Anda di halaman 1dari 41

EVENT BASED SURVEILLANCE

(SURVEILANS BERBASIS KEJADIAN)

Substansi Surveilans
Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan
HASIL PEMBELAJARAN (TPU)

Peserta mampu
melakukan surveilans
berbasis kejadian (EBS)
INDIKATOR HASIL BELAJAR

▪ Peserta mampu:
▪ Menjelaskan langkah-langkah identifikasi
dan penyaringan rumor penyakit.
▪ Melakukan verifikasi rumor penyakit
menggunakan prinsip-prinsip penyelidikan
epidemiologi
▪ Melakukan pelaporan surveilans berbasis
kejadian
▪ Melakukan perencanaan, pelaksanaan,
dan follow-up respons terhadap rumor
Apa yang dimaksud dengan
Surveilans Berbasis Kejadian
(Event Based
Surveillance)???
information of potential
risk to public health
Event Based
(rumor, media, etc)
Surveillance
Operate 24/7
PENGERTIAN Pengumpulan, pemantauan, penilaian
SURVEILANS dan interpretasi informasi ad hoc yang
BERBASIS sebagian besar tidak terstruktur
KEJADIAN/ mengenai kejadian atau risiko
EVENT BASED kesehatan, yang mungkin merupakan
SURVEILANS risiko akut bagi kesehatan manusia.
KERANGKA SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Event-based surveillance Indicator-based surveillance

Jejaring surveilans
Report Data laboratorium
Ditangkap Kumpulkan
Kab/Kota
Filter Analisis
Provinsi
Verifikasi Interpretasi
Unit Pelapor

Signal
Asesment
Diseminasi Dinas Kesehatan
Public health alert Unit Pelapor
Investigasi WHO

Control measures
LANGKAH-LANGKAH IDENTIFIKASI
DAN PENYARINGAN RUMOR
PENYAKIT.
DEFINISI RUMOR

Rumor penyakit adalah


Rumor penyakit
informasi penyakit yang
didapatkan dari informasi
dapat berpotensi
media, masyarakat,
menimbulkan KLB, tetapi
fasilitas kesehatan dan
belum terverifikasi
sumber informasi lainnya.
kebenarannya.
TRIASE INFORMASI EBS DIBAGI DALAM
TIGA LANGKAH

Langkah 1 : Langkah 2: Langkah 3:


Seleksi/ Pemilihan
Menangkap data Penyaringan
(Filtering)
Menangkap Pasif: petugas menerima
Data laporan rumor dari sumber
rumor.

PENGUMPULAN Aktif: petugas melakukan


DATA RUMOR
PENYAKIT/MASALA identifikasi rumor melalui
H KESEHATAN media massa (TV, radio,
media sosial, website, dll).
Penyaringan adalah proses menyaring duplikat dan
informasi yang tidak relevan.
▪ Mengidentifikasi duplikat, yaitu peristiwa yang
sama dilaporkan oleh sumber yang sama. Misalnya,
PENYARING kluster yang sama dari infeksi saluran pernapasan
akut di antara anak-anak dapat dilaporkan oleh
AN beberapa surat kabar/ berita lokal.
(FILTERING) ▪ Mengidentifikasi dan membuang informasi yang
tidak relevan dengan tujuan untuk
kewaspadaan/peringatan dini.
▪ Memastikan sensitivitas yang memadai; jika ragu,
sinyalnya harus dikirim ke langkah berikutnya
(seleksi).
“Mengeluarkan” informasi dan laporan tentang penyakit yang
tidak diprioritaskan seperti: flu biasa, atau terkait dengan
peningkatan kasus yang konsisten dengan periodisitas musiman
SELEKSI/ yang sudah diketahui.

PEMILIHAN Berdampak besar pada kapasitas EBS untuk memberikan deteksi


SELEKSI ADALAH PEMILAHAN dini.
INFORMASI MENURUT KRITERIA
PRIORITAS SEBUAH KEJADIAN Dilakukan oleh personil terlatih secara epidemiologi untuk
YANG TERMASUK SEBUAH mengidentifikasi kejadian yang perlu dilakukan verifikasi dan
KEJADIAN SERIUS, TIDAK BIASA dinilai risikonya.
DAN TIDAK TERDUGA.
Perlu memperhatikan tingkat kejadian (termasuk di tingkat
provinsi dan lokal), musiman biasa dan variasi tahunan, distribusi
regional penyakit, yang diketahui pada populasi berisiko dan
tingkat keparahan kejadian yang dilaporkan.
CONTOH KEJADIAN BIASA DAN KASUS
YANG TIDAK BIASA

Kejadian Biasa:
▪Peningkatan jumlah kasus yang memang akan terjadi pada awal
musim penularan
▪Sedikit Peningkatan dibandingkan periode sebelumnya tetapi
dalam variasi tahunan
KEJADIAN TIDAK BIASA

▪ Terjadi sepenuhnya di luar pola musiman normal


▪ Terjadi dalam waktu singkat dan di wilayah geografis yang terbatas.
▪ Proporsi kasus yang signifikan terjadi pada kelompok tertentu
▪ Jumlah kasus dengan CFR secara signifikan lebih tinggi dari periode
sebelumnya, walaupun jumlah kasus sesuai dengan yang diharapkan.
▪ Deteksi hal-hal/gambaran baru (gejala atipikal, kelompok populasi
tertentu, resistensi, penyakit yang baru berasal dari luar negeri, dll.)
ELEMEN LAIN YANG TERKAIT DENGAN KEJADIAN
YANG PERLU JUGA DIPERTIMBANGKAN DALAM
PROSES SELEKSI:

▪Risiko bagi negara lain, perjalanan dan/atau


perdagangan;
▪Risiko terhadap sistem kesehatan; dan
▪Perhatian media yang tinggi atau risiko reputasi.
Geografi/ Populasi Keparahan Agen penyakit
▪ Krisis kesehatan global • Jumlah kasus • Agen yang dikenal/diidentifikasi
▪ Risiko mempengaruhi wilayah nasional • Insiden • Tingkat pengetahuan terhadap
▪ Risiko masuknya penyakit dari luar • Jumlah kematian agen penyakit
negeri • Angka kematian kasus • Cara penularan
▪ Terjadi di daerah tetangga • Tingkat keparahan • Tingkat penularan

KRITERIA Mempengaruhi negara asal migran
utama •
gejala klinis
Tarif rawat inap


Virulensi
Patogenitas
SELEKSI ▪ Mempengaruhi negara dengan
komunitas ekspatriat nasional yang
• Sekuel • Potensi penyebaran

UNTUK ▪
besar
Mempengaruhi tujuan utama


Dinamika wabah:
Kecepatan penyebaran
• Ketersediaan tindakan pencegahan
(misalnya vaksinasi)

SINYAL wisatawan • Distribusi Geografis • Ketersediaan dan kapasitas


penerapan tindakan pengendalian
▪ Berbarengan dengan acara lain • Durasi
KEWAS-P (pertemuan besar, ziarah) • Populasi tertentu
• Modifikasi karakteristik
epidemiologi dan biologi agen
ADAAN ▪ Fenomena yang muncul yang dapat
mengubah rekomendasi (misalnya
• Tenaga kesehatan (misalnya resistensi)

wisatawan) • Transmisi Rumah Sakit

▪ Kepadatan penduduk di daerah yang • Kelompok berisiko


terinfeksi
▪ Lokasi (pedesaan-perkotaan, zona
terisolasi)
VERIFIKASI RUMOR PENYAKIT MENGGUNAKAN
PRINSIP-PRINSIP PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
VERIFIKASI RUMOR:

▪ Langkah penting dari proses intelijen epidemi yang terdiri dari konfirmasi realitas /
kebenaran dari sinyal dan karakteristiknya.
▪ Dilakukan dengan secara aktif melakukan konfirmasi untuk mengetahui keabsahan
informasi menggunakan sumber yang dapat dipercaya.
▪ Mengumpulkan informasi pelengkap tambahan yang akan diperlukan untuk penilaian
risiko, seperti jumlah kasus dan kematian, tempat dan tanggal kejadian, sindrom atau
temuan biologis lainnya.
▪ Mencakup prinsip epidemiologi untuk mengetahui orang, tempat dan waktu kejadian
tersebut.
CONTOH VERIFIKASI BERVARIASI MENURUT
SUMBER DAN KEJADIAN

∙ Menghubungi otoritas kesehatan setempat;

∙ Menghubungi sumber asli;

∙ Pemeriksaan silang dengan sumber lain;

∙ Mengumpulkan informasi tambahan; dan

∙ Memeriksa informasi resmi yang tersedia di internet


ANALISIS RISIKO
▪Penilaian untuk menentukan tingkat risiko terhadap kesehatan
manusia
▪Untuk menetapkan tindakan mitigasi dan pengendalian potensial
yang dapat diterapkan.
▪Proses yang berkelanjutan karena tingkat risiko dapat berubah
seiring waktu.
▪Penilaian risiko awal harus dilakukan dalam waktu 48 jam setelah
deteksi sinyal dan diulangi saat informasi baru tersedia.
PROSES PENILAIAN RISIKO

Penilaian Penilaian Analisis Karakterisasi


Bahaya Paparan Konteks Risiko
KARAKTERISTIK RISIKO

▪ Dengan mempertimbangkan bahaya, paparan dan konteks, maka dilakukan karakterisasi risiko.
▪ Karakterisasi risiko dapat menggunakan matrik berikut:
KARAKTERISASI KEJADIAN

Discard Peristiwa yang tidak menimbulkan risiko langsung terhadap kesehatan manusia harus
(Dikeluarkan) dikeluarkan.
Monitor Klasifikasi ini sesuai ketika respons spesifik belum diperlukan, tetapi ada potensi kejadian
yang serius dan membutuhkan respons yang tepat. Kategori ini dapat mencakup situasi di
mana informasi tambahan sedang dikumpulkan, hasil laboratorium tertunda, ada
peristiwa internasional dengan potensi impor kasus ke negara tersebut, ada risiko
kesehatan tanpa kasus manusia untuk saat ini, dll. Tindak lanjut dan penilaian risiko
tambahan harus diulang berdasarkan informasi yang baru diterima.
Respon Respon harus terjadi ketika penyelidikan lapangan lebih lanjut atau tindakan pengendalian
diperlukan untuk menghentikan transmisi. Respon dapat berupa saran teknis,
penyelidikan epidemiologi dan penaggulangan, atau koordinasi tanggapan untuk wabah
multi-provinsi.
Ditutup Kejadian harus ditutup ketika tidak ada tindakan lebih lanjut yang diperlukan berdasarkan
(Closed) penilaian risiko. Misalnya, risiko terhadap kesehatan manusia dapat hilang, kasus berhenti
dilaporkan, atau hasil laboratorium negatif.
PRINSIP-PRINSIP PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

∙ Konfirmasi diagnosis (memperoleh informasi tambahan kondisi klinis pasien, pemeriksaan laboratorium,
populasi yang terdampak pada kejadian tersebut);
∙ Investigasi lapangan, termasuk mewawancarai kasus pertama, kontak erat dan/atau orang lainnya untuk
mengumpulkan informasi.
∙ Menganalisis data epidemiologi menurut waktu, tempat dan orang;
∙ Merumuskan hipotesis tentang bahaya, sumber paparan, kendaraan kontaminasi dan cara penularan;
∙ Menguji hipotesis (studi kasus-kontrol) untuk mengidentifikasi kemungkinan sumber kontaminasi;
∙ Membuat rekomendasi tindakan kesehatan masyarakat untuk mengendalikan kejadian tersebut;
∙ Memperkuat atau melaksanakan surveilans (definisi kasus, penemuan kasus aktif);
∙ Berkomunikasi dengan masyarakat dan media (mobilisasi sosial, komunikasi risiko);
∙ Menerapkan langkah-langkah pengendalian awal.
PENENTUAN KLB ATAU TIDAK KLB

Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai
berikut:
a) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
b) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau
minggu berturut-turut menurutjenis penyakitnya.
c) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
e) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun
sebelumnya.
f) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian
kasussuatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g) Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
MELAKUKAN PELAPORAN
SURVEILANS BERBASIS KEJADIAN
EB
S
MELAKUKAN PERENCANAAN, PELAKSANAAN,
DAN FOLLOW-UP RESPONS TERHADAP RUMOR
PERENCANAAN

▪Proses penyusunan yang sistematis mengenai


kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
▪Dalam perencanaan sebuah kejadian perlu
dipertimbangkan besarnya kejadian, jumlah sumber
daya yang dibutuhkan seperti anggaran, SDM,
logistik, waktu serta koordinasi lintas program
maupun lintas sektor.
PELAKSANAAN

▪ Respon Awal
✔ Memastikan kebenaran kejadian
✔ Mengumpulkan informasi tambahan
▪ Melakukan Koordinasi
▪ Melaksanakan PE
▪ Melakukan Penanggulangan dan Pengendalian
TINDAK LANJUT

▪Dilakukan setelah ada rekomendasi dari hasil


investigasi awal.
▪Dapat dilakukan beberapa kali.
APLIKASI MEDIA MONITORING
Media Monitoring Penyakit Potensial Wabah dengan Google Alert

1. Buka Google Chrome


2. Ketik alamat : 2
https://www.google.com/ale
rts
3. Tuliskan kata kunci penyakit
4. Lengkapi pengaturan
notifikasi menjadi otomatis 3
dan untuk wilayah Indonesia
5. Tuliskan alamat email aktif
untuk menerima notifikasi
6. Klik Buat Notifikasi untuk 4
mulai mengaktifkan

5 6
Media Monitoring Penyakit Potensial Wabah dengan Google Alert
Media Monitoring Penyakit Potensial Wabah dengan EIOS
RANGKUMAN

▪ Surveilans berbasis kejadian (EBS) didefinisikan sebagai pengumpulan, pemantauan, penilaian


dan interpretasi informasi ad hoc yang sebagian besar tidak terstruktur mengenai kejadian atau
risiko kesehatan, yang mungkin merupakan risiko akut bagi kesehatan manusia.
▪ Sumber informasi EBS dapat berasal dari fasilitas kesehatan, petugas kesehatan, institusi non
kesehatan, masyarakat, media, internet, dll. Langkah-langkah EBS: deteksi rumor penyaringan
(filtering) dan seleksi rumor, analisis risiko, karakterisasi kejadian, verifikasi, penyelidikan
epidemiologi, penentuan KLB/ bukan KLB, respon.
▪ Pelaporan EBS merupakan bagian dari SKDR. Rumor dilaporkan pada menu EBS. Informasi yang
dilaporkan: deskripsi singkat kejadian, jumlah kasus, kematian, gejala klinis, waktu kejadian,
tempat, tindakan yang sudah dilakukan dan sumber informasi.
▪ Setelah dilakukan verifikasi, informasi dapat dilengkapi dengan hasil laboratorium apabila
tersedia dan informasi lainnya.
▪ Rumor yang dilaporkan dalam EBS harus dimonitor dengan menambahkan hasil penyelidikan
epidemiologi, respon yang dilakukan dan apakah kejadian tersebut sudah ditanggulangi sehigga
dapat ditutup statusnya dalam pelaporan EBS.

Anda mungkin juga menyukai