Anda di halaman 1dari 5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepsis merupakan penyebab mayor dari morbiditas dan mortalitas

dengan penyebab berbagai macam infeksi. Sepsis sebagai manifestasi dari

disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi respons

host terhadap infeksi. Dasar dari disfungsi organ dapat diidentifikasi sebagai

perubahan secara akut, dengan dasar perhitungan skor SOFA total  2 sebagai

kosekuensi terhadap terjadinya infeksi (Singer et al. 2016). Identifikasi dini dari

patogen pada sepsis sangat berperan terhadap penanganan yang adekuat, dimana

tatalaksana yang tepat secara dini sangat berkaitan dengan penurunan angka

mortalitas (Zhang et al 2016).

Angka mortalitas sepsis masih tinggi baik di negara maju maupun di

negara berkembang. Di Eropa kejadiannya sekitar 90,4 kasus per 100.000

penduduk per tahun dengan kematian 28-50%. Di Indonesia insidensi sepsis

belum terdata dengan baik tetapi di beberapa rumah sakit rujukan prevalensi

berkisar antara 15-37,2% di antara pasien perawatan intensif dengan tingkat

mortalitas 37-80%. Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta

melaporkan prevalensi sepsis pada pasien perawatan intensif pada tahun 2010

adalah 25% dengan tingkat kematian 77,3% (Arif S.K et al, 2017). Penelitian di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta tahun 1997, 130

(97%) dari 135 pasien sepsis meninggal dunia. Penelitian lain di bagian Penyakit

commit to1 user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2

Dalam Surakarta tahun 2004, 74 (83,1%) dari 89 pasien sepsis meninggal (Arifin

& Hermawan 2005).

Awalnya diduga bahwa organisme utama yang menyebabkan bakteri

sepsis adalah bakteri gram negatif. Namun, selama 25 tahun terakhir telah

ditunjukkan bahwa bakteri gram positif adalah penyebab paling umum dari

sepsis. Bakteri yang paling sering diisolasi pada sepsis adalah Staphylococcus

aureus (S. aureus), Streptococcus pyogenes (S. pyogenes), Klebsiella spp.,

Escherichia coli (E. coli), dan Pseudomonas aeruginosa (P. aureginosa)

(Ramachandran, 2014). Maka dari itu adanya penanda yang spesifik dan alat

diagnostik molekular perlu dikembangkan untuk mempercepat penanganan klinis

dari sepsis (Haloho A et al, 2017).

Beberapa penelitian menunjukan biomarker dapat digunakan suatu

prediktor terhadap infeksi bakteri, seperti C-reactive protein, hitung jenis

neutrofil, hitung jenis limfosit dan PCT. Dua biomarker yang paling umum

digunakan pada diagnostik dan mengarahkan intervensi terapi adalah PCT dan C-

Reaktive protein (CRP). Sebuah penelitian menemukan bahwa rasio neutrofil

limfosit dan PCT dapat membantu untuk menentukan suatu bakteremia dan/atau

sepsis. Namun, PCT tidak dapat diaplikasikan di semua rumah sakit oleh karena

keterbatasan sarana dan biaya. Selanjutnya rasio neutrofil limfosit diharapkan

dapat digunakan sebagai penanda baru untuk bakteremia dan/atau sepsis (Haloho

et al, 2017).

Saat ini juga terdapat penelitian yang menjelaskan bahwa pengukuran

mean platelet volume (MPV) sebagai marker atau penanda inflamasi untuk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3

membedakan sepsis yang disebabkan oleh patogen yang berbeda, namun masih

sangat jarang dilakukan penelitian mengenai hubungannya dengan sepsis.

Pemeriksaan MPV ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang

besar. Mean platelet volume adalah penanda sederhana dan akurat sebagai status

fungsional ukuran dari trombosit. Mean Platelet Volume (MPV) memberikan

informasi tentang aktivitas sumsum tulang pada sepsis (Irvem A, Sebahat A,

2018) dan memberi gambaran ukuran trombosit yang beredar dalam darah

perifer. Peningkatan MPV mengindikasikan terjadinya peningkatan produksi

trombosit serta terbentuk trombosit muda dengan ukuran yang lebih besar serta

lebih reaktif untuk beragregasi bila dibanding dengan trombosit matang (Becchi

et al. 2006, Levi et al. 2008, Oncel et al 2013)

Atas dasar penjelasan penelitian sebelumnya yang menunjukkan nilai

NLR dan MPV sebagai penanda atau membantu prediktor mikroorganisme

penyebab yang didapat dari pemeriksaan darah lengkap, sebagai metode yang

sederhana dalam menentukan diagnosis infeksi bakteri pada pasien-pasien

dengan sepsis. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai nilai netrofil

limfosit rasio (NLR) dan nilai mean platelet volume (MPV) sebagai prediktor

infeksi bakteri pada sepsis. Maka peneliti tertarik untuk mengetahui nilai netrofil

limfosit rasio (NLR) dan nilai mean platelet volume (MPV) sebagai prediktor

infeksi bakteri pada pasien sepsis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah nilai rasio netrofil limfosit (NLR) dapat menjadi prediktor

infeksi bakteri pada pasien sepsis.

1.2.2 Apakah nilai mean platelet volume (MPV) dapat menjadi prediktor

infeksi bakteri pada pasien sepsis.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Meninjau nilai rasio netrofil limfosit (NLR) dan nilai mean platelet

volume (MPV) sebagai prediktor infeksi bakteri pada pasien sepsis.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis nilai NLR sebagai prediktor infeksi bakteri pada

pasien sepsis.

b. Menganalisis nilai MPV sebagai prediktor infeksi bakteri pada

pasien sepsis.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah dalam penilaian

prediktor infeksi bakteri pada pasien sepsis dengan melihat nilai NLR

dan MPV.

1.4.2. Aspek praktis

a. Melihat prediktor infeksi bakteri pada pasien sepsis hanya dengan

pemeriksaan darah lengkap yang terdapat nilai NLR dan MPV.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5

b. Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai dasar penelitian

lanjutan dalam penilaian diagnostik infeksi bakteri gram negatif

atau gram positif pada pasien sepsis hanya dengan metode yang

sederhana tetapi akurat.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai