Tabel 3.1 Pengaruh pajak tetap terhadap Konsumsi dan


Tabungan
Y T Yd C S
0 0 0 100 -100
600 0 600 610 -10
800 0 800 780 20
1200 0 1200 1120 80
1500 0 1500 1375 125
Y T Yd C S
0 10 -10 91,5 -101,5
600 10 590 601,5 -11,5
800 10 790 771,5 18,5
1200 10 1190 111,5 78,5
1500 10 1490 1366,5 123,5

Dari ilustrasi Tabel 3.1 terlihat bahwa sebelum ada pajak tetap
kenaikan pendapatan akan mengakibatkan kenaikan konsumsi dan tabungan
yang besarnya:
= MPC x

= MPS x

Setelah ada pajak tetap menyebabkan pengurangan terhadap

pendapatan diposible sebesar pajak tetap (T), maka = -T.

Dengan berkurangnya tingkat pendapatn diposible akan mengurangi jumlah


konsumsi dan tabungan sama dengan pengurangan

pendapatan diposible: = -T = + . Besarnya

16
pengurangan konsumsi setelah ada pajak tetap adalah sebagai
berikut:
= MPC x atau = MPC x (-T)

= MPS x atau = MPS x (-T)

Dengan menggunakan contoh pada Tabel 3.1, maka:


= 0,85x(-10) = -8,5 (bandingkan konsumsi sebelum dengan setelah

pajak tetap)
= 0,15x(-10) = -1,5 (bandingkan konsumsi sebelum dengan setelah

pajak tetap) Selain itu, dampak pajak tetap terhadap konsumsi dapat dijelaskan
menggunakan analisis kurva sebagai berikut:
C

C = a+bY

a C=a+b(Y-T)

a-bT MPC x T

17
Gambar 3.1 Dampak pajak tetap terhadap Konsumsi

S S = -a + (1-b)Y

S = -a + (1-b)(Y-T)

-a MPC x T
-a-(1-bT)
Gambar 3.2 Dampak pajak tetap terhadap Tabungan3

c. Dampak Pengeluaran Pemerintah Dan Pajak Terhadap


Keseimbangan Perekonomian
Ketika pembahasan perekonomian tertutup tanpa kebijakan
pemerinatah besarnya multiplier perekonomian 1/(1-b),

18
bagaimana multiplier setelah masuknya pemerintah dalam sistem
ekonomi (perekonomian 3 sektor)? Seperti telah diuraikan pada bagian
sebelumnya masuknya unsure pemerintah menimbulkan dampak pada dua
sisi yaitu dari sisi pengeluaran berupa pengeluaran pemerintah
(government expenditerc) dan
sisi penerimaan berupa pajak (tax).
Jika pajak tetap dalam multiplier perekonomian, maka besaran
multiplier dapat diterangkan dengan menggunakan asumsi-
asumsi sebagai berikut:
1. Fungsi konsumsi adalah C x a+bYd
2. Besar pajak tetap adalah T = Tx
3. Fungsi Investasi adalah autonomous (I = Io)
4. Fungsi pengeluaran pemerintah adalah autonomous (G = Go)
Berdasarkan asumsi tersebut, maka kita dapat menghitung
multiplier perekonomian sebagai berikut:
Y =C+I+G
Y = a + bYd + I + G
Y = a + b(Y-Tx) + I + G
Y = a + bY – bTx + I +
G Y-bY = a – bTx + I + G
Y = (a – bTx + I + G)
………………………………………

(3.5)
Dari persamaan (3.5) terlihat bahwa multiplier perekonomian dengan
adanya pajak tetap tidak mengalami perubahan (sama seperti multiplier
dalam perekonomian tertutup tanpa kebijakan pemerintah). Contoh,
diketahui:
C = 100 + 0,85Yd
Io = 20
G = 20
Tx = 10
Ditanya: Berapa tingkat keseimbangan pendapatan nasional?
Berapa kenaikan pendapatan nasional jika investasi meningkat menjadi
40 (I1)?
Jawab: Tingkat keseimbangan pendapatan nasional:
19
Y = 100 + 0,85 (Y-10) +20 + 20
Y = 140 – 8,5 + 0,85Y
Y = 131,5/(0,15)
Y = 877 (pembuatan)
Kenaikan pendapatan nasional jika investasi meningkat menjadi 40
(I1):
= I1 - I0

= 40 – 20

= 20

= (1/1-b) x

= 133 (pembulatan)

Kebaikan lain penambahan pengeluaran pemerintah apabila


dibandingkan dengan pengurangan pajak sebagai alat kebijakan fiskal adalah
pertambahan pengeluaran pemerintah dalam menggalakan kegiatan ekonomi
adalah lebih cepat dari efek pengurangan pajak. Pengambilan keputusan untuk
menambah pengeluaran pemerintah, pelaksanaan pengeluaran itu dan kenaikan
kegiatan ekonomi yang diakibatkannya berlaku dalam masa yang relatif cepat.
Ini disebabkan karena pengeluaran pemerintah merupakan komponen
pengeluaran agregant (yang berlaku akibat penambahan konsumsi rumah
tangga)4.
Sedangkan pajak itu hampir semuanya mempunyai sifat meningkatkan
biaya produksi dan harga jual pada barang dan juga dikenakan secara
langsung pada pendapatannya bukan pada harga barang5. Dengan demikian
kemampuan pajak dalam mempertahankan tingkat kesejahteraan
perekonomian masyarakat belum dikatakan lebih baik jika dibandingkan
dengan zakat.

2 Nurul Huda et al. Ekonomi Makro Islam...........hlm 63

3 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana,2009), hlm. 428

20
C. Pengertian Dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup
Tanpa Kebijakan Pemerintah Dalam Perspektif
Ekonomi
Islam
Dalam negara islam, kebijakan fiscal merupakan salah satu perangkat
untuk mencapai tujuan syariah yang dijelaskan Imam Al- Ghazali termasuk
meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan, kehidupan,
intelektualitas, kekayaan, dan kepemilikan. Pada saat perekonomian sedang
krisis yang membawa dampak terhadap keuangan negara karena sumber-
sumber penerimaan terutama pajak merosot seiring dengan merosotnya
aktivitas ekonomi, maka kewajiban tersebut beralih kepada kaum
muslimin.
Dalam konsep ekonomi islam, kebijakan fiscal bertujuan untuk
mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi
kekayaan berimbang dengan menepatkan nilai-nilai material dan
spiritual pada tingkat yang sama. (M.A. Manan, 1993).
1. Pengumpulan Zakat
Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat dapat dilakukan dalam dua
pola, yaitu pola konsumtif dan pola produktif. Para amil zakat diharapkan
mampu melakukan pembagian porsi hasil pengumpulan zakat misalnya 60%
untuk zakat konsumtif dan 40% untuk zakat produktif. Program penyaluran
hasil pengumpulan zakat secara konsumtif bisa dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar ekonomi para mujtahid melalui pemberian langsung,
maupun melalui lembaga-lembaga yang mengelola fakir miskin, panti
asuhan, maupun tempat-tempat ibadah yang mendistribusikan zakat kepada
masyarakat. Sedangkan program penyaluran hasil pengumpulan zakat secara
produktif dapat dilakukan melalui program bantuan pengusaha lemah,
pendidikan gratis, dalam
bentuk biasiswa dan pelayanan kesehatan gratis.
2. Pengumpulan Pajak
Syarat Pengumpulan pajak agar dalam pemungutannya tidak
menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan/pengumpulan
pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

21
a. Pengumpulan pajak harus adil (syarat keadilan) sesuai dengan tujuan
hukum, yakni mencapai keadilan, Undang Undang dan pelaksanaan
pemungutan harus adil. Adil dalam perundang- undangan di antaranya
mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesusikan dengan
kemampuan masing-masing, sedang adil dalam pelaksanaan yakni dengan
memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan,
penundaan dalam pembayaran, dan mengajukan banding kepada
Majelis
Pertimbangan Pajak.
b. Pengumpulan pajak harus berdasarkan Undang Undang ( Syarat
Yuridis) Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A yang
menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang- undang. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan
keadilan, baik bagi negara maupun warganya.
c. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis) Pemungutan
tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan sehingga tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
d. Pengumpulan pajak harus efisien (Syarat Finansial) Sesuai fungsi
budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana. Sistem pemungutan yang
sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah
dipenuhi oleh undang undang perpajakan yang baru.
3. Zakat, Pajak, Investasi Dan Pengeluaran Pemerintah Dalam
Kaitannya Dengan Multiplier Efek Dalam Perspektif Islam
Untuk multiplier zakat adalah multiplier zakat adalah tergantung
marginal propensity to consume (MPC) dari zakat yang diterima cz jika cz
>0, maka multiplier zakat positif, hal ini berimplikasi bahwa peningkatan
pengeluaran zakat akan meningkatkan kegiatan ekonomi. Untuk multiplier
pajak yaitu dimana pengurangan pajak akan meningkatkan pendapatan
nasional dan sebaliknya. Untuk multiplier investasi autonomous,

22
government spending besarannya sama. Dan juga pendapatan nasional
akan mengalami peningkatan jika terjadi peningkatan investasi domestik
swasta dan pengeluaran pemerintah.

23
BAB III
PENUTU
P

Kesimpulan

Dari uraian makalah diatas dapat kami simpulkan bahwa Perekonomian tertutup tanpa
kebijakan pemerintah adalah Perekonomian dua sector yang merupakan perekonomian yang
terdiri dari pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen.
Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
pelengkapan-pelengkapan produksi untuk menambah kemampuan untuk memproduksi barang-
barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Perekonomian tertutup artinya tidak
mengenal hubungan luar negeri, sehingga tidak ada kegiatan ekspor-impor. Jadi
perekonomian tertutup sederhana adalah perekonomian yang melibatkan dua pelaku, yaitu
rumah tangga dan perusahaan (swasta). Dalam negara islam, kebijakan fiscal merupakan
salah satu perangkat untuk mencapai tujuan syariah. Yang mana kebijakan fiscal itu
bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan
berimbang dengan menepatkan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkat yang sama.

24
DAFTAR
PUSTAKA

Huda et al, Nurul. 2009. Ekonomi Makro Islam. Pendekatan Teoritis.


Jakarta: Kencana.
http://belajar.blogspot.com/2013/01/pungutan-selain-pajak–pungutan- resmi.html
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2009.
Ekonomi Islam. Jakarta: Grafindo Persada.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana.
Sukirno, Sadono. 2013. Makroekonomu Teori Pengantar, Ed. 3, Cet. 22, Jakarta:
Grafindo Persada.

25

Anda mungkin juga menyukai