Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Peradaban dan Arsitektur Klasik Yunani-Romawi merupakan pondasi
Peradaban dan Arsitektur Dunia Barat. Ilmu-ilmu yang lahir dan berkembang di
Dunia Barat, seperti filsafat, keagamaan, astronomi, matematika, logika, fisika,
biologi, hukum, politik, pemerintahan, sosial, ekonomi, estetika dan arsitektur,
semuanya mengacu kepada pemikiran para filsuf besar Yunani, Sokrates, Plato,
Aristoteles, dan seorang teoritikus ilmu arsitektur dan rekayasa Romawi,
Vitruvius.
1.2 Rumusan masalah
a) Bagaimanakah sejarah bangsa yunani ?
b) Bagaimanakah arsitektur pada bangsa yunani ?
1.3 Tujuan
a) Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana sejarah bangsa yunani.
b) Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana arsitektur bangsa yunani
1.4 Manfaat
Dapat menambah wawasan mengenai tentang sejarang dan arsitektur bangsa
yunani. Dan dapat dijadikan refrensi untuk ilmu pengetahuan.

1
BAB II

ISI

2.1 Sejaran bangsa Yunani

PERADABAN PULAU KRETE

Peradaban awal dari sejarah Yunani Kuno berada di Kepulauan Lautan


Aegean, tepatnya di Pulau Krete, di sebelah Selatan Semenanjung Yunani, yang telah
berlangsung sejak sekitar 3000 SM.

Peradaban Krete yang tumbuh selama 2500-2000 SM, bisa jadi terilhami dan
dipengaruhi oleh peradabanperadaban Sumeria dan Mesir yang usianya lebih tua.

2
Peradaban Asli Krete adalah Peradaban Minoan, didasarkan atas nama rajanya, Minos
dari Kota Knossos.

Peradaban Minoan telah mampu memproduksi barangbarang seperti tembikar,


perhiasan, logam, dan tekstil yang telah memberikan kehidupan masyarakatnya dan
memperluas perdagangan dengan negara-negara seberang Laut Mediterranean
(Sumeria dan Mesir).

Pada 2000-1700 SM, Peradaban Minoan di Krete sedang berada di puncak


pertumbuhannya. Tiga buah kota istananya yang termasyhur: Knossos, Phaistos, dan
Mallia dibangun pada masa ini; semuanya telah hancur atau dihancurkan. Kota-kota
ini menampung keluarga istana, pelayan, seniman, pengrajin, dan budak yang
semuanya diatur oleh seorang Priest-King. Kehancuran kota-kota tersebut disebabkan
oleh bencana gempa bumi, letusan gunung berapi dan serangan musuh. Bencana
pertama yang meluluh-lantakkan istana-istana Krete terjadi sekitar 1750-1700 SM,
namun kemudian dibangun lagi.

Dilihat dari berbagai segi, Peradaban Krete adalah yang termaju di seantero
Laut Mediterranean sesudah Mesir. Krete seolah menjadi batas yang memisahkan
daerah yang maju dan kaya, Mesir, di sebelah Selatan, dengan daerah-daerah miskin
di Yunani, Sisilia, Italia dan sekitar Laut Adriatik. Lewat perdagangan dan pelayaran,
Pulau Krete, memainkan peranannya yang amat berarti. Hubungan yang erat dengan
Mesir telah menciptakan ketinggian corak ketata-negaraan di Pulau Krete sebagai
suatu negara maritim yang terus berkembang. Krete seolah pantulan berbagai hal yang
datang dari Mesir. Bahkan Krete juga berdagang ke tanah Spanyol untuk mengambil

3
perunggu dan perak; perunggu yang merupakan campuran tembaga dan timah itu oleh
Bangsa Krete dijual ke Mesir. Timah itu oleh Bangsa Spanyol diambil dari Pulau Scilly
di Inggris Selatan. Ketika kekuasaan Bangsa Krete itu runtuh, perdagangan timah
dilanjutkan oleh Bangsa Funisia dari Sydon dan Tyrus (Tyre), di pesisir Asia Barat.
Salah satu peninggalan Peradaban Minoan yang monumental adalah istana di Knossos
(sekarang dikenal Heraklion), yang terletak di atas suatu bukit; Kota Knossos tidak
memiliki dinding, bentuk tapaknya secara tidak langsung telah memberikan
perlindungan alami. Dengan tanpa dinding perlindungan kota, memperlihatkan bahwa
masyarakatnya menyukai jalan masuk dan keluar yang bebas ke arah lautan dan
mengadakan kontak dagang dengan pulau-pulau lain di sekitarnya.

Hal yang menarik dari arsitektur istana Knossos adalah bentuk denahnya serba
tidak beraturan, banyak lorong di sana sini. Mengapa demikian, bisa jadi susunan
kamar-kamar, ruangan-ruangan dan lorong-lorong yang dapat dikatakan ruwet dan
membingungkan itu dimaksudkan untuk menghalang-halangi para musuh atau
pengganggu yang ingin masuk istana. Model istana Knossos ini dikenal dengan
labyrint, suatu bangunan yang dirancang sedemikian rupa hingga seseorang, terutama
orang asing, akan menjadi bingung dan mudah tersesat. Demikian pula letak
singgasana raja, yang seringkali oleh beberapa ahli sejarah disamakan dengan
singgasana fir’aun dari Mesir. Istana Knossos adalah situs arkeologi zaman perunggu
terbesar di pulau Kreta dan diduga sebagai pusat upacara, politik, dan budaya
Peradaban Minoa.

4
Istana ini berbentuk seperti lorong-lorong rumit yang digunakan sebagai ruang
kerja, tempat tinggal, dan gudang yang terletak dekat dengan lapangan tengah.

Karena tanahnya menurun ke lembah, maka ruang-ruang istana Knossos ditata


sedemikian rupa sehingga ruang-ruang mendapatkan pemandangan yang luas dan
lepas.

5
Selain Knossos, Mallia adalah kota berperadaban tinggi di Pulau Kreta. Mallia
yang terletak di kawasan pantai Utara Pulau Krete, tepatnya di Timur Laut Knossos.
Kota Mallia memiliki istana terbesar ketiga dari peninggalan peradaban Minoan.
Kompleks istana Mallia luasnya sekitar 7500 meter persegi. Banyak ruangan terdapat
di istana Mallia, di antaranya hall utama, ruangruang untuk pejabat, ruang pemujaan,
ruang pertemuan, ruang workshop dan gudang, dan ruang penyiksaan. Kompleks
istana Mallia pertama dibangun sekitar 20001900 SM. Istana ini sempat hancur akibat

perang dan dibangun ulang pada 1650 SM. Lagi-lagi istana baru tersebut pun
dihancurkan pada 1450 SM, bersama kehancuran istana-istana lain yang dibangun
peradaban Minoan.

6
Keagamaan orang-orang Krete adalah politeisme, mengenal banyak dewa.
Peradaban Krete pun mengenal Dewi Kesuburan, sebentuk patung wanita berpotongan
langsing dengan dada yang menonjol. Ada pula Dewa Velchanos, yang ditakuti karena
seringkali bangkit dari kubur. Ketakutan orang-orang Krete kepada hal-hal yang sudah
mati, diperlihatkan ketika mereka memperlakukan orang yang meninggal dunia.
Mayat biasanya ditaruh di dalam peti, alasannya adalah supaya si mayat tidak bisa
bangkit lagi ke dunia. Agar tidak bangkit dan betah di dalam petinya, si mayit ditemani

oleh benda-benda kesukaannya saat masih hidup di dunia. Maka, semenjak itu, muncul
tradisi memasukkan mayat ke dalam peti dalam peradaban masyarakat Barat.

7
8
2.2 Arsitektur Yunani

Di bidang arsitektur, berkembang tiga aliran – order – yang didasarkan pada


susunan atau konstruksi kolom dan balok pada bangunan, terutama kuil, yaitu order
Dorik, Ionik, dan Korinthian. Masing-masing order mempunyai ciri khas.

Order Dorik, (Doric) yang dikembangkan mulamula oleh Suku Bangsa Doria,
bentuknya sederhana dan terkesan kokoh, mempunyai ciri-ciri : kolom bulat gemuk,

9
berdiri tanpa base, kapitel tanpa ornamen. Salah satu peninggalan bangunan ber-order
Dorik adalah Kuil Parthenon di Akropolis Athena.

 Kuil Parthenon ( 447-432 SM )


Kuil Parthenon merupakan permata Acropolis yang dibangun
dengan marmer pentelic. Parthenon merupakan bangunan yang sangat
menonjol dan merupakan pusat dari Acropolis. Parthenon dibangun
antara 447-432 SM sebagai karya dari arsitek Ictimus (Iktinos) dan
Callicrates (Kallikrates) dan ahli pematung Phidias (Pheidias).
Bangunan Parthenon dikatakan sebagai 'kesempurnaan terbesar dari

karya kuil Doric yang pernah di bangun’, sebuah penampilan dengan


proporsi sempurna yang dihasilkan oleh ahli maya-loka Athena.

Parthenon menjadi contoh bangunan tertinggi. Desain dasar


dapat terlihat pada bangunan itu sendiri yakni kuil Doric dengan
deretan kolom-kolom penunjang atap (pteron) 8 x 17 kolom dengan
tinggi 10,4 m serta terdapat serambi prostyle yang diduplikasikan dari
Ophistodomos. Di dalam naos terdapat monument emas Phidias yakni

10
patung Athena serta memiliki kolomkolom internal pada tiga sisi. Di
belakangnya, namun masih dapat diakses hingga opisthodomus,
merupakan tempat suci yakni sebuah Hall of the Virgins yang dianggap
sebagai tempat sakral. Entablaturenya terdapat pada ketinggian 3,4 m.
Pediment dan metope merupakan hiasan yang diukir. Ionic
menginspirasikan frieze pada sekeliling dinding luar naos, serambi dan
opisthodomos yang menggambarkan prosesi Panathenaic.

Order Ionik (Ionic) mula-mula dikembangkan oleh Suku Bangsa Ionia,


bentuknya agak rumit terutama pada bagian atas kolom, dan terkesan anggun,
memiliki ciri-ciri : kolom bulat ramping, mempunyai base pada bagian bawah kolom,
kapitel dipenuhi ornamen dengan motif hiasan flora dan fauna. Order Ionik dapat
dijumpai pada Kuil Erechtheion di Akropolis Athena.

 Erechtheum ( 421-405 SM )
Erechteum merupakan sebuah kuil pengganti bangunan
sebelumnya yang mengalami kehancuran pada 480 SM akibat
peperangan dengan bangsa Persia yang dipimpin Salamis. Kuil ini
dibangun oleh arsitek Mnesicles antara tahun 421-405 SM dan terletak
pada situs yang dikelilingi oleh hutan keramat dan tanah perkuburan.
Dibangun dengan gaya bersifat ionic dan banyak patung pemujaan
Athena. Terdapat kekurangan pada main fasadenya dimana tidak bisa
diapresiasikan hanya dalam satu view point. Kuil ini dibangun untuk
memperingati pertarungan antara Athena dan Poseidon untuk Athens.
Ini merupakan irreguler planning dimana memiliki 2 level yang
didirikan pada site yang tidak tepat serta membutuhkan penambahan
tempat suci bagi 3 dewa. Dari tiga serambi yang ada, satu serambi pada
bagian utara dihias indah oleh tiang-tiang ionic serta pintu keluar
masuk yang diperkaya dengan ukiran-ukiran. Serambi ini merupakan
serambi terindah. Sedangkan serambi selatan ditopang dengan pahatan
patung Caryatid. Dekorasi dinding friezen berwarna dark grey,
sedangkan marmer eleusian dihias dengan pahatan marmer putih.

11
Erechtheion merupakan bangunan yang bersifat Ionic
mempunyai suatu prostasis pada sisi atas bagian timur, suatu propylon
sangat besar pada atas bagian utara, dan serambi terkenal dari
Caryatids pada bagian selatan.
Kuil Yang utama adalah dibagi menjadi dua bagian,
dipersembahkan kepada pemujaan dari dua dewa utama Attica, Athena
dan Poseidon-Erechtheus. Patung kayu Athena disimpan disini dimana
Erechteum lebih sakral daripada Parthenon.
Suatu dekorasi relief; pembebasan, tegas suatu penyajian yang
mungkin menyangkut kelahiran Erechtheus, menghias bagian luar dari
bangunan. Di atas menjadi pandangan dari selatan dan timur.

Sementara order Korinthian (Corinthian) mulamula dikembangkan oleh Suku


Bangsa Korinthin, dan kemudian dimatangkan oleh orang-orang Romawi, bentuknya
paling rumit dan indah terutama pada bagian atas kolom, dan terkesan elegan, memiliki
ciri-ciri : kolom bulat ramping, mempunyai base pada bagian bawah kolom, kapitel
dipenuhi ornamen, paling banyak dengan motih flora, berupa daun Acanthus.
Ornamen pada balok – Entablature – order Korinthian umumnya juga lebih rumit dan
indah dibandingkan dengan order Dorik dan Ionik.

Sementara pertumbuhan dan perkembangan kotakota Yunani Kuno, pada


umumnya, bermula dari suatu tempat yang dibentengi untuk suatu perlindungan.
Kemudian secara bertahap menjadi singgasana kekuatan yang dominan dan akhirnya
menjadi area yang sakral, dimana kuil, monumen, dan altar terletak. Akropolis, inti
dari kota-kota Yunani Kuno, dibentengi tapi tidak pernah menjadi bagian dari
perbentengan hunian/permukiman yang merentang di bawahnya. Selama permulaan
abad kuno, Akropolis juga menjadi tempat berkumpul, sebuah fungsi yang kemudian
digantikan oleh Agora dengan perkembangan dan pertumbuhan kota selanjutnya.
Hippodamus, kelahiran Miletus pada 480 SM, yang dianggap sebagai salah seorang
perencana kota kuno Yunani, mengembangkan konsep sebuah Agora – sebuah pasar
sentral – yang diatur disepanjang garis-garis segi empat. Di lapangan ini perniagaan
kota diselenggarakan. Di beberapa kota periode awal, Agora ditemukan dekat gerbang
kota. Aristoteles mempertalikan nama Hippodamus pada penemuan metode
pembagian kota dengan penyediaan tapak untuk tujuan publik seperti kuil, kantor-

12
kantor pemerintah, teater, stadium, gymnasium dan Agora, dan mengatur hunian di
sepanjang jalan lurus dari susunan yang cukup lebar pada sebuah grid atau lebih
dikenal dengan pola papan catur. Agora tersebut berbeda dari lapangan majelis politik
rakyat yang disebut pnix, tetapi sering kali berdekatan letaknya. Di lapangan ini
perniagaan kota diselenggarakan. Terdapat beberapa bukti bahwa peraturan-peraturan
bangunan telah dikembangkan untuk mencegah pelanggaran perorangan pada tempat-
tempat publik dan jalur umum. Tanpa keraguan, keberadaan kuil, patung, dan
monumen yang lain dari Akropolis membuktikan bahwa permulaan Yunani telah
mencoba secara sadar untuk mempercantik dan menghias areal sakral mereka. Tetapi
cukup jelas bahwa mereka tidak mengarahkan kepada jenis penyatuan dan integrasi
ruang. Teknik pendefinisian ruang pada kesetaraan skala dengan kebutuhan manusia
belum dikembangkan oleh Yunani. Pada umumnya keinginan untuk membentuk ruang
berkembang sangat lambat setelah abad 5 SM, secara perlahan meningkat hingga pada
puncaknya pada zaman arsitektur dan perencanaan kota Romawi. Akropolis Athena
adalah sebuah pemandangan dari eksperimen arsitektural secara terus-menerus yang
mencapai puncaknya pada zaman Perikles; ia memperlihatkan sebuah kemegahan,
keagungan dan martabat yang tidak ada sejajarnya dengan Peradaban Dunia Kuno
manapun. Akropolis dikelilingi tembok; masuk ke dalamnya harus melewati
Propylea. Di bagian atas tapak, terdapat Kuil Parthenon yang terkesan agung; dan Kuil
Erechtheion yang anggun, juga ada Kuil Nike Athena yang sederhana dan elegan, dan
kuil-kuil lainnya yang disertai patungpatung yang kesemuanya berkombinasi
menghasilkan sebuah halaman yang sifatnya religius. Di luar tembok bagian Selatan
terdapat Teater Dionysos, menjadi tempat lahirnya drama-drama Yunani. Teater
Dionysos yang dibangun pada tahun 330 SM, seluruhnya dapat menampung 18.000
penonton, suatu ukuran luar biasa besar pada masa itu. Di luar Akropolis yang berada
di atas bukit di Athena, terdapat komplek lain yang juga penting yakni Agora. Pada
mulanya, Agora merupakan sebuah tempat untuk perkumpulan politik dan pertemuan
wakil rakyat. Kemudian berubah secara bertahap menjadi sebuah pusat untuk kegiatan
pasar, dan akhirnya kegiatan komersial sangat mendominasi Agora.

13
Sedangkan fungsi politik Agora diambil alih oleh pertemuan wakil rakyat di
areal sakral Akropolis. Selama periode kuno, dari akhir abad 8 SM hingga menjelang
abad 5 SM, tata letak Agora Athena belumlah teratur dan kurang terorganisir, hanya
didefinisikan oleh bentuk kondisi topografi. Faktor penentu yang menghalangi
keteraturan adalah arah dari Rute Panathenaik, sebuah jalan yang terbentuk untuk

memfasilitasi pergerakan dari suatu prosesi di Zaman Yunani Kuno, yang memotong
secara diagonal areal komplek Agora.

Salah satu contoh sejarah yang brilian dari sebuah pergerakan aliran manusia
adalah apa yang dinamakan prosesi Panathenaik di zaman Yunani Kuno, yang terjadi
setiap tahun sekali dan pada setiap empat tahun dirayakan secara mewah dan megah,

14
sebagai peristiwa yang sangat utama dalam kehidupan masyarakat Athena. Prosesi
mengambil tempat di sepanjang rute yang telah ditandai dengan jelas dari gerbang
Dipylon, di dinding luar kota, melintasi Athena dan terus naik ke lereng dataran tinggi
Akropolis untuk menuju titik kulminasi yaitu Patung Athena.

Key 1. Parthenon 2. Temple of Athene Polias 3. Altar of Athene Polias 4.


Erechtheion 5. Statue of Athene Promachos 6. Propylaia 7. Temple of Athene Nike 8.
Sanctuary of Aphrodite Pandemos and Peitho 9. Pelasgian Wall (Mycenaean Wall) 10.
Sanctuary of Artemis Brauronia 11. Chalkotheke 12. Sanctuary of Athene Ergane
(possible location) 13. Pandroseion 14. Arrhephoreion 15. Sanctuary of Zeus Polieus
16. Sanctuary of Pandion 17. Temple of Augustus and Roma 18. Memorial of Agrippa
19. Beule Gate 20. Odeon of Herodes Atticus 21. Stoa of Eumenes 22. Asclepieion 23.
Theatre of Dionysus 24. Sanctuary of Dionysus Eleuthereus 25. Choragic Monument
of Thrasyllos 26. Choragic Monument of Nicias 27. Odeon of Pericles 28. Peripatos
29. Klepsydra 30. Caves of Apollo Hypoakraios, Olympian Zeus and Pan 31.
Mycenaean Fountain 32. Sanctuary of Aphrodite and Eros 33. Peripatos inscription
34. Aglaureion 35. Panathenaic Way
Gambar 5.4 Lay Out Akropolis Athena

(Sumber: https://commons.wikimedia.org, akses 3 Juli 2016)

15
Pertumbuhan Agora Athena, pada awalnya, sekitar 500 SM, terlihat Rute
Panathenaik melewati secara diagonal tempat pasar yang tidak berbentuk dan bekas
gedung pemerintah yang merentang di sepanjang kaki punggung bukit di sebelah
Baratnya. Ke arah Selatan terdapat Bouleuterion Lama atau Council House. Dan ke

arah Utara terdapat tiga kuil kecil. Sekitar 420 SM, memperlihatkan perkembangan
dari sebuah Agora segera setelah dibangunnya Kuil Hephaisteion. Satu lorong yang
sangat kuat menuju ke arah kuil ini, yang pengaruhnya terasa sebagai sebuah elemen
pengarah. Bouleuterion Baru dengan bentuk semicircularnya dibangun di sisi bukit di
belakang bangunan lama. Stoa Zeus terletak memanjang secara lurus mengikuti garis
horizontal pada kaki bukit. Definisi dari batas-batas ruang Agora masih belum
terbentuk. Sekitar tiga abad sebelum dimulainya Abad Masehi, Agora telah
membentuk dirinya semakin dewasa dalam perkembangannya. Bouleuterion Lama
dihadapkan dengan Metroon yang berada di sepanjang garis dasar horizontal, berupa
sebuah Collonade yang melengkapi Stoa Zeus yang terlebih dulu ada, ke arah Utara.
Di sebelah Selatan Stoa telah dibangun sebuah Kuil Apollo Patross, dan Stoa Baru
ditambahkan. Stoa Attalos dibangun tegak lurus Apollo Patross dari garis Rute
Panathenaik. Sehingga pada periode ini, ruang Agora lebih terisi.

16
17
18
BAB III

KESIMPULAN

Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya


yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran
yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh
karena itu, monumen utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang
Arsitektur Eropa itu sendiri.

Yunani tidak menjadi suatu bangsa yang berdiri sendiri hingga era modern
dimana pulau utama yang bergunung-gunung dan pulau-pulau lainnya yang terpencar
berkembang menjadi city states yang merupakan kebiasaan yang terjadi dalam
persaingan.

Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari Crete (3000-1400 SM)
dan berkembang hingga ke puncaknya yakni pada masa Istana Knossos. Kemudian
digantikan dengan budaya Mycenae dan Tiryns pada daratan utama. Kemunduran
terjadi pada 1100 SM dimana merupakan masa kegelapan dengan beberapa
peninggalan yang masih bertahan.

Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic (800-323 SM) dimana


memperlihatkan perkembangan dari kota besar sebagai pusat komunitas, penemuan
kota yang baru dimana munculnya Athens sebagai kekuasaan tertinggi setelah
penentuan kemenangan melawan Persia serta perkembangan dalam hal demokrasi.
Zenith merupakan peraturan Pericles (444-429 SM) dengan fantasi bunga dalam
filosofi, seni, literatur, ilmu, matematika dan drama. Budaya ini berkembang dan
direfleksikan ke dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk di dalamnya Parthenon.

Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat dipengaruhi oleh iklim
dimana kecerahan serta sinar matahari yang begitu indah memperkuat bayangan dan
membersihkan pandangan sehingga terciptanya suatu bentuk landscape yang begitu
kuat. Batu gamping dan marmer lokal pun tak kalah memberikan nilai yang
berkualitas.

Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander


Agung yang mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke

19
Timur, bentuk-bentuk bangunan besar (great styles) tetap berlanjut walaupun dengan
keuatan yang lebih sedikit dan adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma.

Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang meluas hingga ke Spanyol


dengan penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan-bangunan kecil tetap
terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak kehilangan struktur
monumentalnya yang merupakan superhuman scale. Arsitektur Yunani yang masih
tetap ada pada dasarnya merupakan bangunan –bangunan publik terutama kuil dan
teater. Namun, beberapa rumah biasa juga tetap bertahan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ashadi “Peradaban dan Arsitektur KLASIK YUNANI-ROMAWI”


Arsitektur UMJ Press

https://www.scribd.com/doc/37544048/Arsitektur-Yunani-Kuno

21

Anda mungkin juga menyukai