Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan umpan balik Untuk menghindari gangguan dan dampak keberadaan
dari masyarakat tentang pelayanan dan penyelenggaraan Puskesmas terhadap lingkungan dan kepedulian terhadap
Upaya Puskesmas. (R) lingkungan, maka pendirian Puskesmas perlu didirikan di
2. Dilakukan upaya untuk memperoleh umpan balik dari atas bangunan yang permanen dan tidak bergabung dengan
masyarakat. (D, O, W) tempat tinggal atau unit kerja yang lain.
3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap keluhan dan Yang dimaksud unit kerja yang lain adalah unit kerja yang
umpan balik dari masyarakat. (D, O, W) tidak ada kaitan langsung dengan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan Puskesmas.
Ketersediaan bangunan yang memenuhi persyaratan dan
STANDAR dipelihara dengan baik akan menjamin kelancaran dan
1.3 Puskesmas memenuhi persyaratan sumberdaya sesuai keamanan dalam pelaksanaan kegiatan (lihat juga KMP :
standar berdasarkan ketentuan peraturan perundang- 1.4.2)
undangan Ketersediaan ruang untuk pelayanan harus bersih dan sesuai
PUSKESMAS HARUS MEMENUHI PERSYARATAN dengan jenis pelayanan kesehatan yang disediakan oleh
LOKASI, SARANA/BANGUNAN, PRASARANA,PERALATAN Puskesmas.
PUSKESMAS, DAN KETENAGAAN. Ruang yang minimal harus tersedia adalah: ruang
pendaftaran dan ruang tunggu, ruang administrasi, ruang
Kriteria pemeriksaan, ruang konsultasi dokter, ruang tindakan, ruang
1.3.1 Puskesmas memenuhi persyaratan lokasi, sarana/bangunan, farmasi, ruang laboratorium, ruang ASI, kamar mandi dan
prasarana dan peralatan WC, Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dimanfaatkan untuk
Puskesmassesuai dengan ketentuan peraturan perundang- Taman Obat Keluarga (TOGA), dan ruang lain sesuai
undangan. kebutuhan pelayanan.
Pokok Pikiran: Pengaturan ruang memperhatikan fungsi, keamanan,
Setiap Puskesmas harus memiliki izin sesuai dengan kebersihan, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
ketentuan peraturan perundang-undangan. pelayanan untuk memudahkan pasien/keluarga pasien
Pendirian Puskesmas perlu memperhatikan persyaratan untuk akses yang mudah termasuk memberi kemudahan
lokasi: dibangun di setiap kecamatan, memperhatikan dengan kebutuhan khusus, antara lain: disabilitas, anak-
kebutuhan pelayanan sesuai rasio ketersediaan pelayanan anak, ibu hamil dan orang usia lanjut, termasuk jika ada
kesehatan dengan jumlah penduduk, mudah diakses, dan pasien dengan gaduh gelisah, pasien TB, penyalahgunaan
mematuhi persyaratan kesehatan lingkungan. zat, HIV/AIDS, korban kekerasan/ penelantaran, gawat
Dokumen analisis pendirian Puskesmas dibuat oleh Dinas darurat, demikian juga memperhatikan keamanan,
Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota dengan kebutuhan akan privasi, dan kemudahan bagi petugas dalam
mempertimbangkan tata ruang daerah, dan rasio memberikan pelayanan.
ketersediaan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk dan Sebagai upaya pencegahan infeksi, pengaturan ruangan juga
aksesibilitas (geografis) yang dituangkan dalam rencana harus memperhatikan zona pemeriksaan bagi orang sehat
strategis atau rencana pembangunan Puskesmas. dan zona pemeriksaan bagi orang sakit.
Untuk kelancaran dalam memberikan pelayanan dan 2. Puskesmas diselenggarakan di atas bangunan yang permanen,
menjamin kesinambungan pelayanan maka Puskesmas harus tidak bergabung dengan tempat tinggal atau unit kerja yang
dilengkapi dengan prasarana dan peralatan lain, dan memenuhi persyaratan lingkungan sehat. (D,O)
Puskesmas sesuai dengan jenis pelayanan yang disediakan. 3. Ketersediaan ruang memenuhi persyaratan minimal dan
Prasarana adalah alat, jaringan, dan sistem yang membuat kebutuhan pelayanan. (D,O)
suatu sarana dapat berfungsi. 4. Pemeliharaan Bangunan dan Penataan ruang memperhatikan
Prasarana yang dipersyaratkan tersebut meliputi: sistem akses, keamanan, kebersihan, kenyamanan dan ruang
penyediaan air bersih, sistem penghawaan (ventilasi), sistem terbuka hijau. (D,O)
pencahayaan, sistem sanitasi, sistem kelistrikan, sistem 5. Penataan ruang memisahkan zona pemeriksaan orang sehat
komunikasi, sistem gas medik, sistem proteksi petir, sistem dari zona pemeriksaan orang sakit. (D,O)
proteksi kebakaran, sarana evakuasi, sistem pengendalian 6. Tersedia prasarana dan peralatan Puskesmas sesuai standar
kebisingan, dan kendaraan di Puskemas (lihat juga 1.4.7) berdasarkan kebutuhan pelayanan. (D, O)
Peralatan Puskesmas terdiri dari alat kesehatan, perbekalan 7. Ada bukti alat kesehatan yang memerlukan izin memiliki
kesehatan lain, bahan habis pakai, dan perlengkapan. kelengkapan izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau perundang-undangan. (D, O)
implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk 8. Ada bukti Puskesmas memiliki izin yang berlaku. (D)
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan Kriteria
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada 1.3.2 Penyelenggaraan Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat
manusia, dan/ atau membentuk struktur dan memperbaiki Kesehatan (ASPAK) oleh Puskesmas dilakukan untuk
fungsi tubuh. memastikan pemenuhan terhadap standar sarana,
Agar pelayanan diberikan dengan aman dan prasarana, dan alat kesehatan.
bermutu Peralatan Puskesmas tersebut terpelihara, terjamin
dan berfungsi dengan baik, dan dikalibrasi untuk alat-alat Pokok Pikiran :
ukur yang digunakan sesuai dengan ketentuan peraturan Keterpenuhan sarana, prasarana, dan alat kesehatan
perundang-undangan (lihat juga 1.4.1; 1.4.6) Puskesmas sesuai standar di puskesmas adalah faktor
Alat kesehatan yang memerlukan perizinan harus memiliki penting dalam upaya menjamin terselenggaranya pelayanan
izin yang berlaku. di puskesmas.
Pembelian, penggunaan dan pemusnahan alat kesehatan yang Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas
mengandung merkuri tidak diperkenankan sesuai dengan harus diinput dalam ASPAK dan divalidasi untuk menjamin
ketentuan peraturan perundangan-undangan. kebenarannya. ( Lihat juga KMP : 1.6.11 )
Besarnya nilai prosentasi pemenuhan sarana, prasarana, dan
Elemen Penilaian: alat kesehatan dalam ASPAK memberikan gambaran
1. Ada bukti pendirian Puskesmas didasarkan pada analisis kondisi pemenuhan sarana, prasarana, dan alat kesehatan di
dengan mempertimbangkan tata ruang daerah, rasio jumlah Puskesmas.
penduduk, aksesibilitas (geografis) dan ketersediaan Batas terendah persentasi pemenuhan sarana,
pelayanan kesehatan. (D) prasarana, dan alat kesehatan dalam ASPAK adalah
60% atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- Untuk daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan, Kepala
undangan. Puskesmas dapat dijabat oleh tenaga kesehatan minimal
Jika terjadi perubahan peraturan tentang batasan dengan Jenjang Pendidikan D3.
terendah persentasi pemenuhan sarana, prasarana, dan alat Elemen Penilaian:
kesehatan dalam ASPAK, maka batas terendah pemenuhan 1. Ada kejelasan persyaratan dan uraian tugas Kepala
standar mengikuti perubahan ketentuan peraturan Puskesmas yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
perundang-undangan. peraturan perundangan-undangan.(R)
2. Kepala Puskesmas sesuai dengan ketentuan peraturan
Elemen Penilaian perundang-undangan. (D)
1. Ditetapkannya petugas yang bertanggung jawab untuk Kriteria
melakukan input data sarana, prasarana dan alat Kesehatan 1.3.4 Tersedia dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan lainnya, dan
dalam ASPAK. (R) tenaga non kesehatandengan jumlah, jenis, dan kompetensi
2. Input data sarana, prasarana dan alat kesehatan dalam sesuai kebutuhan dan jenis pelayanan yang disediakan.
ASPAK dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang - Pokok Pikiran:
undangan dan divalidasi oleh Agar Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang optimal
Dinas kesehatan daerahkabupaten/kota. (D, O, W) (lihat juga dan aman bagi pasien dan masyarakat yang dilayani perlu
KMP :1.1.5) dilakukan analisis kebutuhan tenaga baik dokter, dokter gigi,
3. Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan dalam ASPAK tenaga kesehatan lainnya, dan tenaga non kesehatan sebagai
digunakan untuk perencanaan Puskesmas. (D, W) dasar penyusunan pola ketenagaan dan rencana
pengembangan tenaga,
Kriteria Untuk memberikan pelayanan yang optimal sesuai dengan
1.3.3 Kepala Puskesmas adalah tenaga kesehatan yang kompeten kebutuhan pasien dan masyarakat, dilakukan upaya untuk
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. pemenuhan ketersedian tenaga baik jenis, jumlah dan
Pokok Pikiran: persyaratan kompetensi.
Agar Puskesmas dikelola dengan baik, efektif dan efisien, Jabatan yang dimaksud di Puskesmas merujuk pada jabatan
maka Puskesmas harus dipimpin oleh tenaga kesehatan yang sesuai dengan struktur organisasi Puskesmas dan jabatan
kompeten untuk mengelola fasilitas tersebut, sesuai dengan fungsional tenaga Puskesmas.
peraturan perundangan-undangan.
Uraian tugas sebagai dasar bagi Kepala Puskesmas dalam Elemen Penilaian:
melaksanakan tugas sebagai pimpinan. 1. Ditetapkan persyaratan kompetensi untuk tiap jabatan dan
Kepala Puskesmas adalah dokter/dokter gigi atau tenaga tiap jenis tenaga yang dibutuhkan.(R)
kesehatan lainnya paling rendah strata 1 (S1) bidang 2. Disusun pola ketenagaan berdasar analisis kebutuhan tenaga
kesehatan atau Diploma 4 (D4) bidang kesehatan ( Lihat UU sesuai dengan pelayanan yang disediakan.(D, W)
36/2014 tentang Tenaga Kesehatan, pasal 8 3. Ada rencana pengembangan tenaga sesuai dengan hasil
sampai dengan pasal 11) analisis kebutuhan tenaga. (D)
4. Dilakukan upaya untuk pemenuhan kebutuhan tenaga sesuai
dengan rencana pengembangan tenaga yang disusun. (D)
Puskesmas, tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi
pasien, petugas dan pengunjung, dan masyarakat
STANDAR Keamanan adalah proteksi/ perlindungan dari
1.4 MANAJEMEN SARANA (BANGUNAN), kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, kekerasan
PRASARANA, PERALATAN PUSKESMAS, DAN fisik, penerapan kode-kode darurat atau akses serta
KESELAMATANDAN KEAMANAN LINGKUNGAN penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang.
PUSKESMAS DILAKSANAKAN b) Manajemen Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun
SESUAI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANGAN- (B3), yang meliputi: penanganan, penyimpanan dan
UNDANGAN. penggunaan bahan berbahaya lainnya harus
dikendalikan, dan limbah bahan berbahaya dibuang
Sarana (bangunan), secara aman.
prasarana, peralatan Puskesmas, dankeselamatan lingkung Program B3 meliputi:
an dikelola dalam Manajemen Fasilitas dan Keselamatan 1) penetapan jenis dan area/lokasi penyimpanan B3
(MFK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan- sesuai ketentuan peraturan perundan-undangan
undangan dan dikaji dengan memperhatikan manajemen 2) pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan B3
risiko.(lihat juga PMP : 5.2) sesuai ketentuan peraturan perundan-undangan
Kriteria 3) sistem pelabelan B3 sesuai
1.4.1. Disusun dan diterapkan rencana program Manajemen Fasilitas ketentuan peraturan perundan-undangan
Dan Keselamatan (MFK) yang meliputi keselamatan dan 4) sistem pendokumentasian dan perizinanB3 sesuai
keamanan fasilitas, pengelolaan bahan dan limbah ketentuan peraturan perundan-undangan
berbahaya, manajemen bencana, pengamanan kebakaran, 5) penaganan tumpahan dan paparan B3 sesuai
alat kesehatan, dan sistem utilisasi ketentuan peraturan perundan-udangan
Pokok Pikiran : 6) sistem pelaporan dan investigasi jika terjadi
Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang tumpahan dan atau paparansesuai
memberikan pelayanan kepada masyarakat mempunyai ketentuan peraturan perundan-udangan
kewajiban untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang- 7) penggunaan APD sesuai
undangan yang terkait dengan bangunan, prasarana, ketentuan peraturan perundan-udangan
peralatan Puskesmas dan menyediakan lingkungan yang c) Manajemen Bencana/disaster, yaitu tanggapan
aman bagi pasien, pengunjung, petugas, dan masyarakat. terhadap wabah, bencana dan keadaan
Puskesmas perlu menyusun program manajemen fasilitas dan kegawatdaruratan akibat bencana direncanakan dan
keselamatan (MFK) untuk menyediakan lingkungan yang efektif.
aman bagi pasien, petugas, dan masyarakat. Program manajemen bencana perlu disusun dalam
Program MFK perlu disusun setiap tahun dan diterapkan, upaya menanggapi bila terjadi bencana internal dan/
yang meliputi: atau eksternal yang meliputi:
a) Manajemen Keselamatan dan keamanan. 1) identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari
Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana bencana yang mungkin terjadi (HVA),
bangunan, halaman/ground,prasarana, peralatan
2) menentukan peran Puskesmas dalam kejadian Untuk mengurangi risiko, alat kesehatan dipilih,
tersebut dipelihara dan digunakan sesuai dengan
3) strategi komunikasi jika terjadi bencana, ketentuan. Kegiatan tersebut ditujukan untuk:
4) manajemen sumber daya, 1) memastikan bahwa semua alat kesehatan tersedia dan
5) penyediaan pelayanan dan alternatifnya, berfungsi dengan baik
6) identifikasi peran dan tanggung jawab tiap 2) memastikan bahwa individu yang melakukan
karyawan, dan pengelolaan memiliki kualifikasi yang sesuai dan
manajemen konflik yang mungkin terjadi pada saat kompeten
bencana, f) Manajemen Sistem
7) peran Puskesmas dalam tim terkoordinasi dengan utilitasmeliputi sistem listrik bersumber
sumber daya masyarakat yang tersedia. PLN, sistem air, sistem gas medis dan sistem
Puskesmas juga perlu merencanakan dan menerapkan pendukung lainnya seperti generator (Genset), perpipaan
suatu program kesiapan menghadapi bencana yang air dipelihara untuk meminimalkan risiko kegagalan
disimulasikan setiap tahun yang meliputi 2) sampai pengoperasian, dan harus dipastikan tersedia 7 (tujuh)
dengan 6) dari program manajemen bencana. hari 24 ( dua puluh empat ) jam
g) Pendidikan (edukasi) petugas tentang Manajemen
d) Manajemen Pengamanan Kebakaran: Puskesmas wajib MFK.
melindungi properti dan penghuni dari kebakaran dan Untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien,
asap. petugas, pengunjung dan masyarakat dilakukan identifikasi
Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan pembuatan peta terhadap area berisiko yang meliputi
secara umum meliputi pencegahan terjadinya poin a sd f.
kebakaran dengan melakukan identifikasi area berisiko Rencana tersebut dikaji, diperbaharui dan didokumentasikan
bahaya kebakaran dan ledakan, penyimpanan dan yang merefleksikan keadaan-keadaan terkini dalam
pengelolaan bahan-bahan yang mudah lingkungan Puskesmas.
terbakar, penyediaan proteksi kebakaran aktif dan pasif. Untuk menjalankan program MFK maka diperlukan tim dan
Secara khusus, program penanggulangan akan berisi: atau penanggungjawab yang ditunjuk oleh Kepala
1) frekuensi inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan sistem Puskesmas.
proteksi dan penanggulangan kebakaran secara Program MFK perlu dievaluasi minimal per tri wulan untuk
periodik (minimal satu kali dalam satu tahun) memastikan bahwa Puskesmas telah melakukan upaya
2) jalur evakuasi yang aman dari api, asap dan bebas penyediaan lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan
hambatan. masyarakat sesuai dengan rencana.
3) proses pengujian sistem proteksi dan penanggulangan Elemen Penilaian:
kebakaran dilakukan selama kurun waktu 12 bulan 1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur pelaksanaan MFK
4) edukasi pada staf terkait sistem proteksi dan evakuasi yang sesuai dengan yang diuraikan dalam pokok pikiran. (R)
pasien yang efektif pada situasi bencana 2. Ditetapkan petugas yang bertanggungjawab dalam MFK. (R)
e) Manajemen Alat kesehatan 3. Ada rencana programMFKyang ditetapkan setiap tahun
berdasarkan identifikasi risiko. (R)
4. Dilakukan identifikasi terhadap area-area berisiko yang Kode-kode darurat minimal yang perlu ditetapkan dan
meliputi huruf a sampai huruf f pada pokok pikiran. (D,W) diterapkan seperti:
5. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut per tri wulan terhadap a) kode merah atau alarm untuk pemberitahuan darurat
pelaksanaan program MFK meliputi huruf a sampai huruf f kebakaran
pada pokok pikiran. (D) b) kode biru untuk pemberitahuan telah terjadi
Kriteria kegawatdaruratan medik
1.4.2. Puskesmas melaksanakan program keselamatan dan c) kode pink untuk pemberitahuan telah tejadi penculikan
keamanan. bayi
Pokok Pikiran: Apabila Puskesmas mengalami renovasi dan atau konstruksi
Program untuk keselamatan dirancang untuk mencegah bangunan maka perlu disusun Infection Control Risk
terjadinya cedera bagi pasien, petugas, pengunjung dan Assesment (ICRA) renovasi untuk memastikan proses
masyarakatakibat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), renovasi dan atau konstruksi bangunan dilakukan secara
seperti tertusuk jarum, tertimpa bangunan, kebakaran, aman dan mengontrol terjadinya penyebaran infeksi (lihat
gedung roboh, dan tersengat listrik. juga PPI 5.5.2)
Program keselamatan bagi petugas terintegrasi dengan Dilakukan inspeksi fasilitas yang meliputi bangunan,
program keselamatan dan kesehatan kerja prasarana, peralatan Puskesmas kecuali alat kesehatan, dan
Area-area yang berisiko keamanan dan kekerasan fisik perlu halaman/ground.
diidentifikasi dan dibuatkan peta, dipantau untuk
meminimalkan terjadinya insiden dan kekerasan fisik baik Elemen Penilaian:
bagi pasien, petugas, maupun pengunjung yang lain (lihat 1. Dilakukan identifikasi terhadap pengunjung, petugas, dan
juga KMP : 1.4.1). pegawai kontrak. (D, O, W)
Program untuk keamanan dengan menyediakan lingkungan 2. Dilakukan inspeksi fasilitas secara berkala meliputi bangunan,
fisik yang aman bagi pasien, petugas, dan pengunjung prasarana, dan peralatan Puskesmas kecuali alat kesehatan.
Puskesmas perlu direncanakan untuk mencegah terjadinya (D, 0, W)
kejadian kekerasan fisik maupun cedera akibat lingkungan 3. Ada strategi ICRA dalam pelaksanaan program PPI pada
fisik yang tidak aman seperti penculikan bayi, pencurian, dan renovasi bangunan. (D, W)
kekerasan pada petugas. 4. Dilaksanakan program keselamatan dan keamanan sesuai
Agar dapat berjalan dengan baik, maka program tersebut juga dengan rencana. (D, O, W)
didukung dengan penyediaan anggaran, penyediaan fasilitas 5. Dilakukan pelaporan, tindak lanjut dan dokumentasi terhadap
untuk mendukung keamanan dan fasilitas seperti kejadian, kekerasan fisik, dan cedera terkait dengan
penyediaan Closed Circuit Television(CCTV), alarm, APAR, keamanan lingkungan fisik. (D)
jalur evakuasi, titik kumpul, rambu-rambu mengenai
keselamatan dan tanda- tanda pintu darurat. Kriteria
Pemberian tanda pengenal pada pasien, pengunjung, 1.4.3. Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan
karyawan, termasuk tenaga outsource merupakan upaya bahan berbahaya beracun serta pengendalian dan
untuk menyediakan lingkungan yang aman. pembuangan limbah bahan berbahaya beracun dilakukan
berdasarkan perencanaan yang memadai dan ketentuan Pokok Pikiran:
perundangan. Potensi terjadinya bencana di daerah berbeda antara daerah
Pokok Pikiran: yang satu dan yang lain.
Bahan berbahaya beracun (B3)dan limbah B3 perlu Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat
diidentifikasi dan dikendalikan secara aman. (lihat juga KMP : pertama (FKTP) ikut bertanggung jawab untuk berperan aktif
1.4.1; 1.5.7, dan 1.7.1; UKPP : 3.9.1 ; PMP : 5.2.1; dan 5.5.4) dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi
WHO telah mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun bencana baik internal maupun eksternal.
serta limbahnya dengan katagori sebagai berikut: infeksius; Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu
patologis dan anatomi; farmasi; bahan kimia; logam berat; disusun sesuai dengan potensi bencana yang mungkin terjadi
kontainer bertekanan; benda tajam; genotoksik/sitotoksik; berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard
radioaktif. Vulnerability Assesment).
Puskesmas perlu menginventarisasi B3 meliputi lokasi, jenis, Program kesiapan menghadapi bencana disusundan
dan jumlah serta limbahnya disimpan. Daftar inventarisasi disimulasikan (disaster drill) setiap tahun secara internal
ini selalu mutahir (di-update) sesuai dengan perubahan yang atau melibatkan komunitas secara luas, terutama ditujukan
terjadi di tempat penyimpanan. untuk menilai kesiapan sistem 2) sd 6) yang telah
Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan diuraikan di kriteria 1.4.1.
pemilahan, pewadahan dan penyimpanan/TPS B3 serta Setiap karyawan wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan
pengolahan akhir) simulasi dalam pelaksanaan program tanggap darurat agar
Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturanperundang- siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana yang
undangan diselenggarakan minimal setahun sekali.
Elemen Penilaian: Debriefing adalah sebuah review yang dilakukan setelah
1. Dilaksanakan program limbah B3 sesuai angka satu sampai simulasi bersama peserta simulasi dan observer yang
enam pada huruf b pada kriteria 1.4.1.(R) bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari simulasi.
2. Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan Hasil dari kegiatan debriefing didokumentasikan.
pemilahan, pewadahan dan penimpanan/TPS B3 serta
pengolahan akhir) Elemen Penilaian:
3. Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan 1. Dilakukan identifikasi risiko terjadinya bencana internal dan
perundangan-undangan. (D, O) (lihat juga KMP : 1.4.1; eksternal sesuai dengan letak geografis Puskesmas dan
1.5.7, dan 1.7.1; UKPP : 3.9.1 ; PMP : 5.2.1; dan5.5.4) akibatnya terhadap pelayanan. (D)
4. Ada laporan, analisis, dan tindak lanjut tumpahan, 2. Dilaksanakannya program manajemen
paparan/pajanan terhadap B3 dan atau limbah B3.(D,W) bencana/disaster meliputi angka satu sampai
denganangka lima huruf c pada kriteria 1.4.1 (D, W).
Kriteria 3. Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan meliputi angka dua
1.4.4. Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan sampai dengan angka enam huruf c pada kriteria
mengevaluasi program tanggap darurat bencana internal dan 1.4.1 terhadap program kesiapan menghadapi bencana yang
eksternal
disusun, yang dilanjutkan dengan debriefing setiap 2. Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan terhadap alat
dilakukan simulasi. (D, W) deteksi dini asap dan kebakaran, jalur evakuasi, serta
4. Dilakukan perbaikan terhadap program kesiapan keberfungsian alat pemadam api. (D, O, W)
menghadapi bencana sesuai hasil simulai dan evaluasi 3. Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan terhadap program
tahunan. (D) pengamanan kebakaran. (D, W)
Kriteria 4. Ditetapkan kebijakan larangan merokok bagi petugas, pasien,
1.4.5. Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan dan pengunjung di area Puskesmas. (R)
melakukan evaluasi program pencegahan dan 5. Kebijakan larangan merokok dilaksanakan, dipantau ,
penanggulangan bahaya kebakaran termasuk sarana dievaluasi dan ditindaklanjuti terhadap hasil pelaksanaan
evakuasi. larangan merokok (D, O, W)
Pokok Pikiran: Kriteria
Setiap fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas mempunyai 1.4.6. Puskesmas menyusun program untuk menjamin ketersediaan
risiko terhadap terjadinya kebakaran. Program pencegahan alat kesehatan yang dapat digunakan setiap saat.
dan penanggulangan kebakaran perlu disusun sebagai wujud
kesiagaan Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran. Jika Pokok Pikiran:
terjadi kebakaran, pasien, petugas, dan pengunjung harus Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam
dievakuasi dan dijaga keselamatannya. pelayanan pasien, alat kesehatan harus tersedia, berfungsi
Yang dimaksud dengan sistem proteksi adalah penyediaan dengan baik, dan siap digunakan setiap saat
proteksi kebakaran baik aktif mau pasif.Proteksi kebakaran diperlukan. Program yang dimaksud meliputi kegiatan
aktif, contohnya APAR, sprinkler, detektor panas, dan pemeriksaan dan kalibrasi secara berkala, sesuai dengan
detektor asap, sedangkan proteksi kebakaran secara pasif, panduan produk tiap alat kesehatan. (lihat 1.4.1)
contohnya: jalur evakuasi, pintu darurat, tangga Dalam melakukan pemeriksaan alat kesehatan, petugas
darurat, tempat titik kumpul aman. memeriksa antara lain: kondisi, ada tidaknya kerusakan,
Merokok berdampak negatif terhadap kesehatan, dan dapat kebersihan, status kalibrasi, dan fungsi alat.
menjadi sumber terjadinya kebakaran. Puskesmas harus Alat kesehatan dapat dilakukan recall oleh pemerintah
menetapkan larangan merokok di lingkungan Puskesmas dan/atau produsen dan/atau distributor akibat adanya risiko
baik bagi petugas, pasien, dan pengunjung. Larangan keselamatan
merokok wajib dipatuhi oleh petugas, pasien dan Jika ada alat kesehatan yang dilakukan recall, harus
pengunjung, dan dilakukan perbaikan terhadap dilaksanakan penarikan agar tidak digunakan dan dipandu
pelaksanaannya. oleh prosedur yang baku.
Pokok Pikiran:
STANDAR Agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi,
1.6 PENGGERAKAN perlu disusun struktur organisasi Puskesmas yang
DAN PELAKSANAANPUSKESMASHARUS MENGACU ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan daerah
PADA VISI, MISI, TUJUAN DAN TATA NILAI, SESUAI Kabupaten/Kota.
DENGAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PUSKESMAS YANG Untuk tiap jabatan yang ada dalam struktur organisasi yang
DITETAPKAN telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah
Kegiatan Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan visi, misi, Kabupaten/Kota, perlu ada kejelasan tugas, wewenang,
tujuan dan tata nilai, tugas pokok dan fungsi Puskesmas tanggungjawab dan persyaratan jabatan.
secara efektif dan efisien Perlu dilakukan pengaturan terhadap tata hubungan kerja di
Kriteria dalam struktur organisasi yang ditetapkan oleh Dinas
1.6.1. Visi, misi, tujuan dan tata nilai dipahami oleh seluruh petugas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota.
sebagai acuan dalam penyelenggaraan Puskesmas dan Pengisian jabatan dalam struktur organisasi tersebut
dikomunikasikan kepada masyarakat dan pihak terkait. dilaksanakan berdasarkan persyaratan jabatan oleh Kepala
Puskesmas dengan menetapkan penanggungjawab masing-
Pokok Pikiran : masing upaya.
Kegiatan penyelenggaraan Puskesmas harus dipandu oleh Kepala Puskesmas menetapkan Penanggung Jawab Upaya
visi, misi, tujuan dan tata nilai yang ditetapkan oleh Puskesmas
Pimpinan Puskesmas agar mampu memenuhi kebutuhan dan Efektivitas struktur dan pengisian jabatan perlu dikaji ulang
harapan masyarakat. secara periodik oleh Puskesmas untuk menyempurnakan
Tata nilai yang disusun mencerminkan diterapkannya budaya struktur yang ada dan efektivitas organisasi agar sesuai
mutu dan keselamatan pasien/masyarakat. dengan perkembangan dan kebutuhan. (lihat juga 1.1.5)
Setiap karyawan wajib memahami visi, misi, tujuan dan tata
nilai, dan menerapkan dalam kegiatan penyelenggaraan Elemen Penilaian:
Puskesmas 1. Ada struktur organisasi Puskesmas yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota dengan kejelasan
Elemen Penilaian: alur komunikasi dan koordinasi antar posisi dalam struktur
1. Ada kebijakan dan prosedur untuk mengkomunikasikan visi, (R) (lihat juga KMP : 1.1.5)
misi, tujuan, dan tata nilai yang relevan dengan kebutuhan 2. Ada uraian jabatan yang ada dalam struktur organisasi yang
dan harapan pengguna pelayanan. (R) memuat uraian tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
2. Setiap petugas memahami penerapan visi, misi, tujuan dan persyaratan jabatan. (R)
tata nilai dalam memberikan pelayanan. (D, O, W) 3. Kepala Puskesmas menetapkan Penanggung jawab Upaya
Kriteria Puskesmas. (R)
1.6.2. Struktur organisasi ditetapkan dengan kejelasan tugas,
wewenang, tanggung jawab, dan tata hubungan kerja.
4. Dilakukan kajian secara periodik terhadap struktur dan/ atau pencapaian tujuan, kualitas kinerja, dan penggunaan sumber
pengisian jabatan. (D, W) daya
5. Hasil kajian ditindak lanjuti dengan usulan perbaikan struktur
ke dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dan/atau Pokok Pikiran:
pengisian jabatan. (D) Untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan
kegiatan pelayanan dan kegiatan manajerial perlu dilakukan
Kriteria komunikasi internal. Komunikasi internal dilakukan dalam
1.6.3. Adanya peraturan internal yang mengatur tata rangka melakukan pengarahan, koordinasi internal,
tertib dan perilaku dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas perbaikan dan penyampaian umpan balik.
sesuai dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas Kepala Puskesmas, Penanggung jawab upaya, dan
(lihat juga KMP : 1.1.1) koordinator pelayanan mempunyai kewajiban untuk
memberikan arahan dan dukungan bagi karyawan dalam
Pokok Pikiran : melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Arahan dan
Perlu disusun peraturan internal yang mengatur tata tertib dukungan dapat diberikan dalam bentuk kebijakan
dan perilaku Pimpinan Puskesmas, penanggungjawab upaya lokal, Lokmin, pertemuan-pertemuan, maupun konsultasi
Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan dan pembimbingan oleh pimpinan (lihat juga UKM : 2.4.1)
Puskesmas yang sesuai dengan visi, misi, tujuan dan tata Kepala Puskesmas, Penanggung jawab upaya, dan
nilai Puskesmas termasuk budaya mutu dan koordinator pelayanan mempunyai kewajiban
keselamatan pasien. memantau pelaksanaan kegiatan apakah sesuai dengan
Ada indikator yang digunakan untuk mengukur perilaku rencana yang disusun dan capaian kinerja yang didukung
pemberi pelayanan. oleh sistem pencatatan dan pelaporan yang baku, baik
melalui perbaikan terhadap capaian kinerja dari laporan
Elemen Penilaian: yang disusun, pembahasan dalam pertemuan, lokakarya
1. Ditetapkan peraturan internal yang disepakati bersama oleh mini, maupun perbaikan langsung terhadap pelaksanaan
Pimpinan Puskesmas, penanggungjawab upaya Puskesmas, kegiatan.
koordinator pelayanan dan pelaksana dalam melaksanakan Koordinator pelayanan mempunyai kewajiban untuk
upaya Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas. (R) menyampaikan laporan dan/atau umpan balik terkait dengan
2. Peraturan internal tersebut disusun sesuai dengan visi, misi, capaian kinerja dan pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan
tujuan dan tata nilai Puskesmas termasuk budaya mutu dan laporan dan umpan balik tersebut dilakukan upaya
keselamatan. (D) perbaikan (lihat juga KMP : 1.8.1 dan 1.6.11)
Pokok Pikiran :
Proses maupun hasil pelaksanaan upaya Puskesmas 4. Dilakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi lokakarya
perlu dikomunikasikan oleh Kepala Puskesmas, Penanggung mini bulanan dan triwulan dalam bentuk perbaikan
jawab Upaya baik KMP, UKM, dan UKPP kepada serta lintas pelaksanaan kegiatan. (D,W)
program dan lintas sektor terkait agar ada kesamaan persepsi Kriteria
untuk efektivitas pelaksanaan upaya Puskesmas. 1.8.3 Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan
Komunikasi dan koordinasi Puskesmas melalui Lokakarya pengawasan, pengendalian kinerja, dan kegiatan perbaikan
mini bulanan lintas program dan Lokakarya mini triwulan kinerja melalui audit internal yang terencana sesuai dengan
lintas sektor dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah masalah kesehatan prioritas, masalah kinerja, risiko,
ditetapkan. maupun rencana pengembangan pelayanan (lihat juga KMP :
Lokakarya mini bulanan digunakan untuk : menyusun secara 1.8.1)
lebih terinci kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan
selama 1 (satu) bulan mendatang, khususnya dalam waktu, Pokok Pikiran:
tempat, sasaran, pelaksana kegiatan, dukungan (lintas Kinerja Puskesmas dan upaya perbaikan mutu yang
program dan sektor) yang diperlukan, serta metode dan dilakukan perlu dipantau apakah mencapai target yang
teknologi yang digunakan; menggalang kerjasama dan ditetapkan.
keterpaduan serta meningkatkan motivasi petugas. Audit internal merupakan salah satu mekanisme
Lokakarya mini triwulan digunakan untuk : menetapkan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan secara
secara konkrit dukungan lintas sektor yang akan dilakukan sistematis oleh tim audit internal yang dibentuk oleh Kepala
selama 3 (tiga) bulan mendatang, melalui Puskesmas
sinkronisasi/harmonisasi RPK antar-sektor (antar-instansi) Hasil temuan audit internal disampaikan kepada Kepala
dan kesatupaduan tujuan; menggalang kerjasama, komitmen, Puskesmas, Penanggung jawab atau Tim Mutu, Penanggung
dan koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan- jawab atau Tim Keselamatan Pasien, dan Penanggung jawab
kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan; meningkatkan atau Tim PPI, Penanggung jawab Upaya Puskesmas, dan
motivasi dan rasa kebersamaan dalam melaksanakan pelaksana kegiatan sebagai dasar untuk melakukan
pembangunan masyarakat kecamatan perbaikan.
Jika ada permasalahan yang ditemukan dalam audit internal
Elemen Penilaian tetapi tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pimpinan dan
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur pelaksanaan Lokmin karyawan Puskesmas, maka permasalahan tersebut dapat
Bulanan dan Lokmin triwulanan (R) dirujuk ke Dinas Kesehatan daerah Kabupaten/Kota untuk
2. Dilakukan lokakarya mini bulanan dan triwulanan secara ditindak lanjuti.
konsisten dan periodik untuk mengkomunikasikan,
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan upaya – upaya Elemen Penilaian:
Puskesmas (D,W) 1. Kepala Puskesmas membentuk tim audit internal dengan
3. Dilakukan pembahasan permasalahan, hambatan dalam uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas. (R)
pelaksanaan kegiatan dan rekomendasi tindak lanjut dalam 2. Disusun rencana program audit internal
lokakarya mini (D,W) tahunan dan kerangka acuan audit sebagai acuan untuk
melakukan audit dengan penjadwalan yang jelas. (R)
3. Kegiatan audit internal dilaksanakan sesuai dengan rencana sistem penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan kegiatan
dan kerangka acuan yang disusun. (D, W) pelayanan Puskesmas, perubahan sistem manajemen,
4. Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada maupun perubahan kebijakan mutu jika diperlukan, serta
Kepala Puskesmas, Tim Mutu, pihak yang diaudit dan unit membahas hasil pertemuan tinjauan manajemen
terkait. (D) sebelumnya, dan rekomendasi untuk perbaikan (D)
5. Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi 4. Rekomendasi hasil pertemuan tinjauan manajemen
dari hasil audit internal baik oleh kepala Puskesmas, ditindaklanjuti dan dievaluasi.
penanggung jawab maupun pelaksana. (D)
Kriteria
1.8.4 Dilakukan tinjauan manajemen secara periodik yang bertujuan
untuk meninjau dan menilai efektivitas sistem manajemen
untuk ditindaklanjuti dengan perbaikan (lihat juga 1.8.1)
Pokok Pikiran:
Pelaksanaan perbaikan mutu dan kinerja direncanakan dan
dipantau serta ditindaklanjuti. (lihat juga PMP : 5.1.5)
Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Mutu secara
periodik melakukan pertemuan tinjauan manajemen untuk
membahas umpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, hasil
audit internal, hasil penilaian kinerja, perubahan proses
penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan kegiatan pelayanan
Puskesmas, maupun perubahan kebijakan mutu jika
diperlukan, serta membahas hasil pertemuan tinjauan
manajemen sebelumnya, dan rekomendasi untuk perbaikan.
Pertemuan tinjauan manajemen dipimpin oleh Penanggung
jawab Mutu.
Elemen Penilaian:
1. Kepala Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur
pertemuan tinjauan manajemen. (R)
2. Kepala Puskesmas bersama dengan Tim Mutu merencanakan
pertemuan tinjauan manajemen. (D, W)
3. Dilaksanakan Pertemuan tinjauan manajemen untuk
membahas umpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, hasil
audit internal, hasil penilaian kinerja, perubahan proses atau