BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
satu infeksi oportunistik yang banyak terjadi dan menjadi penyebab utama
beberapa cara. Telah diketahui bahwa HIV merupakan faktor risiko yang
paling potensial untuk terjadinya TB aktif baik pada orang yang baru
menjadi manifestasi klinis pertama yang diketahui dari infeksi HIV yang
kali lebih besar dibanding penderita yang tidak terinfeksi HIV (Getahun,
Tuberculosis, 2017).
sputum BTA tidak mahal, mudah untuk dilakukan dan sangat spesifik di
yaitu sekitar 60% bila dibandingkan dengan kultur sputum (Singhal &
Myneedu, 2015).
4
Pemeriksaan lain adalah dengan tes asam nukleat. Tes ini juga
dan lebih sulit dikerjakan bila dibandingkan dengan Point Of Care (POC)
penanda antigenik primer MTb pada serum, urin, dan cairan tubuh
diseminata dalam aliran darah, terutama pada infeksi HIV. Antigen ini
mirip dengan mioglobin maka dapat masuk melalui sirkulasi darah dan
renal sehingga dapat terdeteksi pada urin penderita TB aktif (Dheda dkk,
2013).
yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 rendah (CD4 ≤ 100 sel/µL) atau
karena urin mudah dikumpulkan dan disimpan, serta tidak memiliki risiko
Studi yang dilakukan oleh Amin et al., 2018 menunjukkan bahwa bahwa
diagnosis TB.
B. Rumusan Masalah
Sudirohusodo Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Makassar.
2. Tujuan Khusus:
koinfeksi HIV-TB.
koinfeksi HIV-TB.
koinfeksi HIV-TB.
D. Hipotesis
E. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
inkubasi yang lama dan pada akhirnya menimbulkan tanda dan gejala
2007).
2015).
2. Epidemiologi
HIV baru yang terus meningkat. Seperti halnya dengan negara Asia
13% dan Lelaki Berisiko tinggi (LBT) 0,2% serta prevalensi sebesar
7,2% pada Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL) dan 1,6% pada
2015).
3. Patogenesis
cara, yaitu: (1) Vertikal dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak (selama
Calles, 2010).
11
Sistem imun menjadi target utama dari infeksi HIV dimana virus
molekul CD4. Setelah HIV mengikatkan diri pada molekul CD4, virus
genetik virus dan akan membentuk virus baru, dan menginfeksi sel
awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel, tetapi
laun akan merusak limfosit T CD4. Masa inkubasi adalah waktu yang
gejala AIDS. Pada masa inkubasi, virus HIV tidak dapat terdeteksi
virus HIV yang dikenal dengan masa window period. (Kummar et al,
2015).
12
infeksi HIV akut, 3-6 minggu pasca terinfeksi yaitu demam, nyeri
(tanpa gejala). Hal ini berlangsung selama 8-10 tahun, tetapi ada
4. Manifestasi Klinis
jumlah virus dan gejala klinis dibagi menjadi 4 stadium: (Calles, 2010
Bartlett, 2013)
1. Asimptomatik (Stadium 1)
pada fase ini masih diatas 500 sel/µL. Fase ini dapat
4. Stadium 4
Gambar 2.3
Gambar 1. Jumlah CD4, beban virus, dan perjalanan infeksi HIV
(Pantaleo G, 1993)
15
B. TUBERKULOSIS
1. Definisi
2013).
2. Epidemiologi
yang tinggi untuk TB, TB-HIV dan TB- MDR (Gambar 1) selain
wilayah Asia Tenggara (45%), Afrika (25%) dan Pasifik barat (17%);
(7%), Eropa (3%) dan Amerika (3%). Lima negara dengan jumlah
pada 37 juta orang yang hidup dengan HIV adalah 21 kali lebih tinggi
18
2017).
seluruh dunia, satu peringkat di atas HIV/ AIDS. Pada tahun 2016,
diperkirakan ada 1,3 juta kematian TB dengan HIV negatif (turun dari
myocolic acid lipid, yang merupakan ciri khas dari sel Mycobacterium,
metabolik aktif atau sel bakteri selama infeksi TB (Peter dkk, 2010).
4. Patogenesis Tuberkulosis
ketika sistem imun tubuh menjadi lemah dan tidak mampu melawan
(restitution ad integrum)
berakhir dengan:
Meninggal.
reinfeksi. Hal ini terjadi akibat daya tahan tubuh yang lemah.
dengan HIV dan dapat terjadi pada stadium berapa pun dari
kematian tiga kali lipat pada kadar CD4 dibawah 200 sel/µL
C. Koinfeksi HIV-TB
1. Patogenesis
Infeksi HIV adalah salah satu faktor risiko yang paling penting
bertahap sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh virus HIV akan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Pada fase transisi
ini, partikel infeksi dapat menetap 1-2 jam dalam udara bebas. Infeksi
bisa terjadi disebabkan oleh infeksi primer atau infeksi laten. Infeksi
tubuh lain. Infeksi tersebut terjadi dalam 3 minggu pasca infeksi primer.
terhadap kuman TB, tetapi pada infeksi HIV deplesi limfosit inilah yang
Urdahl, Shafiani, & Ernst, 2011). Hal Ini memiliki hubungan yang jelas
jumlah sel T CD4+. Selain itu, terapi antiretroviral untuk HIV-1 tidak
lebih dari empat kali lipat di atas baseline bahkan setelah jumlah
2018)
Pada gambar di atas, HIV diilustrasikan sebagai titik biru dan MTB
yang diinduksi HIV dan TB aktif ditandai dengan warna merah, dengan
ART: Anti Retroviral Therapy; LTBI: latent MTB infection; IRIS: Immune
tes imunologi (yaitu Tuberculin Skin Test (TST) dan IFN-c release
konvergen respon imun pejamu HIV dan MTb. (Kwan & Ernst, 2011)
HIV yang telah pernah terinfeksi TB (Mtx positif) ternyata 20 kali lebih
Pada penderita HIV jumlah serta fungsi sel CD4 menurun secara
progresif, serta gangguan pada fungsi makrofag dan monosit. CD4 dan
alfa (TNFα). Sitokin ini dihasilkan oleh makrofag yang aktif dan dalam
kadar TNFα ini menunjukkan bahwa aktivitas virus HIV juga dapat
berikut:
gen HIV-1 (Falvo, Ranjbar, Jasenosky, & Goldfeld, 2011). Hal ini
koinfeksi HIV
2016).
penting dalam respon imun terhadap MTb. Hal Ini distimulasi oleh
dimiliki host seperti vpu, dan nef (Singh et al., 2016). Komponen
38
kelas II, melalui aktivasi TLR2 (Harding & Boom, 2010). HIV juga
2. Manifestasi klinis
klinis dari TB. Gambaran klinis TB pada HIV stadium awal mirip
Zumla, 2013).
Gejala dan tanda infeksi MOTT mirip dengan gejala klinis TB,
berdasarkan (1) gejala klinis atau kelainan pada foto toraks, meliputi
lainnya, (3) hasil kultur positif MOTT melalui dua kali pemeriksaan
3. Diagnosis
Baik deteksi dini TB pada ODHA maupun deteksi dini HIV pada
2014).
MTb sekitar 105 per mililiter untuk memberikan hasil yang positif.
biakan dahak MTb pada pasien dengan BTA negatif, dan lebih
daya. Tidak satu pun uji tunggal yang dapat membedakan MTb
morfologi koloni, uji Para Nitro Benzoic Acid (PNB), dan uji niasin
(Kemenkes, 2012).
hari.
2014).
47
non HIV, berupa kavitas pada lobus atas, infiltrat, dan nodul.
Hoffman,2014).
48
atau bawah paru, dapat berupa infiltrat milier (TB milier), namun
e. Pemeriksaan Lipoarabinomannan
(Achkar, 2011).
untuk deteksi LAM urin. (Lawn, Kerkhoff, Vogt, & Wood, 2012;
21% pada pasien rawat jalan) dan jumlah CD4 (15% pada CD4
>200, 48% pada CD4 < 200 dan 56% pada CD4 < 100 sel/µL).
yang baik pada penderita HIV dengan CD4 yang rendah. Pada
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Infeksi
HIV
Replikasi HIV ↑
B. Kerangka Konsep
Sputum Mikroskopis
Suspek koinfeksi
HIV + TB Kultur sputum Mtb
LAM Serum
Foto Thorax
= Variabel bebas
= Variabel tergantung
55
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
sampel mencukupi.
56
1. Populasi Penelitian
Makassar.
2. Sampel Penelitian
adalah 72 sampel.
57
1. Kriteria inklusi:
Sudirohusodo Makassar.
2. Kriteria Ekslusi:
E. Izin Penelitian
F. Cara Kerja
1. Alokasi subjek
2. Cara Penelitian
yaitu data hasil sputum mikroskopis, kultur sputum dan foto thorax.
59
a. Persiapan sampel
Alat
b. Inkubator 37 °C ± 0,5 °C
c. Tabung bersih
d. Absorbent paper
e. Air suling
Bahan
1. Spesimen serum
b. Enzyme conjugate
c. Standard A
d. Standard B
e. Standard C
f. Standard D
60
g. Standard E
h. Standard F
i. Substrate A
j. Substrate B
k. Stop solution
l. Wash solution
m. Balance solution
Persiapan Reagen
digunakan.
b. Larutan standar:
mg/L).
Standar no. 4 1200 pg/mL 120 μL larutan standar no. 5 + 120 μL pengencer
Standar no. 3 600 pg/mL 120 μL larutan standar no. 4 + 120 μL pengencer
Standar no. 2 300 pg/mL 120 μL larutan standar no. 3 + 120 μL pengencer
Standar no. 1 150 pg/mL 120 μL larutan standar no. 2 + 120 μL pengencer
c. Prinsip kerja
konjugat dalam pre-coated plate selama satu jam. Setelah diinkubasi, well
dicuci lima kali. Well kemudian diinkubasi dengan substrat untuk enzim
anti-LAM binding site. Karena jumlah site terbatas, karena lebih banyak
site yang ditempati oleh LAM dari sampel, lebih sedikit site yang tersisa
d. Cara Kerja
1. Letakkan reagen dan sampel pada suhu kamar (18°C - 25°C) selama
Strip plate dapat dilepas, lepaskan strip yang tidak terpakai dari plate,
37°C.
cuci atau wadah limbah yang tepat. Dengan menggunakan pipet atau
setelah sekitar satu menit, balikkan dan tekan plate ke kertas penyerap
atau tisu sampai tidak ada uap air yang muncul. Ulangi prosedur ini
sebanyak empat kali. Catatan: Pegang sisi plate dengan kuat saat
mencuci plate untuk memastikan bahwa semua strip tetap aman pada
tempatnya
mungkin dan atur volume isian 350μl/ well/ wash. Setelah pencucian
e. Perhitungan Hasil
setiap standar pada sumbu vertikal (Y) terhadap konsentrasi pada sumbu
horizontal (X) dan menggambar kurva yang paling sesuai melalui titik-titik
berbasis komputer yang sesuai untuk kurva dan garis kecocokan terbaik
f. Nilai Rujukan
foto thorax.
HIV dan TB berdasarkan hasil pemeriksaan anti HIV dan hasil kultur
sputum.
10. Spesifisitas adalah proporsi subjek sehat yang memberikan hasil uji
13. Akurasi adalah proporsi dari hasil benar (positif dan negatif) dari
H. Analisis Data
Kriteria Inklusi
Sampel penelitian
Kriteria Eksklusi
Analisis data
Hasil Penelitian
Keterangan:
LAM = Lipoarabinomannan
69
BAB V
A. Hasil Penelitian
koinfeksi HIV-TB sebesar 2,8%, subjek dengan HIV (+) TB (-) sebanyak
6,9%, subjek dengan HIV (-) TB (+) sebanyak 18,1% dan subjek HIV (-)
non TB (44,4%).
70
Variabel n %
Laki-Laki 51 70,8
Jenis Kelamin
Perempuan 21 29,2
HIV (+) TB (+) 2 2,8
HIV (+) TB (-) 5 6,9
Kelompok Subjek
HIV (-) TB (+) 13 18,1
HIV(-) HIV (-) TB (-) 52 72,2
Metode Deteksi TB
Positif 15 20,8
Kultur
Negatif 57 79,2
Positif 14 19,4
Mikroskopis
Negatif 58 80,6
TB 40 55,6
Radiologis
Non TB 32 44,4
subjek. Dari data tersebut diperoleh kadar LAM terendah dari kelompok
HIV (-) TB (+) sementara kadar tertinggi didapatkan dari kelompok HIV
(-) TB (-). Hal ini memperlihatkan bahwa kadar LAM dapat ditemukan
didapatkan lebih banyak pada kelompok HIV (-) TB (+) dan hasil
TB didapatkan lebih banyak pada kelompok HIV (-) TB (+) dan hasil
(Tabel 9).
mempunyai nilai AUC (Area Under Curve) yang rendah yaitu 0,592
B. Pembahasan
infeksi Mtb dan telah berhasil terdeteksi dalam cairan tubuh orang yang
55,7% sedangkan kultur sputum Mtb dengan hasil positif sebesar 20,8%.
kuantitatif.
Hasil yang berbeda diperoleh Hesa elatty dkk (Egypt, 2013) yang
prediksi positif, dan nilai prediksi negatif dari LAM serum masing-masing
75
adalah 90, 100, 93,3, 100, dan 83,3%. (El-kalashy, Abd el-Atty,
Study oleh Lawn et al. (2012) meneliti faktor patogen dan host
yang berpotensi memiliki dampak pada deteksi LAM. Dari studi tersebut
dilaporkan bahwa 32/199 (16,1%) memiliki hasil LAM ELISA positif. Hasil
LAM yang positif LAM dikaitkan dengan hasil sputum mikroskopis positif,
jumlah CD4 yang rendah. Shah et al. juga melaporkan bahwa infeksi
HIV, mikobakteremia, dan dahak positif adalah faktor risiko untuk tes
yang baik untuk diagnosis TB terkait HIV pada pasien dengan defisiensi
imun lanjut. LAM terkait dengan faktor kekebalan tubuh host. Jumlah
2014)
mempunyai nilai AUC yang rendah yaitu 0,592 (p=0,276) dan tidak
signifikan (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kadar LAM serum tidak
demikian, nilai diagnostik tidak bisa digunakan oleh karena pasti sangat
rendah.
dalam darah sebagai implikasi dari diagnosis TB. Meskipun LAM sebagai
mempunyai nilai AUC yang rendah yaitu 0,592 (p=0,276) dan tidak
signifikan (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kadar LAM serum tidak
demikian, nilai diagnostik tidak bisa digunakan oleh karena pasti sangat
rendah.
78
BAB VI
A. Simpulan
B. Saran
subjek penelitian.
79
DAFTAR PUSTAKA
Calverley Peter, Kolb Martin, Ed.). Norwich, UK: Page Bros Ltd.
Retrieved from
https://web.telegram.org/#/im?p=c1013866696_96742881206220112
09
García-Basteiro, A. L., DiNardo, A., Saavedra, B., Silva, D. R., Palmero,
D., Gegia, M., … Theron, G. (2018). Point of care diagnostics for
tuberculosis. Revista Portuguesa de Pneumologia (English Edition),
24(2), 73–85. https://doi.org/10.1016/j.rppnen.2017.12.002
Getahun, H., Gunneberg, C., Granich, R., & Nunn, P. (2010). HIV
Infection–Associated Tuberculosis: The Epidemiology and the
Response. Clinical Infectious Diseases, 50(s3), S201–S207.
https://doi.org/10.1086/651492
Global Tuberculosis. (2017). https://doi.org/10.1001/jama.2014.11450
Guarda, G., Braun, M., Staehli, F., Tardivel, A., Mattmann, C., Förster, I.,
… Tschopp, J. (2011). Type I Interferon Inhibits Interleukin-1
Production and Inflammasome Activation. Immunity.
https://doi.org/10.1016/j.immuni.2011.02.006
Hamasur, B., Bruchfeld, J., Haile, M., Pawlowski, A., Bjorvatn, B.,
Källenius, G., & Svenson, S. B. (2001). Rapid diagnosis of
tuberculosis by detection of mycobacterial lipoarabinomannan in
urine. Journal of Microbiological Methods.
https://doi.org/10.1016/S0167-7012(01)00239-1
Harding, C. V., & Boom, W. H. (2010). Regulation of antigen presentation
by Mycobacterium tuberculosis: A role for Toll-like receptors. Nature
Reviews Microbiology. https://doi.org/10.1038/nrmicro2321
Havlir, D. V, Getahun, H., Sanne, I., & Havlir, D. V. (2008). Opportunities
and Challenges for HIV Care. https://doi.org/10.1001/jama.300.4.423
Irianti, Kuswandi, Yasin, N. M., & Kusumaningtyas, R. A. (2016). Anti-
tuberkulosis, 225.
Kemenkes RI. (2015). Rencana Aksi Nasional Kolaborasi TB-HIV 2015-
2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman
pengobatan antiretroviral. Peraturan Meteri Kesehatan Republik
Indonesia, Nomor 87 Tahun 2014, 1–121.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kleinnijenhuis, J., Oosting, M., Joosten, L. a B., Netea, M. G., & Van
Crevel, R. (2011). Innate immune recognition of Mycobacterium
tuberculosis. Clinical & Developmental Immunology.
https://doi.org/10.1155/2011/405310
Kwan, C., & Ernst, J. D. (2011). HIV and tuberculosis: A deadly human
syndemic. Clinical Microbiology Reviews, 24(2), 351–376.
https://doi.org/10.1128/CMR.00042-10
Laboratory BioassayTechnology. (n.d.). Human-
LipoarabinomannanLAMELISA-Kit-4800-1. Shanghai, China:
Bioassay Technology Laboratory.
Lamont, E. A., Ribeiro-Lima, J., Waters, W. R., Thacker, T., & Sreevatsan,
81
https://doi.org/10.4049/jimmunol.166.12.7477
Norbis, L., Alagna, R., Tortoli, E., Codecasa, L. R., Migliori, G. B., & Cirillo,
D. M. (2014). Challenges and perspectives in the diagnosis of
extrapulmonary tuberculosis. Expert Review of Anti-Infective Therapy.
https://doi.org/10.1586/14787210.2014.899900
Padmapriyadarsini, C., Narendran, G., & Swaminathan, S. (2011).
Diagnosis & treatment of tuberculosis in HIV co-infected patients. The
Indian Journal of Medical Research. https://doi.org/10.4103/0971-
5916.92630
PDPI. (2011). Pedoman Penatalaksanaan TB (Konsensus TB).
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 1–55.
https://doi.org/10.5860/CHOICE.41-4081
Perkins, M. D., & Cunningham, J. (2007). Facing the Crisis: Improving the
Diagnosis of Tuberculosis in the HIV Era. The Journal of Infectious
Diseases. https://doi.org/10.1086/518656
Peter, J. G., Theron, G., Van Zyl-Smit, R., Haripersad, A., Mottay, L.,
Kraus, S., … Dheda, K. (2012). Diagnostic accuracy of a urine
lipoarabinomannan strip-test for TB detection in HIV-infected
hospitalised patients. European Respiratory Journal.
https://doi.org/10.1183/09031936.00201711
Piccini, P., Chiappini, E., Tortoli, E., de Martino, M., & Galli, L. (2014).
Clinical peculiarities of tuberculosis. BMC Infectious Diseases.
https://doi.org/10.1186/1471-2334-14-S1-S4
Reither, K., Saathoff, E., Jung, J., Minja, L. T., Kroidl, I., Saad, E., …
Hoelscher, M. (2009). Low sensitivity of a urine LAM-ELISA in the
diagnosis of pulmonary tuberculosis. BMC Infectious Diseases.
https://doi.org/10.1186/1471-2334-9-141
Science, A. (n.d.). Urine lipoarabinomannan assays for paediatric
tuberculosis, 2–4.
Sester, M., Giehl, C., McNerney, R., Kampmann, B., Walzl, G., Cuchí, P.,
… Meyerhans, A. (2010). Challenges and perspectives for improved
management of HIV/Mycobacterium tuberculosis co-infection.
European Respiratory Journal, 36(6), 1242–1247.
https://doi.org/10.1183/09031936.00040910
Shah, M., Variava, E., Holmes, C. B., Coppin, A., Golub, J. E., McCallum,
J., … Susan E. Dorman, MD,* and Neil A. Martinson, MBBCh, M.
(2009). Diagnostic accuracy of a urine lipoarabinomannan test for
tuberculosis in hospitalized patients in a high HIV prevalence setting.
Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes, 52(2), 145–151.
https://doi.org/10.1097/QAI.0b013e3181b98430
Singh, S. K., Andersson, A. M., Ellegård, R., Lindestam Arlehamn, C. S.,
Sette, A., Larsson, M., … Blomgran, R. (2016). HIV Interferes with
Mycobacterium tuberculosis Antigen Presentation in Human Dendritic
Cells. American Journal of Pathology.
https://doi.org/10.1016/j.ajpath.2016.08.003
Singhal, R., & Myneedu, V. P. (2015). Microscopy as a diagnostic tool in
83
LAMPIRAN
Lampiran 1. Persetujuan Etik
85
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
TAHUN
NO. STRATA INSTITUSI TEMPAT
TAMAT
1 SD SD Islam Athirah Makassar 1995
2 SMP SLTP Negeri 7 Makassar 1998
3 SMA SMA Negeri 17 Makassar 2001
4. Dokter FK Unhas Makassar 2007
Spesialis Bagian Patologi
5 Makassar 2014-sekarang
(sementara) Klinik FK Unhas
C. RIWAYAT PEKERJAAN
No Kedudukan Instansi Tempat Periode
RSUD Lanto Dg
1 Dokter Umum Jeneponto 2007-2008
Pasewang
2 Dokter PTT Puskesmas Barana Jeneponto 2008-2010
3 Dokter PTT Puskesmas Bangkala Jeneponto 2009-2010
4 Dokter Umum RS Antam Pomalaa 2010-2011
Research Eijkman Institute for Sumba Barat Januari –
5
Assistant Molecular Biology Daya Juli 2012
Research 2012 -
6 Ina Respond Makassar
Assistant sekarang