Anda di halaman 1dari 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE (CPAP)

DI RUANG PERINATOLOGI
Jl. Raya By Pass No. 06
Telp. (0343) 636064 Fax. RUMAH SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA
(0343) 636083 Email.
msmpandaan@gmail.com No. Dokumen No. Revisi Halaman

.....SPO.014c - 1/6

Ditetapkan Oleh :

Standar Prosedur Tanggal Terbit Direktur RS Mitra Sehat Medika

Operasional

dr. Chandra Lionardy

NIK. M.100.011

Suatu terapi oksigen dengan mengalirkan gas bertekanan positif terus


Pengertian
menerus pada pasien yang bernapas spontan, untuk mengembangkan
alveolus di akhir ekspirasi, meningkatkan oksigenasi dan mengurangi
kesukaran bernapas, menggunakan oksigen dengan kadar (FiO2)
yang diatur sesuai dengan saturasi bayi.

1. Memperbaiki dan meningkatkan kapasitas residu fungsional (FRC)


Tujuan
paru serta oksigenasi.

2. Mencegah kolaps alveolus dan atelektasis.

3. Meningkatkan daya kembang paru.

4. Mengurangi usaha bernapas yang berlebihan.

5. Mempertahankan produksi dan fungsi surfaktan.


6. Mempertahankan jalan napas dan meningkatkan diameternya.

7. Memberikan kesesuaian perfusi ventilasi yang lebih baik dengan


menurunkan pirau intrapulmoner.

8. Menstimulasi pertumbuhan paru.

1. Tersedianya tenaga medis dan paramedis yang telah dilatih tentang


Kebijakan
penggunaan CPAP.

2. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pemasangan CPAP.

Penggunaan CPAP dalam praktek perawatan BBL


Prosedur
1. Gangguan pernapasan

Penyakit membran hialin (HMD), transient tachypnea of the


newborn (TTN), sindroma aspirasi mekonium, kelumpuhan
diafragma, penyakit jalan napas serta trakeomalasia dan
bronkiolitis, bayi pasca operasi abdomen atau dada, apnea karena
prematuritas.

2. Penyapihan dari ventilator mekanis/ekstubasi

3. Kriteria memulai CPAP nasal :

a. Merintih (grunting)

b. Frekuensi napas > 60x/menit

c. Retraksi dada

d. Saturasi oksigen < 93% (preduktal)

e. Kebutuhan oksigen > 60%

f. Sering mengalami apnea

Persiapan peralatan CPAP

1. Sumber aliran oksigen dan udara bertekanan

2. Pencampur oksigen dengan flow meter


3. Pipa dari flow meter ke alat pengatur kelembaban

4. Alat pengatur kelembaban (humidifier)


5. Pipa sirkuit berkerut dengan sambungan ke alat pengatur
kelembaban.
6. Prong yang ukurannya tepat, harus sesuai dengan ukuran lubang
hidung
7. Tabung atau botol berisi air asam asetat 0,25%

8. Pita pengukur, pipa sonde lambung.

Persiapan
1. Membuat persetujuan tindakan medik (informed consent)

2. Menjelaskan tentang penyebab penyakitnya, prosedur yang akan


dilakukan, dan efek samping pemasangan CPAP.

3. Persiapan petugas untuk mencegah infeksi


4. Bayi diletakkan di tempat tidur dengan penghangat serta ‘pulse’
oksimeter harus ditempelkan, sebaiknya di tangan kanan.
5. Persiapan alat CPAP:

a. Hubungkan selang oksigen dan udara bertekanan ke


pencampur, untuk mengatur FiO2 sesuai yang dikehendaki

b. Hubungkan sirkuit dengan flow meter lalu hubungkan ke alat


pengatur kelembaban. Pasang flow meter antara 5-10
liter/menit
c. Tempelkan satu selang ringan, lemas, dan berkerut ke alat
pengatur kelembaban. Hubungkan probe kelembaban dan suhu
ke selang kerut yang akan dihubungkan ke bayi

d. Pastikan probe suhu tetap di luar inkubator atau tidak di dekat


sumber panas radian

e. Isi pipa untuk melembabkan dengan air steril hingga tanda


yang tepat, nyalakan alat pengatur kelembaban dan sesuaikan
kelembabannya. Atur suhu pada 36oC
f. Siapkan botol dan tempelkan selotip ke pita pengukur di
damping botol asam asetat sehingga tanda 7 cm berada di
bawah botol saat botol masih tertutup. Buka botol asam asetat
0,25%, evakuasi asam asetat hingga permukaan cairan ada
pada tanda 0 cm di pita pengukur. Masukkan selang kerut
ekspirasi bagian distal ke dalam botol dan ujungnya tepat
berada pada tanda 5 cm dari pita pengukur
g. Pilih ukuran prong nasal yang benar dan hubungkan dengan
ujung selang kerut yang bebas
h. Tutup ujung prong nasal untuk menguji fungsi sirkuit. Amati
gelembung yang muncul di botol asam asetat
i. Siapkan satu botol air steril di dekat alat pengatur kelembaban.

j. Jaga kebersihan ujung selang kerut yang lain dan tutupi


dengan kanting plastik

6. Penting bagi pasien dan keluarganya untuk mengetahui


keduanya, risiko dan manfaat transfusi PRC.

7. Mengukur berat badan untuk menentukan volume PRC yang yang


akan diberikan.

Cara memasang CPAP


 Posisikan kepala bayi lebih tinggi dengan menaikkan bagian
kepala tempat tidur 30o dan letakkan gulungan kecil di bawah
leher/bahu bayi untuk menjaga jalan napas tetap terbuka.
 Hisap lendir dari mulut, hidung dan faring dengan lembut.
Gunakan kateter ukuran besar yang bisa masuk ke hidung
tanpa kesulitan yang berarti. Pastikan bahwa bayi tidak
mengalami atresia koana.
 Lembabkan prong dengan alat steril atau tetesan NaCl 0,9%
sebelum memasukkannya ke lubang hidung bayi, dengan
lengkungan ke bawah. Sesuaikan sudut prong dan kemudian
putar selang kerut hingga dicapai posisi yang benar. Untuk
memastikan posisi yang tepat, periksa:
o Lubang hidung tertutup prong
o Kulit hidung tidak tertarik yang terlihat dari pucatnya warna
kulit di sekitar tepi lubang hidung.
o Selang kerut tidak menyentuh kulit bayi.
o Tidak ada tekanan lateral pada septum.
o Ada sedikit ruang antara ujung septum dan bridge di antara
prong.
o Prong tidak bersandar pada filtrum.
 Pasang pipa orogastrik dan lakukan aspirasi isi perut dan
fiksasi agar tetap terpasang untuk menghindari distensi
lambung.
 Gunakan ukuran topi yang sesuai dan lipat ujungnya 2-3 cm.
Pasang topi di kepala bayi sehingga ujungnya tepat di atas
telinga. Atur corrugated tubing di sebelah kepala. Pasang peniti
di tiap sisi selang. Gunakan selang karet di sekitar peniti dan di
atas selang kerut untuk mencegah pergeseran atau
berpindahnya peralatan ini.
 Setelah bayi distabilkan menggunakan CPAP, anda bisa
memasang ‘moustche’ velcro agar prong tidak bergeser dari
posisinya. Bersihkan pipi dan bibir atas bayi dengan air dan
biarkan kering. Oleskan area ini dengan tetes pewarna benzoin.
Potong tegaderm dan pasang tepat di atas area yang sudah
disiapkan. Potong velcro dan pasang tepat di atas tegaderm.
Potong 2 strip velcro lunak (lebar 8 mm) dan pasang melingkar
area prong yang menutupi pipi. Tekan kanula prong dengan
lembut hingga velcro strip yang lunak menempel ke antara bibir
dan hidung.
 Jaga jangan sampai kanula CPAP menyentuh septum nasal.
 Ubah posisi bayi setiap 4-6 jam untuk drainase sekresi paru.
 Penghisapan lendir rongga hidung, mulut, faring, dan perut
dilakukan setiap 2-4 jam dan atau sesuai kebutuhan jika
ditemukan keadaan berikut: meningkatnya upaya napas,
meningkatnya kebutuhan oksigen, dan insiden
apnea/bradikardi. Catat jumlah, konsistensi, dan warna sekresi.
Untuk melunakkan sekresi kental dan kering, gunakan
beberapa tetes NaCl 0,9% steril.
 Pemberian minum dengan CPAP dilakukan bila bayi sudah
stabil, dapat melalui sonde, menetek atau minum. Sebelum
pemberian minum, aspirasi udara yang berlebihan dari dalam
perut.
 Selama pemakaian CPAP, bayi harus diperiksa setiap 2-4 jam.
Pemeriksaan dilakukan terhadap tanda vital, sistem respirasi,
perfusi sentral dan perifer, saturasi, tonus, aktifitas bayi,
gastrointestinal, dan fungsi seluruh sistem CPAP.
 Bayi dengan CPAP nasal dengan tekanan yang optimal akan
memerlukan ventilasi mekanis jika terjadi hal berikut:
o FiO2 > 60%
o PaCO2 > 60 mmHg
o Asidosis metabolik menetap dengan defisit basa > -8
o Terlihat retraksi yang nyata saat dilakukan CPAP
o Sering mengalami apnea dan bradikardi
Menghentikan pemakaian CPAP
 Setelah bayi bernapas dengan mudah dan terlihat penurunan
frekuensi napas dan retraksi, FiO2 diturunkan perlahan 2-5%
sampai menjadi 21% dengan dipandun pulse oxymeter atau
hasil analisis gas darah.
 Jika bayi sudah nyaman bernapas dengan CPAP dan FiO2
21%, dicoba melepas CPAP. Bayi dinilai selama percobaan ini
apakah mengalami takipnea, retraksi, desaturasi oksigen, atau
apnea. Jika timbul, percobaan dianggap gagal. CPAP harus
dipasang lagi paling sedikit satu hari sebelum dicoba lagi di hari
berikutnya.
 Jika bayi terus menggunakan CPAP dengan FiO2 > 21%,
ulangi percobaan dengan memberikan tambahan oksigen
melalui kanula nasal atau oxyhood.
 Tidak perlu mengubah tekanan saat proses penyapihan. Bayi
menggunakan CPAP 5 cm atau sama sekali lepas dari CPAP.

1. Ruang Perinatologi
Unit terkait

Anda mungkin juga menyukai