Sejarah Desain
Abstract Kompetensi
Seni Cycladis Awal, Minoa, dan Mycenae
PERADABAN KEPULAUAN CYCLADIS AWAL (+ 3000 SM)
Artefak utama yang dihasilkan oleh peradaban ini adalah patung dan aneka wadah
dari marmer, antara lain mangkuk, vas, kandelas (vas berleher), dan botol.
Kebanyakan patung yang ditemukan menggambarkan perempuan dalam gaya
geometris dengan tingkat pengolahan material yang beragam, mulai dari modifikasi
sederhana hingga representasi manusia dalam proporsi idealis. Patung yang
ditemukan sekarang menunjukkan warna dasar pualam, yakni putih, tetapi penelitian
menunjukkan bahwa pada awalnya, patung tersebut dilapisi dengan pigmen berbasis
mineral, seperti azurite (biru) atau bijih besi dan cinnabar (merah). Adapun wadah
marmer memiliki ciri bentuk sederhana yang menunjukkan kepekaan bangsa ini akan
proporsi serta harmoni atas keindahan dan nilai fungsional.
Selama berabad-abad, kisah pertempuran antara bangsa Kreta dan Mycenae, yang
disebut-sebut sebagai leluhur bangsa Yunani, dalam memperebutkan seorang
perempuan cantik bernama Helen mewarnai kisah legenda Yunani. Kisah yang
dituangkan dalam syair panjang Illiad karya Homer tersebut dianggap sebagai karya
klasik yang tetap lestari sepanjang masa. Namun, sebagaimana umumnya legenda,
sebagian besar detail yang terdapat dalam kisah tersebut hanya dianggap sebagai
mitos atau fragmen imajinasi. Termasuk di dalamnya kisah mengenai peradaban
tinggi di Pulau Kreta.
Salah satu hal yang perlu digarisbawahi dalam pencapaian arsitektur Kreta adalah
keberadaan tiang (column).Pada dasarnya, terdapat dua jenis tiang, yakni tiang
beralas persegi (balok) dan tiang beralas lingkaran (tabung).Kedua tiang tersebut
polos, dengan bagian atas dan bawah berumpak yang sekilas mengingatkan pada
gaya tiang Doria. Namun ada keunikan pada jenis tiang kedua, jenis yang
mendominasi arsitektur Istana Knossos.Tiang yang tampak sekarang merupakan
hasil rekonstruksi yang dibuat permanen dari beton, tetapi disinyalir bahwa tiang asli
terbuat dari kayu. Faktor material tersebut, ditambah dengan posisinya yang
dipasang terbalik (bagian tiang dengan diameter yang lebih besar diletakkan di atas,
mengecil di bagian bawah), merupakan jawaban para ahli bangunan Kreta terhadap
situasi alam Appeninna yang terletak di sabuk gunung api dan kerap dilanda gempa
bumi.
Selain itu, ditemukan pula patung-patung kecil (figurine) berlapis glasir kaca dan
tembikar dengan detail khas yang menjadikannya berbeda dengan kesenian era
Yunani dan Romawi Klasik.Figurine tersebut dibuat dengan teknik faience, teknik
pembuatan tembikar dengan lapisan glasir kaca dan pembakaran suhu tinggi yang
menjadikannya memiliki hasil akhir mengilap.Sosok perempuan adalah salah satu
obyek yang lazim ditemukan pada figurine tersebut. Di antara tipe-tipe figurine jenis
ini, yang lazim adalah sosok peremp tangan dengan ular melilit pergelangannya.
Letak penemuan patung ini, yang biasanya berdampingan dengan benda lain seperti
pecahan tembikar wadah, menunjukkan fungsinya sebagai obyek pemujaan,
sehingga disebut sebagai Patung Dewi Ular. Sosok ini biasanya digambarkan
dengan gaun yang terbuka di bagian dada, pinggang terlihat langsing dengan
pemakaian semacam korset, rok bertumpuk, dan mahkota ular di kepala. Ada pula
jenis patung lain dengan hiasan kepala yang berbeda, kemungkinan
mengindikasikan pemujaan terhadap dewi lain, atau menggambarkan pendeta
wanita yang memimpin pemujaan tersebut. Pemujaan terhadap Dewi Ular memang
bukan terjadi di Kreta saja, setidaknya beberapa peradaban lain di era yang kurang-
lebih setara, seperti Mesir Kuno, Mesopotamia, dan India mengindikasikan hal yang
serupa. Akan tetapi, keterkaitan atau pengaruh antara hal tersebut dengan
kehidupan religi di Kreta masih belum dapat ditentukan dengan pasti.
Selain Istana Knossos, sisa-sisa peradaban bangsa Kreta juga ditemukan di Thera
dan Hagia Triada. Peninggalan di Thera berupa lukisan dinding yang menghiasi
rumah-rumah dan bangunan-bangunan besar.Adapun peninggalan di Hagia Triada
berupa sarkofagus (peti mati) berukir.Sarkofagus sendiri berarti ‘pemakan mayat’,
mengacu pada sifat bahan linoleum yang dapat menghancurkan, membusukkan
lapisan daging mayat dan mengeringkannya, Sarkofagus Hagia Triada berasal dari
periode Minoa Akhir (1450 – 1400 SM).Ukiran yang membalutnya melukiskan
upacara/ritual pemakaman, dengan hiasan berupa motif ulir, medallion, dan border
garis-garis vertikal yang lazim terdapat pada lukisan dinding Kreta.
Dalam Illiad, disampaikan bahwa Kerajaan Kreta runtuh karena serangan bangsa
Mycenae, bangsa yang juga dianggap sebagai leluhur bangsa Yunani Kuno. Fakta di
lapangan menunjukkan erupsi Gunung Santorini pada 1450 SM, yang mengubur
peradaban ini di bawah tanah. Entah serangan Mycenae benar atau hanya sekadar
mitos, yang jelas memang setelah keruntuhan bangsa Kreta, berlanjutsebuah
peradaban lain di Jazirah Appeninna. Uniknya, jika melihat sisa-sisa peninggalan
bangsa ini, khususnya dalam langgam seni, terlihat beberapa ciri yang kurang-lebih
serupa.
kemudian. Selain busana tempur, keahlian dalam pembuatan senjata dan kendaraan
tempur juga menjadi kekuatan bangsa ini.
DaftarPustaka
Sachari, Agus. (2003). Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa.Bandung: Erlangga.
Widagdo.(2005). Desain dan Kebudayaan. Bandung: Penerbit ITB.
Faimon, Peg, dan Weigand, John. (2004). The Nature of Design. Ohio: HOW Design Book.
Metropolitan Art Museum. (2004). Early Cycladic Art and Culture.Heilbrunn Timeline of Art
History. http://www.metmuseum.org/toah/hd/ecyc/hd_ecyc.htm
Sumber Gambar
Diffendale, Dan. 2012. Cycladic Frying Pan from Chalandriani.
Flickr.com.https://www.flickr.com/photos/dandiffendale/sets/72157632150547975/with/
8237256885/