D a t a Fre ku e n si A n gin
KECEPATAN ANGIN (KNOT)
NO ARAH (d)
0-3 3-6 6-10 >10-16 16-22 >22 JUMLAH
1 45 CALM 45 0 0 0 0 0 45
2
x 100 %=12. 4310%
N (>348,75-11,25) 30 0 10 10 5 55
362
3 NE (>33,75-56,25) 0 0 0 0 0 0 0
4 E (>78,75-101,25) 0 25 20 15 20 10 90
5 SE (>123,75-146,25) 0 0 0 0 0 0 0
6 S (>168,75-191,25) 0 28 21 20 20 0 89
7 SW (>213,75-236,25) 0 0 0 0 0 0 0
8 W (>258,75-281,25) 0 27 25 21 10 0 83
9 NW (>303,75-326,25) 0 0 0 0 0 0 0
362
Dengan demikian maka perhitungan persentase angin adalah data dibagi dengan semua
total/jumlah data dikali 100%.
Contoh:
Jadi sesuai dengan perhitungan, data persentase angin yang didapat adalah sebagai berikut:
T a b e l P e rh it u n ga n P re se n t a se A n gin
D e n g a
KECEPATAN n (KNOT)
ANGIN d a t
NO ARAH (d) JUMLAH
0-3 3-6 6-10 10-16 16-22 >22
1 CALM 12.43% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 12.43%
2 N (>348,75-11,25) 0.00% 8.29% 0.00% 2.76% 2.76% 1.38% 15.19%
3 NE (>33,75-56,25) 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
4 E (>78,75-101,25) 0.00% 6.91% 5.52% 4.14% 5.52% 2.76% 24.86%
5 SE (>123,75-146,25) 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
6 S (>168,75-191,25) 0.00% 7.73% 5.80% 5.52% 5.52% 0.00% 24.59%
7 SW (>213,75-236,25) 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
8 W (>258,75-281,25) 0.00% 7.46% 6.91% 5.80% 2.76% 0.00% 22.93%
9 NW (>303,75-326,25) 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
PRESENTASE % 12.431% 30.387% 18.232% 18.232% 16.575% 4.144% 100%
menentukan arah ranway (R/W), dengan mempertimbangkan type pesawat yang akan
menggunakan airport dengan menganggap komponen “cross wind” bertiup dalam dua
arah.
Persyaratan ICAO, pesawat dapat mendarat atau lepas landas pada sebuah lapangan
terbang pada Ss % dari waktu dengan komponen Gross Wind tidak meebihi:
* 37 km/jam (20 knots) dengan ARFL 1500 m atau lebih
* 24 km/jam (13 knots) dengan ARFL antara 1200 – 1499 m
* 19 km/jam (10 knots) dengan ARFL < 1200 m
Arah N-S=S-N(0-180°)
KECEPATAN ANGIN (KNOT)
NO ARAH (d)
0-3 3-6 6-10 10-16 16-22 >22 JUMLAH
1 CALM 0 0 0 0 0
2 N (>348,75-11,25) 0.02762 0.01381
3 NE (>33,75-56,25) 0 0
4 E (>78,75-101,25) 0.0402 0
5 SE (>123,75-146,25) 0.12431 0 0
0.30387 0.18232 0.18232 94.98%
6 S (>168,75-191,25) 0.05525 0
7 SW (>213,75-236,25) 0 0
8 W (>258,75-281,25) 0.0201 0
9 NW (>303,75-326,25) 0 0
Jumlah 0.12431 0.30387 0.18232 0.18232 0.14318 0.01381
Arah SE-NW=NW-SE(135-215°)
KECEPATAN ANGIN (KNOT)
NO ARAH (d)
0-3 3-6 6-10 10-16 16-22 >22 JUMLAH
1 CALM 0 0 0 0 0
2 N (>348,75-11,25) 0.02758 0.01105
3 NE (>33,75-56,25) 0 0
4 E (>78,75-101,25) 0.05516 0.0221
5 SE (>123,75-146,25) 0.12431 0 0
0.30387 0.18232 0.18232 99.14%
6 S (>168,75-191,25) 0.05516 0
7 SW (>213,75-236,25) 0 0
8 W (>258,75-281,25) 0.02758 0
9 NW (>303,75-326,25) 0 0
Jumlah 0.12431 0.30387 0.18232 0.18232 0.16548 0.03315
Arah E-W=W-E(90-270°)
KECEPATAN ANGIN (KNOT)
NO ARAH (d)
0-3 3-6 6-10 10-16 16-22 >22 JUMLAH
1 CALM 0 0 0 0 0
2 N (>348,75-11,25) 0.0201 0
3 NE (>33,75-56,25) 0 0
4 E (>78,75-101,25) 0.05525 0.02762
5 SE (>123,75-146,25) 0.12431 0 0
0.30387 0.18232 0.18232 96.36%
6 S (>168,75-191,25) 0.0402 0
7 SW (>213,75-236,25) 0 0
8 W (>258,75-281,25) 0.02762 0
9 NW (>303,75-326,25) 0 0
Jumlah 0.12431 0.30387 0.18232 0.18232 0.14318 0.02762
Kesimpulan:
Jadi arah runway yang akan digunakan adalah arah SE-NW = NW-SE (135°-215°)
T 1=
∑ Ti =18+28+20+26 +28+27 =24 . 50 C
n 6
T 2=
∑ Ti =20+18+19+20+27+18 =20 .330 C
n 6
T 2−T 1 26 . 67−26. 83
T eff =T 1+ =24 . 5+ =23.11 0 C
3 3
- untuk setiap kenaikan 1 C, panjang landasan harus dikoreksi 1%
o
1,5
Lebar R/W paling kurang kurang dua kali landasan untuk keamanannya
(safety area), tetapi FAA mensyaratkan lebar minimum 150 m (500 ft). Lebar
perkerasan struktural R/W harus sesuai dengan jenis pesawat. Untuk kategori lapangan
terbang dengan pesawat rencana McDONNELL DOUGLAS MD-11, dengan Kode
angka 4 dan Kode huruf D, maka:
- Lebar perkerasan struktural = 45 m (tabel 4 – 2)*
- Kemiringan bahu = 1.5%
Harus disediakan bahu dengan kemiringan 2.5%
- Lebar bahu landasan disetiap sisi = 7.5m
- Lebar runway minimum (termasuk bahu) = 60 m
- Kemiringan Slope = 0.8%
Sumbu Perkerasan
Daerah Aman
Bahu
Perkerasan Struktural
1.5 % 0.8 %
60.00 m
1
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
0
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Catatan :
a. Untuk Internasional Aerodrome sesuai dengan rekomendasi ICAO panjang
RESA 240m, code number 3 dan 4
b. Untuk Internasional Aerodrome sesuai dengan rekomendasi ICAO panjang
RESA 120m, code number 1 dan 2
c. Kekuatan harus disiapkan dan dibangun sedemikian sehingga dapat
mengurangi bahaya keruskana pada pesawat yang mengarah terlalu
1
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
1
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Blast Pad, suatu area yang direncanakan untuk mencegah erosi pada permukaan yang
berbatasan dengan ujung landasan. Area ini selalu menerima Jet Blast yang berulang.
Area ini bisa dengan perkerasan atau ditanami gebalan rumput. Pengalaman menunjukkan
bahwa, panjang Blast Pad untuk pesawat-pesawat transport sebaiknya 200 feet = 60 m
kecuali untuk pesawat berbadan lebar panjang yang dibutuhkan Blast Pad sebaiknya 400
feet = 120 m.
75 m
105 m SAFETY AREA LANDASAN
240 m 60 m
Blast Pad
1
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
2
PERENCANAAN BANDAR UDARA
1
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
3
PERENCANAAN BANDAR UDARA
1
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
4
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Persyaratan yang dikeluarkan oleh ICAO untuk taxiway dengan kode huruf E
adalah sebagai berikut (tabel 4 – 9)* :
- Kemiringan memanjang max = 1.5%
- Kemiringan melintang max = 1.5%
- Kemiringan daerah aman = 1.5%
- Jarak pandang = 300 m dari 3 m di atas
1
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
5
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Sumbu Perkerasan
Daerah Aman
Bahu
Perkerasan Struktural
0.8 %
1.5 %
38.00 m
Daerah Aman
Ba
Perkerasan Struktural
5% 1.5 %
1.3.3. Jari-jari Runway
Untuk menentukan jari-jari taxiway digunakan rumus sebagai berikut :
7.50 m 23.00 m 7.50 m
rumus :
38.00 m
2
V
R = 125⋅f
di mana :
V = Kecepatan pesawat pada saat memasuki taxiway
f = Koefisien gesekan antara ban (roda pesawat) dan permukaan
perkerasan
atau dapat pula menggunakan rumus :
( 0. 388 )⋅W 2
R = ( T 2 )−S
di mana,
S = Jarak antara titik tengah roda pendaratan utama dengan tepi perkerasan
= ½ wheel track + FK (= 2.5)
T = Lebar taxiway
W = wheel base (jarak antara roda depan dengan roda pendaratan utama)
1
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
6
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Di dalam menghitung jari-jari taxiway ini diambil jenis pesawat rencana terbesar yaitu
untuk pesawat McDONNELL DOUGLAS MD-11, sehingga didapat :
- Untuk wheel track = 10.60 m
- Lebar texiway ( T ) = 23 m
- Wheel base = 24.60m
1
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
7
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Exit Taxiway yang mempunyai sudut 30o disebut Kecepatan tinggi atau Cepat
keluar sebagai tanda bahwa Taxiway itu direncanakan penggunaannya bagi pesawat yang
harus cepat keluar.
Apabila lalulintas rencana pada jam-jam puncak kurang dari 25 gerakan (mendarat
dan lepas landas), Exit Taxiway menyudut siku cukup memadai. Lokasi Exit Taxiway
ditentukan oleh titik sentuh pesawat waktu mendarat pada landasan dan kelakuan pesawat
waktu mendarat.
( 62 .2 )2 −( 7 .5 )2
450+
= 2∗( 1 .5 )
= 1720 m → Lo
Koreksi terhadap Temperatur:
Setiap kenaikan 5.6oC dari kondisi standard (15oC = 59oF), jarak bertambah 1%
maka :
T ref −T s tan dard
L2 = L1 (1 + 0.01 ( 5.6 ))
= 2243.05 (1 + 0.01 (23.11-15)/5.6)
= 2275.53 m
Jadi, jarak perlu = 2275.53 m 2276 m
1
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
9
PERENCANAAN BANDAR UDARA
2
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
0
PERENCANAAN BANDAR UDARA
2
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
1
PERENCANAAN BANDAR UDARA
F28-4000(FOKKER) : 7 buah
MC DONNELL DOUGLAS MD-11 : 10 buah
DHC-8-100 : 12 buah
a. CESSNA 206
Kelas pesawat rencana :A
T (Waktu) : 60 menit
Kapasitas pesawat per jam :7
Jumlah Gate Position :
G = [(7/2) x (60/60)] / 0.7 = 2.5 3
b. DHC6 TWIN OTTER
Kelas pesawat rencana :B
T (Waktu) : 45 menit
Kapasitas pesawat per jam :8
Jumlah Gate Position :
G = [(8/2) x (45/60)] / 0.7 = 4.285 5
c. F28-4000(FOKKER)
Kelas pesawat rencana :C
T (Waktu) : 30 menit
Kapasitas pesawat per jam :7
Jumlah Gate Position :
G = [(7/2) x (30/60)] / 0.7 = 2.5 3
d. MC DONNELL DOUGLAS MD-11
Kelas pesawat rencana :D
T (Waktu) : 20 menit
Kapasitas pesawat per jam : 10
Jumlah Gate Position :
G = [(10/2) x (20/60)] / 0.7 = 2.380 3
e. DHC-8-100
Kelas pesawat rencana :C
T (Waktu) : 30 menit
Kapasitas pesawat per jam : 12
Jumlah Gate Position :
2
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
2
PERENCANAAN BANDAR UDARA
2
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
3
PERENCANAAN BANDAR UDARA
e. DHC-8-100
Wing Span : 29.5 m
Wheel Track : 7.8 m
maka : r = ½ (29.5+ 7.8) + 3.048
= 21.698 m
Luas Gate = . r2 = . 21.698 2
= 1479.071 m2
II.1.3. Luas Apron
a. Panjang Apron
Dipakai rumus :
P = G x W + (G - 1) x C + (2 PB )
di mana :
P = Panjang Apron (m)
G = Gate Position (buah)
C = Wing Tip Clearance (tabel 4.13, hal 213)1
W = Wing Span (m)
PB = Panjang badan pesawat.
2
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
4
PERENCANAAN BANDAR UDARA
a. CESSNA 206
G=3
W = 10.97 m
C = 3 m (Kode A)
Pb = 8.6 m
maka :
c. F28-4000(FOKKER)
G=3
W = 25.1 m
C = 4.5 m (Kode C)
Pb = 29.6 m
maka :
2
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
5
PERENCANAAN BANDAR UDARA
e. DHC-8-100
G=5
W = 29.5 m
C = 4.5 m (Kode C)
Pb = 22.3 m
maka :
145m
2
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
6
Perencanaan Hanggar
Hanggar direncanakan untuk 5 pesawat. Dalam hal ini direncanakan ukuran
pesawat rencana yang terbesar yaitu MC DONNELL DOUGLAS MD-11. Luas hangar
dihitung dengan rumus :
Passenger Terminal
Luas Passenger terminal diperhitungkan terhadap ruang gerak dan sirkulasi dari
penumpang, yaitu untuk pesawat dengan jenis masing-masing dapat diperkirakan jumlah
penumpang per pesawat dalam 1 jam.
2
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
7
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Pesawat F28-4000(FOKKER)
Dik :
Jumlah Pesawat : 7 buah
Jumlah Penumpang/jam/pesawat diperkirakan 65 orang/pesawat
Maka jumlah penumpang : 7 x 65= 455 orang
Pesawat DHC-8-100
Dik :
Jumlah Pesawat : 12 buah
Jumlah Penumpang/jam/pesawat diperkirakan 39 orang/pesawat
Maka jumlah penumpang : 12 x 39 = 468 orang
Asumsi : Jika tiap penumpang membawa 3 orang pengatar dengan ruang gerak tiap
penumpang 4 m2, maka luas passenger terminal adalah sebagai berikut :
L= [ 5225 + (3 x 5225)] x 4 m2 = 82600 m2
2
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
8
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Parking Area
Ada beberapa cara untuk menentukan luas parking area walaupun kadang-kadang
cara tersebut tidak dapat dilakukan karena ada perbatasan. Cara-cara tersebut antara lain :
1. Mendapatkan proyeksi harian penumpang yang masuk (datang) dan keluar
(berangkat) lapangan terbang. Jumlah ini dikonversi ke jumlah akumulasi puncak
dari jumlah kendaraan.
2. Menghunbungkan akumulasi maksimum jumlah kendaraan dengan jam-jam sibuk
jumlah penumpang pada tahun yang diketahui. Diperlukan untuk memproyeksikan
permintaan kendaran pada jam-jam sibuk dimasa depan.
Batasan dari kedua cara ini adalah : karakteristik sifat kendaraan sulit untuk
menentukan tingkat estimasi kendaraan dan lain-lain. Rata-rata luas ruang parkir untuk 1
mobil adalah lebar 2,6 m dan panjang 5,5 m
Diketahui bahwa ukuran pemakaian ruas parkir yang normal untuk 1 buah mobil
termasuk bagian samping adalah 2.6 x 5.5 = 14.3 m 2 jadi, luas area parkir yang
direncanakan adalah 14.3 x 15675 = 224152.5 224153 m2
Ruang gerak sirkulasi dari pada mobil sama dengan luas area parkir mobil.
Jadi total luas area parkir adalah :
Ltotal = 2 x 224153 = 448306 m2
2
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
9
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Terminal Building
Terminal building fungsinya adalah untuk melayani segala keperluan yang akan
berangkat dan tiba, termasuk barang-barangnya. Untuk memenuhi segala kebutuhan yang
menyangkut kebutuhan penumpang tersebut didalam terminal building harus memenuhi
fasilitas-fasilitas antara lain :
a. Fasilitas untuk operasi perusahaan penerbangan
Ruang perkantoran
Tempat penerima bagasi
Tempat untuk memproses keberangkatan
Ruang kedatangan penumpang
Ruang telekomunikasi
Ruang petugas keamanan
3
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
0
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Terminal Penumpang
Keberangkatan
Dari hasil perhitungan diatas didapat penumpang waktu sibuk sebanyak 5225
orang. Menurut SKEP 77-VI-2005 jumlah penumpang transfer 20% dari jumlah
penumpang waktu sibuk. Maka, jumlah penumpang transfer :
Jumlah Penumpang Transfer : 20% x 5225 = 1045 1045 orang
Catatan : Penumpang waktu sibuk ≥1500 memperhitunkan persyaratan yang lebih khusus
Kerb
Lebar kerb keberangkatan untuk jumlah penumpang waktu sibuk dibawah 100
orang adalah 5 m dan 10 m untuk jumlah penumpang waktu sibuk diatas 100 orang. Secara
umum panjang kerb keberangkatan adalah panjang bagian depan yang bersisian dengan
jalan dari bangunan terminal tersebut.
Hall Keberangkatan
Hall keberangkatan harus cukup luas untuk menampung penumpang datang pada
waktu sibuk sebelum mereka masuk menuju check-in area
A = 0,75 { a ( 1 + f ) + b } + 10
3
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
1
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Dimana :
A = Luas keberangkatan
a = Jumlah penumpang berangkat pada waktu sibuk
b = Jumlah penumpang transfer
f = Jumlah pengantar/penumpang (2 orang)
Security Gate
Jumlah gate dengan banyaknya pintu masuk menuju area steril. Jenis yang
digunakan dapat berupa walk through metal detector, hand held metal detector serta
baggage x-ray machine. Minimal tersedia masing-masing satu unit dan minimal 3 orang
petugas untuk pengoprasian satu gate dengan ketiga item tersebut.
Hasil Perhitungan Kebutuhan Security Gate
Besar Terminal Jumlah Security Gate (unit)
Kecil 1
Sedang 1
Menengah 2-4
Besar ≥5
3
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
2
PERENCANAAN BANDAR UDARA
A=C− ( u .i+30v . k )m x 10 %
2
Dimana :
A = Luas ruang tunggu keberangkatan
C = Jumlah penumpang datang pada waktu sibuk
u = Rata-rata waktu menunggu terlama (60 menit)
i = Proporsi penumpang menunggu terlama (0.6)
v = Rata-rata waktu menunggu tercepat (20 menit)
k = Proporsi penumpang menunggu tercepat (0.4)
A = 5224.853 5225 m2
Hasil Perhitungan Luas Ruang Tunggu
Besar Terminal Jumlah Luas Ruang Tunggu
Kecil ≤16
Sedang 16-33
Menengah 34-165
Besar 166-405
Check-In Area
Check-in Area harus cukup untuk menampung penumpang waktu sibuk selama
mengantri untuk check in.
A = 0,25 (a + b) m2 x 10%
Dimana :
A = Luas area check-in (m2)
a = Jumlah penumpang berangkat pada waktu sibuk
b = Jumlah penumpang transfer
3
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
3
PERENCANAAN BANDAR UDARA
= 156.75 m2
Check-In Counter
Meja check-in counter harus dirancang untuk dapat menampung segala peralatan
yang dibutuhkan untuk check-in (computer, printer, dll) memungkinkan gerakan petugas
yang efisien.
N= ( a+b
60 )
x t 1 counter x 10 %
Dimana :
N : Jumlah meja
a : jumlah penumpang berangkat pada waktu sibuk
b : jumlah penumpang transfer (20%)
t1 : waktu pemrosesan check-in per penumpang (2 menit / penumpang)
N= ( 5225+1040
60 ) x 2 x 10 %=20.88 21 buah
Hasil Perhitungan Jumlah Check-In Counter
Besar Terminal Jumlah Check-In Counter
Kecil ≤3
Sedang 3-5
Menengah 5-22
Besar 22-66
3
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
4
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Timbangan Bagasi
Jumlah timbangan sesuai dengan banyaknya jumlah check-in counter. Timbangan
diletakan menyatu dengan check-in counter. Menggunakan timbangan mekanikal maupun
digital. Deviasi timbangan ±2,5%
N= ( a+b
60 )
x t 2 x 10 %
Dimana :
N: jumalh gate
a: jumlah penumpang berangkat
b: jumlah penumpang transfer
t2: waktu pelayanan counter (0,5 menit/penumpang)
N= ( 5225+1045
60 ) x 0.5 x 10 %=5.22 6 buah
Hasil Perhitungan Jumlah Meja Pemeriksaan
Besar Terminal Jumlah Meja Pemeriksaan
Kecil 1
Sedang 1-2
Menengah 2-6
Besar 6-17
3
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
5
PERENCANAAN BANDAR UDARA
system digunakan untuk Bandar udara yang tergolong sibuk dengan jumlah penumpang
waktu sibuk 500 orang ke atas. Atau bila dari terminal menuju apron cukup jauh harus
disediakan transporter (bis penumpang) untuk jenis terminal berbentuk satelit (airport
terminal reference manual 1.6.11)
Rambu (sign)
a. Rambu harus dipasang yang mudah dilihat oleh penumpang
b. Papan informasi/rambu harus mempunyai jarak pandang yang baik untuk
dilihat dari jarak yang cukup jauh.
c. Bentuk huruf dan warna rambu yang digunakan juga harus memudahkan
pembacaan dan penglihatan.
d. Warna untuk tiap rambu yang sejenis harus seragam
1) Hijau untuk informasi penunjuk arah arah jalan : arah terminal
keberangkatan, terminal kedatangan.
2) Biru untuk penanda tempat pada indoor : toilet, telepon umum, restoran.
3) Kuning untuk penanda tempat pada outdoor : papan nama terminal
keberangkatan.
e. Pengguna symbol dan rambu menggunakan symbol-simbol yang sudah umum
dipakai dan mudah dipahami
Lebih jauh mengenai rambu/petunjuk bangunan terminal dapat mengaju pada
standar rambu-rambu terminal Bandar udara (SKEP DIRJEN HUBUD/13/11/90 atau
SKEP DIRJEN HUBUD yang terbaru mengenai rambu)
Tempat Duduk
1
N= x a
3
Dimana :
N: jumlah tempat duduk yang dibutuhkan
a: jumlah penumpang waktu sibuk
1
kebutuhan tempat duduk diperkirakan sebesar penumpang pada waktu sibuk
3
1
N= x 5225=1741.66 1742 buah
3
Hasil Perhitungan Jumlah Tempat Duduk
Besar Terminal Jumlah Tempat Duduk
Kecil ≤19
3
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
6
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Sedang 20-37
Menengah 38-184
Besar 185-550
Fasilitas Umum
Untuk toilet, diasumsikan 207 dari penumpang waktu sibuk menggunakan fasilitas
toilet. Kebutuhan ruang tunggu perorang = 1m2. Penempatan toilet pada ruang tunggu, hall
keberangkatan, hal kedatangan. Untuk toilet para penyandang cacat besar pintu
mempertimbangkan lebar kursi roda. Toilet untuk usia lanjut perlu dipasangi railing di
dinding yang memudahkan para lansia berpegangan.
A= P x 0,2 x 1m2 x 10%
Dimana :
A = Jumlah Toilet
P = Jumlah penumpang pada jam sibuk
A= 5225 x 0,2 x 1 x 10% = 104.5105 buah
Hasil Perhitungan Jumlah Toilet
Besar Terminal Jumlah Toilet
Kecil 7
Sedang 7-14
Menengah 15-66
Besar 66-198
3
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
7
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Gudang
Untuk gudang kantor dan operasional bandara (bukan gudang kargo). Sebagai
tempat penyimpanan peralatan perawatan dan perbaikan gedung atau yang berkaitan
dengan operasional gedung dalam lingkungan Bandar udara. Luas gudang diambil 20-30m
untuk tiap 1000 m2 gedung terminal. Bila antar jarak terminal jauh, maka dibuat untuk
melayani tiap-tiap terminal
3
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
8
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Perencanaan perkerasan struktural flexibel runway dan taxiway. Dari data yang ada :
Jenis Pesawat Annual Departure
CESSNA 206 15000
DHC6 TWIN OTTER 25000
F28-4000(FOKKER) 6000
McDONNELL DOUGLAS MD-11 15000
DHC-8-100 25000
3
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
9
PERENCANAAN BANDAR UDARA
o CBR Subgrade :
Titik 1 2 3 4 5 6
CBR 6 7 8 8 8 7
√ √
2
Simpangan baku : Sd= ( x 1−x ) = 3.3334 =0.817 %
n−1 5
o Nilai CBR (batas bawah)
x-Sd = 7.333-0.817 = 6.516%
Untuk confidence kumulatif 95% didapat nilai CBR subgrade diantara 6.516% dan 8.15%
Jadi, CBR rencana diambil 7.333% karena berada diantara batas bawah dan batas atas.
4
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
0
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Tebal Total
Jenis MTOW Tipe Roda Annual
Perkerasan
Pesawat (Kg) Pendaratan Departure
Sementara
CESSNA 206 1639 SWG 15000 13”
DHC6 TWIN
5670 SWG 25000 14”
OTTER
F28-4000(FOKKER) 32205 DWG 6000 19”
McDONNELL
273289 DDT 15000 43”
DOUGLAS MD-11
DHC-8-100 15650 DWG 25000 16”
4
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
1
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Karena tebal perkerasan total perkerasan sementara terbesar yang diperoleh adalah
43”, maka yang dipakai sebagai pesawat rencana untuk menentukan tebal perkerasan
Tabel 6-6
Konversi dari Ke Faktor Pengali
Single Wheel Dual Wheel 0,8
Single Wheel Dual Tandem 0,5
Dual Wheel Dual Tandem 0,6
Double Dual Tandem Dual Tandem 1,00
Dual Tandem Single Wheel 2,00
Dual Tandem Dual Wheel 1,70
Dual Wheel Single Wheel 1,30
Double Dual Tandem Dual Wheel 1,70
4
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
2
PERENCANAAN BANDAR UDARA
( )
0,5
W2
R1 = (log R2
W1
)
10
Perhitungan Equivalent Annual Departure
Pesawat CESSNA 206
Diketahui : Jumlah Roda :2
Annual Departure : 15000
MTOW : 1639 kg
Maka,
R2 = 0,5 x 15000 =7500
W2 = 1/2 x 0,95 x 1639 = 778.525
W1 = 1/16 x 0,95 x 273289 = 16226.534
= 10(log7500 ( 16226.534 )
0,5
778.525
R1 )
= 7.060
= 10(log12500 ( 16226.534 )
0,5
2693.25
R1 )
= 46.677
Pesawat F28-4000(FOKKER)
Diketahui : Jumlah Roda :4
Annual Departure : 6000
MTOW : 32205 kg
Maka,
R2 = 0.6 x 6000 = 3600
W2 = 1/4 x 0,95 x 32205 = 7648.687
W1 = 1/16 x 0,95 x 273289 = 16226.534
= 10(log3600 ( 16226.534 )
0,5
7648.687
R1 )
= 276.457
= 10(log15000 ( 16226.534 )
0,5
16226.534
R1 )
= 15000
Pesawat DHC-8-100
Diketahui : Jumlah Roda :4
Annual Departure : 25000
MTOW : 15650 kg
Maka,
R2 = 0.6 x 25000 = 15000
W2 = 1/4 x 0,95 x 15650 = 3716.875
W1 = 1/16 x 0,95 x 273289 = 16226.534
= 10(log15000 ( 16226.534 )
0,5
.3716 .875
R1 )
= 99.700
4
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
4
PERENCANAAN BANDAR UDARA
4
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
5
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Jumlah Annual
Pesawat MTOW R2 W2 W1 R1
Roda Departure
CESSNA 206 2 15000 1639 7500 778.525 16226.534 7.060
DHC6 TWIN
2 25000 5670 12500 2693.25 16226.534 46.677
OTTER
F28-
4 6000 32205 3600 7648.687 16226.534 276.457
4000(FOKKER)
McDONNELL
16 15000 273289 15000 16226.534 16226.534 15000
DOUGLAS MD-11
DHC-8-100 4 25000 15650 15000 3716.875 16226.534 99.700
15429.894
Ekuivalent Annual Departure (R1)
15430
Jadi, Annual Departure yang akan digunakan dalam menghitung tebal perkerasan adalah
15430.
4
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
6
PERENCANAAN BANDAR UDARA
4
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
7
PERENCANAAN BANDAR UDARA
4
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
8
PERENCANAAN BANDAR UDARA
surface 5”
Base course 16”
42”
Sub base course
21”
surface 5”
42” Base course 16”
4
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
9
PERENCANAAN BANDAR UDARA
5
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
0
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Harga K (modulus of subgrade reaction) adalah 300 pci. Direncanakan untuk apron
menggunakan beton dengan mutu K-300.
Untuk lapisan subbase, harga K ditentukan dengan mengadakan “plate bearing
test” pada bagian lapisan subgrade. Harga K berkaitan dengan berbagai ketebalan dari
bahan subbase yang berbeda.
Untuk tebal subbase yang telah direncanakan 10 cm dan dengan harga K yang
diambil 300 pci.
Untuk mencari MR90 digunakan rumus:
MR90 = 110% x MR 28
MR 28 = K x (fc’)^0.5
Dimana:
K = konstanta (8,9,10) diambil 10
Untuk apron menggunakan beton K-300 :
K-300 = 300 kg/cm2 = 30 Mpa = 4351.13 pci
Maka,
MR 28 = 10 X ( 4351.13)0.5
= 659.630 pci
MR 90 = 110% X 659.630
= 725.593 pci
MR 90 725.593
= = 362.7965 pci
FK 2
5
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
1
PERENCANAAN BANDAR UDARA
DHC-8-100 15650 DWG 25000 6.8”
Dari hasil perhitungan tebal perkerasan rigid berdasarkan parameter-parameter
diatas didapat tebal perkerasan yang paling kritis yaitu 43’ (McDONNELL DOUGLAS
MD-11) dengan demikian untuk perkerasan rigid pada apron memiliki ketebalan rencana
yaitu 43’’ (McDONNELL DOUGLAS MD-11)
19’’
SLAB BETON
10’’
SUBBASE SIRTU
5
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
2
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Tulangan Melintang:
0,64.500 x √ 500 x 48.26
As= = 26.87 cm 2
1850
Tulangan Minimum:
ASmin = 0,05% x penampang melintang (H x L)
= 0,05% x (48,26 x 500)
= 12,065 cm2
Kontrol Asmin < AS 12,065 cm 2 < 26.87 cm 2 .... (OK)
Maka dipakai AS = 26.87 cm 2
Direncanakan tulangan dengan besi D-14 mm dimana AS = 1,539 cm 2
Jumlah Tulangan yang Dipakai (n) = 26.87 /1,539 = 17,45 buah = 18 buah
L 500
Jarak Tulangan (R) = = = 26,777 cm
n−1 18−1
= 267,77 mm
5
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
3
PERENCANAAN BANDAR UDARA
5
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
4
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Joint (Sambungan)
Joint dibuat pada perkerasan kaku agar beton bisa mengembang dan menyusut
sehingga mengurangi tekanan bengkok akibat gesekan, perubahan temperatur, periubahan
kelembapan, serta untuk melengkapi kosntruksi.
Joint dikategorikan menurut fungsinya, yaitu joint yang berfungsi untuk
mengembang (expansion joint) dan susut (construction joint).
Expansion Joint
Expansion Joint berfungsi ruang untuk beton mengembang sehingga terhindar
adanya tegangan tekuk yang tinggi yang bisa menyebabkan slab menjadi lengkung.
Biasanya expansion joint dibuat pada slab beton yang menyudut satu sama lain.
Construction Joint
- Memanjang
Joint seperti ini terdapat pada tepi setiap jalur pengecoran dibuat dengan menggunakan
tulangan dowel sebagai pemindah beban pada bagian itu
0,15
- Melintang
Jointmelintang diperlukan pada akhir pengecoran tiap harinya. Apabila pengecoran
diperhitungkan akan berhenti selama setengah jam atau lebih, misalnya karna hujan akan
turun sehingga pengecoran terhenti pada titik penghentian ini harus dibuat construction
joint melintang. Apabila penghentian ini sudah dekat dengan construction joint rencana,
maka disarankan membuat joint dengan dowel.
Dowell diberi gemuk satu sisi
½t
T Tipe D Dowel
5
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
5
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Tipe H Dummy
- Melintang
FAA menyarankan pembesian dowell untuk dua joint pertama pada masing-
masing sisi dan expansion joint dan semua construction joint melintang dalam
perkerasan rigid dengan penulangan. Untuk construction joint ini digunakan
menurut construction joint tipe F
Tipe F
5
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
6
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Joint Sealant
Dipakai untuk mencegah menembusnya air dan benda asing ke dalam joint. Dalam
perencanaan ini dipakai joint sealant siap pasang yang sudah diproduksi dari
pabrik. Ukuran joint sealant ini diambil berdasarkan daftar dari P.A seperti
tercantum pada tabel hal.82 pelengkap kuliah lapangan terbang. Untuk jarak joint
25ft. dipakai lebar joint ¾’’ dan lebar seal 9/16’’
Dowell
Besi ini dipasag pada joint . berfungsi sebagai pemindah beban melintang
sambungan, juga berfungsi mengatasi penurunan vertical relative pad slab beton
ujung ukuran dowell harus proporsional dengan beban yang harus dilayani dan
direncanakan untuk berbagai tebal slab seperti tercantum pada tabel.
Untuk tebal slab beton 19” = 48,26 cm
-Diameter : 1.5” ( 40 cm)
-Panjang : 20” ( 51 cm)
-Jarak : 18” ( 46 cm)
Tie Bar
Rekomendasi FAA ukuran tie bar adalah diameter 5/8”(16 mm) panjang 30”(760
mm) jarak dari as ke as 30” (760 mm).
5
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
7
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Perencanaan Marking
(Tanda-Tanda Visual)
Tanda-tanda garis dan nomor pada perkerasan landasan dan taxiway agar pilot
mendarat alat bantu dalam mengemudikan pesawatnya mendarat ke landaasan serta
menuju apron melalui taxiway. Marking ini hanya berguna pada siang hari saja, sedangkan
malam hari fungsi marking digantikan dengan system pertanyaan.
Warna yang dipakai biasanya putih pada landasan yang mempunyai pekerasan
aspal sedangkan warna kuning untuk taxiway dan apron. Pada dasarnya warna harus
mencolok terhadap sekitarnya. Jadi, kalau landasan berwarna putih (landasan beton) harus
diberi warna lain untuk markingnya. Kedua organisasi penerbangan telah membuat standar
marking. FAA dalam Advisory Arcular 150/6340 1E kita pakai edisi tanggal 11-4-1980.
ICAO dalam Annex 14 chapter 5,6,7 dipakai edisi 8 maret 1963. Ada 4 macam tipe
marking :
a. Marking landasan (runway)
b. Marking taxiway
c. Marking untuk area yang dibatasi
d. Marking untuk objek tetap
a. Marking landasan (runway)
ICAO membagi marking landasan menjadi 3 :
1.. Landasan Approach Presisi
2.. Landasan Approach Non-presisi
3.. Landasan Non- instrument
Yang ketiga menurut FAA adalah basic runway, memang antara keduanya (FAA
dan ICAO) mengatur marking sama, hanya istilah yang kadang berbeda. Landasan non-
presisi dioperasikan dibawah kondisi V (visual flight rule). Landasan approach non-presisi
adalah ;andasan yang dibantu dengan pendaratan VOR (very high frequency Omny Rad
Range) bagi pesawat yang mendarat ke landasan VOR sebagai pedoman. Landasan
instrument presisi adalah landasan yang dilengkapi dengan ILS (instrument landing
system)
5
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
8
PERENCANAAN BANDAR UDARA
5
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
9
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Marka Taxiway
a. Marka garis tengah taxiway
Terdiri dari garis menerus dengan lebar 0,15m pada perpotongan dengan ujung
runway garis tersebut berakhir ditepi runway sedangkan perpotongan dengan
bagian lain dari runway, garis sumbu taxiway tersebut diteruskan sampai garis
tengah runway. Garis tersebut berwarna kuning.
b. Marka garis tepi Taxiway
Terdiri dari garis menerus dengan lebar 0,15 m dipasang pada kedua sisi taxiway
yang dibeli warna kuning.
c. Marka garis tunggu taxiway
Terletak pada pertemuan antara taxiway dengan runway dimana letak garis tersebut
dari garis tepi runway berjarak 30m dan dibeli warna kuning
6
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
0
PERENCANAAN BANDAR UDARA
SISTEM PERLAMPUAN
Approach Lighting system merupakan lampu- lampu yang dibuat untuk memenuhi
kebutuhan rentang kemiringan saat pilot mendarat. Lampu threshold maupun lampu landasan
belum memadai untuk memenuhi rentang kemiringan tersebut.
Penyelidikan yang diadakan di Amerika (Journal of the Air Transport Division, American
Society of Civil Engineering Vol 84 no. AT 1, June 1958) menunjukkan bahwa untuk rentang
penglihatan (Visuil Range) dari 2000-2500 feet dibutuhkan sebanyak 200.000 Candle Power
(Tenaga Lilin) yaitu banyaknya tenaga lilin yang diperlukan oleh System Approach Light.
Dari penyelidikan yang sama (laporan Juni 1958) telah diadakan berbagai percobaan
dengan mengaitkan antara :
Intensitas cahaya
Jarak penglihatan (Visibility)
6
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
1
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Penangkapan pilot pada tanda-tanda perlampuan
Susunan lampu-lampu yang baik menurut pemakai landasan
Maka didapat konfigurasi perlampuan approach yang memenuhi kebutuhan pendaratan.
Ada 2 konfigurasi :
Perbedaan yang utama hanyalah pada jumlah lampu berbanjar melintang sumbu
landasan.
Pada sistem Calvert (dikemukakan oleh E.S Calvert dari Inggris) ada 6 banjar lampu dan
lebar banjar berbeda-beda dengan jarak tiap banjar 500 feet.
Pada sistem Amerika hanya ada satu banjar lampu melintang sumbu landasan yaitu
sejauh 1.000 feet dari Threshold.
Pada sistem Calvert, pesawat mendapatkan pedoman untuk mendarat dari lampu-lampu
yang berbanjar melintang landasan.
Tetapi pada sistem Amerika pedoman pendaratan didapatkan dari barisan lampu panjang
14 feet, ditempatkan 100 feet dari threshold pada perpanjang sumbu landasan dan
crossbar tunggal ditempatkan 1.000 feet dari threshold sebagai petunjuk jaraknya dari
threshoid.
Ketika melakukan approach final untuk melakukan pendaratan , pilot harus membuat
keputusan untuk melakukan pendaratan atau membatalkannya karena missed approach. Tanda
threshold yang segera dikenal oleh pilot merupakan pedoman bagi pilot apakah dia bisa
membuat keputusan untuk mendarat atau tidak mendarat.
6
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
2
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Dengan alasan ini maka daerah sekitar threshold harus mendapat perhatian
perlampuannya. Pada lapangan terbang besar threshold bisa dikenali sebagai garis perlampuan
menerus berwarna hijau, melintang landasan dari tepi ke tepi, lampu threshold dipandang dari
pesawat yang akan mendarat berwarna hijau, tetapi sebaliknya berwarna merah sebagai
pertanda akhir ujung landasan.
3. Perlampuan landasan
Pada awal mula pendaratan malam dilakukan, seluruh area landasan disinari seluruhnya
(Flood Light). Lama kelamaan dirasakan tidak perlu seluruh lapangan pendaratan disinari, cukup
bagian-bagian utama saja, kemudian dipakai lampu khusus untuk pendaratan. Perlampuan
menyinari seluruh permukaan landasan akhirnya diganti dengan lampu yang menunjukkan arah
sumbu landasan serta ditambahkan lampu tepi landasan dipasang sepanjang tepi landasan. Pada
visibility jelek lapangan terbang dilengkapi dengan lampu touch down zone.
Pemasangan lampu sepanjang tepi landasan sejauh 3 m dari tepi perkerasan. Jarak
memanjang dari lampu ke lampu tidak boleh lebih dari 60m. Apabila threshold landasan digeser,
tetapi daerah yang digeser tadi masih dipakai untuk lepas landas dan taxi, lampu tepi landasan
pada displaced area yang menghadap pilot berwarna merah. Sedangkan berwana putih, lampu
yang mneghadap arah kedatangan pesawat, dan berwarna kuning untuk mengingatkan pilot
bahwa landasan hampir habis tinggal 600m.
Usah untuk menerangi daerah gelap ditengah landasan yang terletak pada sumbunya
serta memberi pedoman pada kondisi Visibility jelek, dipasanglah lampu sumbu landasan dan
lampu Touch Down Zone.
6
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
3
PERENCANAAN BANDAR UDARA
FUNGSI ALS
1.untuk memungkinkan pilot untuk bisa secara cepat dan positif mengindentifikasi jarak
visibilitas dalam kondisi instrumen meteorologi.
2.memberikan petunjuk visual kepada penerbang agar dapat mengarahkan pesawat
segaris dengan garis tengah landasan
3.dapat menghitung jarak terhadap ambang landasan (Threshold).
Umumnya bandara di Indonesia menggunakan konfigurasi Approach light yang
terdiri atas beberapa bar dan wing bar.
Setiap bar terdiri atas 5 buah lampu berwarna putih (clear) yang besarnya antara
100 - 300 watt (tergantung jenis konfigurasinya). Beberapa jenis konfigurasi bahkan
dilengkapi dengan Flasher (lampu yang berkedip).
Flasher atau SQFL (Sequence flashing Light ) menyala berurutan mulai dari ujung
bar 1 sampai dengan awal landasan pacu, seolah-olah menunjukan kepada penerbang
6
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
4
PERENCANAAN BANDAR UDARA
tentang arah pendaratan. Pada tiap bar terdapat 1 buah SQFL, yang terletak ditengah-
tengah setiap bar. Tipe lampu SQFL yang digunakan adalah PAR 56.
6
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
5
PERENCANAAN BANDAR UDARA
6
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
6
PERENCANAAN BANDAR UDARA
ALS digunakan saat cuaca buruk, malam hari atau atas permintaan dari penerbang.
Dalam instalasi powernya, ALS di bagi menjadi 2 (dua) circuit atau lebih. Hal ini
merupakan tindakan preventive seandainya salahsatu circuit mengalami kegagalan maka
diharapkan circuit yang lain dapat tetap melayani penerbangan.
6
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
7
PERENCANAAN BANDAR UDARA
SISTEM CALVERT (BANYAK DI GUNAKAN DI EROPA)
SISTEM A (DIGUNAKAN DI AMERIKA UNTUK PENERBANGAN SIPIL DAN MILITER)
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SISTEM CALVERT DAN SISTEM AMERIKA:
SISTEM CALVERT
6
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
8
PERENCANAAN BANDAR UDARA
SISTEM AMERIKA
6
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
9
PERENCANAAN BANDAR UDARA
7
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
0
PERENCANAAN BANDAR UDARA
PERLAMPUAN TAXIWAY (TW)
• UNTUK MEMANDU GERAKAN TAXI PESAWAT DI MALAM HARI ATAU SIANG HARI
KONDISI JARAK PANDANG YANG BURUK
• LAMPU TEPI TW BERWARNA BIRU, LAMPU SUMBU TW WARNA HIJAU
• JARAK ANTAR LAMPU SUMBU TW ≤ 30 m , JARAK ANTAR LAMPU TEPI TW ≤ 60 m
7
GIOVANI RANTUNG - 15021101183
1