1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matriks merupakan salah satu sub aljabar linear elementer yang menjadi bagian dalam
kurikulum. Kedudukan matriks dalam pembelajaran matematika SMA selalu ada dari
kurikulum terdahulu sampai pada yang teranyar yaitu Kurikulum 2013. Sifat-sifat matriks
yang dapat menyederhanakan dan memecahkan persoalan-persoalan kontekstual dianggap
sangat berguna sebagai materi pembelajaran peserta didik.
Pada Kurikulum 2013, dalam menentukan invers matriks pada matematika SMA, muatan
kurikulum memberikan algoritma berupa pencarian determinan dan adjoin untuk menentukan
inversnya. Hal ini tentu saja memakan waktu yang berlarut-larut dibandingkan jika
pengenalan operasi baris elementer (OBE) sejak dini sudah ditanamkan kepada peserta didik.
Peserta didik dapat menentukan invers matriks persegi ukuran apapun dengan pendekatan
operasi baris elementer tanpa pusing mencari minor, kofaktor, adjoin bahkan determinan
matriksnya. Penyederhanaan ini penting karena OBE merupakan konsep dasar dalam aljabar
linear elementer. Haruslah hal ini dibawah ke ranah pendidikan menengah sebagai pengenalan
dan diajarkan secara wajib maupun dalam peminatan peserta didik.
B. Tujuan
1. Menegaskan penggunaan adjoin dalam penentuan matriks dalam muatan materi matriks
Kurikulum 2013
2. Menentukan invers matriks menggunakan matriks elementer dalam muatan materi matriks
Kurikulum 2013
3. Menegaskan penentuan determinan matriks umum dalam muatan materi matriks
Kurikulum 2013
C. Manfaat
1. Sebagai bahan rekomendasi bagi perkembangan K13 khususnya mata pelajaran
matematika topik matriks
2. Sebagai bahan referensi bagi guru dalam melaksanakan dan merefleksi pembelajarannya
terkait topik matriks
2. KAJIAN PUSTAKA
A. Kurikulum 2013
B. Matriks
a. Definisi Matriks
Matriks adalah susunan bilangan atau fungsi yang diletakkan atas baris dan kolom serta
diapit oleh dua kurung siku. Bilangan atau fungsi tersebut disebut elemen atau entri
matriks. Lambang matriks dilambangkan dengan huruf besar sedangkan entri
dilambangkan dengan huruf kecil.
Contoh :
0,002 π
𝐴=
[ 3
2
8
0
‒4
]
Dalam matriks dikenal ukuran matriks yang disebut ordo yaitu banyaknya baris x
banyaknya kolom (tanda ‘x’ bukan menyatakan perkalian tetapi hanya sebagai pemisah)
Contoh :
𝑎 𝑎12 𝑎13
[
𝐵 = 𝑎11
21 𝑎22 𝑎23 ]
Matriks B berordo 2 x 3 dengan entri 𝑎11,𝑎12,𝑎13,𝑎21,𝑎22, 𝑑𝑎𝑛 𝑎23
b. Jenis matriks
Terdapat beberapa matriks penting diantaranya :
1. Matriks persegi, yaitu matriks dimana banyak barisnya sama dengan banyak
kolomnya
Contoh :
Matriks di atas mempunyai ordo 3 ditulis A3 , sedangkan entri yang terletak pada diagonal
utamanya adalah 𝑎11,𝑎22,𝑎33
2. Matriks segitiga atas yaitu matriks persegi yang semua entri di bawah diagonal utama
bernilai 0.
Contoh :
3. Matriks segitiga bawah yaitu matriks persegi yang semua entri di di atas diagonal
utama bernilai 0.
Contoh :
4. Matriks diagonal yaitu matriks persegi yang semua entri di luar diagonal utamanya
bernilai 0
5. Matriks satuan yaitu matriks diagonal yang entri pada diagonal utama bernilai 1
dilambangkan dengan In dengan n menyatakan ordo matriks satuan.
6. Matriks skalar yaitu matriks diagonal yang semua entri pada diagonal utamanya
bernilai sama asalkan tidak 0.
7. Matriks 0 adalah matriks yang semua entrinya bernilai 0.
8. Matriks invers. Matriks persegi A dikatakan mempunyai invers jika terdapat matriks
B sedemikian hingga memenuhi AB = BA = I.
c. Operasi matriks
1. Penjumlahan matriks
Misalkan 𝐴 = ⌊𝑎𝑖𝑗⌋, 𝐵 = ⌊𝑏𝑖𝑗⌋, dengan i = 1,2,3,....,n dan j = 1,2,3,.....,m
Jumlah matriks A dan B dinyatakan oleh C = A + B, yang memenuhi syarat :
Ordo A = ordo B
Aturan : 𝑐𝑖𝑗 = 𝑎𝑖𝑗 + 𝑏𝑖𝑗 {entri yang seletak dijumlahkan}
{jumlah dari semua perkalian antara elemen A pada baris ke –i dengan elemen B pada
kolom ke – k}
4. Transpos matriks
Misalkan 𝐴 = ⌊𝑎𝑖𝑗⌋ dengan i = 1,2,3,....,n dan j = 1,2,3,.....,m
Transpos matriks A yang dinyatakan dengan B = AT didefinisikan sebagai :
𝑏𝑖𝑗 = 𝑎𝑗𝑖
d. Sifat-sifat operasi matriks
Terhadap operasi penjumlahan dan perkalian dengan skalar, pada sifat berikut, ordo
matriks dianggap telah sesuai, sehingga operasi dapat dilakukan :
Untuk mengubah matriks lengkap tersebut diperlukan operasi yang tidak mengubah solusi
SPL yaitu Operasi baris elementer (OBE) dengan dengan cara :
D. Determinan
Determinan merupakan fungsi dari matriks persegi ke bilangan real.
Lambang determinan matriks A adalah det (A) atau |A|.
a. Determinan 2x2 dan 3x3
Untuk determinan 2 x 2, jika :
𝑎 𝑎12 𝑎11 𝑎12
[
𝐴 = 𝑎11
21
] |
𝑎22 maka det (A) = 𝑎21 |
𝑎22 = 𝑎11. 𝑎22 ‒ 𝑎12.𝑎21
Lambang |...| bukan lambang nilai mutlak tetapi lambang determinan.
Untuk determinan 3 x 3 digunakan satu aturan yang disebut Aturan Sarrus
Misalkan matriks A3x3.
b. Ekspansi kofaktor
Misalkan Anxn = ⌊𝑎𝑖𝑗⌋ maka minor dari 𝑎𝑖𝑗 yang dilambangkan dengan 𝑀𝑖𝑗, adalah
determinan dari sub matriks A yang diperoleh dengan cara membuang semua entri pada
baris ke i dan semua entri pada kolom ke j. Sedangkan kofaktor dari 𝑎𝑖𝑗 yang
dilambangkan oleh 𝐶𝑖𝑗 adalah (-1)i+j𝑀𝑖𝑗
Dengan didefinisikannya minor dan kofaktor, maka dapat didefinisikan determinan dalam
definisi berikut :
Misalkan Anxn = [𝑎𝑖𝑗], determinan daari A dideinisikan sebagai berikut :
Det (A) = 𝑎𝑖1𝐶𝑖1 + 𝑎𝑖2𝐶𝑖2 + … + 𝑎𝑖𝑛𝐶𝑖𝑛
{karena baris ke i menjadi acuan, disebut ekspansi kofaktor sepanjang baris ke i}
Dengan Adj (A) adalah transpos dari kofaktor A. Kofaktor didapat dari minor matriks yang
dijelaskan dalam determinan matriks
Dengan A-1 menyatakan invers matriks, det (A) adalah determinan matriks A dan adj (A)
adalah adjoin dari A.
Sub materi invers dalam materi matriks di Sekolah menengah juga hanya dikhususkan pada
pencarian matriks persegi ordo 2 x 2 dan 3 x 3 dengan menggunakan formula yang sama.
Suatu kebingungan bagi pembelajar adalah bahwa formula yang diberikan dalam materi
matriks tentang invers matriks 2x2 dan perbandingannya dengan invers matriks 3x3
kelihatannya berbeda bagi peserta didik.
𝐴= 𝑎 [ 𝑏
Untuk A2x2 dengan 𝑐 ]
𝑑 maka A-1 :
1 𝑑
[ ‒
𝐴 ‒ 1 = 𝑎𝑑 ‒ 𝑏𝑐 ‒ 𝑐 𝑎 𝑏
] (2)
Dan Untuk A3x3 dengan maka formula (1) yang tetap dipakai.
Proses pencarian invers pada dua ukuran matriks ini kelihatan berbeda karena memang
dibuat seperti berbeda, padahal sama. Mengapa tidak digunakan rumus umum pada (1)
[𝑑 ‒𝑏
]
untuk menjelaskan proses pencarian invers 2x2? Bukankah ‒ 𝑐 𝑎 adalah adj A2x2?
Proses pencarian adjoin dilakukan dengan mencari minor kemudian kofaktor barulah adjoin.
𝐴= 𝑎 [ 𝑏
Misalkan 𝑐 ]
𝑑 maka :
𝐶 = ‒𝑑𝑏
[ ‒𝑐
Maka ]
𝑎 ,
𝑇
Adjoin ditentukan dengan 𝐶 maka
𝐴𝑑𝑗 = 𝐶𝑇 = ‒𝑑𝑐
[ ‒𝑏
𝑎 ]
Didapat bahwa definisi adjoin A tetap berlaku bagi rumus (2).
Ketika peserta didik diarahkan untuk menemukan invers matriks 3x3, mereka tidak perlu
diperkenalkan formula (1) lagi karena sudah tertanam sejak mereka mengenal invers matriks
2x2.
Pola umum ini akan tetap dapat dipakai dalam matriks ukuran berapapun. Generalisasi ini
diperlukan agar peserta didik tidak menyimpan banyak formula berbeda dalam memorinya
hanya untuk satu tujuan yang sama.
Definisi: Matrik elementer adalah matrik persegi yang diperoleh dari matrik satuan yang
sesuai, yang dikenai hanya oleh satu Operasi Baris Elementer.
Perkalian matrik elementer dengan sebarang matriks yang sesuai dari sebelah kiri, akan
mempunyai pengaruh, sebagaimana melakukan operasi baris elementer terhadap matriks
tersebut. Demikian juga Perkalian matrik elementer dengan sebarang matriks asalkan
memenuhi syarat perkalian dua matriks dari sebelah kanan mempunyai efek sebagaimana
operasi kolom elementer dikenakan pada matriks tersebut.
Keistimewaan yang lain, setiap operasi baris elementer yang mengubah matrik satuan
menjadi matrik elementer, mempunyai lawan, yang mengubah matrik elementer menjadi
matrik satuan. Kenyataan ini ditabelkan di bawah ini:
Em ... E2 E1 A=In
Karena setiap matrik elementer mempunyai invers, maka jika dilakukan perkalian dengan
invers masing-masing matrik elementer, didapat:
karena matrik invers tunggal, maka diperoleh, jika A mempunyai invers, maka A ekivalen
baris dengan matrik satuan I.
Dari hasil di atas, cara praktis mendapatkan invers dari suatu matrik persegi, yaitu dengan
melakukan serangkaian operasi baris elementer secara bersamaan antara matrik A dengan
matrik satuan I, dengan target mengubah matrik A menjadi matrik satuan I dan akibatnya
didapatlah perubahan matrik I menjadi matrik A-1, jika A tidak bisa menjadi matrik satuan,
berarti A tidak mempunyai invers.
Dengan hal ini, menjadi jelas bahwa untuk mencari invers sebuah matriks, terdapat sebuah
bentuk umum yaitu dengan menggunakan pendekatan matriks elementer. Peserta didik akan
diajarkan secara dini untuk mengenal reduksi baris dalam Operasi baris Elementer yang
berguna dalam penyelesaian masalah- masalah lain seperti sistem persamaan linear, operasi
vektor dan sebagainya.
Dengan menggunakan matriks elementer, akan dibuktikan bahwa
𝐴= 𝑎 [ 𝑏
Untuk A2x2 dengan 𝑐 ]
𝑑 maka A-1 :
𝐴 ‒ 1 = 𝑎𝑑 1‒ 𝑏𝑐 ‒𝑑𝑐 ‒𝑎𝑏
[ ]
𝐴= 𝑎 [ 𝑏
𝑐 ] [1
𝑑 . Matriks satuan yang bersesuaian dengan A adalah 𝐼2 = 0
0
1 ]
[𝑎𝑐 𝑏
𝑑
|1 0
|0 1 ] Menyandingkan matriks A dengan matriks I
𝑏 1 0
[ 1 𝑎
𝑐 𝑑
|𝑎
|0 1 ] Baris pertama didapat dengan mengalikan
baris pertama dengan 1/a
𝑏 1 0
[ ]
1 | 𝑎 Baris kedua didapat dengan mengalikan
𝑎 baris pertama dengan( –c) dan
0 𝑑𝑎 𝑎‒ 𝑏𝑐 | ‒𝑎𝑐 1 menjumlahkannya dengan baris kedua
1
[ ]
𝑏 | 𝑎 0 Baris kedua didapat dengan mengalikan
1 𝑎 𝑎
0 1 |𝑑𝑎‒‒𝑐𝑏𝑐 𝑑𝑎 𝑎‒ 𝑏𝑐 baris kedua dengan 𝑑𝑎 ‒ 𝑏𝑐
𝑑 ‒𝑏
[ ]
Baris pertama didapat dengan mengalikan
1 0 |𝑑𝑎 ‒ 𝑏𝑐 𝑑𝑎 ‒ 𝑏𝑐
0 1 | ‒𝑐 𝑎 ‒𝑏
𝑑𝑎 ‒ 𝑏𝑐 𝑑𝑎 ‒ 𝑏𝑐 baris kedua dengan 𝑎 dan
menjumlahkannya dengan baris pertama.
Terlihat bahwa matriks A telah direduksi menjadi matriks I2 sedangkan matriks di sebelah
kanannya adalah invers dari matriks A tersebut.
𝑑 ‒𝑏
𝐴 ‒1
=
[
𝑑𝑎 ‒ 𝑏𝑐
‒𝑐
𝑑𝑎 ‒ 𝑏𝑐
𝑑𝑎 ‒ 𝑏𝑐 =
𝑎
𝑑𝑎 ‒ 𝑏𝑐
]1 𝑑
𝑑𝑎 ‒ 𝑏𝑐 ‒ 𝑐 [ ‒𝑏
𝑎 ]
Hasil terakhir yang didapat ekuivalen dengan (2).
Sebagai contoh, akan disajikan sebuah matriks 2 x 2 dan 3x3 dan dengan menggunakan
matriks elementernya akan dicari invers dari matriks terkait.
1 1 |‒1
[ 2
5 3
2 0
| 0 1 ] Baris pertama didapat dengan mengalikan
baris pertama terdahulu dengan (-1/2)
1 1 |‒1
[ ]
Baris kedua didapat dengan mengalikan baris
2 2 0 pertama dengan( –5) dan menjumlahkannya
0 1 | 5
2 2 1 dengan baris kedua terdahulu
1 1 1
[ 2 |‒2 0
0 1 | 5 2 ] Baris kedua didapat dengan mengalikan baris
kedua dengan 2
[10 0 |‒3
1 | 5
‒1
2 ] Baris pertama didapat dengan mengalikan
‒1
baris kedua dengan 2 dan
menjumlahkannya dengan baris pertama
terdahulu.
‒3 1 ‒ 2 |0 1 0
[ 12
15
‒3
‒3
7 |1
7 |0
0
0
0
1 ] Menukarkan posisi baris pertama dan kedua
‒3 1 ‒ 2 |0 1 0
[ 0 1
0 2
‒ 1 |1 4 0
‒ 3 |0 5 1 ] Baris kedua didapat dengan mengalikan
baris pertama dengan 4 dan
menambahkannya ke baris kedua terdahulu
Baris ketiga didapat dengan mengalikan
baris pertama dengan 5 dan
menambahkannya dengan baris ketiga
terdahulu
‒3 0 ‒ 1| ‒ 1 ‒3 0
[ 0 1
0 0
‒ 1| 1
‒ 1| ‒ 2
4 0
‒3 1 ] Baris pertama didapat dengan mengalikan
baris kedua dengan (-1) dan
menjumlahkannya dengan baris pertama
terdahulu.
Baris ketiga didapat dengan mengalikan
baris kedua dengan (-2) dan
menjumlahkannya dengan baris ketiga
terdahulu
‒3 0 0 | 1 0 ‒1
[ 0 1
0 0
0 | 3
‒ 1| ‒ 2
7
‒3
‒1
1 ] Baris pertama didapat dengan mengalikan
baris ketiga dengan (-1) dan menjumlahkan
dengan baris pertama terdahulu
Baris kedua didapat dengan mengalikan
baris ketiga dengan (-1) dan menjumlahkan
dengan baris kedua terdahulu
0 | ‒31 0 1
[ ]
1 0 Mengalikan baris pertama dengan (-1/3)
3 Mengalikan baris ketiga dengan (-1)
0 1 0 |
‒ 1| 3 7 ‒1
0 0 2 3 ‒1
Terlihat bahwa matriks A telah direduksi menjadi matriks I3 sedangkan matriks di sebelah
kanannya adalah invers dari matriks A tersebut.
Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa pemecahan masalah invers sebuah matriks dapat
lebih mudah diselesaikan menggunakan matriks elementer daripada menggunakan adjoin
yang memerlukan algoritma cukup rumit dan berbelit-belit.
Namun definisi determinan tidak segampang itu. Metode penemuan determinan di atas
hanya merupakan cara praktis untuk menyelesaikan persoalan-persoalan matriks
berukuran 2x2 dan 3x3. Tetapi konsep determinan sebenarnya adalah permutasi dari
setiap elemen dalam matriks atau menggunakan definisi kofaktor yang bersifat rekursif.
Definisi ini berlaku untuk setiap jenis matriks persegi.
𝐴= 𝑎[ 𝑏
Untuk A2x2 dengan ]
𝑐 𝑑 maka menentukan determinan dapat dilakukan dengan
eskpansi kofaktor sepanjang baris pertama sebagai berikut :
𝑐11 = ( ‒ 1)1 + 1.𝑀11 = ( ‒ 1)1 + 1.𝑑 = 𝑑
determinan juga dapat dilakukan dengan eskpansi kofaktor sepanjang kolom kedua sebagai
berikut :
Tampak bahwa ekspansi kofaktor baris maupun kolom mempunyai hasil yang sama.
Pola yang sama juga terlihat pada matriks 3x3.
Misalkan :
𝑎11 𝑎12 𝑎13
[
𝐴 = 𝑎21
𝑎31
𝑎22
𝑎32
𝑎23
𝑎33 ]
𝑎 𝑎23
|
𝑐11 = ( ‒ 1)1 + 1.𝑀11 = ( ‒ 1)1 + 1. 𝑎22
32
|
𝑎33 = 𝑎33𝑎22 ‒ 𝑎23𝑎32
1 + 2 𝑎21 𝑎23
𝑐12 = ( ‒ 1) 1+2
.𝑀12 = ( ‒ 1) |
.𝑎
31
|
𝑎33 =‒ (𝑎33𝑎21 ‒ 𝑎23𝑎31)
𝑎 𝑎22
|
𝑐13 = ( ‒ 1)1 + 3.𝑀13 = ( ‒ 1)1 + 3. 𝑎21
31
|
𝑎32 = (𝑎32𝑎21 ‒ 𝑎22𝑎31)
Det (A) = 𝑎11𝑐11 + 𝑎12𝑐12 + 𝑎13𝑐13
Hasil di atas sama dengan penentuan determinan dengan menggunakan metode Sarrus.
Metode ekspansi kofaktor ini dapat diperumum untuk semua jenis matriks persegi yang tidak
ada formula praktis untuk menyelesaikannya. Inilah konsep determina yang sebenarnya.
4. KESIMPULAN
Dari Kajian Operasi Baris Elementer (obe) dan Ekspansi Kofaktor dalam determinan dan invers
matriks umum mata pelajaran matematika sma kurikulum 2013 dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
A. Muatan kurikulum matematika K2013 tentang materi matriks harus dirubah sesuai dengan
tuntutan kurikulum itu sendiri. Roh K2013 menyatakan bahwa peserta didik harus
menemukan dan menentukan konsep bukan memakai solusi praktis tanpa mengetahui
konsep sebenarnya. Dalam pembelajaran matriks, untuk menentukan invers tidak serta merta
diterapkan cara pendek namun adanya konsep matematika yang menyertai penyelesaian
sebuah masalah. Pencarian invers matriks menggunakan minor, kofaktor dan adjoin
merupakan konsep umum yang harus diterapkan mulai dari matriks sederhana 2x2. Dengan
memahami konsep ini, ketika peserta didik dihadapkan dengan masalah kontekstual yang
direpresentasikan dalam matriks berukuran lebih besar maka peserta didik sudah mampu
untuk menyelesaikannya.
B. Bahwa penggunaan matriks elementer untuk menentukan invers sebuah matriks lebih
konseptual, reliabel, mudah dimengerti dan dipahami dari pada menggunakan konsep
adjoin. Peserta didik hanya perlu diarahkan untuk mereduksi matriks bersesuaian menjadi
matriks satuan menggunakan operasi baris elementer. Dengan pemahaman tentang operasi
baris sejak dini, maka peserta didik mampu memahami aljabar linear dalam tingkatan yang
lebih tinggi. Pemahaman tentang operasi baris elementer juga mampu membawa peserta
untuk memahami metode Eliminasi Gauss Jordan dalam menyelesaikan masalah lain seperti
sistem persamaan linear dan operasi vektor. Karena itu matriks elementer haruslah
dimasukkan sebagai alternatif untuk menentukan invers matriks dalam muatan materi
kurikulum 2013.
C. Determinan sebagai fungsi real dari matriks perlu mendapat perhatian khusus dalam
pengembangan materi. Formula praktis untuk menentukan determinan 2x2 yang didoktrin
langsung kepada peserta didik sebaiknya tidak ada lagi dalam materi matriks. Peserta didik
harus mampu mempermutasikan matriks atau melakukan ekspansi kofaktor secara dasar
untuk menentukan formula determinan. Dengan mengetahui ekspansi kofaktor, peserta tidak
dibingungkan dengan metode praktis pencarian determinan 2x2 biasa ataupun aturan Sarrus
yang tidak relevan untuk matriks ukuran tinggi. Metode ekspansi kofaktor dapat dipakai
siswa dalam semua jenis ukuran matriks persegi. Generalisasi yang sangat penting ini
hendaknya menjadi hal utama dalam pembelajaran matematika.