Anda di halaman 1dari 22

MODUL 2

PEMBANGKITKAN SINYAL

Nama : Muhammad Aditya Ahmad

NPM : 2140304050

Mata Kuliah : Pemrosesan Sinyal Digital

4.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida


Fs=100;

t=(1:100)/Fs;

s1=sin(2*pi*t*5);

plot(t,s1)

Sinyal yang terbangkit adalah sebuah sinus dengan amplitudo Amp = 1, frekuensi f = 5Hz
dan fase awal θ = 0.

2. Lakukan perubahan pada nilai s1:


Fs=100;

t=(1:100)/Fs;
s1=sin(2*pi*t*10);

plot(t,s1)

Dan perhatikan apa yang terjadi, kemudian ulangi untuk mengganti angka 10 dengan 15, dan

20. Perhatikan apa yang terjadi.

Nilai f diganti dengan angka 10 :

Nilai F diganti dengan 15 :

Nilai F diganti dengan 20 :


Dari ketiga percobaan, perubahan nilai f mengubah jumlah frekuensi pada sinyal kontinyu sinosidal.
Semakin besar nilai f, maka jumlah frekuensi dan amplitudo juga semakin panjang.

3. Coba anda edit kembali program anda sehingga bentuknya persis seperti pada langkah 1,

kemudian lanjutkan dengan melakukan perubahan pada nilai amplitudo, sehingga bentuk

perintah pada s1 menjadi:

s1=2*sin(2*pi*t*5);
Perubahan nilai amplitudo 4, 5, 6, . . . 10 pada s1:

4Hz

6Hz
12 Hz
16Hz

20Hz

Dari beberapa percobaan diatas,syntax s1=2*sin(2*pi*t*5) mengalami perubahan pada nilai


amplitudo dimana setiap keniakan nilai f. Kerapatan / kepadatan frekuensi dan amplitudo
semakin tinggi, sesuai dengan besar nilai yang telah di input ke nilai f.
4. Kembalikan program anda sehingga menjadi seperti pada langkah pertama. Sekarang coba

anda lakukan sedikit perubahan sehingga perintah pada s1 menjadi:

s1=2*sin(2*pi*t*5 + pi/2);

Perubahan pada s1 pi/2 (θ = π/ 2 = 90o), sehingga fase awalnya berubah menjadi 90o . Jika
pi/4 (θ = π/ 4 = 45o) fase awalnya berubah menjadi 45o , dan Ketika Saat pi*2/3 (θ = π*2/ 3 =
120o), maka fase awalnya pada 120o.

θ = fase awal sinyal (antara 0 ~ 360o )


4.2. Pembangkitan Sinyal Persegi
Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=square(2*pi*5*t);
plot(t,s1,'linewidth',2)
axis([0 1 -1.2 1.2])

1. Dari grafik tersebut, sebuah sinyal persegi dengan amplitudo senilai 1 dan frekuensinya
sebesar 5Hz.

2. Coba anda lakukan satu perubahan dalam hal ini nilai frekuensinya anda rubah menjadi 10
Hz, 15 Hz, dan 20 Hz. Apa yang anda dapatkan?

10Hz
15Hz

20Hz

Hasil yang didapatkan dari mengubah frekuensi yaitu banyaknya gelombang terbentuk
memiliki kenaikan kuantitas sehingga sinyal persegi semakin rapat, frekuensi sampling yang
digunakan pada percobaan pertama pada percobaan 4.2 adalah 100 Hz, dan untuk mebuat
bentuk gelombang tersebut dibutuhkan fungsiAsin s1=square(2*pi*5*t);
3. Kembalikan bentuk program menjadi seperti pada langkah pertama, Sekarang coba anda
rubah nilai fase awal menjadi menjadi 45 o, 120 o, 180 o, dan 225 o. Amati dan catat apa yang
terjadi dengan sinyal persegi terbangkit.

Pada 45 o(pi/4):

Pada 90 o (pi/2):
Pada 120 o (pi*2/3):

Pada 180 o (2*pi/2):


Pada 225 o (5/4*pi):

Mengubah nilai fase awal menjadi menjadi 45o(pi/4), 120o(pi/2), 180 o(2*pi/2), dan
225o(5/4*pi). Perbedaan Grafik pada sinyal persegi setiap perbesaran derajat adalah
kerapatan sinyal presegi terbangkit.
4.3 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan
%Pembangkitan Unit Step Sekuen
L=input('Panjang Gelombang (>=40)=' );
P=input('Panjang Sekuen =' );
for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)

Pada :

Panjang Gelombang : 50

Panjang Sekuen : 10

Panjang Gelombang : 60

Panjang Sekuen : 20
Panjang Gelombang : 80

Panjang Sekuen : 20

Sinyal diskrit adalah sinyal yang tidak ada setiap saat, nilainya hanya ada pada waktu
tertentu saja, pada nilai t = bilangan bulat. Sebuah sekuen unit step untuk satu keadaan
dimana nilainya = 1 untuk nilai L >= 40 dan bernilai 0 untuk nilai sekuen. Nilai L
menunjukkan Panjang gelombang yang akan dihasilkan suatu kasus, dan sekuen adalah
Panjang gelombang yang akan menghasilkan nilai 0.
4.4 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa

%Pembangkitan Sekuen Pulsa


L=input('Panjang Gelombang (>=40)=' );
P=input('Posisi Pulsa =' );
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])

L = 50

Sekuen Pulsa = 15
L = 50

Sekuen Pulsa = 20

L = 65

Sekuen Pulsa = 20

Sekuen impuls bukan merupakan bentuk sampel dari suatu sinyal waktu diskrit. Sekuen
impulse pada saat bernilai 1 untuk titik yang diinginkan ( contoh pada ( L = 60) p = 20) dan
yang lainnya bernilai nol. Sedangkan pada nilai L menunjukkan Panjang gelombang yg akan
dihasilkan, dan nilai P adalah titik yg akan bernilai 1.
3. Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit
1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.
%sin_dikrit1.m
Fs=20;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])

2. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 30, 40, 50, 60, 70, dan 80.

Fs = 40
Fs = 50

Fs = 60
Fs = 70

Fs = 80

Sebuah sinyal diskrit x[n] akan menjadi bentuk sinyal diskrit periodic apabila terjadi
perulangan bentuk setelah suatu periode r tertentu. Perubahan nilai Fs (Frekuensi Sampling)
yang semakin besar berakibat pada penambahan bentuk sinyal sinus yang terbentuk, jika nilai
Fs semakin besar maka bentuk grafik sinyal sinus akan semakin rapat dan bertambah
jumlahnya. Dengan demikian output yang dihasilkan berupa pulsa sinyal ter-sampel.

3. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 18, 15, 12, 10, dan 8.
Fs = 18

Fs = 15
Fs = 12

Fs = 10
Fs = 8

Nilai Fs ini menentukan jumlah atau sedikitnya titik bangkit pada saat Fs nya menjadi
kecil hanya berupa sedikit garis pada titik bangkit atau implus, jadi saat nilai Fs berkurang
dari 18, 15, 12, 10, hingga ke 8. Maka Jumlah impuls yang dihasilkan juga akan semakin
sedikit / berkurang.

4.5. Pembangkitan Sinyal Dengan memanfaatkan file *.wav


1. Anda buat file kuat_1.m seperti berikut

%File Name: SinyalWAV.m

%Nama: Aditya Ahmad

y1=wavread('audio3.wav');

Fs=10000;

wavplay(y1,Fs,'async') % Memainkan audio sinyal asli

2. Cobalah untuk menampilkan file audio yang telah anda panggil dalam bentuk grafik sebagai

fungsi waktu. Perhatikan bentuk tampilan yang anda lihat. Apa yang anda catat dari hasil yang

telah anda dapatkan tsb?

Anda mungkin juga menyukai