Anda di halaman 1dari 11

PERATURAN POKOK

GEREJA PROTESTAN MALUKU


(KETETAPAN SINODE GPM NOMOR:08/SND/37/2016)

Tentang
KLASIS
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Yang dimaksudkan dengan peraturan ini adalah:


a. KLASIS adalah kesatuan wilayah pelayanan Gereja Protestan Maluku yang meliputi sejumlah
jemaat yang terbentuk sebagai respons gereja terhadap tantangan geografis demi memperlancar
penyelenggaraan pelayanan gereja.
b. PERSIDANGAN KLASIS adalah badan pengambilan keputusan tertinggi dalam jenjang
kepemimpinan gereja di tingkat Klasis.
c. MAJELIS PEKERJA KLASIS selanjutnya disingkat MPK adalah majelis gerejawi yang
berkedudukan di bawah Persidangan Klasis.
d. SINODE adalah badan tertinggi dalam jenjang kepemimpinan Gereja Protestan Maluku,
diwujudkan dalam Persidangan Sinode.
e. KETUA KLASIS adalah Ketua Majelis Pekerja Klasis.
f. SEKRETARIS KLASIS adalah Sekretaris Majelis Pekerja Klasis.
g. KOORDINATOR KLASIS adalah lembaga non organik di tingkat Klasis yang berkedudukan
di Ibukota Kabupaten atau yang setingkat dengan itu.
h. KOORDINATOR JEMAAT adalah lembaga non organik di tingkat Jemaat yang berkedudukan
di salah satu Jemaat.

BAB II
PEMBENTUKAN, SYARAT DAN BATAS WILAYAH

Bagian Kesatu
Pembentukan

Pasal 2

(1) Klasis dibentuk di wilayah GPM dalam Sinode.


(2) Pembentukan Klasis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemekaran 1 (satu) klasis
menjadi 2 (dua) klasis atau lebih.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Pembentukan Klasis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Organik Gereja.

Bagian Kedua
Syarat

Pasal 3

Pembentukan Klasis sebagaimana dimaksud pada pasal 2 harus memenuhi syarat-syarat:


a. Mencakup paling sedikit 5 (lima) jemaat dan paling banyak 25 (dua puluh lima) jemaat;
b. Memperoleh rekomendasi dari klasis induk.

Bagian Ketiga
Batas Wilayah

Pasal 4

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 1


Wilayah kerja klasis mencakup 1 (satu) atau lebih wilayah kerja kecamatan dan atau
kabupaten/kota.
BAB III
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN
Bagian Kesatu
Susunan
Pasal 5
(1) Klasis terdiri dari jemaat-jemaat teritorial, kategorial dan khusus.
(2) Jemaat-jemaat kategorial dan khusus menjadi bagian dari klasis di mana terdapat pusat
pelayanan dan administrasinya.
Bagian Kedua
Kedudukan
Pasal 6
Klasis adalah lembaga sturktural yang berkedudukan di bawah Sinode.
BAB IV
TUGAS DAN FUNGSI
Bagian Kesatu
Tugas
Pasal 7
Klasis bertugas untuk:
1. Memimpin dan mengkoordinasikan jemaat-jemaat dalam rangka melaksanakan amanat dan
misi pelayanan gereja di wilayahnya.
2. Mendorong kerjasama antar jemaat dalam dan lintas klasis.
3. Mengoordinasikan penyaluran aspirasi jemaat-jemaat di wilayah pelayanannya kepada
Majelis Pekerja Harian Sinode.
4. Menyelesaikan permasalahan antar jemaat dan jemaat dengan pihak lain di wilayah
pelayanannya.
5. Memberi pertimbangan kepada Majelis Pekerja Harian Sinode dalam rangka pengambilan
kebijakan.
6. Mengoordinasikan semua ketentuan, keputusan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Sinode, Persidangan Majelis Pekerja Lengkap Sinode, Majelis Pekerja Harian Sinode.
7. Mendorong Pengembangan sumber daya manusia di wilayah pelayannya.
8. Mendampingi Jemaat dalam rangka mempersiapkan rancangan Rencana Strategi (Renstra)
Pengembangan Pelayanan.

Bagian Kedua
Fungsi
Pasal 8
(1) Menyampaikan usul-usul Persidangan Klasis kepada Majelis Pekerja Harian Sinode, Majelis
Pekerja Lengkap Sinode dan Sinode.
(2) Melaksanakan pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi dalam rangka mendinamisasi
pelayanan pada Jemaat-Jemaat.
BAB V
PERANGKAT KEPENGURUSAN

Pasal 9

Perangkat Kepengurusan Gereja di tingkat Klasis:


a. Persidangan Klasis
b. Majelis Pekerja Klasis

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 2


BAB VI
PERSIDANGAN KLASIS

Bagian Kesatu
Tugas Persidangan Klasis

Pasal 10

(1) Persidangan Klasis merupakan lembaga pengambilan keputusan tertinggi di tingkat klasis.
(2) Persidangan Klasis diadakan sekali dalam setahun.
(3) Persidangan Klasis berlangsung atas undangan Majelis Pekerja Klasis, selambat-lambatnya
satu bulan sebelum pelaksanaannya dengan melampirkan Pokok-pokok Acara Persidangan dan
Laporan Umum Pelayanan dan Keuangan Klasis.
(4) Persidangan klasis dilaksanakan setelah jemaat-jemaat melaksanakan sidang jemaat.
(5) Dalam rangka menjabarkan keputusan sinodal dan klasis, maka MPK melaksanakan rapat
koordinasi di tingkat klasis untuk mengatur penjabarannya di sidang-sidang jemaat.

Bagian Kedua
Peserta

Pasal 11

(1) Persidangan Klasis dihadiri oleh:


a. Peserta Biasa
b. Peserta Luar Biasa
(2) Peserta Biasa terdiri dari:
a. Majelis Pekerja Klasis
b. Utusan Jemaat; dengan ketentuan seorang Ketua Majelis Jemaat dan tiga orang Penatua dan
atau Diaken, dengan memperhatikan keterwakilan laki-laki dan perempuan.
(3) Peserta Luar Biasa terdiri dari:
a. Para Penasehat yaitu MPH Sinode;
b. Para Pendeta Jemaat;
c. Badan-Badan Pembantu Pelayanan;
d. Undangan, yaitu mereka yang dianggap perlu diundang oleh Majelis Pekerja Klasis.
(4) Peserta Biasa mempunyai hak bicara dan hak suara.
(5) Peserta Luar Biasa mempunyai hak bicara.

Bagian Ketiga
Pimpinan Persidangan

Pasal 12

Pimpinan Persidangan:
a. Persidangan Klasis dipimpin oleh Majelis Pekerja Klasis;
b. Sekretaris Majelis Pekerja Klasis berfungsi sebagai Sekretaris Persidangan dan sekaligus
mengkoordinasikan segala urusan Sekretariat Persidangan Klasis;
c. Persidangan Klasis berlangsung sesuai Tata Tertib Persidangan GPM yang ditetapkan oleh
Persidangan MPL Sinode.

Bagian Keempat
Keabsahan Persidangan

Pasal 13

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 3


Persidangan Klasis dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari
jumlah peserta biasa.

Bagian Kelima
Wewenangan Persidangan

Pasal 14

(1) Menyusun dan menetapkan renstra klasis.


(2) Menyusun dan mengesahkan program pelayanan bersama berdasarkan Renstra Jemaat-Jemaat
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahunan dari Klasis.
(3) Menggumuli pandangan, usul dan aspirasi dari Jemaat berkaitan dengan penyelenggaraan
pelayanan di Jemaat, Klasis dan Sinode.
(4) Mengawasi dan membina proses perkembangan Jemaat-Jemaat menuju kepada kesatuan
pelayanan yang lebih besar.
(5) Mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan Gereja dalam wilayah kerjanya.
(6) Memberi pertimbangan dan usul-usul mengenai Tata Gereja, Peraturan-Peraturan Pokok
Gereja, Pengakuan Gereja, Tata Ibadah Gereja, dan masalah-masalah Gereja lainnya yang
timbul dalam hubungannya dengan Tata Gereja, Peraturan-Peraturan Pokok Gereja, Pengakuan
Gereja serta Tata Ibadah Gereja, berdasarkan perkembangan dan dinamika pelayanan dalam
Jemaat.
(7) Memilih dan menetapkan Majelis Pekerja Klasis unuk masa jabatan 5 (lima) tahun, kecuali
ketua dan sekretaris, yang ditetapkan oleh Majelis Pekerja Harian Sinode dengan Surat
Keputusan.
(8) Menetapkan pembentukan Badan-Badan Pembantu Klasis sesuai kebutuhan pelayanan.
(9) Persidangan Klasis mendelegasikan kewenangan sebagaimana yang telah disebutkan pada ayat
(8) kepada MPK untuk membentuk badan-badan pembantu pelayanan.
(10) Memilih Utusan-Utusan Jemaat melalui Klasis untuk menghadiri Sinode.
(11) Memilih Utusan-Utusan Klasis serta pengganti-penggantinya ke Sidang MPL Sinode
(12) Mengawasi segala harta milik Gereja di tingkat Klasis dan Jemaat sesuai Peraturan
Perbendaharaan Gereja Protestan Maluku dan ketentuan lainnya, yang ditetapkan oleh
Persidangan Sinode dan MPL Sinode GPM.

Bagian Keenam
Materi Persidangan

Pasal 15

(1) Segala usul dari Jemaat yang menurut pertimbangan Majelis Jemaat perlu dibicarakan sebagai
materi Persidangan Klasis, harus disampaikan selambat-lambatnya dua puluh satu hari oleh
Majelis Jemaat yang bersangkutan kepada Majelis Pekerja Klasis sebelum Persidangan Klasis
dimulai.
(2) Majelis Pekerja Klasis dapat menolak usul-usul dari Majelis Jemaat untuk dimasukkan dalam
agenda Persidangan Klasis dengan disertai alasan-alasan penolakannya, selambat-lambatnya
tujuh hari setelah menerima usul tersebut.
(3) Jika dalam tujuh hari usul dari jemaat-jemaat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
dijawab oleh MPK maka dianggap diterima menjadi agenda pada persidangan Klasis.

Pasal 16

(1) Majelis Pekerja Klasis wajib melaporkan hasil sidang Klasis kepada MPH Sinode selambat-
selambatnya 30 hari sesudah Persidang Klasis untuk mendapat pengesahan.
(2) MPH Sinode wajib mengesahkan keputusan Persidangan Klasis tersebut selambat-lambatnya
satu bulan, terhitung sejak keputusan persidangan Klasis diterima.
(3) Apabila setelah jangka waktu satu bulan sebagaimana tersebut pada ayat (2) pasal ini, Majelis
Pekerja Harian Sinode belum memberikan pengesahannya atas Keputusan Persidangan Klasis,

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 4


maka Keputusan Persidangan Klasis tersebut dapat dilaksanakan oleh Klasis yang
bersangkutan.

BAB VII
MAJELIS PEKERJA KLASIS

Pasal 17

(1) Majelis Pekerja Klasis merupakan pelaksana harian Persidangan Klasis yang keanggotaannya
terdiri dari sekurang-kurangnya tujuh orang dan sebanyak-banyaknya sembilan orang.
(2) Majelis Pekerja Klasis terdiri dari:
a. Seorang Ketua
b. Seorang Sekretaris
c. Sekurang-kurangnya 5 orang dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang anggota, dengan
mempertimbangkan jumlah pendeta tidak melebih jumlah penatua dan diaken.

Pasal 18

Rincian Tugas dan Tanggung Jawab anggota Majelis Pekerja Klasis diatur dalam Peraturan Organik
yang ditetapkan oleh MPL Sinode.

Pasal 19

(1) Apabila salah seorang anggota Majelis Pekerja Klasis meletakkan jabatannya atau berhalangan
tetap sebelum selesai masa jabatannya, Majelis Pekerja Klasis dapat menunjuk seorang
penggantinya dengan memperhatikan hasil pemilihan, dan mempertang-gungjawabkannya
dalam Persidangan Klasis berikutnya.
(2) Anggota MPK yang adalah Penatua dan/atau Diaken yang telah berakhir masa tugasnya dan
tidak terpilih lagi sebagai Penatua dan/atau Diaken akan melakukan kepemimpinannya sampai
dilaksanakannya penetapan MPK yang baru.

BAB VIII
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
MAJELIS PEKERJA KLASIS

Pasal 20

Majelis Pekerja Klasis bertugas:


1. Mempersiapkan dan melaksanakan Persidangan Klasis.
2. Mengoordinasikan pelaksanaan Keputusan Persidangan Sinode, Persidangan MPL Sinode,
MPH Sinode, Persidangan Klasis dalam Jemaat-Jemaat.
3. Menyampaikan kepada Persidangan Klasis dan Majelis Pekerja Harian Sinode, laporan
tahunan tentang perkembangan pelayanan dan laporan keuangan Gereja di Klasis.
4. Mengunjungi Jemaat-Jemaat dalam Klasis dalam rangka pelayanan pastoral dan pembinaan
Jemaat serta memberikan laporan tertulis mengenai perkunjungan tersebut kepada Majelis
Pekerja Harian Sinode.
5. Mendorong dan mendampingi jemaat-jemaat dalam penyusunan Renstra Jemaat dan
penjabaran program tahunan.
6. Mengawasi dan menilai segala pekerjaan Pelayan dan pegawai Organik Gereja dalam wilayah
kerja Klasis.
7. Membuat ketentuan-ketentuan pelaksanaan yang dianggap perlu sehubungan dengan
kepemimpinan dan pengawasan pelayanan dalam Klasis, dengan ketentuan tidak bertentangan
dengan peraturan Gereja yang berlaku, serta menyampaikannya secara tertulis kepada Majelis
Pekerja Harian Sinode.

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 5


8. Menerapkan disiplin gereja menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Penggembalaan dan
Disiplin Gereja Protestan Maluku serta Peraturan Pokok GPM lainnya.
9. Mengusulkan kepada Majelis Pekerja Harian Sinode, pengangkatan, penempatan, pemindahan
dan pembebasan Pelayan dan Pegawai Gereja dalam Klasis.
10. Mengelola dan mengawasi harta milik gereja dalam wilayah kerja Klasis menurut Peraturan
Perbendaharaan Gereja Protestan Maluku untuk kepentingan pelayanan Gereja, serta wajib
melaporkannya kepada Majelis Pekerja Harian Sinode.
11. Memelihara dokumen-dokumen, arsip-arsip dan daftar-daftar Gereja.
12. Mengadakan hubungan kerjasama dengan Gereja, instansi Pemerintah dan Swasta, dengan
ketentuan tidak melampaui batas kewenangan dan kebijaksanaan Majelis Pekerja Harian
Sinode.

Pasal 21

(1) Ketua Klasis memimpin sidang Klasis dan rapat-rapat Majelis Pekerja Klasis, di samping
melaksanakan tugas umum Majelis Pekerja Klasis sebagaimana dimaksud dalam pasal 20.
(2) Apabila Ketua Klasis berhalangan, maka salah satu anggota Majelis Pekerja Klasis menjalankan
tugas memimpin rapat Klasis. Sekretaris Klasis berfungsi sebagai sekretaris rapat klasis dan
rapat-rapat MPK.

Pasal 22

Sekretaris Klasis bertugas membantu Ketua Klasis dalam pelaksanaan sebagian tugas umum
Majelis Pekerja Klasis terutama dalam bidang kesekretariatan, kearsipan dan surat menyurat.

Pasal 23

Anggota Majelis Pekerja Klasis membantu Ketua dan Sekretaris Klasis dalam melaksanakan
sebagian tugas umum Majelis Pekerja Klasis terutama dalam bidang-bidang pelayanan Gereja.

Pasal 24

Ketua dan Sekretaris Klasis mewakili Majelis Pekerja Klasis dalam melakukan hubungan kerjasama
dengan pihak lain sesuai kewenangannya.

BAB IX
BIDANG-BIDANG PELAYANAN DI TINGKAT KLASIS

Pasal 25

(1) Di tingkat Klasis dibentuk Bidang-Bidang Pelayanan Gereja berdasarkan Bidang-bidang yang
diatur di dalam PIP-RIPP GPM.
(2) Majelis Pekerja Klasis menetapkan pembentukan bidang-bidang pelayanan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 (satu) pasal ini serta melakukan pembagian tugas dan wewenang sesuai
situasi, kondisi dan kebutuhan masing-masing Klasis.
(3) Bidang-bidang pelayanan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan (2) dikoordinasikan
oleh anggota MPK.

BAB X
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 26

(1) Semua Keputusan Persidangan Klasis dan Majelis Pekerja Klasis, diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat.

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 6


(2) Apabila pengambilan Keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (1) tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan pemungutan suara
berdasarkan suara terbanyak.

BAB XI
KOORDINATOR KLASIS DAN KOORDINATOR JEMAAT

Bagian Kesatu
Koordinator Klasis

Pasal 27

(1) Untuk memperlancar tugas-tugas dari Klasis-Klasis secara efektif dan efisien dalam lingkup
satu Kabupaten/Kota, dapat ditunjuk Ketua MPK tertentu sebagai Koordinator.
(2) Ketua MPK yang dimaksudkan pada ayat (1) adalah Ketua Klasis yang berkedudukan di ibukota
Kabupaten.

Pasal 28

Koordinator Klasis ditetapkan dengan Surat Keputusan Majelis Pekerja Harian Sinode dengan
tugas:
1. Mengoordinasikan pelayanan dari Klasis-Klasis yang ada dalam suatu Kabupaten/Kota.
2. Menjembatani kerjasama yang fungsional dengan instansi-instansi Pemerintah/ lembaga-
lembaga masyarakat di Kabupaten/Kota dalam rangka pertumbuhan Jemaat dan Klasis.

Pasal 29

(1) Koordinator Klasis berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota.


(2) Koordinator Klasis adalah jabatan fungsional.

Bagian Kedua
Koordinator Jemaat-Jemaat

Pasal 30
(1) Untuk mengoordinasikan tugas-tugas dari Jemaat-Jemaat secara efektif dan efisien dalam
lingkup kerja satu Klasis, dapat ditunjuk Ketua Majelis Jemaat tertentu sebagai Koordinator.
(2) Ketua Majelis Jemaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Ketua Majelis Jemaat dari
Jemaat yang berkedudukan di ibukota Kecamatan atau tempat yang dianggap layak oleh MPK.
(3) Koordinator Jemaat adalah Jabatan Fungsional.

Pasal 31
Koordinator Jemaat ditetapkan dengan Surat Keputusan Majelis Pekerja Harian Sinode dengan
tugas mengkoordinasikan Jemaat-Jemaat tertentu terutama dalam melaksanakan sebagian fungsi
Klasis dalam lingkungan Jemaat-Jemaat yang jauh dari pusat Klasis.

BAB XII
PENGAWASAN
Pasal 32
(1) Majelis Pekerja Harian Sinode melakukan pengawasan umum atas jalannya organisasi dan
tugas serta tanggungjawab Majelis Pekerja Klasis.
(2) Jika hasil pengawasan umum sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdapat temuan maka
dilakukan pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku dalam GPM.

Pasal 33

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 7


(1) Apabila Persidangan Klasis mengambil keputusan-keputusan yang dianggap bertentangan
dengan ketentuan Peraturan, Keputusan Sinode, Persidangan MPL Sinode, maka Majelis Pekerja
Harian Sinode berhak mengubah dan/atau menyatakan tidak berlaku keputusan tersebut setelah
mendengar dengan sungguh-sungguh pertimbangan MP MPH Sinode GPM.
(2) Apabila Majelis Pekerja Klasis berkeberatan terhadap Keputusan Majelis Pekerja Harian Sinode
tentang hal sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini, maka MPK dapat membawa
keberatannya ke Persidangan MPL Sinode dan atau Sinode.
(3) Selama Persidangan MPL Sinode dan/atau Sinode belum mengambil keputusan terhadap
keberatan yang diajukan kepadanya, keputusan-keputusan Persidangan Klasis tersebut belum
dapat dilaksanakan.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34
(1) Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Pokok tentang Klasis tahun 2010 dinyatakan
tidak berlaku.
(2) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan;

PERSIDANGAN XXXVII SINODE GEREJA PROTESTAN MALUKU

MAJELIS KETUA SEKRETARIS

1. Pdt. Dr.J.Chr. Ruhulessin, M. Si


2. Pdt. H. Siahaya, S.Si
3. Pdt. G. Akerina, M.Th
4. Pdt. Ny. T. Let-let
5. Pnt. Th. Tiwery Pdt. W. B. Pariama, S.Th

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 8


MEMORI PENJELASAN
PERATURAN POKOK GEREJA PROTESTAN MALUKU
(KETETAPAN SINODE GPM NOMOR:08/SND/37/2016)

I. PENJELASAN UMUM

1. Peraturan Gereja Protestan Maluku ini disebut Peraturan Klasis Gereja Protestan Maluku dan
merupakan Ketentuan-Ketentuan Pokok tentang Klasis Gereja Protestan Maluku.
2. Dalam sistem pemerintahan “Presbiterial Sinodal” yang dianut GPM, pada dasarnya tidak ada
Klasis sebagai jenjang kepemimpinan menengah. Namun, Klasis diadakan sebagai bentuk
respon gereja terhadap tantangan geografis demi memperlancar penyelenggaraan pelayanan
GPM di wilayah kepulauan ini dengan segala konsekwensinya. Untuk maksud itu, maka Klasis
menjalankan kepemimpinan, koordinasi, pengawasan dan pengendalian yang efektif dan efisien
pelayanan Gereja demi kelancaran tugas-tugas pelayanan Gereja dari Jemaat-Jemaat dalam satu
Klasis secara utuh dan menyeluruh. Atas dasar pemikiran itulah, maka terjadi perubahan
terhadap Peraturan Pokok tentang Klasis tahun 2001, untuk memperkecil birokrasi klasis, dan
memaksimalkan pelayanan yang efektif.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s/d pasal 2


Cukup Jelas

Pasal 3

Pasal (3) huruf a kecuali bagi klasis-klasis yang secara historis pernah ada tetapi karena hal-hal
tertentu mengalami pengurangan jemaat. Hal-hal tertentu itu seperti, bencana alam, bencana social,
atau sebab-sebab lain yang oleh kewenangan gereja tidak dapat mempertahankan status jemaat-
jemaat pada klasis tsb.
Bagi 3 atau 4 jemaat yang sudah mampu membiayai dirinya sendiri namun karena jarak geografis
yang sulit dijangkau dan/atau karena pertimbangan strategis dalam mengembangkan pelayanan
maka dapat membentuk klasis.
Pemekaran Klasis yang memiliki jumlah jemaat lebih dari 25 dapat dilakukan setelah MPH dan
MPK melakukan kajian.

Pasal 4 s/d Pasal 9


Cukup Jelas

Pasal 10

Ayat (1): Cukup Jelas


Ayat (2): Cukup Jelas
Ayat (3): Cukup Jelas
Ayat (4): Cukup Jelas
Ayat (5): Dimaksudkan bahwa apa yang dipercakapkan dalam rapat koordinasi itu berdasarkan
renstra jemaat dan keputusan sinodal.

Pasal 11
Ayat (1) Cukup Jelas
Ayat (2) huruf b, Peserta biasa perutusan jemaat pada sidang klasis pertama sedapat-dapatnya
lebih banyak dari peserta pada sidang klasis berikutnya.

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 9


Ayat (3) huruf c, Badan Pembantu Klasis yang dimaksudkan adalah Komisi-Komisi tingkat Klasis
serta Panitia atau Tim yang bertujuan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang
dipercayakan oleh Klasis.
Ayat (4) Cukup Jelas
Ayat (5) Cukup Jelas
Pasal 12 s/d Pasal 13
Cukup Jelas

Pasal 14

a. Persidangan Klasis pada tahun pertama bertugas menentukan atau memilih Majelis Pekerja
Klasis (kecuali Ketua dan Sekretaris).
b. Renstra klasis disusun berdasakan renstra jemaat-jemaat.

Pasal 15

Yang dimaksudkan dengan bagian ini adalah……..Pelaksanaan ketentuan pasal ini mengenai
ketetapan waktu Majelis Jemaat mengajukan usul maupun penyampaian penolakan dari Majelis
Pekerja Klasis, hendaknya memperhatikan kondisi geografis Jemaat-Jemaat pada Klasis-Klasis
Kepulauan.

Pasal 16

Akte Keputusan Persidangan Klasis memerlukan pengesahan dari MPH Sinode. Oleh karena itu
menjadi kewajiban MPH Sinode untuk melakukan pengesahan terhadap Akte Keputusan
Persidangan Klasis tersebut.

Pasal 17

Ay (1) : Cukup Jelas


Ay (2) huruf a dan b : Ketua dan Sekretaris Klasis yang adalah Pendeta dan atau Penginjil yang
diangkat oleh MPH Sinode
huruf c: 5 (lima) dan atau 7 (tujuh) orang anggota MPK yang dipilih dalam persidangan Klasis
terdiri dari 2 orang pendeta dan 3 orang penatua/diaken dan atau 3 orang pendeta dan 4
orang penatua atau diaken, dengan memperhatikan perimbangan keterwakilan laki-laki dan
perempuan.

Pasal 18 s/d Pasal 20


Cukup Jelas

Pasal 21

Ay (1) : Cukup Jelas


Ay (2): Majelis Pekerja Klasis menentukan salah satu anggota MPK untuk memimpin rapat.

Pasal 22 s/d Pasal 24


Cukup Jelas

Pasal 25

Ay (1) : Cukup Jelas


Ay (2) : Ayat ini mengandung pengertian bahwa setiap Klasis tidak dibenarkan membentuk
bidang-bidang pelayanan di luar bidang pelayanan yang ada tingkat Sinodal. Bahwa bidang-
bidang pelayanan yang ada di tingkat Sinode sejalan dengan perkembangan dan dinamika
perwujudan Panggilan Pelayanan yang ditampung di dalam PIP-RIPP, dan disesuaikan
dengan tantangan dan kebutuhan konteks.

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 10


Pasal 26
Cukup Jelas
…… dalam semangat Keluarga Allah.

Pasal 27

Koordinator Klasis yang dimaksudkan di sini adalah Majelis Pekerja Klasis yang berkedudukan di
Ibu Kota Daerah Kabupaten/Daerah Kota, jadi bukan pribadi, tetapi badan yang berciri
kolegialitas.

Pasal 28 s/d Pasal 34


Cukup jelas

DITETAPKAN DI: AMBON


PADA TANGGAL: 01 FEBRUARI 2016

PERSIDANGAN XXXVII SINODE GEREJA PROTESTAN MALUKU

MAJELIS KETUA SEKRETARIS

1. Pdt. Dr.J.Chr. Ruhulessin, M. Si


2. Pdt. H. Siahaya, S.Si
3. Pdt. G. Akerina, M.Th
4. Pdt. Ny. T. Let-let
5. Pnt. Th. Tiwery Pdt. W. B. Pariama, S.Th

PP KLASIS – Gereja Protestan Maluku (Jemaat Allang Asaude) 11

Anda mungkin juga menyukai