Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH JEMAAT GMIT DI TEMPAT

STRUKTUR DASAR GMIT ADALAH SINODE DAN JEMAAT

Sinode adalah Badan Tertinggi Gereja (Secara organisatoris). Sinode juga mengadakan Sidang Sinode
sekali dalam 4 Tahun. Perutusan (Wakil) jemaat menurut Wilayah Klasis sebanyak 3 orang yaitu:

1). Ketua Klasis, 2). Seorang Majelis Jemaat, 3). Warga Jemaat. Dalam Persidangan ini memiliki
wewenang untuk memutuskan hal hal yang menyangkut kepentingan Pelayanan gereja seluruhnya
antara lain:

1. Menetapkan Tata Gereja dan Peraturan peraturan pokok


2. Menetapkan Haluan Kebijaksanaan Umum Pelayanan (HKUP) dan pembiayaannya untuk setiap
periode per empat tahun
3. Memilih Badan Pengawas Keuangan dan Harta Milik
4. Memilih,mengangkat dan memberhentikan Majelis Sinode Harian (per 4 tahun)
3 Alat pelengkapan Sinode:
1. Badan Pengawas Keuangan
2. Majelis Sinode
3. Majelis Sinode Harian

Badan Pengawas keuangan dipilih dalam Sinode bertugas mengawasi segala sesuatu yang
menyangkut Keuangan dan Harta Milik GMIT.

 Majelis Sinode terdiri dari Majelis Sinode Harian (9 orang) dan Ketua ketua Klasis (38 orang).
Majelis Sinode adalah Badan Pelaksana Sinode
Tugas Majelis Sinode: Menjabarkan Haluan Kebijaksanaan Umum Pelayanan yang ditetapkan
oleh Sinode kedalam program Tahunan. Karena itu, majelis Sinode bersidang sekali setahun.
Maksud pelaksanaan siding adalah Mengevaluasi Pelaksanaan Program setahun dan menyusun
program tahunan yang baru sesuai HKUP.
 Majelis Sinode Harian
Sebagai Badan Pelaksana Harian Sinode dan Majelis Sinode. MSH dipilih, diangkat oleh Sinode
untuk setiap periode 4 tahun. Sebagai pelaksana Harian, MSH memiliki tanggungjawab yang
menyeluruh terhadap GMIT dalam pelaksanaannya. Tanggung jawab itu antara lain:
1. Memimpin dan mengkoordinasikan segala kegiatan pelayanan Gereja sesuai dengan
Keputusan Keputusan dan ketetapan ketetapan Sinode dan Majelis Sinode
2. Merencanakan dan menentukan kebijaksanaan pelaksanaan segala kegiatan dan usaha dari
Badan Pembantu dan unit unit pelayanan sesuai keputusan/ketetapan Sinode dan Majelis
Sinode
3. Merencanakan, menyelenggarakan dan mengatur Tata Usaha. Pelayanan dan administrasi
keuangan dan harta milik serta mengawasi semuanya agar dapat berjalan menurut
ketentuan/ketetapan Sinode dan Majelis Sinode.
4. Mewakili GMIT ke luar dank e dalam.
Ada 2 jenis alat perlengkapan Majelis Sinode Harian :
1. Alat perlengkapan yang dibentuk berdasarkan bidang pelayanan
Dibentuk Komisi (Yayasan dan Panitia). 6 Komisi:
 Komisi Perlengkapan Jemaat (PJ) yang bertanggung jawab atas kegiatan pembinaan
warga Gereja.
 Komisi Wanita secara Kategorial. Menangani pelayanan kepada kaum wanita
 Komisi Pembangunan dan Pelayanan Kasih. (PPK). Bertanggung jawab atas kegiatan
kegiatan pengembangan masyarakat dan Diakonia.
 Komisi Keuangan dan Harta Milik (KUHA) bertanggung jawab atas pembiayaan dan
pemilikan gereja.
 Komisi penelitian dan pengembangan (LITBANG) mengadakan studi dan penelitian
dalam rangka pengembangan pelayanan
 Komis Keesaan dan Kesaksian (KEKES) Melaksanakan program program hubungan
Oikumenis dengan gereja gereja lain, dengan pemerintah dan juga pekabaran Injil.
4 Yayasan 1 Panitia :
1. Yayasan Usaha Pendidikan Kristen (YUPENKRIS) GMIT, Bertanggung jawab
menyelenggarakan pendidikan Dasar dan Menengah, dari TK sampai SMTA.
2. Yayasan Pembinaan Lektur dan Toko Buku. Menyelenggarakan kegiatan
pengadaan dan penyebaran bacaan Kristen dan buku buku yang lain.
3. Yayasan Afa Omega. Berkonsentrasi pada upaya upaya pengembangan
masyarakat dengan cara meningkatkan swadaya masyarakat dalam rangka
perbaikan kehidupan masyarakat.
4. Yayasan Pembina Universitas Kristen Artha Wacana menyelenggarakan
Pendidikan Tinggi
5. Panitia Pembangunan gedung Kantor Sinode baru di kompleks Wali Kota
Kupang.
2. Alat Perlengkapan berdasarkan strategi wilayah ada dua yaitu Visitator dan Badan
Pekerja Klasis (BPK)
1. Visitator mengkoordinir sejumlah BPK dalam satu kesatuan wilayah untuk
mengadakan kegiatan kegiatan pembinaan warga gereja dan pengembangan
masyarakat.
2. BPK sebagai Koordinator untuk sejumlah Jemaat untuk melancarkan kegiatan
kegiatan pelayanan jemaat.
 Jemaat
Jemaat adalah persekutuan warga GMIT pada satu wilayah pelayanan, sebagai basis pelayanan.
Melaksanakan amanat kerasulan gereja yakni Pemberitaan Injil dalam berbagai bentuk dan
corak. Yang memimpin jemaat adalah Majelis Jemaat. Majelis jemaat dipilih oleh anggota sidi
Jemaat, untuk setiap periode 4 tahun. Majelis Jemaat Harian dipilih oleh Majelis Jemaat untuk
bertanggung jawab secara harian dalam kepemimpinan dan pelayanan jemaat. Tanggung jawab
utama Majelis Jemaat adalah Pemberitaan Firman Allah dan Sakramen dalam Jemaat,
pemberitaan dalam berbagai bentuk pelayanan.
Alat alat perlengkapan menurut bidang pelayanan maupun strategi wilayah. Menurut bidang
pelayanan dibentuk komisi komisi sesuai dengan kebutuhan berpedoman pada Komisi komisi
MSH. Dalam Wilayah Jemaat juga dibagi kedalam sejumlah rayon. Setiap rayon dilayani oleh
seorang atau lebih anggota Majelis Jemaat sesuai kebutuhan. Satu rayon biasanya terdiri dari 15
25 rumah tangga. ( bisa lebih) sesuai kondisi didalam Jemaat.
PENJELASAN PENJELASAN ISTILAH KHAS GMIT

1. Jemaat
Jemaat adalah Persekutuan anggota anggota GMIT didalam satu wilayah atau daerah
pelayanan jemaat. Terdiri dari:
a. Satu jemaat: ditempatkan seorang atau lebih pelayanan
b. Wilayah Kependetaan yaitu beberapa Mata Jemaat dalam satu kesatuan pelayanan (1
orang Pendeta sebagai Pendeta wilayah.)
c. Pendeta Wilayah adalah Pelayan Firman Allah yang memimpin satu jemaat wilayah
d. Utusan Injil adalah seorang Penatua yang diangkat/ ditunjuk untuk memimpin salah satu
Mata Jemaat yang berada di salah satu jemaat wilayah. ( Diangkat oleh MS dengan surat
keputusan).
e. Penanggung jawab adalah Penatua yang memimpin satu mata Jemaat dalam satu
wilayah Kependetaan.
f. Pengantar fungsinya sama dengan Utusan Injil/ Penanggung jawab, tidak memiliki SK
dari Majelis Sinode Harian GMIT.
2. Majelis Jemaat
Badan yang memimpin dan mewakili Jemaat yang terdiri dari pelayan pelayan Firman Allah.
( Penatua penatua, diaken diaken). Terbentuk lewat cara:
1. Ketua Majelis Jemaat diangkat oleh MSH dari salah seorang Firman Allah dalam GMIT.
2. Anggota anggota Majelis Jemaat( Penatua dan diaken) dipilih oleh anggota sidi jemaat
dalam Persidangan Jemaat.
 Pelayan Firman Allah
 Penatua
 Diaken
3. Klasis adalah Persekutuan Jemaat jemaat GMIT didalam satu kesatuan wilayah pelayanan
yang ditetapkan oleh Sinode GMIT setelah mendengarkan usul musyawarah pelayanan
jemaat jemaat wilayah yang bersangkutan.
Kedudukan Klasis Klasis:
 Sebagai wadah kebersamaan pelayanan jemaat jemaat wilayah yang bersangkutan
 Sebagai pembantu kerja dan Majelis Sinode/ Majelis Sinode Harian GMIT.

Tugas tugas dan tanggung jawab Klasis:

 Pemahaman bersama mengenai kebijaksanaan dan program kerja pelayanan jemaat


jemaat pelaksanaannya di wilayah klasis yang bersangkutan
 Pengkoordinasian segala kegiatan pelayanan jemaat yang bersangkutan
 Penyelenggaraan usaha usaha pembinaan dan pengembangan jemaat jemaat di wilayah
yang bersangkutan.
 Pengarahan serta pengawasan terhadap jemaat jemaat dalam usaha usaha
pembangunan jemaat dan pelaksanaan program yang ditetapkan Sinode/MSH.

Perlengkapan Koordinasian yaitu:

 Musyawarah pelayanan Jemaat jemaat.


 Musyawarah pelayanan Pimpinan Jemaat
 Pimpinan Klasis atau BPK.
 Komisi komisiatau Badan Pembantu kerja lainnya.
4. Sinode
Badan gereja yang memimpin dan mewakili GMIT menurut Tata Gereja dengan wewenang
dan tanggung jawab antara lain:
 Pimpinan atas hidup dan pekerjaan GMIT
 Menetapkan Haluan dan Kebijaksanaan Umum Pelayanan GMIT
 Mengesahkan Program dan RAPB
 Penyelenggaraan hubungan kekerabatan antara gereja dan gereja gereja lain didalam
dan diluar Negeri.
 Memilih anggota anggota MSH yang baru.
a. Majelis Sinode
b. Majelis Sinode Harian
c. Visitator
5. Anggota Baptisan dan anggota sidi
6. Sakramen
a. Baptisan Kudus
b. Perjamuan Kudus
7. Penthabisan Penthabisan dalam GMIT
8. Kumpulan kampung/ kebaktian Rumah Tangga
9. Kelompok doa
10. Vicaris

Beberapa Sikap Positif dan Negatif Gereja dalam Sejarah Gereja dalam rangka Tugas dan Panggilan
Gereja

1. Sikap gereja abad pertengah yang mau menguasai hal hal kenegaraan dan kemasyarakatan
malah berkomplot dengan kaum bangsawan dan penguasa untuk kepentingan suatu kelas
penindas, menjerumuskan gereja kedalam praktek yang berlawanan dengan ajaran
ajarannya sendiri. Sebagai ganti berita sukacita (Injil) yang harus dibawa, gereja menjadi
berkuasa mutlak, sewenang wenang, malah dalam hidup mewah dan menjadi kelas
penindas. Injil dirugikan ( Yes. 1:23; Amos 5:7-13)
2. Apabila gereja menjauhkan diri dari hidup kemasyarakatan (Waldens dan Gedung bertingkat
dua) gereja tidak melayani amanat rasulinya yakni melayani dunia/ masyarakat, semua
bangsa sampai ke ujung bumi ( Mat. 28:19,20; Kis 1:8)

Anda mungkin juga menyukai