Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN

FANI RAHMAWATI. TBP. 20.3.02.034. Proposal KPA. Teknik Pembenihan Kerapu


Cantang (Epinephellus fuscoguttatus-lanceolatus) di Balai Perikanan Budidaya Air Payau
Desa Pecaron, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Dibawah
Bimbingan Bapak Ir.Mochammad Heri Edy, MS dan Ibu Kartika Primasari, M.Si Selaku
Dosen Pembimbing.

Di indonesia ikan kerapu menjadi komoditas ekspor ke berbagai negara di asia


tenggara seperti singapura, vietnam, malaysia dan negara asia timur seperti taiwan, china
dan hongkong (Ismi, 2017; Dadiono et al., 2020). Angka ekspor ikan kerapu di Indonesia
setiap tahunya cukup stabil, tercatat nilai ekspor ikan kerapu Indonesia mencapai sebesar
16,42 juta US$ pada tahun 2017, akan tetapi nilai ekspor tersebut masih belum bisa
memenuhi volume ekspor ikan kerapu dikarenakan permintaan ekspor untuk ikan kerapu
setiap tahunya terus mengalami peningkatan sebesar 30,75 %/tahun (KKP, 2018).
Kendala utama dalam budidaya kerapu adalah daya tahan terhadap perubahan
lingkungan dan serangan penyakit, serta lamanya masa pemeliharaan hingga panen
(Retalia dan Irawan, 2021). Perlu adanya peningkatan produksi yang signifikan agar bisa
memenuhi kebutuhan pasar ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan
kualitas genetik ikan kerapu sangat penting untuk menghasilkan ikan yang tahan
terhadap penyakit dan memiliki laju pertumbuhan yang baik. Salah satu jenis ikan kerapu
hasil inovasi hibridisasi dan menjadi primadona pasar ekspor yaitu ikan kerapu cantang
(E. fuscoguttatus x E. lanceolatus) (Ismi, 2017). Salah satu spesies hybrid yaitu spesies
yang dihasilkan dari persilangan kerapu macan (E. Fuscoguttatus) betina dan kerapu
kertang (E. Lanceolatus) jantan (Prayogo dan Isfanji, 2014). Berdasarkan penelitian
Sutarmat & Yudha (2013) juga menyatakan bahwa ikan kerapu cantang ini memiliki
pertumbuhan yang cepat dan lebih tahan penyakit. Keunggulan kerapu hibrid lainnya
yaitu, memiliki tingkat sintasan yang tinggi karena secara genetik, benihnya memiliki
materi genetik lebih baik sehingga memiliki ketahanan tubuh yang baik dan mempunyai
nafsu makan yang tinggi serta dapat memanfaatkan pakan lebih baik dibandingkan
dengan benih kerapu lainnya (Sutarmat, 2012).
Berdasarkan hal tersebut maka pada Kerja Praktik Akhir ini penulis tertarik untuk
mempelajari dan mengambil judul Teknik Pembenihan Kerapu Cantang (Epinephellus
fuscoguttatus-lanceolatus) di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Desa Pecaron,

71
Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Pertimbangan penulis
memilih lokasi ini karena unit pembenihan ikan kerapu telah dirintis sejak awal tahun
1995, dan berhasil menciptakan serta mengembangkan kerapu persilangan dari induk
kerapu macan dengan kerapu kertang.
Maksud pelaksanaan Kerja Praktik Akhir adalah untuk ikut berpartisipasi semua
kegiatan teknik pembenihan Ikan Kerapu Cantang (Epinephellus fuscoguttatus-
lanceolatus) di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. Tujuan dari Kerja Praktik
Akhir penulis yaitu, Mempelajari proses pembenihan ikan kerapu cantang mulai persiapan
hingga pemanenan larva, Mengetahui teknik hibridisasi ikan kerapu cantang yang tepat
hingga dapat menghasilkan telur dan benih yang dapat berkembang dengan baik,
Mengetahui hasil larva dalam satu siklus produksi yang dilakukan.
Kerja Praktik Akhir (KPA) ini akan dilaksanakan mulai tanggal 20 Maret hingga 20
Juni. Lokasi pelaksanaan berada di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Desa Pecaron,
Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Metode yang digunakan yaitu
metode survei dan magang. Menurut Nazir (2005) dalam Nofianti (2017), metode survei
adalah suatu penyelidikan yang dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta dari gejala yang
ada serta mencari keterangan-keterangan secara faktual dari suatu kelompok atau
individu. Sedangkan yang dimaksud dengan metode magang yaitu suatu kegiatan
pendalaman materi yang didapatkan dari proses pembelajaran dan menerapkan secara
langsung di lokasi magang.
Sumber data yang akan dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi atau
objek penelitian. Data primer dikumpulkan melalui observasi, wawancara, partisipasi
secara langsung, serta dokumentasi. Adapun data sekunder merupakan data yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, yangdiperoleh melalui studi
kepustakaan dari berbagai sumber, baik publikasi yang bersifat resmi seperti jurnal, buku,
hasil penelitian, arsip data dari suatu lembaga, maupun publikasi yang berkaitan dengan
objek yang diteliti. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan cara editing, yaitu
dikoreksi dan diperbaiki jika masih terdapat hal yang dirasa kurang sesuai. Serta
tabulating, yaitu memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur angka sehingga dapat
dihitung dalam berbagai kategori. Analisa data dilakukan dengan cara mendeskripsikan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Adapun data teknis yang akan diambil
meliputi monitoring kualitas air, SR (Survival Rate), HR (Hatching Rate), Fekuditas, dan
Monitoring pertumbuhan larva ikan kerapu cantang.

72
DAFTAR PUSTAKA
Ismi, S. (2017). Produksi Telur Ikan Kerapu Hibrida Untuk Menunjang Usaha
Pembenihan. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(2), 783–794.
Dadiono, M. S., & Insani, L. (2020). Study of the Hatchery of Tiger Grouper (Epinephelus
fuscoguttatus) Household Scale in Penyabangan Village, Gerokgak District,
Buleleng Regency, Bali Province. Journal of Aquaculture Science, 5(1), 1-7.
KKP. 2018. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Satu Data. [Internet]. [diacu 2019
Desember 29]. Tersedia dari: https://kkp.go.id/djpb/artikel/304-kkp-
tegaskankinerja-neraca-perdagangan-ikan-kerapu-positif . 25 Februari 2023
(22.27).
Prayogo, I. and Isfanji, W. (2014) Teknik Pembenihan Ikan Kerapu Cantang ( Epinephelus
fuscoguttatus lanceolatus ), Junal Ilmu Perikanan
Retalia N., Henky.I.2021.Hibridisasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan
Ikan Kerapu Kertang (Epinephelus lanceolatus).
https://www.researchgate.net/publication/350616894. 25 Februari 2021 (08.00)
Sutarmat, T., & Yudha, H. T. (2013). Analisis Keragaan Pertumbuhan Benih Kerapu
Hibrida Hasil Hibridisasi Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Dengan
Kerapu Kertang (Epinephelus lanceolatus) Dan Kerapu Batik (Epinephelus
microdon). Jurnal Riset Akuakultur, 8(3), 363– 372.
Sutarmat, Tatam. "Potensi ikan kerapu hybrid (Epinephelus spp.) sebagai kandidat
komoditas unggulan baru dalam budidaya perikanan."(2012).
Nazir, Moh. "Metode Penelitian." Jakarta: Ghalia Indonesia (1988).
Nofianti, L. dan Qomariah. 2017. Metode Penelitian Survey. Pekanbaru: UIN Suska Riau.

73
74

Anda mungkin juga menyukai