Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL

PENGARUH MODEL LATIHAN E-MOVEMENT CONE DRILL TERHADAP


PENINGKATAN KELINCAHAN
PADA ATLET BOLA BASKET SISWA SMAN 2 BARRU

ARI ASHARI
1931342016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7


A. Tinjauan Pustaka 7
B. Kerangka Pikir 23
C. Hipotesis 24

BAB III 25

METODOLOGI PENELITIAN 25
A. Jenis Penelitian 25
B. Waktu dan Tempat 25
C. Variabel dan Desain Penelitian 26
D. Populasi dan Sampel 27
E. Definisi Operasional Variabel 28
F. Instrument dan Perangkat Penelitian 28
G. Teknik Pengumpulan Data 30
H. Teknik Analisis Data 32

DAFTAR PUSTAKA 46

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model latihan E-Movement cone drill 8


Gambar 2.2 Gambar otot-otot yang aktif 20
Gambar 2.3 Kerangka berfikir 23

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permainan bola basket dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu

dimainkan oleh 5 orang pemain. Setiap regu berusaha memasukkan bola

sebanyak-banyaknya kekeranjang lawan dan mencegah pihak lawan memasukkan

bola ke dalam keranjangnya sendiri. Bola boleh dilemparkan, dipantul-pantulkan,

digelindingkan, didorong sesuai dengan peraturan permainan (Adiningtyas et al.,

2020; Rohmatunisha et al., 2020).”Dribble dalam bolabasket adalah salah satu

teknik dasar bola basket yang pertama diperkenalkan kepada para siswa, karena

keterampilan ini sangat penting bagi setiap pemain yang terlibat dalam

pertandingan bola basket (Puente et al., 2017; Trojian et al., 2013). Sedangkan

pendapat lainnya menyampaikan bahwa menggiring bola adalah membawa bola

lari ke segala arah sesuai dengan peraturan yang ada. Seorang pemain

diperbolehkan membawa bola lebih dari satu langkah asalkan bola dipantulkan ke

lantai, baik berjalan maupun berlari. Menggiring bola harus menggunakan satu

tangan. Kegunaan menggiring bola adalah mencari peluang serangan, menerobos

pertahanan lawan, ataupun memperlambat tempo permainan (French & Thomas,

2016; Stöckel & Vater, 2014). Jadi dapat disimpulkan bahwa menggiring bola

(dribble) bolabasket adalah kemampuan teknik dasar seorang pemain

memindahkan bola menggunakan tangan dengan secepat-cepatnya sebagai bentuk

tujuan untuk mengadakan serangan balik, melewati lawan dan mengatur tempo

1
permainan serta untuk mencetak angka sebanyak-banyaknya tanpa kehilangan

keseimbangan.

Kelincahan merupakan salah satu unsur pada pengkuran kemampun umum

bergerak. Pengukuran pada tes kemampuan umum bergerak melibatkan unsur lari,

lompat, panjat, dan lempar. Butir-butir tes tersebut sebagai tes berangkai untuk

mengukur kemampuan umum bergerak. Untuk memudahkan proses

penggolongan dan penilaian prestasi, maka telah disusun tes berangkai

kemampuan umum bergerak yang melibatkan unsur daya ledak, kecepatan,

kelincahan, kekuatan, keseimbangan dan kelentukan (Eom et al., 2014;

Mehdizadeh et al., 2015). Kelincahan (agility) adalah kemampuan untuk

mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan

keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuh (McInnes et al., 2014; Stovern et

al., 2019).

Adapun jenis-jenis latihan yang dapat meningkatkan kelincahan (agility)

menurut Lee (2000) latihan V-drill, latihan, S-drill, latihan Yard turn drill, latihan Star

drill, latihan Pattern Run, latihan Zig-zag, H-Movement, E-Movement dan Cone

Snakedrill.

Untuk mengetahui latihan yang dapat meningkatkan dan kelincahan pada pemain

sepakbola pada saat latihan maupun dalam suatu pertandingan, maka perlu adanya Salah

satu latihan yaitu, E-Movement Cone Drill merupakan latihan yang menggunakan cone

yang berguna untuk meningkatkan kelincahan seseorang dalam bergerak. Latihan adalah

latihan membentuk cone menjadi huruf E dengan ketentuan tertentu.

Berdasarkan Hasil penelitian (Rismawan & Hariyoko, 2007) menunjukkan

adanya pengaruh latihan ladder drills terhadap keterampilan dribbling pada pemain SSB
2
Arema Domhill Malang. Selain itu penelitian Mulyono et al (2017) yang menyimpulkan

latihan tangga koordinasi menggunakan ladder drills berpengaruh terhadap hasil

kelincahan dan kecepatan menggiring siswa Banteng Muda, sehingga dapat disimpulkan

dari beberapa hasil penelitian tersebut, bahwa latihan kelincahan dengan menggunakan

ladder drills terbukti dapat meningkatkan keterampilan kelincahan menggiring bola.

Latihan berasal dari kata training adalah suatau proses peyempurnaan kemampuan

keolahragaan yang berisikan materi teori dan praktik menggunakan metode, dan aturan

perlaksanaan dengan pendekatan ilmiah memakai prinsip-prinsip latihan yang terencana

dan teratur, sehingga tujuan latihan dapat dicapai tepat pada waktunya. (Syafruddin,

2011).

Model Latihan E-Movement cone drill merupakan latihan yang menggunakan kun

(cone) yang berguna untuk meningkatkan kelincahan seseorang dalam bergerak. Latihan

ini adalah latihan dengan membentuk kun (cone) menjadi huruf E dengan ketuntasan

tertentu. Tujuan latihan ini untuk meningkatkan kemampuan mengubah arah, posisi

tubuh, transisi antara keterampilan dan kemampuan memotong

Adapun prosedur pelaksanaan Latihan E-Movement:

(a). latihan Tempatkan 6 cones sehingga dalam bentuk huruf e kerucut yang dimana

kerucut 1 dan cones 2 ditempatkan pada garis start 2 adalah 10 yard, (9 meter), terpisah

pada garis awal. Kerucut 3 dan 4 adalah 5 jarak 4,6 meter di depan kerucut 1 dan 2

kerucut 4 da 5 (4.6 meter) didepan kerucut 3 dan 4.

(b). Ditempatkan dai kerucut 1 dan 2 Sprint dari 2 ke kerucut 3 Ditempatkan dari

kerucut 3 ke kerucut 4 , Ditempatkan kembali dari kerucut 4 ke kerucut 3 , Lari dari

kerucut 3 ke kerucut 5, Acak dari kerucut 5 ke kerucut 6 , Kembali dari kerucut 5 ke

kerucut 2 , ditempatkan dari kerucut 2 ke kerucut 1.

3
Kelincahan menurut Johansyah (2013) adalah seperangkat keterampilan

kompleks perlambatan, perubahan arah, dan reacceleration. Kelincahan dipengaruhi oleh

persepsi atlet dan pengambilan kemampuan mengambil keputusan untuk dengan cepat

mengubah arah (young).

Faktor yang Mempengaruhi Kelincahan Faktor yang menentukan kelincahan

adalah kecepatan reaksi dan kecepatan gerak, kemampuan beradabtasi dan

mengantisipasi, kemampuan berorientasi terhadap masalah yang dihadapi, kemampuan

mengatur keseimbangan, kelenturan sendi.

Sudah banyak penelitian untuk meningkatkan kelincahan dalam sepakbola,

ataupun futsal namun masih sedikit penelitian meningkatkan kelincahan dalam olahraga

basket. Pada penelitian ini memiliki diterapkan adanya model latihan E-Movement

terhadap peningkatan kelincahan agar pemain memudahkan cara melakukan Standar

Operational Prosedure, sehingga latihan model ini diharapkan lebih efisien dan variatif.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui seberapa besar

efektifitas model latihan e-movement cone drill terhadap peningkatan kelincahan pada

pemain SMAN 2 Barru, dan serta penelitian model ini adalah untuk menghasilkan suatu

produk program latihan e-movement yang efisien dan efektif untuk meningkatkan kondisi

fisik seperti kelincahan variasi latihan e-movement, dan menghasilkan produk berupa

model latihan e-movement Bola basket. Dari sekian banyak bentuk latihan kelincahan

diatas peneliti berminat untuk mengambil bentuk latihan e-movement dikarenakan

latihan tersebut belum pernah diaplikasikan pada pemain basket fokus masalah dalam

penelitian ini pada saat bertanding, dalam hal berlari, meyerang, passing dan mendribling

bola basket dilakukan secara lambat dan mudah direbut bolanya oleh karena itu peneliti

ingin mengangkat sebuah permasalahan dengan judul ” Efektifitas model latihan e-

movement cone drill terhadap peningkatan kelincahan pada pemain SMAN 2 Barru

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka penulis dapat

merumuskan rumusan permasalahan sebagai berikut. Apakah model program latihan e-

movement yang efisien dan efektif dapat meningkatkan kondisi fisik seperti kelincahan

latihan e-movement cone drill terhadap pemain SMAN 2 Barru?

C. Tujuan Penilitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu produk model program

latihan emovement yang efisien dan efektif untuk meningkatkan kondisi fisik seperti

kelincahan latihan e-movement.

D. Manfaat Penilitian

Pada dasarnya setiap penelitian ilmiah diharapkan mempunyai kegunaan baik

secara teoritis maupun praktis, dan kegunaan teoritis berarti untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dan secara praktis sebagai dasar keputusan dalam upaya memecahkan

masalah yang timbul dalam penelitian.

1. Manfaat teoritis

a. Menambah wawasan penulis tentang bola basket terutama yang berkaitan tentang

Efektifitas latihan e-movement terhadap peningkatan kelincahan pada pemain

SMAN 2 Barru

b. Sebagai bahan kajian stimulasi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian

lebih lanjut, lebih mendalam, lebih luas lagi dari segi wilayah maupun substansi

masalah tentang Efektifitas latihan e-movement terhadap peningkatan kelincahan

pada pemain SMAN 2 Barru

2. Manfaat praktis

5
Manfaat praktis adalah manfaat bagi pelaksanaan. Diharapkan informasi yang

diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi pembina dan

pelatih olahraga bola basket pada umumnya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kerangka acuan atau sebagai landasan teori yang

erat kaitannya dengan suatu permasalahan dalam penelitian. Teori-teori yang

dikemukakan merupakan pernyataan dasar yang di harapkan dapat menunjang

penyusunan kerangka berfikir yang merupakan dasar dalam merumuskan hipotesis

sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini.

Secara sederhana latihan dapat dirumuskan, yaitu segala daya dan upaya untuk

meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik dengan proses yang sistematis dan

berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan, waktu atau

intensitasnya. Seseorang melakukan latihan dikarenakan merupakan suatu bentuk upaya

untuk mencapai suatu tujuan. Latihan bukan hal yang baru, sudah sejak zaman dahulu

latihan dilakukan secara sistematis untuk menuju suatu tujuan tertentu.

Menurut Bompa (1994) dalam Awan Hariono (2006: 1) latihan adalah upaya

seseorang dalam meningkatkan perbaikan organisme dan fungsinya untuk

mengoptimalkan prestasi dan penampilan olahraga. Tujuan dari latihan untuk

memperoleh berprestasi semaksimal mungkin, namun dalam proses pelaksaan latihan

tidak cukup mudah dan sederhana. Program latihan yang diberikan pelatih amat penting

dalam mendukung kualitas latihan yang sesuai dengan cabang masing-masing. Bukan

hanya latihan fisik saja yang harus dilatih untuk mencapai prestasi yang maksimal teknik,

taktik dan mental juga amat penting untuk dilatih.

7
1. Latihan E-Movement

Gambar 1.1 model latihan E-Movement cone drill

(sumber : Brown, L.E dan Ferrigno, V.A 2005:80)

Model Latihan E-Movement cone drill merupakan latihan yang

menggunakan kun (cone) yang berguna untuk meningkatkan kelincahan

seseorang dalam bergerak. Latihan ini adalah latihan dengan membentuk kun

(cone) menjadi huruf E dengan ketuntasan tertentu. Tujuan latihan ini untuk

meningkatkan kemampuan mengubah arah, posisi tubuh, transisi antara

keterampilan dan kemampuan memotong. Meningkatkan kemampuan untuk

merubah arah komposisi tubuh , keterampilan transisi dan kemampuan

memotong.

Sebagian besar cabang olahraga dapat di lakukan jika atlit memiliki

kekuatan kecepatan dan kelincahan. Latihan E-Movement cone drill adalah

8
salah satu latihan untuk meningkatkan kelincahan yang mana latihan tersebut

yaitu menggunakan 6 cone yang di letakan membentuk huruf E jarak antara

cone 1 (start) dan cone 2 adalah 9 meter, cone 2 dan cone 3 jaraknya 4.6

meter, cone 3 dan cone 4 jaraknya 9 meter, cone 3 dan cone 5 jaraknya 4,6

meter, cone 5 dan cone 6 jaraknya 9 meter.

Pengaruh latihan E-Movement cone drill terhadap kelincahan sangat

besar karena latihan ini sangat baik untuk di gunakan dalam melatih

kelincahan seseorang yang mana Latihan kelincahan E-Movement cone drill

merupakan bentuk latihan yang dapat meningkatkan kelincahan karena

latihan tersebut yaitu menggunakan 6 cone yang di letakan membentuk huruf

E dan di lakukan latihan sprint serta gerakan shuffle dan juga gerakan

backpedal dalam beberapa set secara beberapa kali untuk melatih kelincahan

tersebut sehingga pemain lincah dalam bergerak di segala arah dan di

harapkan pemain dapat beradaptasi dengan lingkungan yang di hadapai dan

dapat mengembangkan keterampilannya teknik, mental, taktik maupun fisik

untuk mencapai prestasi yang maksimal.

E-movement bertujuan untuk meningkatkan kelincahan untuk

mengubah arah, posisi tubuh, transisi tiap gerakan dan memotong. Latihan

ini tepat untuk meningkatkan kelincahan karena latihan ini memadukan

gerakan lari cepat, lari mundur, dan lari menyamping dengan transisi tiap

Gerakan dilakukan secara cepat. Jarak tiap cone 10 yards (9,2 meter) dan 5

yards (4,6 meter).

Pelaksanaan E-movement meliputi:

9
1. Mulai di titik star pada cone 1.

2. Lari menyamping dari cone 1 ke cone 2.

3. Sprint dari cone 2 ke cone 3.

4. Lari menyamping dari cone 3 ke cone 4.

5. Lari menyamping kembali dari cone 4 ke cone 3.

6. Sprint dari cone 3 ke cone 5.

7. Lari menyamping dari cone 5 ke cone 6.

8. Lari menyamping kembali dari cone 6 ke cone 5.

9. Lari mundur dari cone 5 ke cone 2.

Lari menyamping dari cone 2 ke cone 1

2. Kelincahan

Kelincahan merupakan salah satu kondisi fisik yang juga berperan olahraga

keterampilan, bahkan pada cabang olahraga tertentu, seperti bola basket, sepak bola,

futsal, bolavoli, bulutangkis, beladiri, dan lain-lain,sehingga faktor kelincahan

menjadi dominan dalam cabang-cabang olahraga. Sebagai salah satu komponen

fisik, kelincahan salah satu unsur kecepatan,kekuatan dan koordinasi gerak, yang di

dalamnya termasuk unsur kekuatan dan daya tahan (Suharno, 1993). Kelincahan

sering disamakan dengan kemampuan koordinasi gerakan-gerakan, keterampilan,

kemampuan mengarahkan otot-otot atau kecepatan bergerak. Disamping itu

komponen kelincahan merupakan unsur kemampuan fisik yang sangat kompleks dan

mencakup interaksi dari unsur-unsur lain seperti kecepatan, keterampilan gerak dan

sebagainya. Oleh karena itu, kelincahan merupakan keterampilan yang diperluhkan

oleh setiap atlet dalam olahraga dan merupakan faktor penting untuk meningkatkan

prestasi atlet.
10
Kelincahan adalah kemampuan untuk meningkatkan keterampilan secara

baik dan untuk memakainya dengan cepat dan tepat menurut kebutuhan-kebutuhan

yang ingin dicapai pada situasi yang berbeda-beda (Nossek, 2002). Kelincahan juga

merupakan kemampuan untuk bergerak posisi tubuh atau arah gerakan tubuh dengan

cepat, ketika sedang bergerak cepat,tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran

orientasi tubuh. Dalam komponen kelincahan ini sudah termasuk unsur mengelak

dengan cepat, mengubah posisi dengan cepat, bergerak lalu berhenti, dan di

lanjutkan dengan bergerak secepatnya (Nala, 1998).

Kelincahan cenderung menjadi sesuatu yang sangat spesifik untuk

penampilan gerak yang berbeda, tuntutan untuk membuat perubahan-perubahan yang

cepat dalam pola- pola gerakan, jelas terlihat dalam permainan sepak bola, futsal,

bola basket, bolavoli, senam atau aktivitas lain (Berger, 2000). Tuntutan ini dapat di

batasi unsur mengatur gerak kaki atau menggunakan semua gerak tubuh.

Berdasarkan pengertian di atas, jelaskan kelincahan bukan kemampuan fisik yang

tunggal, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi baik dan tidaknya

kelincahan .

Sementara itu menurut Balley (1990) bahwa kelincahan adalah kemampuan

tubuh untuk mengubah arah dengan cepat dan efektif sambil bergerak atau berlari,

sedangkan menurut Nurhasan (2008) bahwa kelincahan adalah suatu kemampuan

untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan di mulai dengan gerakan

yang lain. Lebih lanjut Suharno (1993) menjelaskan bahwa kelincahan adalah

kemampuan untuk mengubah arah dan posisi yang dilakukan dengan cepat, tepat,

tanpa kehilangan keseimbangan.

Bertolak dari berbagai pendapat di atas, sudah jelas bahwa komponen

kelincahan di pengararuhi oleh banyak hal dan berhubungan erat dengan unsur ,

11
kecepatan, kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi gerak. Kelincahan adalah

kemampuan fisik mengubah secara cepat arah atau bagian tubuh tanpa gangguan

pada keseimbangan. Kemampuan ini di perlukan tidak hanya dalam melakukan

olahraga tetapi juga dalam situasi kegiatan fisik dan rekreasi. Kelincahan tergantung

pada faktor kekuatan, kecepatan, tenaga, daya ledak otot, keseimbangan, koordinasi.

Orang yang mempunyau kelincahan yang tinggi memungkinkan orang tersebut

untuk dapat bergerak ke segala arah dengan mudah (Sajoto, 2002).

Gerak dibedakan menjadi dua, yaitu : gerak kasar dan gerak halus, gerak

kasar adalah gerakan seluruh tubuh dan bagian-bagian tubuh yang besar seperti

dalam kegiatan berpindah tempat, sedangkan gerak halus adalah gerak yang

memerlukan ketelitian dan kecerdikan Nala (2002).

a. Faktor- faktor yang mempengaruhi kelincahan

Kelincahan di pengaruhi oleh kekuatan atau kemampuan atlet melawan tahanan dengan

suatu kecepatan tinggi (Balley, 1990). Sedangkan Nala (1998) mengatakan bahwa dalam

aktivitas kelincahan sewaktu sedang berlari cepat kemudian melakukan perubahan gerak

secara tiba-tiba, jika tidak di tunjang oleh komponen koordinasi yang prima, penampilan

kelincahan tidaklah berhasil. Nossek (2002) mengatakan bahwa kelincahan yang terbaik

di praktekkan dalam kombinasi kecepatan kekuatan, ketahanan.

Menurut Marino (2012) bahwa kelincahan di pengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu antara lain:

a. Somatotipe Orang yang mempunyai bentuk tubuh tinggi ramping dan bundar

kenderung kurang lincah. Sebaliknya pada orang yang sedang atau sedikit pendek

namun memiliki perototan yang baik cenderung memiliki kelincahan yang lebih

baik. Dalam hubungann somatotipe, dapat dikatakan bahwa mesomorf dan

mesoecttomorf cenderung lebih lincah dibandingkan dengan ectomorf dan endomorf.

12
b. Usia

Pada anak-anak, kelincahan terus meningkat sampai kira-kira umur 12 tahun, ketika

mereka memasuki “tahun-tahun kaku” pada masa pertumbuhan yang cepat. Selama

periode ini kelincahan tidak dapat meningkat bahkan cenderung menurun. Setelah

pertunbuhan yang cepat lewat, kelincahan meningkat lagi secara mantap sampai

mencapai kematangan.

c. Jenis kelamin

Di bandingkan anak perempuan, akan tetapi pada masa pubertas akan terjadi hal

yang sebaliknya.

d. Kelebihan berat badan

Kelebihan berat badan secara langsung akan mengurangi kelincahan, ini terjadi pada

seluruh tubuh maupun pada bagian-bagiannya dan mengurangi kecepatan kontraksi

otot, dengan demikian akan mengurangi kecepatan.

e. Kelelahan

Kelelahan, baik yang terjadi pada saraf motorik yang mensarafi serabutserabut di

dalam motor, unit, neuromuscular, fungsi, maupun pada central nervous system

(CNS) yang dapat menurunkan kelincahan, karena kelelahan mempunyai pengaruh

terutama hilangnya koordinasi gerak.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan menurut Nurhasan (2008)

adalah:

a. Tipe tubuh, seperti yang telah dijelaskan dalam pengertian kelincahan di atas,

bahwa gerakan kelincahan menuntut terjadinya pengurangan dan pemacuan tubuh

secara bergantian dimana momentum sama dengan massa dikalikan kecepatan.

13
Jika dihubungkan dengan tipe tubuh, maka orang yang tergolong ectomorph, dan

mesomorph lebih tangkas dari endomorph

b. Usia kelincahan, pada seseorang akan meningkat sampai kira-kira usia 12 tahun

(memasuki pertumbuhan cepat). Selama periode tersebut (3 tahun) kelincahan

tidak meningkat, bahkan menurun. Setelah masa pertubuhan berlalu, kelincahan

meningkat lagi secara mantap sampai anak mencapai maturitas dan setela itu

menurun kembali.

c. Jenis kelamin, anak laki-laki menunjukan kelincahan sedikit lebih baik dari pada

anak perempuan sebelum mencapai usia pubertas, setelah pubertas perbedaan

tampak lebih mencolok.

d. Status gizi ,anak dapat bergerak dengan lincah bila tidak mengalami kelebihan

berat badan maupun kekurangan berat badan yang semestinya. Anak yang

mengalami gangguan status gizinya akan mengalami gangguan kemampuan

dalam melakukan aktivitas fisik.

e. Kelelahan mengurangi kelincahan terutama karena menurunnya koordinasi.

Sehubungan dengan hal itu penting untuk memelihara daya tahan kardiovaskuler

dan otot agar kelelahan tidak mudah timbul.

3. Bola Basket

Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri dari dua tim

dengan masing-masing tim berisi lima orang. Kedua tim tersebut saling

bertanding untuk mencetak poin dengan memasukkan bola ke keranjang lawan

sebanyak-banyaknya. Olahraga tersebut sangat populer di Amerika Serikat dan

penduduk di belahan bumi lainnya, seperti Eropa Selatan, Lithuania, hingga

Indonesia. Tak sedikit kompetisi bola basket digelar setiap tahun, seperti British

14
Basketball League (BBL) di Inggris, National Basketball Association (NBA) di

Amerika, hingga Indonesia Basketball League (IBL).

Bola basket bisa dilakukan di lapangan terbuka (outdoor) atau ruang tertutup

(indoor). Standar internasional permainan bola basket adalah empat babak, waktu

setiap babaknya adalah 10 menit (4×10 menit), dengan jeda waktu istirahat 10

menit. Basket merupakan permainan yang diciptakan seorang guru olahraga

bernama James Naismith pada 1891-an. Kala itu, James ingin membuat

permainan yang bisa dimainkan murid-muridnya dalam ruangan tertutup,

terutama saat musim dingin.

Namun, basket yang dilakukan James berbeda dari yang sekarang. James

hanya membuat beberapa aturan dasar agar bisa diterima banyak orang.

Beberapa aturan yang diterapkan James, antara lain setiap tim terdiri dari

sembilan orang dan tidak adanya teknik dribble. Jadi, saat itu menggiring hanya

dilakukan dengan cara melempar bola.

Seiring berjalannya waktu, pemainan ini terus berkembang dan mulai

dinamakan sebagai basketball. Permainan ini menyebar di Amerika dan terus

berkembang pesat sampai sekarang.

Untuk wilayah Asia, China menjadi satu di antara negara pertama yang mulai

mengenal olahraga basket, selain Jepang dan Filipina. Pada 1920-an, orang-orang

China merantau ke Indonesia dan secara tak langsung ikut memperkenalkan

olahraga basket. Pada 1930-an, perkumpulan-perkumpulan basket mulai

bermunculan di berbagai kota di Indonesia, mulai di Jakarta, Bandung,

15
Yogyakarta, Surabaya, hingga Medan. Basket kemudian makin berkembang pesat

setelah Indonesia merdeka pada 1945.

Berikut ini peraturan dasar permainan bola basket :

1. Pemain ini dapat melemparkan bola dari segala arah, di mana menggunakan

satu di antara atau kedua tangan.

2. Pemain tidak bola berlari sambil memegang bola. Bola harus dilemparkan di

titik pemain yang menerima bola.

3. Bola harus dipegang, baik di dalam atau di antara telapak tangan.

4. Pemain tidak diperbolehkan menjegal pemain lawan dengan cara apa pun.

Tindakan menjegal lawan dapat dikenai sanksi pelanggaran yang berat.

5. Jika salah seorang pemain melakukan kesalahan tiga kali berturut-turut, maka

kesalahan tersebut akan dihitung poin untuk lawan.

6. Poin ini akan diperoleh jika bola yang dilemparkan masuk ke keranjang.

7. Jika bola akan terlempar keluar dari arena pertandingan, maka yang berhak

memainkannya pertama kali merupakan seorang pemain pertama yang

menyentuhnya.

8. Waktu pertandingan ialah empat kuarter, yang masing-masing berdurasi 10

menit.

9. Tim yang berhasil memasukkan bola ke ring dengan jumlah poin terbanyak

itulah yang dinyatakan sebagai pemenang.

3.1. Karakteristik Bola Basket

Permainan bola basket mempunyai karakteristik sebagai berikut:

16
1. Dimainkan secara beregu

2. Menggunakan bola basket sebagai alat permainannya, bola dimainkan

dengan cara dipantulkan kelantai, dilempar atau di oper atau di

gelindingkan

3. Menggunakan keranjang sebagai sasaran tembak untuk menghasilkan

angka

4. Mempunyai peraturan yang khas, seperti memasukkan bola ke dalam ring

lawan dengan menggunakan tangan, adapun peraturan 3 detik di daerah

pertahanan lawan, 8 detik di daerah setengah lapangan, dan 24 detik batas

waktu penyerangan

5. Ukuran panjang lapangan 28 m dan lebar 15 m

Peraturan pertandingan bola basket

3.2. Peraturan pertandingan bola basket

1. Pertandingan bola basket dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim

terdiri dari lima pemain pemain inti yang bermain di lapangan dan tujuh pemain

cadangan.

2. Pergantian pemain inti dengan pemain cadangan tidak dibatasi

3. Satu pertandingan bola basket dibagi menjadi empat babak atau kuarter dengan

durasi masing-masing kuarter adalah 10 menit (FIBA) dan 12 menit (NBA).

4. Di antara kuarter 1 dan 2 serta kuarter 3 dan 4 ada waktu istirahat selama dua

menit (FIBA), sementara di kompetisi NBA adalah 130 detik. Untuk waktu

istirahat antara kuarter dua dan tiga adalah 15 menit atau biasa disebut dengan

half time atau jeda babak.

17
5. Time out (waktu istirahat ketika pertandingan berjalan) adalah 1 (satu) menit

dengan masing-masing tim mendapatkan satu kali time out pada

setiapbabak/kuarter.

6. Jika seorang pemain mencetak angka dari dalam garis tiga poin, nilainya adalah

dua poin. Jika dari luar garis tiga poin, nilainya adalah tiga poin. Lemparan

bebas nilainya adalah satu poin.

7. Dalam satu pertandingan, setiap pemain hanya diperbolehkan melakukan

maksimal 4 (empat) kali personal foul. Jika melakukan personal foul ke-5, dia

akan dikeluarkan dan tidak bisa bermain lagi.

8. Apabila sebuah tim sudah melakukan 5 pelanggaran, ini akan dianggap sebagai

team foul dan lawan akan diberikan hadiah berupa lemparan bebas (free throw).

9. Team foul akan di-reset pada perpindahan babak. Namun, pada saat overtime,

team foul tidak akan di-reset.

10. Tim yang telah mencatat poin terbanyak di akhir game dinyatakan sebagai

pemenang pertandingan.

11. Apabila pada akhir pertandingan (kuarter ke-4) masing-masing tim memiliki

poin sama, akan dilakukan overtime. Waktu overtime adalah 1x15 menit

(bersih).

3.3 Teknik Dasar Bola Basket

1) Mengumpan (passing). Teknik mengumpan atau passing dilakukan dengan

cara memberikan bola kepada rekan satu tim. Adapun, teknik menangkap

bola (hasil umpan) dinamakan catching.

2) Menggiring (dribbling). Gerakan dribbling dilakukan dengan cara

memantulkan bola ke lantai/lapangan pertandingan. Tujuan melakukan

18
dribbling adalah untuk melewati penjagaan lawan dan melakukan

serangan.

3) Menembak (shooting) Shooting adalah teknik melepaskan

(menembakkan) bola ke dalam keranjang untuk mendapatkan poin.

4) Berputar (pivot) Pivot adalah gerakan memutar badan dengan salah satu

kaki sebagai tumpuan. Gerakan ini biasa dilakukan setelah menerima

umpan dari rekan satu tim.

5) Rebound adalah teknik merebut kembali bola yang gagal masuk ring. Ada

dua jenis rebound dalam olahraga bola basket yaitu offensive rebound dan

defensive rebound. Offensive rebound terjadi jika pemain mendapatkan

bola pantul yang tidak masuk ke dalam ring yang dilakukan oleh rekan

setim, sedangkan defensive rebound terjadi jika pemain mendapatkan bola

pantul yang tidak masuk yang ditembakkan oleh pihak lawan.

3.4 Ukuran Lapangan Bola Basket

a. Panjang: 28 meter

b. Lebar: 15 meter

c. Diameter lingkaran tengah: 3,6 meter

d. Jarak garis tiga poin ke ring: 6,75 meter

e. Jarak garis busur ring basket: 1,25 meter

 
3.5 Ukuran Ring dan Tiangnya

a. Tinggi ring: 3,05 meter

b. Diameter ring: 45cm

19
c. Jarak tiang ring ke endline: 1 meter

d. Panjang papan pantul: 1,8×1,05 meter

e. Ukuran kotak tengah papan pantul: 59x45cm

f. Jarak papan pantul ke endline: 1,2 meter

4. Otot – otot yang aktif pada latihan E-movement cone drill

Gambar 2.1 gambar otot-otot yang aktif

Pada saat latihan e-movement cone drills otot-otot yang aktif meliputi:

1. Otot panggul yang menggerakan paha

• Tensor fasciae latae

• Gluteus medius

• Gluteus maximus

2. Otot paha yang menggerakan tungkai dan persendian lutut

a. Hamstring:

• Semimembranosus

• Semitendinosus

• Biceps femoris
20
b. Quadriceps:

• Vastus medialis

• Rectus femoris

• Vastus lateralis

• Vastus Intermedius

3. Otot tungkai yang menggerakan lutut dan kaki

• Tibialis anterior

• Gastrocnemius

• Soleus

Pada latihan e-movement cone drills otot-otot yang dilatih

berkesinambungan, sehingga kemungkinan latihan tersebut dapat

meningkatkan kelincahan atlet.

5. Pengaruh fisiologi tubuh dengan melakukan e-movement cone drill

Kelincahan merupakan salah satu kompenen biomotorik yang didefinisikan

sebagai kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat. Kelincahan terjadi

karena gerakan tenaga eksplosif ( Ruslan, 2012 dalam Sukma 2015). Kelincahan

juga merupakan kombinasi antara power dengan flexibility. Besarnya tenaga

ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan kontraksi otot

tergantung dari daya rekat serabut – serabut otot dan kecepatan transmisi impuls

saraf.

21
Seseorang yang mampu mengubah arah dari posisi ke posisi yang berbeda

dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi gerak yang baik berarti kelincahannya

cukup tinggi. Elastis otot sangat penting karna makin panjang otot tungkai dapat

terulur maka makin kuat dan cepat otot memendek atau berkontraksi. Selain itu

elastis otot juga dapat mempengaruhi fleksibility seseorang.

Pada saat latihan otot-otot lebih menjadi elastis dan ruang gerak sendi akan

semakin membaik sehingga prsendian akan menjadi sangat lentur sehingga

menyebabkan ayunan tungkai dalam melakukan langkah-langkah menjadi ssangat

lebar dengan cepat dan panjang. Keseimbangan dinamis juga akan terlatih karena

dalam pelatihan ini harus mampu mengontrol keadaan tubuh saat melakukan

pergerakan. Dengan meningkatknuya komponen-komponen tersebut maka

kelincahan akan mngalami peningkatan (Pratama et al., 2014 dalam Made, 2016).

22
B. Kerangka Berfikir

SAMPEL

Pretest
Test Awal, test
kelincahan

E-MOVMENT CONE
DRILL PERLAKUAN

POS-TEST DATA AKHIR

23
C. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Suharsimi Arikunto, 2010 ). Penjelasan di atas menyimpulkan bahwa hipotesis

merupakan anggapan dugaan sementara terhadap permasalahan yang ada dalam

penelitian, yang masih perlu dibuktikan kebenarannya melalui penghitungan

statistik atas data yang diperoleh. Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka

hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa :

a) Hipotesis alternative (Ha)

Ada pengaruh atau perubahan kecepatan dan kelincahan pada atlet bola

basket

b) Hipotesis nol (Ho)

Tidak ada pengaruh atau perubahan kecepatan dan kelincahan pada atlet bola

basket

c) Hipotesis statistik

Ha: t = 0 (ada pengaruh atau perubahan kelincahan pada atlet bola basket)

Ho: t ≠ 0 (tidak ada pengaruh atau perubahan kelincahan pada atlet bola

basket)

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan diatas maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah, ada pengaruh latihan E-Movement cone drills terhadap

kelincahan pemain bola basket SMAN 2 Barru

24
BAB III

METODE PENELITIAN

Cara ilmiah mempunyai karakteristik rasional, empiris, dan sistematis.

Rasional berarti penelitian dilakukan dengan cara yang masuk akal dan terjangkau

oleh penalaran manusia.Empiris artinya penelitian berdasarkan fakta-fakta di

lapangan yang dapat diuji oleh orang lain atau pihak lain. Sistematis merupakan

proses tertentu yang logis.

A. JENIS PENELITIAN

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan atau

desain dengan model eksperimen. Yang dimaksud dengan metode penelitian

eksperimen adalah suatu cara yang sistematis dan objektif untuk mencari

hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih yang sengaja ditimbulkan

oleh peneliti sebagai treatment dengan kontrol secara ketat (Hulfian, 2014:9).

Jadi segala yang diteliti dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja.

Dimana dalam hal ini para pemain diberikan latihan e-movement agar kecepatan

dan kelincahan pemain dapat meningkat. Semua dilakukan secara eksperimen.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu penelitian

Waktu penelitian diilakukan pada tanggal 8 november – 21 november

2021, pukul 16.00 – 17.00 WITA

25
2. Tempat penelitian

Lokasi peneliitian di lakukan d lapangan bola basket SMAN 2 Barru.

C. VARIABEL DAN DESAIN PENELITIAN

1. Variabel penelitian

Variabel adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut

kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,2013:108 )

Adapun variabel dalam penelitian ini yakni :

1. Variabel Bebas yang mempengaruhi: Latihan E-Movement (X)

2. Variabel Terikat/yang dipengaruhi: Kelincahan (Y)

2. Desain penelitian

Desain penelitian sebagai rancangan atau gambaran yang yang dijadikan sebagai

acuan dalam melakukan suatu penelitian. Rancangan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah rancangan atau desain dengan model eksperimen. Yang dimaksud dengan

metode penelitian eksperimen adalah suatu cara yang sistematis dan objektif untuk

mencari hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih yang sengaja ditimbulkan

oleh peneliti sebagai treatment dengan kontrol secara ketat (Hulfian, 2014:9). Jadi segala

yang diteliti dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja.

Dimana dalam hal ini para pemain diberikan latihan e-movement agar kecepatan

dan kelincahan pemain dapat meningkat. Semua dilakukan secara eksperimen. Populasi

dan sampel. Adapun rancangan penelitiannya adalah menggunakan One group pretest–

posttest design. Dalam desain ini tidak ada kelompok kontrol, dan subjek tidak
26
ditempatkan secara acak. Kelebihan desain ini adalah dilakukan pretest dan posttest

sehingga dapat diketahui dengan pasti perbedaan hasil akibat perlakuan yang diberikan.

T1 X T2

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian One group pretest– posttest design

(Maksum, 2009:49)

Keterangan :

T1 : Pretest / test awal kecepatan dan kelincahan.

X : Perlakuan yang diberikan yaitu bentuk latihan e-movement

T2 : Post test / Test akhir kecepatan dan kelincahan.

Analisis data mengunakan Metode tes perbuatan yaitu dengan melakukan tes

terhadap sampel berupa tes awal (pre-test) sebelum memberikan treatment (perlakuan)

dan melakukan pengukuran tes akhir (posttest) atau pengukuran setelah memberikan

perlakuan (treatment) dan setelah itu hasil dari pre-test dan post-test diolah menggunakan

rumus uji t-test. (Hulfian, 2014:54).

D. Populasi dan sampel

a). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, Hulfian,

(2014:23). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

atlet basket SMAN 2 Barru.

27
b). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Hulfian, 2014:24) dengan teknik sampling

menggunakan purposive sampling.

E. Defenisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Variabel. Variabel dalam penelitian ini ada 2. Penjelasan

dari masing-masing variabel sebagai berikut:

a. Latihan E-Movement cone drill yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah latihan yang menggunakan kun (cone). Latihan ini adalah latihan

dengan membentuk kun (cone) menjadi huruf E dengan ketuntasan

tertentu.

b. Kelincahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kemampuan

seseorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu

bergerak tanpa kehilangan keseimbangan yang di ukur dengan waktu

sampai persepuluh detik (0,1 detik) atau perseratus detik (0,01 detik).

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pkerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik (Arikunto,2006)

1. Persiapan penelitian

Pada tahap ini langkah langkah yang dilakukan sebagai berikut:


28
a. Mengajukan proposal yang telah disahkan oleh dosen pembimbing dan

ketua jurusan ilmu keolahragaan

b. Meminta surat izin penelitian dari fakultas ilmu keolahragaan untuk

melaksanakan penelitian di SMAN 2 Barru.

2. Pelaksanaan penelitian

Setelah tahap persiapan dan kelengkapan untuk penelitian terpenuhi,

maka dilakukan penelitian dengan memberikan perlakuan. Adapun

tahap dalam pelaksanaan penelitian dan pemberian perlakuan sebagai

berikut:

a. Memberikan pengarahan dan penjelasan kepada sampel yang akan

dijadikan subyek penelitian.

b. Melakukan pretest pada atlet yang dijadikan subyek penelitian.

Penilaiannya.

3. Pelaksanaan perlakuan

a. tes pertama (pretest)

Pengambilan data awal dengan instrumen kelincahan dengan lari

bolak balik atau shutle run. Adapun petunjuk pelaksanaannya

sebagai berikut.

1. Pada aba-aba “bersedia” atlet berdiri di belakang garis tengah

menghadap garis pertama.

2. Pada aba-aba “siap” atlet lari dengan start berdiri.

29
3. Dengan aba-aba “ya” atlet segera berlari menuju ke garis pertama dan

setelah kedua kaki melewati garis pertama segera berbalik dan menuju

ke garis tengah lapangan.

4. Atlet berlari lagi dari garis tengah menuju garis kedua dan kembali ke

garis tengah lapangan, dihitung satu kali.

5. Pelaksanaan lari dilakukan sampai empat kali bolak balik sehingga

menempuh jarak 40 meter.

6. Setelah melewati finish di garis tengah, pencatat waktu dihentikan.

7. Catatan waktu untuk menentukan norma kelincahan dihitung sampai

persepuluh detik (0,1 detik) atau perseratus detik (0,01 detik).

a. Test pertama ( pretest )

Pengambilan data awal

b. pelaksanaan perlakuan

Test E-Movement dengan memasang 6 cone berbentuk huruf E

c. tes akhir (posttest)

pengambilan data akhir, dengan kembali melakukan shutle run

seperti test awal.

G. Teknik pengumpulan data

Menurut (sugiyono 2013) teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah

mendapatkan data.

30
Teknik pengumpulan data yang digunakan teknik test dan pengukuran.

Test dan pengukuran untuk pengambilan data antara lain adalah, pengukuran

kelincahan. Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kelincahan.

Adapun tahap pengambilan data dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap persiapan penelitian

2. Mendata atlet yang akan dijadikan sampel, yaitu atlet SMAN 2 Barru

3. Menyiapkan dan mengecek sarana dan prasana tes dan pengukuran yaitu:

Lapangan bola basket, cone, stopwatch, lembar norma kelincahan

4. Penjelasan tentang pelaksanaan

5. Pemanasan sampel penelitian.

Pelaksanaan kegiatan latihan di lakukan dengan di berikan perlakuan/e-

movement cone drill, sebelum diberikan perlakuan sampel melakukan shutle

run atau larik bolak balik untuk mendapat data awal, lalu diberikan latihan e-

movement cone drill selama 2 minggu dengan frekuensi latihan tiap harinya 3

kali repetisi. Dengan sebelum berlatih peneliti memberikan pengarahan dan

contoh terlebih dahulu agar bisa tahu gerakan yang baik dan benar.

Tes akhir untuk mengambil data akhir yang di peroleh setelah di berikan

perlakuan/e-movement cone drill sebanyak 14 kali pertemuan selama 2

minggu.

H. Teknik analisis data


31
1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif yang dimaksudkasn utuk mendapatkan gambaran

umum data penilitan agar dapat menafsirkan dan memberi makna tentang

data pengukuran.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengetahui apakah data emoirik yang didapatkan

dari lapangan sesuai distribusi teoritik tertentu.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didassarkan

dari analisis data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari

observasi.

DAFTAR PUSTAKA
32
Adhi, Y,N. (2018). Jurnal Kesehatan Olahraga, Vol. 02 No. 7 Edisi Juli 2018, Hal (182-
192). ISSN: 2338798. UNESA Surabaya
Brown, Lee. 2005. Training For Speed, Agility, and Quickness. USA:
Human Kinetics
Diputra, R. (2015). Jurnal Sportif. Vol. 1 No. 1 November 2015. Penjaskesrek
Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Diputra, Rahman. (2015). Pengaruh Latihan Three Cone Drill, Four Cone Drill
dan Five Cone Drill Terhadap Kelincahan (Agility) dan Kecepatan (Speed).
Jurnal Efektor, 27(7): 25-30.
Donie, (2009). Manajemen Olahraga.
Jakarta: Rineka Cipta.
Firdaus Soffan, F,. (2016). Jurnal Pendidikan Jasmani, Vol 26 No 1 April.
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang.
Harsono. 1988. Coaching dan AspeknAspek Psikologi dalam cabang
Coaching. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPLTK
Hidayat, R,N. (2018). Jurnal Kesehatan Olahraga, Vol. 02 No. 7 Edisi Juli 2018, Hal
(182-192). Universitas Negeri Surabaya
Kemenpora. (2009). Materi Pelatihan Pelatih Fisik Level II. Asdep Pengembangan
Tenaga dan Pembinaan Keolahragaan.
Luxbacher, A. Joseph. (2012). Sepak Bola. Jakarta : PT. Grafindo Persada
Maksum, Ali. (2009). Metode Penelitian dalam Olahraga. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Mulyono, et al. (2017). Journal of Physical Education and Sports Mariyono, pISSN
2252-648X, e-ISSN 2502- 4477. JPES 6 (1) (2017). Universitas Negeri
Semarang.
Nala, Ngurah. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program Studi
Fisiologi Olahraga Universitas Udayana Denpasar.
Riadi, Mastur. 2009. Raih Kebugaran Jasmani Melalui Latihan Beban. Institute
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Mataram.
Sajoto Muhammad. 1998. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga.
Jakarta: Depdikbud.
Stöckel, T., & Vater, C. (2014). Hand preference patterns in expert basketball
players: Interrelations between basketball-specific and everyday life
behavior. Human Movement Science, 38, 143–151.
https://doi.org/10.1016/j.humov.2014.09.002
Sukadiyanto. 2011. Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik.
Yogyakarta: Cv Lubuk Agung.
Trojian, T. H., Cracco, A., Hall, M., Mascaro, M., Aerni, G., & Ragle, R. (2013).
Basketball injuries: Caring for a basketball team. Current Sports
33
Medicine Reports.
https://doi.org/10.1097/01.CSMR.0000434055.36042.cd
Vieyra, F. (2016). Pickup Basketball in the Production of Black Community.
Qualitative Sociology, 39(2), 101– 123. https://doi.org/10.1007/s11133-
016-9324-9
Zemková, E., & Hamar, D. (2014). Agility performance in athletes of different
sport specializations. Acta Gymnica, 44(3), 133–140.
https://doi.org/10.5507/ag.2014.013

34

Anda mungkin juga menyukai