Anda di halaman 1dari 13

PERATURAN POKOK

GEREJA PROTESTAN MALUKU


(KETETAPAN SINODE GPM NOMOR: 08/SND/37/2016)

Tentang

JEMAAT

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pokok ini yang dimaksudkan dengan:


1. JEMAAT adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus, pada suatu tempat
dan lingkungan secara teritorial dan transteritorial tertentu dalam wilayah pelayanan Gereja
Protestan Maluku.
2. JEMAAT TERITORIAL adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus pada
suatu lingkungan pelayanan jemaat tertentu di dalam wilayah Gereja Protestan Maluku.
3. JEMAAT KATEGORIAL adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus yang
didasarkan pada kategori tertentu di dalam wilayah pelayanan Gereja Protestan Maluku.
4. JEMAAT KHUSUS adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus yang
sejarah kelahirannya adalah sebagai hasil Pekabaran Injil dari dan kepada etnis Tionghoa di
wilayah pelayanan Gereja Protestan Maluku.
5. PERSIDANGAN JEMAAT adalah badan pengambilan keputusan tertinggi dalam jenjang
kepemimpinan gereja di tingkat Jemaat.
6. MAJELIS JEMAAT adalah Badan Gerejawi yang berfungsi memimpin, mengarahkan
pelayanan gereja, memperlengkapi warga jemaat, dan yang mewakili Jemaat berdasarkan Tata
Gereja, Peraturan-peraturan dan Keputusan-keputusan Gereja Protestan Maluku.
7. PIMPINAN HARIAN MAJELIS JEMAAT adalah Badan Pelaksana Harian Majelis Jemaat.
8. KETUA MAJELIS JEMAAT adalah Pendeta dan/atau Penginjil yang diangkat dan ditetapkan
oleh Majelis Pekerja Harian Sinode dengan surat keputusan.
9. ANGGOTA JEMAAT adalah anggota gereja yang terdaftar di jemaat sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan.
10. SEKTOR adalah suatu bagian dalam Jemaat berdasarkan pembagian wilayah pelayanan dari
suatu Jemaat yang meliputi beberapa Unit pelayanan.
11. UNIT pelayanan adalah suatu bagian dalam sektor pelayanan yang meliputi beberapa keluarga.
12. PEMEKARAN JEMAAT adalah upaya pengembangan pelayanan yang berdaya guna dan
berhasil guna dengan jalan pelembagaan Jemaat baru terhadap wilayah pelayanan jemaat yang
terlalu luas dan padat anggotanya.
13. PELEMBAGAAN JEMAAT baru adalah pembentukan suatu jemaat baru yang diakibatkan
perkembangan terdapat sejumlah orang percaya di suatu tempat tertentu.
14. PENYATUAN JEMAAT adalah penggabungan dua Jemaat atau lebih menjadi satu Jemaat
baru.

BAB II
PEMBENTUKAN JEMAAT

Pasal 2

(1) Jemaat dibentuk di wilayah GPM dengan Peraturan Organik Gereja berdasarkan rekomendasi
Persidangan Klasis.
(2) Pembentukan Jemaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Pelembagaan Jemaat Baru di luar Jemaat yang sudah ada;
b. Pemekaran 1 (satu) Jemaat menjadi dua Jemaat atau lebih; dan
c. Penggabungan 2 (dua) Jemaat atau lebih menjadi 1 (satu) Jemaat.

1
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan Jemaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Organik Gereja.

BAB III
CIRI DAN SYARAT JEMAAT

Bagian Kesatu
Ciri

Pasal 3

(1) Jemaat GPM bercirikan:


a. Jemaat Teritorial
b. Jemaat Kategorial
c. Jemaat Khusus
(2) Jemaat Kategorial dan Jemaat Khusus bersifat Transteritorial.

Pasal 4

(1) Jemaat Teritorial merupakan bagian dari suatu Klasis sesuai batas-batas wilayah
pelayanannya.
(2) Batas lingkungan pelayanan Jemaat Teritorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh MPH Sinode GPM atas usul Jemaat melalui MPK setelah diputuskan dalam sidang
Jemaat.

Pasal 5

(1) Jemaat Kategorial dan Jemaat Khusus menjadi bagian dari Klasis di mana terdapat pusat
pelayanan dan administrasinya.
(2) Jemaat Kategorial hanya dapat dibentuk pada kompleks markas atau kesatrian yang dijadikan
pusat pemukiman dari anggota dan keluarga Tentara Nasional Indonesia, anggota dan
keluarga Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau pegawai dan keluarga suatu
perusahaan tertentu yang membutuhkan pelayanan.
(3) Jemaat Khusus dibentuk lintas jemaat Teritorial dan/atau Klasis untuk menjawab kebutuhan
pelayanan kepada warga jemaat GPM etnis Tionghoa dan/atau keluarga dan/atau simpatisan
yang karena alasan sejarah kelahirannya membutuhkan pelayanan tersendiri/ khusus.
(4) Pembentukan dan pengembangan Jemaat Kategorial dan Jemaat Khusus dilakukan
berdasarkan ketentuan Peraturan Organik.

Bagian Kedua
Syarat

Pasal 6

Syarat-syarat sebagai suatu Jemaat adalah:


a. Mampu melaksanakan Amanat Pelayanan Gereja secara utuh;
b. Mempunyai anggota Sidi sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) orang dan anggota Baptis
sekurang-kurangnya 100 (seratus) orang, kecuali Jemaat yang secara geografis tidak dapat
digabungkan;
c. Mempunyai tempat Ibadah.

2
BAB IV
KEDUDUKAN DAN TUGAS JEMAAT

Bagian Kesatu
Kedudukan

Pasal 7

(1) Jemaat Gereja Protestan Maluku berkedudukan sebagai basis pelaksanaan Amanat Pelayanan
Gereja.
(2) Jemaat-Jemaat Gereja Protestan Maluku berada di Kepulauan Maluku, mencakup provinsi
Maluku dan provinsi Maluku Utara.
(3) Pimpinan perangkat pelayanan Jemaat-jemaat Gereja Protestan Maluku berkedudukan di
Jemaat yang bersangkutan, baik di desa atau nama lain, kota-kota dan pusat-pusat
pertumbuhan masyarakat.

Bagian Kedua
Tugas

Pasal 8

Tugas dan tanggung jawab Jemaat adalah melaksanakan Ajaran Gereja, Tata Gereja, Peraturan-
Peraturan Pokok, Peraturan Organik dan Keputusan MPH serta keputusan-keputusan yang
ditetapkan oleh Persidangan Sinode, Persidangan MPL Sinode, Persidangan Klasis dan
Persidangan Jemaat.

BAB V
KEANGGOTAAN JEMAAT

Pasal 9

(1) Anggota GPM yang terdaftar di Jemaat-Jemaat yaitu:


a. Yang dilahirkan oleh warga GPM.
b. Yang dibaptis di GPM.
c. Yang telah mengaku iman dan diteguhkan menjadi anggota Sidi Gereja.
d. Yang dibaptis di Gereja lain, yang atas kemauan sendiri menyatakan menjadi anggota
GPM.
e. Yang berasal dari agama dan kepercayan lain yang atas kemauan sendiri menyatakan
menerima ajaran gereja, mengaku Iman dan dibaptis.
f. Yang berasal dari Jemaat GPM lain dengan membawa surat atestase.
(2) Status keanggotaan dalam suatu jemaat berakhir apabila:
a. Berpindah tempat tinggal keluar wilayah pelayanan Jemaat dengan membawa surat
atestase.
b. Menyatakan secara tertulis atas kemauan sendiri untuk berhenti menjadi anggota Gereja
Protestan Maluku.
c. Meninggal dunia.
(3) Sistim administrasi keanggotaan Jemaat diatur tersendiri, yang ditetapkan dengan Keputusan
MPH Sinode.

3
BAB VI
HAK dan KEWAJIBAN

Pasal 10

(1) Hak anggota Jemaat adalah:


a. Mendapatkan bimbingan dan pelayanan dari Majelis Jemaat.
b. Mendapat bagian dalam upaya pembinaan anggota jemaat demi perkembangan dan
pertumbuhan bersama.
c. Ikut menentukan arah pembangunan dan pelayanan Jemaat.
(2) Kewajiban anggota Jemaat adalah:
a. Melibatkan diri dalam seluruh tugas panggilan Gereja Protestan Maluku.
b. Menaati semua Peraturan Gereja Protestan Maluku.
c. Melaksanakan berbagai keputusan Sidang Jemaat.

BAB VII
PERANGKAT KEPENGURUSAN TINGKAT JEMAAT

Pasal 11

Perangkat Kepengurusan di tingkat Jemaat terdiri dari :


a. Persidangan Jemaat
b. Majelis Jemaat
c. Sektor
d. Unit

BAB VIII
PERSIDANGAN JEMAAT

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 12

(1) Persidangan Jemaat merupakan lembaga pengambilan keputusan tertinggi di tingkat Jemaat.
(2) Persidangan Jemaat berlangsung sekali dalam setahun.
(3) Pelaksanaan Persidangan Jemaat diawali dengan rapat unit pelayanan dan kemudian
ditingkatkan pada rapat-rapat sektor dalam Jemaat.

Bagian Kedua
Tugas Persidangan Jemaat

Pasal 13

(1) Persidangan Jemaat bertugas untuk:


a. Membahas dan menetapkan Rencana Strategis (disingkat Renstra) Pengembangan
Pelayanan Jemaat sebagai penjabaran dari PIP-RIPP setiap 5 (lima) tahun;
b. Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pelaksanaan Renstra pengembangan
pelayanan selama 5 (lima) tahun;
c. Mengevaluasi dan Menetapkan Program-Program Pelayanan di Jemaat sebagai penjabaran
dari Renstra Jemaat;
d. Mengevaluasi dan Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Jemaat.
e. Membicarakan dan menyelesaikan masalah-masalah keumatan yang relevan;

4
Bagian Ketiga
Peserta Persidangan Jemaat

Pasal 14

(1) Persidangan Jemaat dihadiri oleh:


a. Peserta Biasa
b. Peserta Luar Biasa
(2) Peserta Biasa terdiri dari:
a. Majelis Jemaat
b. Anggota Sidi Gereja melalui Sektor pelayanan yang dipilih dari Unit-Unit Pelayanan,
dengan ketentuan tiap Sektor 7 (tujuh) orang peserta, dan memperhatikan keterwakilan
unsur laki-laki dan perempuan.
(3) Peserta Luar Biasa terdiri dari:
a. Penasehat yaitu Majelis Pekerja Klasis.
b. Perutusan Badan-Badan Pembantu Pelayanan dan Angkatan Muda GPM.
c. Undangan yang dianggap perlu oleh Majelis Jemaat.

Bagian Keempat
Pimpinan Persidangan

Pasal 15

Pimpinan Persidangan:
a. Persidangan Jemaat dipimpin oleh Majelis Jemaat;
b. Sekretaris Majelis Jemaat berfungsi sebagai Sekretaris Persidangan dan sekaligus
mengoordinasikan segala urusan Sekretariat Persidangan Jemaat.

Bagian Kelima
Sahnya Persidangan Jemaat

Pasal 16

(1) Persidangan Jemaat dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari
jumlah peserta biasa.
(2) Persidangan Jemaat berlangsung sesuai Tata Tertib Persidangan GPM yang ditetapkan oleh
Persidangan MPL Sinode.

Bagian Keenam
Pengesahan Hasil Persidangan

Pasal 17

(1) Hasil Persidangan Jemaat harus disahkan oleh Majelis Pekerja Klasis.
(2) Pengesahan hasil persidangan jemaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan 30 hari
setelah Majelis Pekerja Klasis menerima hasil keputusan Persidangan Jemaat.
(3) Apabila dalam jangka waktu 30 hari, Hasil Keputusan Persidangan Jemaat belum disahkan
oleh Majelis Pekerja Klasis, maka Keputusan tersebut dianggap sah untuk dilaksanakan.

BAB IX

5
MAJELIS JEMAAT

Bagian Kesatu
Pimpinan Jemaat

Pasal 18

(1) Jemaat dipimpin oleh Majelis Jemaat.


(2) Majelis Jemaat sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) diketuai oleh seorang Pendeta
dan/atau Penginjil yang diangkat dengan Surat Keputusan MPH Sinode.
(3) Majelis Jemaat terdiri dari:
a. Pendeta dan/atau Penginjil
b. Penatua-Penatua
c. Diaken-Diaken
(4) Jumlah anggota Majelis Jemaat bukan Pendeta dan/ atau Penginjil diatur dalam Peraturan
Organik GPM yang ditetapkan oleh MPL.

Bagian Kedua
Tugas Majelis Jemaat

Pasal 19

(1) Tugas dan Tanggung Jawab Majelis Jemaat adalah:


a. Melaksanakan Pekabaran Injil dan melengkapi anggota Jemaat bagi pekerjaan
pelayanan dan pembangunan Tubuh Kristus.
b. Melayani Ibadah Jemaat, pemberitaan Firman Allah dan Sakramen Kudus.
c. Melaksanakan Pemberkatan Nikah dan Pemakaman.
d. Meneguhkan anggota-anggota Sidi Jemaat dan Penatua serta Diaken.
e. Menjalankan disiplin gerejawi dan pelayanan penggembalaan (pastoral).
f. Mengawasi pelaksanaan ajaran gereja dan mengembangkan usaha berteologi di
kalangan anggota-anggota Jemaat.
g. Membentuk dan meneguhkan aparatur pelaksana pelayanan Gereja.
h. Melaksanakan pendidikan umum, pelayanan kasih, keadilan, perdamaian, serta
pelestarian lingkungan hidup.
i. Melaksanakan Sekolah Minggu/Tunas Pekabaran Injil dan Katekisasi.
j. Melaksanakan pendidikan Agama Kristen dari pendidikan anak usia dini sampai ke
Perguruan Tinggi.
k. Membina kemandirian berteologi, kemandirian daya dan dana.
l. Menyelenggarakan dan memimpin Persidangan Jemaat dan rapat-rapat Majelis Jemaat
secara teratur, terencana dan berkesinambungan.
m. Mempersiapkan Rancangan Renstra untuk dibicarakan dan ditetapkan dalam
Persidangan Jemaat.
n. Menyusun rancangan Program Kerja dan Anggaran Pendapatan & Belanja Pelayanan
Jemaat untuk dipercakapkan dan ditetapkan oleh Sidang Jemaat.
o. Melaksanakan semua keputusan Persidangan Jemaat.
p. Mengelola, mengawasi dan mempertanggung jawabkan pemanfaatan keuangan dan
harta milik Gereja Protestan Maluku yang dikelola oleh Jemaat sesuai Peraturan
Perbendaharaan Gereja yang berlaku.
q. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Renstra Pengembangan
Pelayanan selama 5 (lima) tahun dalam Persidangan Jemaat.
r. Memberikan laporan pertanggungjawab pelayanan dan keuangan Jemaat kepada MPH
Sinode melalui Majelis Pekerja Klasis.
s. Memberikan laporan pelayanan dan keuangan kepada Jemaat melalui Sidang Jemaat.
t. Melaksanakan hubungan oikumenis, hubungan dan kerjasama dengan Pemerintah dan
golongan-golongan agama lainnya di lingkungan setempat atas sepengetahuan Majelis
Pekerja Klasis.

6
u. Melaksanakan Bentuk-bentuk pelayanan lainnya sesuai dengan Amanat Pelayanan
Gereja dan segala ketentuan resmi yang ditetapkan oleh Persidangan Sinode dan
Persidangan Klasis.
(2) Rincian tugas dan Tanggung Jawab anggota Majelis Jemaat sesuai ayat (1) di atas, diatur dan
ditetapkan oleh Persidangan MPL Sinode.

Bagian Ketiga
Perangkat Kepengurusan

Pasal 20

(1) Perangkat Kepengurusan Majelis Jemaat terdiri dari:


a. Pimpinan Harian Majelis Jemaat
b. Seksi-Seksi Pelayanan
c. Badan-badan lain
(2) Perangkat Pimpinan Harian Majelis Jemaat sebagaimana dimaskud pada ayat 1 (a) terdiri dari
:
a. Seorang ketua
b. Seorang Wakil Ketua
c. Seorang Sekretaris dan Wakil Sekretaris
d. Seorang Bendahara dan Wakil Bendahara
e. Anggota
(3) Rincian susunan tugas dan tanggung jawab setiap perangkat kepengurusan pelayanan Majelis
Jemaat diatur dan ditetapkan oleh Persidangan MPL Sinode.

Bagian Keempat
Rapat Mejlis Jemaat

Pasal 21

(1) Rapat Majelis Jemaat berlangsung sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan.


(2) Rapat Majelis Jemaat dihadiri oleh Majelis Jemaat.
(3) Rapat Majelis Jemaat berfungsi untuk mengevaluasi dan menetapkan langkah pelaksanaan
pelayanan umum dan keputusan-keputusan Persidangan Jemaat.
(4) Rapat Majelis Jemaat dipimpin oleh:
a. Ketua Majelis Jemaat.
b. Apabila Ketua Majelis Jemaat berhalangan, rapat dipimpin oleh Wakil Ketua Majelis
Jemaat.
c. Apabila Ketua dan Wakil Ketua Majelis Jemaat berhalangan, rapat dipimpin oleh
seorang anggota Pimpinan Harian Majelis Jemaat.
(5) Sekretaris Majelis Jemaat dan atau wakil sekretaris berfungsi selaku sekretaris rapat Majelis
Jemaat yang mengambil notulen rapat Majelis Jemaat.
(6) Majelis Jemaat wajib mengadakan Rapat-rapat Koordinasi dengan Koordinator Sektor/Unit
Pelayanan dan Badan-Badan Pembantu Pelayanan Jemaat, sekurang-kurangnya sekali dalam
4 (empat) bulan.

Bagian Kelima
Masa Bakti Majelis Jemaat

7
Pasal 22

(1) Seorang Penatua dan Diaken melayani dalam masa bakti 5 tahun, dan sesudah itu dapat
dipilih kembali.
(2) Seorang Penatua dan Diaken tidak dapat dipilih untuk 3 (tiga) masa bakti berturut-turut.
(3) Jika seorang Penatua dan Diaken meninggal dunia dan atau mengundurkan diri dan atau
terkena sanksi/disiplin Gereja atau sebab lain, penggantiannya dilakukan berdasarkan
Peraturan Organik.
(4) Setiap Penatuan dan Diaken sebelum memulai masa pelayanannya ditahbiskan dalam ibadah
Jemaat.

Pasal 23

Hal-hal yang menyangkut pemilihan Penatua dan Diaken diatur dengan Peraturan Organik yang
ditetapkan oleh MPL Sinode.

BAB X
SEKTOR

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 24

(1) Sektor Pelayanan merupakan bagian dalam jemaat yang mencakup unit-unit pelayanan.
(2) Jumlah sektor pelayanan dalam jemaat disesuaikan dengan luas wilayah pelayanan dalam
jemaat dengan ketentuan setiap sektor pelayanan mewadahi sekurang-kurangnya dua (2) unit
dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) unit pelayanan.

Bagian kedua
Pimpinan

Pasal 25

(1) Sektor pelayanan dipimpin oleh Badan Koordinasi Pelayanan (BAKOPEL) Sektor yang
ditetapkan dengan Keputusan Majelis Jemaat atas usul sektor.
(2) Kepemimpinan Bakopel Sektor bersifat koordinatif dan terdiri dari seorang Ketua
Koordinator yang adalah Penatua dan/atau Diaken dibantu oleh anggota Majelis Jemaat yang
ada dalam sektor, ketua unit dan ketua wadah pelayanan dalam Sektor.
(3) Ketua Bakopel bergilir setiap tahun.

Bagian Ketiga
Tugas Pimpinan

Pasal 26

Badan Koordinatif Pelayanan Sektor berfungsi dan bertugas untuk:


a. Melaksanakan ibadah dan pemberitaan firman di lingkungan sektor.
b. Melaksanakan kunjungan keluarga dan pelayanan penggembalaan bagi anggota jemaat.
c. Menghimpun dan mengkoordinir semua potensi anggota jemaat dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan dalam sektor sesuai keputusan sidang jemaat.
d. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan di sektor untuk membahas pelaksanaan program
jemaat mempersiapkan usul-usul dan menetapkan utusan-utusan sektor ke sidang jemaat.

8
e. Memberi laporan kepada Majelis Jemaat baik diminta maupun tidak diminta tentang tugas-
tugas pelayanan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d kepada Majelis Jemaat.

Pasal 27

Hal-hal lain yang berkaitan dengan teknis pelayanan di sektor ditetapkan dengan Peraturan
Organik.

BAB XI
UNIT

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 28

(1) Unit Pelayanan adalah bagian dalam Sektor Pelayanan yang meliputi beberapa kepala
keluarga.
(2) Unit Pelayanan terdiri dari sekurang-kurangnya 15 KK dan sebanyak-banyaknya 25 KK.
(3) Majelis Jemaat berfungsi sebagai pendamping pengurus unit untuk pelayanan bagi Jemaat.

Bagian Kedua
Pimpinan Unit

Pasal 29

(1) Unit pelayanan dipimpin oleh pengurus unit yang ditetapkan dengan keputusan Majelis
Jemaat.
(2) Hal-hal yang berkaitan stuktur kepengurusan unit sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan peraturan Organik yang ditetapkan oleh MPL Sinode.

Bagian Ketiga
Tugas Unit

Pasal 30

(1) Unit Pelayanan bertugas untuk menata dan mengelola pelayanan jemaat dalam lingkup yang
terkecil;
(2) Hal-hal yang berkaitan dengan rincian tugas unit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Organik yang ditetapkan oleh MPL Sinode.

BAB XII
PENGAWASAN

Pasal 31

Majelis Pekerja Harian Sinode melalui Majelis Pekerja Klasis, memberi mandat kepada Majelis
Jemaat untuk melakukan pengawasan umum atas jalannya organisasi, tanggung jawab pastoralia,
tanggung jawab pemberlakuan ajaran gereja, perilaku, tugas dan tanggung jawab anggota Jemaat.

Pasal 32

9
(1) Keputusan Persidangan Jemaat tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan,
keputusan Sinode, MPL Sinode, MPH Sinode dan Persidangan Klasis.
(2) Bila persidangan Jemaat mengambil keputusan-keputusan yang dianggap bertentangan
dengan ketentuan peraturan, keputusan Sinode, Persidangan MPL Sinode, MPH Sinode dan
Persidangan Klasis, sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) maka Majelis Pekerja Klasis
berhak mengubah atau menyatakan tidak berlaku keputusan tersebut.
(3) Jika Majelis Jemaat berkeberatan terhadap keputusan Majelis Pekerja Klasis, tentang hal
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, maka Persidangan Jemaat melalui Majelis
Jemaat dapat membawa keberatannya ke Majelis Pekerja Klasis dan atau MPH Sinode.
(4) Selama Majelis Pekerja Klasis atau MPH Sinode belum mengambil keputusan terhadap
keberatan yang diajukan kepadanya, keputusan-keputusan Persidangan Jemaat tersebut belum
dapat dilaksanakan.

BAB XIII
PEMBIAYAAN

Pasal 33

(1) Pembiayaan Pelayanan Jemaat/Gereja menjadi tanggung jawab Jemaat.


(2) Tanggung jawab pembiayaan tersebut meliputi:
a. Biaya pelaksanaan program kerja dan penyelenggaraan administrasi Jemaat yang
bersangkutan.
b. Biaya penyelenggaraan pelayanan GPM secara menyeluruh sesuai prosentasi dari
realisasi Pendapatan Murni Jemaat yang ditetapkan oleh Persidangan MPL Sinode GPM.
c. Biaya-biaya lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Pengaturan dan pengelolaan pembiayaan Pelayanan Jemaat sebagai tanggung jawab Jemaat
harus memperhatikan Peraturan Perbendaharaan Gereja.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

(1) Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Pokok tentang Jemaat tahun 2001
dinyatakan tidak berlaku.
(2) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

DITETAPKAN DI: AMBON


PADA TANGGAL: 01 FEBRUARI 2016

PERSIDANGAN XXXVII SINODE GEREJA PROTESTAN MALUKU

MAJELIS KETUA SEKRETARIS

1. Pdt. Dr.J.Chr. Ruhulessin, M. Si


2. Pdt. H. Siahaya, S.Si
3. Pdt. G. Akerina, M.Th
4. Pdt. Ny. T. Let-let
5. Pnt. Th. Tiwery Pdt. W. B. Pariama, S.Th
MEMORI PENJELASAN
PERATURAN POKOK GEREJA PROTESTAN MALUKU
(KETETAPAN SINODE GPM NOMOR: 08/SND/37/2016)

10
Tentang

JEMAAT

I. PENJELASAN UMUM

1. Perubahan Peraturan Jemaat GPM diakibatkan perkembangan dan dinamika masyarakat


seperti munculnya kawasan industri, daerah transmigrasi, perkembangan wilayah perkotaan
dll. Perkembangan dan dinamika ini berpengaruh terhadap pola atau ciri berjemaat: baik secara
kategorial, fungsional, sektoral, dst dari yang selama ini berbasis parokhial (teritorial).
2. Pelayanan Gereja, khususnya di tingkat jemaat, dan umumnya untuk seluruh pelayanan
menempatkan kedudukan dan peranan seluruh anggota gereja di dalam tugas dan tanggung
jawab penting bagi pembangunan Tubuh Kristus. Karen itu perlu diatur dan ditetapkan Hak
dan Kewajiban Anggota Jemaat dengan maksud dapat dijadikan pegangan untuk memahami
apa dan bagaimana Hak dan Kewajiban Anggota Jemaat dalam dinamika pelayanan Gereja
secara keseluruhan.
3. Sehubungan dengan penataan Pola dan Dinamika Struktur Pelayanan dan Kelembagaan
Gereja, maka perlu diatur kedudukan dan fungsi perangkat pelayanan Jemaat (Sidang Jemaat,
Majelis Jemaat). Akibatnya, antara lain, bahwa peserta sidang jemaat adalah utusan sektor-
sektor pelayanan.
4. Peraturan ini disebut Peraturan Pokok, karena di dalamnya hanya ditetapkan hal-hal yang
sifatnya pokok. Sedangkan hal-hal lain yang masih perlu diatur secara operasional akan
ditetapkan lanjut dengan Peraturan yang secara hirarkis berada di bawah Keputusan Sinode.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s/d Pasal 2


Cukup jelas

Pasal 3

Ayat (1)
huruf a: Cukup Jelas
huruf b: Yang dimaksud dengan Kategori tertentu adalah TNI, POLRI, dll.
huruf c: Yang dimaksudkan dengan Jemaat Khusus adalah Jemaat GPM Hok Im Tong Ambon,
Jemaat Hok Im Tong Saparua dan Jemaat Hok Im Tong Dobo.

Pasal 4

Ayat (1): Kecuali pada Jemaat-jemaat yang mengalami dampak konflik dan belum
menyelesaikan persoalannya atau belum kembali ke jemaat asal dan karena social budaya
pada masyarakat tertentu (Jemaat-jemaat di Klasis Kisar)
Atas dasar kenyataan bahwa pasca konflik social telah terjadi perpindahan anggota jemaat
dari tempat-mereka ke tempat pengungsian atau pemukiman baru. Hal itu telah
mengakibatkan ikatan emosional di antara anggota jemaat itu makin kuat dan karena itu
telah menjadi kenyataan kurang lebih kurun waktu 15 tahun terakhir ini jemaat-jemaat
tersebut telah menjadi jemaat-jemaat transteritorial.

Ayat (2): Cukup Jelas


Pasal 5
Cukup jelas

11
Pasal 6

Huruf a: Yang dimaksudkan dengan huruf a adalah sesuai dengan Tata Gereja GPM Bab IV,
pasal 7 ayat (2).
Huruf b: Yang dimaksud dengan kalimat “kecuali jemaat yang secara geografis tidak dapat
digabungkan” adalah jemaat-jemaat kecil, kurang dari 50 anggota sidi gereja.
Huruf c: Cukup Jelas

Pasal 7 s/d Pasal 8


Cukup Jelas

Pasal 9

Ayat (1): huruf a – e: Cukup Jelas


Yang dimaksudkan huruf f adalah:
- Prinsipnya perpindahan anggota jemaat dari satu jemaat GPM ke jemaat GPM lain harus
membawa surat atestasi dari jemaat asal.
- Apabila seseorang anggota jemaat GPM yang telah berdomisili selama enam (6) bulan di
jemaat GPM tertentu tanpa atestasi maka yang bersangkutan diterima menjadi anggota
jemaat pada jemaat tersebut.
- Dikecualikan dari ketentuan di atas bagi Jemaat-jemaat yang mengalami dampak konflik
sosial dan belum kembali ke jemaat asal.

Ayat (2) huruf a cukup jelas


huruf b, Anggota jemaat yang telah melakukan baptis ulang pada gereja saudara maka
lembaga berkewajiban menghentikan status keanggotaan-nya, setelah terlebih dahulu
mendatangi yang bersangkutan untuk melakukan proses penggembalaan.
Huruf c: Cukup Jelas

Pasal 10 s/d Pasal 13


Cukup Jelas

Pasal 13

Ayat (1): Cukup Jelas


Ayat (2) huruf a, merupakan tugas persidangan jemaat yang pertama untuk membahas dan
menetapkan Rencana Strategis Pengembangan Pelayanan Jemaat. Renstra disusun oleh
Majelis Jemaat melalui Tim Renstra yang diangkat oleh MJ dengan SK Majelis Jemaat.
Huruf b, merupakan tugas persidangan jemaat terakhir untuk mengevaluasi pelaksanaan
Restra selama 5 (lima) tahun. Tugas tersebut dilaksanakan pada tahun terakhir
pelaksanaan Renstra. Evaluasi pelaksanaan Renstra tersebut berlangsung dalam
persidangan jemaat di tahun 2015, sekaligus menyusun Renstra Pengembangan
Pelayanan Jemaat untuk periode 2015-2020 berdasarkan PIP/RIPP 2015-2025. Siklus ini
berlangsung secara berkesinambungan.
Ayat (2) huruf c,d,e dan f, merupakan tugas persidangan jemaat setiap tahun.

Pasal 14

Ayat (1) s.d (2): Cukup Jelas


Ayat (2) huruf b, Khusus jemaat-jemaat yang memiliki jumlah sektor kecil sehingga
mempengaruhi peserta biasa sidang jemaat dalam hal ini MJ lebih banyak dari utusan jemaat
maka hal ini akan diatur oleh MPK dalam koordinasi MPH Sinode. Demikian halnya dengan
Jemaat kategorial dan jemaat Khusus. Bagi jemaat yang tidak memiliki sektor peserta dapat
diambil dari unit dengan jumlah yang sama yaitu tujuh (7) orang.
Ayat (3) huruf a: Cukup Jelas

12
huruf b: Yang dimaksudkan adalah Sub Komisi Anak-Remaja, Pemuda, Perempuan dan
Laki-laki.

Pasal 15 s/d Pasal 17


Cukup Jelas

Pasal 18

Ayat (1); Apabila di dalam suatu jemaat terdapat dua atau lebih pendeta/penginjil, maka
berdasarkan kriteria senioritas karena pengalaman, usia, kematangan dalam berteologi dan
kehidupan bergereja pada umumnya, MPH Sinode mengangkat Ketua Majelis Jemaat dari antara
para pendeta/penginjil tersebut, sesuai dengan bunyi ayat 2. Dalam rangka ini, maka fungsi Ketua
Majelis Jemaat perlu dirinci lebih lanjut di dalam Peraturan Uraian Tugas Perangkat
Kepemimpinan Gereja tersendiri, sementara para pendeta/ penginjil lainnya dapat berfungsi di
dalam pelayanan umum jemaat berdasarkan pembagian tugas di antara para pendeta/penginjil
tersebut.
Ay(2) s.d (3): Cukup Jelas

Pasal 19

Huruf c, Untuk pemberkatan nikah, peneguhan sidi dilakukan oleh pendeta dan atau penginjil.

Pasal 20

Ayat (1) huruf c, Badan-badan lain itu adalah Tim Renstra, Tim Sejarah Gereja, dll.
Ayat (2), Struktur PHMJ sekurang-kurangnya terdiri dari 6 orang dan atau dapat disesuaikan
dengan kondisi jemaat.
Yang dimaksudkan dengan anggota pada huruf (e) adalah Pendeta Jemaat (jika terdapat lebih dari
1 orang Pendeta).

Pasal 21 s/d Pasal 26


Cukup Jelas

Pasal 28

Ayat (1) Cukup Jelas


Ayat (2), Jika satu unit pelayanan jumlah KK telah melebihi 25 KK perlu dimekarkan.
Mekanisme pemekaran unit diatur oleh Majelis Jemaat.

Pasal 29 s/d Pasal 34


Cukup Jelas

DITETAPKAN DI: AMBON


PADA TANGGAL: 01 FEBRUARI 2016

PERSIDANGAN XXXVII SINODE GEREJA PROTESTAN MALUKU

MAJELIS KETUA SEKRETARIS

1. Pdt. Dr.J.Chr. Ruhulessin, M. Si


2. Pdt. H. Siahaya, S.Si
3. Pdt. G. Akerina, M.Th
4. Pdt. Ny. T. Let-let
5. Pnt. Th. Tiwery Pdt. W. B. Pariama, S.Th

13

Anda mungkin juga menyukai