Anda di halaman 1dari 14

Sejarah peradaban mesir

Peradaban Mesir Kuno adalah peradaban kuno di sebelah timur laut benua Afrika, yang
berpusat di daerah hilir sungai Nil, yakni kawasan yang kini menjadi wilayah negara
Mesir. Peradaban ini dimulai dengan unifikasi Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3150 SM, dan
selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga milenium.
Sejarahnya mengalir melalui periode kerajaan-kerajaan yang stabil, masing-masing
diantarai oleh periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai Periode Menengah.
Peradaban Mesir Kuno mencapai puncak kejayaannya pada masa Kerajaan Baru.
Selanjutnya, peradaban ini mulai mengalami kemunduran. Mesir ditaklukan oleh
kekuatan-kekuatan asing pada periode akhir.
Kekuasaan firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, ketika
Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai
bagian dari provinsi Romawi. Meskipun ini bukanlah pendudukan asing pertama
terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan
agama secara bertahap di lembah sungai Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya
perkembangan peradaban merdeka Mesir.
Peradaban Mesir Kuno didasari atas pengendalian keseimbangan yang baik antara
sumber daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh irigasi teratur terhadap Lembah
Nil, pendayagunaan mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya,
perkembangan sistem tulisan dan sastra, organisasi proyek kolektif, perdagangan
dengan wilayah Afrika Timur, Afrika Tengah, dan Mediterania Timur, serta kegiatan
militer yang menunjukkan kekuasaan terhadap kebudayaan negara/suku bangsa
tetangga pada beberapa periode berbeda.
Pengelolaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh penguasa sosial, politik, dan
ekonomi, yang berada di bawah pengawasan sosok firaun. Pencapaian-pencapaian
peradaban Mesir Kuno meliputi teknik pembangunan monumen seperti piramida, kuil,
dan obelisk; pengetahuan matematika; teknik pengobatan; sistem irigasi dan agrikultur;
kapal pertama yang pernah diketahui; teknologi tembikar glasir bening dan kaca; seni
dan arsitektur yang baru; sastra Mesir Kuno; dan traktat perdamaian pertama yang
pernah diketahui.
A.    Karakteristik Arsitektur Mesir
Akibat kelangkaan kayu,  kedua bahan bangunan yang dominan digunakan di
Mesir kuno adalah dipanggang matahari-bata lumpur dan batu, terutama batu kapur,
tetapi juga batu pasir dan granit dalam jumlah yang cukup besar. Dari Kerajaan
Lama seterusnya, batu biasanya disediakan untuk makam-makam dan kuil-
kuil, sedangkan batu bata yang digunakan bahkan untuk istana raja, benteng, dinding
candi Bait dan Putoz, dan untuk anak perusahaan bangunan di kompleks candi.
Rumah-rumah mesir yang terbuat dari lumpur yang dikumpulkan dari sungai Nil,
saat itu ditempatkan dalam cetakan dan dibiarkan kering di bawah terik matahari untuk
mengeras untuk digunakan dalam konstruksi.
Peningkatan dari pemakaian bata/lumpur yang dikeringkan dibawah terik
matahari menjadi konstruksi batu yang lebih baik kualitasnya dan perlu teknik yang
lebih tinggi dalam pengerjaannya. Dalam waktu ± 200 tahun saja, ahli bangunan Mesir
telah begitu menguasai bahan bangunan baru tersebut, dan dapat menyelesaikan
pyramid di Gizeh.
Banyak kota-kota Mesir telah menghilang karena mereka terletak di dekat
kawasan budidaya Lembah Sungai Nil dan sungai banjir sebagai tempat tidur perlahan
berdiri selama ribuan tahun, atau batu bata lumpur yang dibangun mereka digunakan
oleh petani sebagai pupuk. Yang lain tidak dapat diakses, bangunan baru telah didirikan
pada yang kuno. Untungnya, yang kering dan panas iklim dari Mesir diawetkan
beberapa struktur bata lumpur. Contoh mencakup desa Deir al-Madinah, kota Kerajaan
Tengah di Kahun, dan benteng-benteng di Buhen  dan Mirgissa. Selain itu, banyak kuil
dan makam bertahan karena mereka dibangun di atas tanah yang tinggi tidak
terpengaruh oleh banjir Sungai Nil dan dibangun dari batu.
Jadi, pemahaman tentang arsitektur Mesir kuno didasarkan terutama pada
monumen-monumen keagamaan, besar-besaran struktur dicirikan oleh tebal, dinding
miring dengan sedikit bukaan, mungkin bergema metode konstruksi yang digunakan
untuk memperoleh stabilitas di dinding lumpur. Dengan cara yang sama, yang bertakuk
dan hiasan permukaan datar model dari bangunan batu mungkin berasal dari hiasan
dinding lumpur. Meskipun penggunaan lengkungan dikembangkan selama dinasti
keempat, semua bangunan monumental dan palang pasca konstruksi, dengan atap
datar terbuat dari batu besar blok didukung oleh dinding eksternal dan kolom
berdekatan.
Dinding eksterior dan interior ,serta kolom dan dermaga, ditutupidengan hieroglif dan
gambar-gambar lukisan-lukisan dinding dan ukiran yang dicat warna-warna yang
cemerlang.
Banyak Mesir motif ornamen yang simbolis, seperti scarab, kumbang atau suci,
maka solar disk , dan burung nasar. motif umum lainnya
termasuk palem daun, papirus tanaman, dan kuncup dan bunga-
bunga teratai. hieroglif yang ditulis untuk tujuan dekoratif dan juga untuk merekam
peristiwa bersejarah atau mantra.
Kuil-kuil Mesir Kuno astronomis selaras dengan kejadian-kejadian penting,
seperti solstices danequinoxes, memerlukan pengukuran yang tepat pada saat acara
tertentu. Pengukuran di kuil yang paling signifikan mungkin telah seremonial yang
dilakukan oleh Firaun sendiri.
Seni tidak ketinggalan dari Arsitektur, pengrajin Mesir menunjukkan rasa keindahan
dengan simetri, menyentuh benda yang banyak digunakan sehari-hari seperti tempayan
batu atau tanah liat, serta alat-alat rumah tangga yang lain. Pematung memahat
gambar para Dewa serta Raja dari batu dalam skala ukuran yang sangat besar, serta
membuat patung dari bahan batu, kayu atau tembaga dengan ukuran yang
sesungguhnya.
Piramida Giza
Giza Necropolis berdiri di Giza Plateau, di pinggiran Kairo, Mesir. Hal ini kompleks
monumen kuno adalah yang terletak sekitar 8 kilometer (5 mil) pedalaman ke padang
gurun dari kota tua Giza di Nil, sekitar 20 kilometer (12 mi) barat daya pusat kota
chihuahua. Ini mesir kuno pekuburan terdiri dari Piramida Khufu(juga dikenal
sebagai Piramida Besar dan Piramida Cheops), yang agak lebih kecil Piramida
Khafre (atau Kephren), dan berukuran relatif sederhana Piramida Menkaure (atau
Mykerinus), bersama dengan sejumlah bangunan-bangunan satelit yang lebih kecil,
yang dikenal sebagai "ratu" piramida, dan Sphinx.
Piramida, yang dibangun pada Dinasti Keempat, memberi kesaksian kuasa agama dan
negara fir'aun. TheGreat Pyramid, yang mungkin selesai sekitar 2580 SM, adalah yang
tertua dan terbesar dari piramida, dan merupakan satu-satunya monumen yang masih
hidup dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. piramida Khafre yang diyakini telah selesai
sekitar 2532 SM, pada akhir pemerintahan Khafre. Tanggal konstruksi piramida
Menkaure yang tidak diketahui, karena pemerintahan Menkaure belum ditentukan
secara akurat, tetapi itu mungkin selesai sekitar tahun Abad ke-26 SM.
Dengan beberapa bukaan, piramida telah kompleks labirin terowongan dan ruangan
semua tersembunyi oleh bongkahan batu besar. Namun demikian, keras kepala
perampok kubur mencuri dari piramida, sehingga memaksa orang Mesir kuno untuk
menghentikan pembangunan struktur besar tersebut dan membangun makam
di Lembah Para Raja sebagai gantinya. Dalam sebuah ngarai jauh dari kota Mesir kuno,
orang-orang Mesir mulai membangun makam tidak mencolok digali ke dalam tanah,
berpikir makam akan pergi tanpa diketahui oleh perampok kuburan.
Karnak
Kompleks candi Karnak terletak di tepi Sungai Nil sekitar 2,5 kilometer (1,5 mil)
utara Luxor. Ini terdiri dari empat bagian utama, yang Precinct Amon-Re, yang Precinct
dari Montu, yang Precinct dari Mut dan kuil Amenhotep IV (dibongkar), serta beberapa
candi yang lebih kecil dan tempat-tempat suci yang terletak di luar dinding yang
disertakan dari empat bagian utama, dan beberapa jalan dari patung sphinx berkepala
domba jantan yang menghubungkan Precinct dari Mut, yang Precinct Amon-Re dan
Luxor Temple.
Perbedaan utama antara Karnak dan sebagian besar candi dan situs lainnya di Mesir
adalah panjang waktu di mana itu dikembangkan dan digunakan. Konstruksi dimulai
pada abad ke-16 SM. Kira-kira 30 fir'aun berkontribusi pada bangunan, memungkinkan
untuk mencapai ukuran, kompleksitas dan keragaman tidak terlihat di tempat lain.
Hanya sedikit dari individu Karnak fitur yang unik, tetapi ukuran dan jumlah fitur yang
sangat banyak.

2.2. Karakter  Bangunan  Arsitektur Mesir


Bangunan di Mesir mempunyai 3 karakter, yaitu :

 Bangunan untuk Dewanya yaitu kuil


 Bangunan makam untuk Firaun/ Rajadewa yang sudah meninggal (rumah
abadi/Piramid)
 Bangunan rumah tinggal biasa untuk orang hidup yang berstrata : istana, rumah
bangsawan, rumah rakyat biasa

Bangunan Kuil
Bangunan kuil biasanya merupakan suatu kompleks pemujaan yang lengkap mencakup
tempat tinggal para pendeta, kolam suci, bengkel kerja dan lain-lain.
Bangunan demikian ini tidak ada yang sama antara suatu tempat dengan tempat yang
lain, akan tetapi ada bagian pokok, dimana terdapat pada setiap kuil yaitu bangunan
gerbang (pilon). Kuil Dewa merupakan bangunan besar berdinding yang dibangun pada
lantai datar dan terbuat dari batu pasir.
Kuil dirancang terutama untuk dinikmati dari dalam. Bagian utamanya adalah sebuah
pilon (2 piramid yang dipotong puncaknya dan membentuk gerbang besar); sebuah
halaman dengan tiang-tiang tanpa atap, sebuah ruangan beratap tinggi dengan langit-
langit yang disangga oleh tiang-tiang kokoh dari batu pasir; sebuah tempat suci sebagai
kamar pribadi Dewa yang tersembunyi dibelakang dinding dan dikelilingi kamar-kamar
upacara yang berukuran kecil.
Setiap memasuki pintu gerbang terdapat segel yang menempel pada pintunya, dan
diberi segel lagi (dari tanah lempung) sesudah selesai digunakan upacara.
Kuil tersebut makin kebelakang makin meninggi mengikuti teras-teras lantainya,
sedangkan langit-langitnya makin kebelakang makin menurun, sehingga secara
keseluruhan makin kedalam makin mengecil dan gelap yang mencerminkan
kemisteriusan.
Dewa yang paling dipuja di seluruh Mesir adalah Dewa Matahari Amon Re dan kuil
yang paling besar di Karnak da Luxor.

Bangunan Makam
Bangunan makam merupakan bangunan yang dibuat secara bertahap mulai dari bentuk
yang sederhana sampai mencapai bentuk yang sempurna. Bentuk makam tersebut
adalah : Mastaba, Piramid, Tangga, Piramid bengkok dan akhirnya Piramid sempurna.
Pada awalnya, wangsa-wangsa pertama orang Mesir membuat bangunan makamnya
dengan suatu bentuk yang sederhana, yaitu bentuk yang datar dibagian atasnya dan
miring pada sisinya yang terbuat dari bahan batu bata yang dinamakan “Mastaba”, kata
dalam bahasa Arab yang berarti ‘bangku’, yang pada mulanya tingginya ± 5,00 m.
Mastaba tersebut dihias bata bagian luarnya menurut pola yang geometric. Didalam
Mastaba, biasanya dibawah tanah terdapat beberapa kamar, satu untuk jenazah dan
yang lain untuk barang-barang milik orang yang meninggal tersebut.
Pada wangsa kedua, kamar yang dibangun semakin banyak, ada yang mencapai 30
buah kamar, dan dinding makamnya dilapis batu gamping.
Pada masa wangsa ketiga, bangunan yang terbuat dari bahan batu seluruhnya dibuat
dan ini merupakan bentuk Piramid Tangga yang pertama. Pyramid ini sebetulnya terdiri
dari tumpukan Mastaba, sehingga tingginya mencapai ± 60,00 m.
Kurang dari 2 abad selanjutnya bentuk Piramid menjadi sempurna, bangunan massif
yang terbuat dari balok-balok batu besar yang ditata menjulang menuju satu titik
dengan kemiringan yang sebanding.

Material bangunan Mesir Kuno


1. Penggunaan Tanah Liat untuk Bangunan
Kondisi geografis Mesir membuat pepohonan sulit untuk tumbuh di atasnya.
Masyarakat setempat harus memutar otak memanfaatkan material lain, yakni tanah
liat.
Hal inilah yang membuat perkembangan seni keramik di Mesir terjadi lebih awal.
Mereka membuat bata dengan mengeringkan endapan sungai Nil di bawah matahari
hingga tungku pembakaran.
Menariknya hingga saat ini, masyarakat modern pun masih melakukan hal yang sama
untuk membangun hunian.

2. Batu Alam untuk Dekorasi


Selain tanah liat, kamu juga bisa melihat penggunaan batu alam seperti batu pasir
halus, batu kapur, hingga granit.
Ini biasanya mereka gunakan untuk membuat obelisk hingga patung dekorasi.
Patung dekorasi sendiri biasanya terpajang di bangunan suci seperti makam atau kuil.
Sejarah Arsitektur Romawi Kuno
Arsitektur Romawi Kuno mengadopsi unsur-unsur lahiriah arsitektur Yunani bagi
kepentingan bangsa Romawi Kuno, tetapi berbeda dari bangunan-bangunan Yunani,
sehingga menjadi suatu langgam arsitektur baru. langgam arsitektur Romawi dan
Yunani Kuno sering kali dipandang sebagai satu rumpun langgam yang
disebut arsitektur klasik. Arsitektur Romawi berkembang pada zaman Republik
Romawi, bahkan semakin marak pada zaman Kekaisaran Romawi, zaman didirikannya
sebagian besar bangunan yang masih dapat dijumpai saat ini. Arsitektur Romawi
memanfaatkan material-material baru, khususnya beton Romawi, dan menerapkan
teknologi-teknologi baru seperti pelengkung dan kubah dalam pendirian bangunan-
bangunan yang biasanya kukuh dan direkayasa dengan baik. Banyak di antaranya
masih membekas di berbagai tempat yang pernah dikuasai Kekaisaran Romawi,
bahkan ada yang masih utuh dan dimanfaatkan sampai sekarang.
Arsitektur Romawi berkembang sejak Republik Romawi terbentuk pada tahun 509 SM
sampai sekitar abad ke-4 M. Sesudah jangka waktu tersebut, arsitektur Romawi
direklasifikasi menjadi arsitektur Akhir Abad Kuno atau arsitektur Bizantin. Sejumlah
kecil bangunan penting peninggalan Romawi Kuno yang masih ada saat ini berasal dari
kurun waktu pra-sekitar tahun 100 M, sementara kebanyakan bangunan penting sintas
dari penghujung zaman kekaisaran, yakni pasca-sekitar tahun 100 M. Langgam
arsitektur Romawi terus mempengaruhi corak bangunan di bekas wilayah Kekaisaran
Romawi sampai berabad-abad kemudian. Langgam arsitektur bangunan-bangunan
bercorak Romawi yang didirikan di Eropa Barat sejak sekitar tahun 1000 M
disebut langgam Romawian (bahasa Latin: Romanica, bahasa Prancis: Romanesque)
karena didasari bentuk-bentuk pokok arsitektur Romawi.
Bangsa Romawi baru mulai menghasilkan ciri-ciri khas mereka sendiri di bidang
arsitektur pada permulaan zaman kekaisaran, sesudah berhasil memadukan unsur-
unsur pribumi arsitektur Etruski dengan unsur-unsur serapan dari Yunani, termasuk
sebagian besar unsur langgam arsitektur yang sekarang disebut arsitektur klasik.
Bangsa Romawi beralih dari konstruksi tiang-ambang yang berunsur pokok tiang-tiang
dan ambang-ambang ke binaan yang berunsur pokok tembok-tembok masif,
disemaraki pelengkung-pelengkung dan kemudian hari juga kubah-kubah, dua unsur
yang sangat berkembang di tangan bangsa Romawi. Langgam-langgam klasik dewasa
ini lebih bersifat dekoratif ketimbang struktural, kecuali pada bangunan-
bangunan kolonade. Perkembangan langgam-langgam tatanan tiang klasik mencakup
penciptaan langgam Toskana dan langgam Campuran. Langgam Toskana merupakan
hasil pemendekan dan penyederhanaan tatanan tiang langgam Doria, sementara
langgam Campuran adalah tatanan tiang tinggi yang dihiasi ukiran tumbuh-tumbuhan
khas langgam Korintus dan ukiran gelung-gelungan khas langgam Yonia. Capaian-
capaian hebat diraih pada rentang waktu sekitar tahun 40 SM sampai sekitar tahun 230
M, sebelum krisis abad ke-3 dan berbagai kemelut yang menyusul kemudian menguras
kekayaan negara maupun keberdayaan pemerintah pusat dalam menata negara.
Bangsa Romawi membangun banyak sekali gedung pemerintahan maupun prasarana
umum, dan berjasa memprakarsai usaha penyelenggaraan perumahan rakyat maupun
pemeliharaan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, rumah-rumah pemandian dan
kakus-kakus bangsa Romawi, baik pribadi maupun untuk umum, dibuat nyaman
dengan penghangat ruangan dalam bentuk hipokaus, dilapisi ubin-ubin
berglasir mika (contohnya di Ostia Antica), dan dilengkapi pipa-pipa saluran air panas
maupun dingin (contohnya di Pompeii dan Ostia).

KARAKTERISTIK ARSITEKTUR ROMAWI


1. Konstruksi Lengkung
Seperti kita tahu, kontruksi lengkung pertamakali diciptakan oleh Bangsa Yunani.
Kemudian konstruksi ini diadopsi oleh masyarakat Romawi ke dalam bangunan-
bangunan rancangannya. Alhasil, mayoritas bangunan klasik ala Romawi tersebut pun
mempunyai ruangan yang terasa lebih luas karena tidak adanya batasan yang tegas.
2. Atap Kubah
Pada mulanya, arsitektur khas Romawi juga dilengkapi dengan atap yang berbentuk
melengkung. Pada perkembangan selanjutnya, bentuk atap ini mengalami
perkembangan menjadi kubah. Atap kubah yang berwujud setengah bulatan ini mampu
menciptakan kesan megah pada suatu bangunan.

3. Tidak Memakai Batu Utuh


Pada zaman dahulu, orang-orang umumnya menggunakan batu utuh sebagai material
bangunan. Batu-batu utuh ini kemudian disusun sedemikian rupa untuk membentuk
konstruksi arsitektur yang sesuai keinginan. Namun berbeda dengan Bangsa Yunani,
mereka sudah tidak menggunakan lagi batu utuh ini karena telah menemukan
konstruksi lengkung tadi.
4. Denah Bervariasi
Pada zamannya, arsitektur Romawi ini bisa dikatakan sebagai mahakarya yang begitu
hebat. Bayangkan saja, ketika bangsa-bangsa lain masih mempertahankan denah
bangunan yang dianggap sebagai denah terbaik. Tetapi bangsa ini berani melakukan
eksplorasi terhadap denah bangunan-bangunannya. Kebanyakan mereka sering
mengkombinasikan denah segi empat, lingkaran, dan setengah lingkaran.
5. Kolom Penghias
Kolom pada bangunan-bangunan buatan Romawi juga tidak hanya berfungsi sebagai
bagian dari kontruksi semata, tetapi juga berperan sebagai dekorasi. Bagian kepala
kolom ini biasanya dihiasi dengan ornamen-ornamen bercorak floral. Satu lagi yang
menarik, semua ornamen tersebut juga selalu mengandung makna tersendiri.

6. Desain Simetris
suk peninggalan bangsa Romawi di bidang arsitektur yang bersifat abadi. Prinsip
desain ini bahkan masih digunakan sampai sekarang sebab mampu menciptakan
kesan yang glamor dalam sekejap.
7. Batu dan Batu
Ciri-ciri arsitektur Romawi selanjutnya yaitu penggunaan batu sebagai bahan baku
bangunan yang utama. Untuk bangunan yang bersifat umum, batu yang dipakai berasal
dari jenis batuan kapur. Sedangkan bangunan-bangunan yang diistimewakan
lumrahnya didirikan menggunakan batu marmer. Batu ini dipandang mempunyai
kualitas yang tinggi dan bernilai mahal. Pada dasarnya, simetris berarti sama antara kiri
dan kanan atau atas dan bawah. Desain simetris terma

Sejarah Arsitektur Islam


Arsitektur Islam, berdasarkan wujud dan penampilannya, merupakan gambaran dari waktu
yang telah diisi oleh kegiatan pergelaran bangunan-bangunan. Yang mana mereka secara
khusus lahir dari suatu bentuk kebudayaan baru Islam, sebagai akibat dari diturunkannya
wahyu ilahi guna menyebarkan agama baru, yakni agama Islam. Pada bentuk awalnya,
masjid bukanlah bangunan yang megah perkasa seperti masjid-masjid yang tampil pada
masa kejayaannya, yang penuh dengan keindahan dengan ciri-ciri keagungan arsitektural
pada penampilan fisiknya. Masjid pertama yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW
sangatlah sederhana. Denahnya merupakan masjid segi empat dengan hanya dinding-
dinding yang menjadi pembatas sekelilingnya. Di sepanjang bagian dalam dinding tersebut,
dibuat semacam serambi yang langsung bersambung dengan lapangan terbuka sebagai
bagian tengah dari masjid segi empat tersebut. Sedangkan, bagian pintu masuknya diberi
tanda dengan gapura atau gerbang yang terdiri dari tumpukan batu-batu yang diambil dari
sekeliling tempat itu. Begitu pula dengan bahan-bahan yang digunakan, yang mana adalah
material apa adanya, sekadar apa yang terdapat pada sekeliling tempat tersebut. Seperti
batu-batu alam atau batu-batu gunung, pohon, dahan, dan daun kurma. Batu-batu tersebut
disusun dan diterapkan dengan memakai campuran tanah liat sebagai perekatnya.
Sedangkan pelepah digunakan sebagai atap penutup dan merupakan bahan utama, guna
menaungi serambi-serambi yang ada di sekeliling bagian dalam dinding pembatas
lapangan. Namun demikian, justru masjid ini yang merupakan prototype dari masjid-masjid
berikutnya, bahkan menjadi pola dasar yang utama bagi masjid-masjid yang dibangun
kemudian. Bahkan sampai kini pun, apa yang disebut sebagai masjid itu tetap berorientasi
kepada masjid yang pertama itu. Meski dibangun dengan penampilan fisik yang sudah lebih
megah, lebih besar dan lebih sempurna, namun pembangunan masjid itu pada saat
manapun juga tetap berpolakan masjid yang pertama didirikan oleh nabi Muhammad SAW
tersebut. Di kemudian harinya dalam pola pengembangan masjid selanjutnya, kekhususan
tempat ini akan berubah bentuk menjadi semacam relung atau ceruk yang senantiasa
menunjukkan arah kiblat. Relung atau ceruk yang ada pada dinding yang serah dengan
kiblat itu kemudian bernama mihrab. Sebenarnya, mihrab ini merupakan perkembangan
bentuk dari tempat yang biasa dipergunakan Nabi Muhammad SAW menyampaikan
dakwah dan ajaran serta penerangan agama Islam, yang sesudahnya diteruskan dengan
memimpin umat bersembahyang.

Karakteristik arsitektur islam

1. Di dalam dan luar bangunan tidak terdapat gambar/ornamen makhluk hidup secara
utuh.
2. Di dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang mengingatkan kepada Tuhan
Yang Maha Indah.
3. Hasil desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan kesombongan.
4. Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga akhlak dan prilaku.
5. Posisi toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat.
6. Keberadaan bangunan diusahakan tidak merugikan tetangga disekitar.
7. Pembangunan sampai berdirinya bangunan seminimal mungkin tidak merusak alam.
8. Menggunakan warna yang mendekatkan kepada Tuhan, seperti warna-warna alam.
https://www.edudetik.com/2014/03/makalah-arsitektur-mesir-kuno.html
https://www.gramedia.com/literasi/peradaban-mesir-kuno/
#2_Periode_Dinasti_Awal_Peradaban_Mesir_Kuno
https://arafuru.com/lifestyle/inilah-7-ciri-khas-arsitektur-romawi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Romawi_Kuno

Anda mungkin juga menyukai