1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Sebagai panduan dan Memberikan arah dan petunjuk serta acuan
operasi.
A. Penjadwalan
Dokter yang berwenang dan berkompeten melakukan permintaan
pelayanan operasi atau berkoordinasi dengan staf bagian kamar operasi
tentang jadual dan ketersediaan peralatan yang diperlukan dalam operasi
tersebut. Apabila peralatan atau sarana penunjang lainnya yang akan
digunakan tidak tersedia dikamar operasi, maka pasien akan “dirujuk” ke
rumah sakit lain. Dan apabila peralatan yang akan digunakan tersedia, maka
dilakukan penjadualan dan persiapan peralatan serta dialakukan persiapan
pasien oleh ahli bedah.
1. Bedah elektif dikerjakan pada waktu yang cocok bagi pasien serta
timRSKIA ANNISA Payakumbuh.Dokter akan menjelaskan operasi yang
dimaksud selama konsultasi rawat jalan dengan rincian mengenai manfaat
dan risiko operasi. Penyelidikan dan penilaian masalah-masalah medis
diatasi pada tahap ini, termasuk rujukan ke spesialis yang relevan termasuk
spesialis anestesi. Dokter bedah melakukan pemeriksaan- pemeriksaan
yang diperlukan dan disesuaikan dengan kasus bedahnya termasuk
pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Bedah elektif pada pasien dengan
penyakit menahun sebaiknya hanya dikerjakan bila kondisi medis pasien
telah dioptimalkan dan risiko minimal. Persiapan untuk bedah elektif,
dilakukan untuk pasien yang sudah siap operasi. Setelah pasien berada di
ruang rawat inap, dokter bedah menyampaikan kembali tentang prosedur
bedah yang akan dikerjakan di kamar operasi. Dokter bedah
mendokumentasikan seluruh persiapan pasien termasuk menuliskan
diagnose pre operasi dan nama tindakan atau prosedur operasi yang akan
dilakukan serta pernyataan persetujuan pasien untuk dilakukan
pembedahan dalam berkas rekam medis pasien.
2. Bedah emergency. Pasien yang menghadapi bedah emergensi berbeda dari
pasien yang dijadualkan. Diagnosis yang mendasari mungkin tidak
diketahui dan operasi yang direncanakan tidak pasti. Kontak secepat
mungkin dengan spesialis anestesiakan menghasilkan rencana tindakan
untuk periode pra bedah. Setelah diskusi rencana operasi terkadang
dianjurkan untuk ditunda untuk memungkinkan pengobatan medis
memperbaiki keadaan umum pasien. Pada situasi tertentu dibutuhkan
operasi segera. Perawatan pra bedah dari pasien – pasien emergency:
a. Anamnesis: lakukan anamnesis terhadap pasien dan/atau keluarganya.
Tanyakan secara spesifik tentang terapi obat terakhir dan kepatuhan
pasien. Apakah pasien memiliki alergi atau mengalami masalah
dengan pembiusan dahulu.
b. Rekam medis: periksa rekam medis dan catatan laboratorium untuk
melihat bukti kelainan medis yang bermakna. Sampai 50% pasien
dengan riwayat infark miokard aktual atau dicurigai akan menceritakan
riwayat penyakit dengan tidak akurat pada 5 tahun sesudahnya. Pasien
mungkin yakin mengalami serangan jantung ketika sebenarnya tidak,
dan begitupula sebaliknya.
c. Pemeriksaan fisik
d. Penyelidikan: kebanyakan pasien membutuhkan pemeriksaan
hematologi dan biokimia rutin serta uji silang darah. Kirim sampel
darah segera mungkin. EKG dan X-foto toraks perlu dilakukan bila ada
kecurigaan patologi. Pasang pulse oximetry pada pasien dispnea dan
cek gas darah arteri.
e. Hipotensi : paling sering disebabkan oleh hipovolemia akibat
kehilangan darah atau cairan tubuh lain. Pasien usia lanjut yang syok
tidak selalu takikardia. Pasien hipertensi mungkin mengalami
hipotensi bila tekanan sistoliknya 100 mmHg.
f. Obati nyeri
g. Penggantian cairan: harus dilakukan segera dengan pemantauan ketat
untuk menilai respons terhadap pengisian beban cairan. Volume cairan
yang besar harus terlebih dahulu dihangatkan. Kateter urin harus
dipasang. Kadang-kadang hipotensi disebabkan atau diperburuk oleh
gagal jantung atau sepsis. Jika respons terhadap terapi cairan tidak
adekuat, pemantauan CVP dibutuhkan. Jangan biarkan kepala pasien
jatuh ketika memasang infus vena sentral.
h. Syok: Pasien-pasien perdarahan aktif memerlukan operasi
penyelamatan jiwa dan kamar operasi harus dipersiapkan segera.
Persediaan darah yang telah diuji silang harus diusahakan. Kalau bisa
darah sampai ke kamar operasi sekaligus dengan pasien, dan pada
pasien yang kehabisan darah, darah dari golongan sama dan belum
diuji silang harus sudah ada segera.
i. Terapi cairan berlebihan: bisa mengakibatkan edema paru atau
hemodilusi. Ini bisa dicegah dengan pemantauan imbang cairan setiap
jam dan CVP.
j. Beri oksigen kepada pasien hipotensi dan setiap pasien dengan saturasi
oksigen (SpO2) kurang dari 95% pada pulse oximetry. Pemeriksaan
fisik dan radiologi biasanya akan menentukan penyebab hipoksia. Pada
pasien kritis, dispnea bisa disebabkan oleh asidosis metabolik. Asidosis
laktat yang disebabkan hipoksia jaringan sering akan memberi respons
terhadap resusitasi umum, walaupun sebab-sebab lain dari asidosis
harus dicari.
k. Koreksi metabolik: elektrolit harus dikoreksi seefektif waktu yang
tersedia. Hipokalemia dan hipomagnesemia bisa mencetuskan aritmia
jantung. Kendalikan diabetes dengan insulin dan infus dekstrosa.
l. Pasang selang nasogastrik pada pasien obstruksi usus untuk
mengurangi kembung dan mengurangi risiko aspirasi. Pastikan bahwa
pasien dengan penurunan kesadaran memiliki jalan napas tidak
tersumbat, dan menerima oksigen serta dalam posisi sesuai. Pada
pasien dengan riwayat refluks asam, berikan omeprazole 40 mg oral
(atau ranitidine 50 mg iv jika penyerapan usus jelek) tepat sebelum
operasi.
m. Komunikasi: pasien dan keluarganya terus diberitahu mengenai
rencana tindakan dan minta persetujuan untuk setiap prosedur yang
direncanakan. Bahas risiko spesifik yang berkaitan dengan operasi atau
kondisi medis pasien. Jika operasi memiliki risiko kematian, pastikan
bahwa ini dipahami. Jangan anggap semua pasien (khususnya usia
lanjut) menginginkan operasi.
D. INFORMED CONSENT
Inform consent adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk terjemahan
dari persetujuan tindakan medic. 'nform konsen terdiri dari dua kata yaitu inform
dan consent. Inform diartikan telah diberitahukan telah disampaikan atau telah
diinformasikan dan consent yang berarti persetujuan yang diberikan oleh
seseorang untuk berbuat sesuatu. "dengan demikian pengertian bebas dari inform
consen adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter untuk
berbuat sesuatu setelah mendapatkan penjelasan atau informasi.
Pengertian inform consent oleh komalawati (1989:86) disebutkan sebagai
berikut yang dimaksud dengan inform consent adalah suatu kesepakatan
persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap
dirinya setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis
yang dapat mungkin terjadi.
1. TUJUAN
2. TATA KELOLA
DOKUMENTASI
F. Staf Medis
1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
2. Catatan perkembangan dan kebijakkan penyakit
3. Catatan pre dan post anestesi
4. Laporan konsultasi
5. Laporan Operasi
G. Staf Perawat
1. Catatan penilaian pasien / asuhan keperawatan