Anda di halaman 1dari 9

Number 4

Meditory

HASIL PEMERIKSAAN IMUNOKROMATOGRAFI COACTAIL ANTIGEN


M.TUBERCULOSIS DAN METODE MOLEKULER PADA SUSPEK HIV

Rizana Fajrunni’mah1, Mega Mirawati2, Annisa Husnun Hanifah3, Alfia Uzma Nabilla Tasya4
1,2,3,4
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
e-mail: rie.ners@gmail.com

ABSTRACT
Background Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis (MTB)
infection. Tuberculosis is one of the most common infections in people with HIV/ AIDS. Deaths due to TB
in HIV patients occur due to delayed diagnosis. GeneXpert is a breakthrough discovery for TB diagnosis
based on molecular examination using the semi quantitative Real Time Polymerase Chain Reaction Assay
(RT-PCR) method. An examination has now been developed to detect MTB antigens using the method of
rapid immunochromatography in the hope that it can be used as a means of supporting TB diagnosis
better than detection of antibodies to MTB.
Aim This study aims to compare the results of the TB GeneXpert RTPCR method with the rapid
immunochromatography method in suspect HIV.
Method This study uses a quantitative design with observational analytic design (cross sectional) with
primary and secondary data collection.
Result The results of this study found the value of sensitivity, specificity, accuracy, positive predictive
value, negative predictive value of the ICT test in a row of 21%, 76%, 40%, 55.8%.
Conclusion ICT TB has low sensitivity and sufficient specificity so that it is still not good if used for
initial screening to detect pulmonary TB in suspect HIV.

Keywords: Tuberculosis, HIV, moleculer method, rapid immunochromatography method

PENDAHULUAN merupakan koinfeksi pada penderita


Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Tuberkulosis (TB) merupakan
dengan mortalitas 1,4 juta orang per tahun.
penyakit menular yang disebabkan oleh
Laporan World Health Organisation
infeksi Mycobacterium tuberculosis
(WHO) tahun 2012 didapatkan 8,6 juta
(MTB). Angka insidensi, mortalitas, dan
orang jumlah kasus TB paru dengan 1,3
morbiditas penyakit TB masih tergolong
juta meninggal karena TB (termasuk
tinggi terutama di negara-negara yang
320.000 kematian dengan human
sedang berkembang. Penyakit tuberkulosis
1
immunodeficiencyvirus (HIV) , sedangkan
sangat mudah menular dan sebagian besar
tahun 2013 dilaporkan jumlah kasus TB
mengenai kelompok usia produktif yaitu
paru mencapai 9 juta orang dan 1,5 juta
15-64 tahun sehingga penyakit ini
orang meninggal karena TB (termasuk
merupakan salah satu masalah kesehatan
360.000 yang positif menderita HIV)2.
global yang penting. World Health
Berdasarkan data WHO, Indonesia
Organization (WHO) pada 2011
adalah negara dengan insidensi TB ke-5 di
memperkirakan terdapat 8,7 juta kasus baru
dunia pada tahun 2013 yakni 410.000 –
TB di dunia dan 13% diantaranya

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 8, No. 1, Juni 2020
Hlm. 18 – 26, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 18
Fajrunni’mah, R., dkk.,: Hasil Pemeriksaan Imunokromatografi Coactail Antigen M.Tuberculosis dan
Metode Molekuler Pada Suspek HIV

520.000 kasus. Empat negara dengan terjadi karena diagnosis tertunda. Hasil
insidensi TB tertinggi yaitu India (2–2,3 apusan basil tahan asam (BTA) sputum
juta kasus), China (0,9–1,1 juta kasus), secara mikroskopik seringkali negatif dan
Nigeria (340.000–880.000 kasus), Pakistan lamanya waktu kultur M. tuberculosis5.
(370.000–650.000 kasus). Menurut Riset Pada pasien HIV, jumlah koloni basil dalam
3
Kesehatan Dasar (Riskesdas) , prevalensi sputum lebih sedikit. Salah satu alasannya
penduduk Indonesia yang didiagnosis TB karena tidak terbentuk granuloma terutama
paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 pada subjek dengan CD4+ yang rendah. Hal
adalah 0,4%, tidak berbeda dengan tahun ini pula yang menyebabkan hasil sputum
2007.Lima provinsi dengan TB paru BTA kebanyakan negatif pada pasien HIV6.
tertinggi adalah JawaBarat (0,7%), Papua Pemeriksaan laboratorium TB yang
(0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo dilakukan meliputi pemeriksaan
(0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat hematologi, bakteriologi (secara langsung
(0,4%). atau dengan biakan), pemeriksaan
Tuberkulosis (TB) merupakan salah imunologi uji tuberkulin, pemeriksaan
satu infeksi paling sering pada penderita serologi, pemeriksaan dengan bantuan
HIV/AIDS. Akibat kerusakan cellular Polymerase Chain Reaction (PCR) dan
immunity oleh infeksi HIV menyebabkan pemeriksaan fenomena sekunder karena
berbagai infeksi oportunistik, seperti TB. proses penyakit7. Pemeriksaan penunjang
Angka kematian akibat infeksi TB pada gold standard diagnosis penyakit TB adalah
penderita HIV lebih tinggi, TB merupakan kultur Mycobacterium tuberculosis dengan
penyebab kematian tersering (30-50%) sensitivitas 99% dan spesifisitas 100%.
pada penderita HIV/AIDS. Mekanisme Kultur akan menunjukkan hasil positif
infeksi TB pada penderita HIV melalui : apabila minimal terdapat 50 basil tahan
reaktivasi, infeksi baru yang progresif. asam (BTA) per mL sputum dan
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas membutuhkan waktu lama untuk menunggu
pada sistem imunitas seluler sehingga pertumbuhan bakteri yaitu 6-8 minggu, jadi
terjadi koinfeksi. Infeksi TB pemeriksaan ini kurang praktis8.
mengakibatkan progresifitas perjalanan Pemeriksaan penunjang diagnosis TB lain
HIV/AIDS yang lebih cepat hingga yang lebih mudah dilakukan adalah
kematian4. Berbagai penelitian mengenai pemeriksaan direct smear sputum SPS
hasil otopsi pada pasien HIV menunjukkan (sewaktu-pagi-sewaktu). WHO menyatakan
bahwa TB paru sebagai penyebab kematian bahwa diagnosis TB paru dapat ditegakkan
dengan prevalensinya berkisar 14-54%. dengan menggunakan direct smear sputum,
Kematian akibat TB pada pasien HIV apabila 2 atau lebih dari 3 sampel SPS

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 8, No. 1, Juni 2020
Hlm. 18 – 26, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 19
Fajrunni’mah, R., dkk.,: Hasil Pemeriksaan Imunokromatografi Coactail Antigen M.Tuberculosis dan
Metode Molekuler Pada Suspek HIV

menunjukkan BTA positif. Sensitivitas yang simpel untuk dapat menggunakan alat
pemeriksaan direct smear sputum pada ini10. Akurasi Xpert MTB/RIF® pada
daerah dengan koinfeksi HIV rendah penelitian Afriliyantina,dkk11 mendapatkan
sebesar 70% dan pada daerah dengan hasil sensitivitas 93%; spesifisitas 91,3%;
koinfeksi HIV tinggi sebesar 35%. NDP (Nilai Duga Positif) 95,2%; dan NDN
Pemeriksaan direct smear sputum akan (Nilai Duga Negatif) 87,5%. Hasil ini
menunjukkan hasil positif apabila minimal menunjukkan Xpert MTB/RIF® sangat
terdapat 5000 BTA/mL sputum8. baik digunakan untuk diagnosis TB
Adanya beberapa kekurangan terutama pada pasien HIV.
metode ini dan membutuhkan waktu yang Sarana imunodiagnostik TB lain
lama dalam menentukan diagnosis pasti TB telah dikembangkan sejak akhir abad 19
paru, maka dibutuhkan alat diagnostik yang untuk mendeteksi antibodi yang dibentuk
cepat dan mempunyai sensitivitas dan oleh individu yang terinfeksi
spesifisitas yang tinggi untuk memperbaiki Mycobacterium tuberculosis (MTB) akibat
metoda diagnostik yang konvensional invasi MTB dengan metode
seperti pewarnaan BTA dan kultur. Immunochromatography (ICT-TB rapid
Berbagai metoda baru telah dikembangkan test), kemudian pada tahun 2011 WHO
saat ini untuk diagnosis cepat TB aktif menerbitkan policy statement yang berisi
dengan teknik terbaik seperti pemeriksaan bahwa tidak merekomendasikan
genotip atau molekuler9. GeneXpert penggunaan reagen komersial
merupakan penemuan terobosan untuk serodiagnostik untuk deteksi antibodi TB
diagnosis TB berdasarkan pemeriksaan dalam penegakan diagnosis TB dikarenakan
molekuler yang menggunakan metode Real sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan ini
Time Polymerase Chain Reaction Assay bervariasi12. Pembentukan antibodi
(RT-PCR) semi kuantitatif yang terhadap antigen MTB memerlukan waktu
menargetkan wilayah hotspot gen rpoB lama karena infeksi MTB merupakan reaksi
pada M. tuberculosis, yang terintegrasi dan hipersensitivitas tipe lambat dan lebih
secara otomatis mengolah sediaan dengan melibatkan respon imun seluler
ekstraksi deoxyribo nucleic acid (DNA) dibandingkan respon imun humoral dalam
dalam cartridge sekali pakai. Penelitian patogenesisnya sehingga pemeriksaan ini
invitro menunjukkan batas deteksi kuman tidak dapat mendeteksi penyakit TB secara
TB dengan metode RT-PCR GeneXpert dini. Pemeriksaan ini juga sering
minimal 131 kuman/ml sputum. Waktu memberikan hasil false negatif pada orang
hingga didapatkannya hasil kurang dari dua yang immunocompromised13. Saat ini telah
jam dan hanya membutuhkan pelatihan dikembangkan pemeriksaan untuk

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 8, No. 1, Juni 2020
Hlm. 18 – 26, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 20
Fajrunni’mah, R., dkk.,: Hasil Pemeriksaan Imunokromatografi Coactail Antigen M.Tuberculosis dan
Metode Molekuler Pada Suspek HIV

mendeteksi antigen MTB menggunakan Teknik pengambilan sampel menggunakan


metode rapid immunochromatography teknik non-probability sampling yaitu
dengan harapan dapat dijadikan salah satu consecutive sampling. Pengumpulan data
sarana penunjang diagnosis TB yang lebih hasil pemeriksaan metode molekuler
baik daripada deteksi antibodi terhadap dilakukan melalui data laboratorium dan
MTB. Namun penelitian yang secara data primer dalam melakukan pemeriksaan
khusus untuk menilai kemampuan metode immunochromatografi.
ICT dalam mendiagnosis TB pada pasien Analisis data menggunakan analisis
HIV dengan kecurigaan TB belum ada. univariat yaitu persentase masing-masing
Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang variabel, analisis bivariat dengan chi-square
perbandingan pemeriksaan TB metode dan menilai sensitivitas, spesifisitas,
RTPCR GeneXpert dengan metode rapid prediksi positif dan prediksi negatif.
immunochromatography pada suspek HIV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


METODE PENELITIAN
Sampel penelitian ini adalah data
Penelitian ini menggunakan
pasien suspek HIV yang dilakukan
rancangan penelitian kuantitatif dengan
pemeriksaan Tes Cepat
desain analitik observasional (cross
Molekuler/GeneXpert yang terkonfirmasi
sectional) dengan variabel independen dan
dari catatan rekam medik dan laboratorium
variabel dependen dikumpulkan pada saat
sejumlah 44 yang dilanjutkan dengan
atau periode yang bersamaan14. Sampel
pemeriksaan rapid Tb Antigen. Berikut ini
penelitian ini sejumlah 44 responden.
hasil analisis deskriptifnya.

Gambar 1. Distribusi jenis kelamin

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 8, No. 1, Juni 2020
Hlm. 18 – 26, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 21
Number 4
Meditory

Berdasarkan hasil penelitian ini, Bali tahun 2013 paling banyak didapatkan
persentase jenis kelamin terbanyak adalah pada lelaki dengan 21 orang (77,7%)16.
laki-laki (81,8%) dibandingkan dengan Namun hasil yang agak berbeda didapatkan
jenis kelamin perempuan (18,2%). pada penelitian Widiyanti17 yang
Meskipun responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa kelompok pasien
adalah pasien yang masih suspek HIV koinfeksi HIV-TB di RS Mitra Masyarakat
karena datang dari klinik VCT untuk Timika Papua lebih banyak terdapat pada
melakukan pemeriksaan GeneXpert namun perempuan sebanyak 78.8%. Hal ini juga
beberapa penelitian menunjukkan hasil sesuai dengan kondisi prevalensi HIV yang
yang hampir sama antara lain: Amin di ada di Indonesia sampai akhir tahun 2017
RSCM15 menyatakan bahwa sebagian besar memiliki rasio antara laki-laki dan
penderita TB-HIV merupakan laki-laki perempuan adalah 2:1, dan prevalensi
(81,2%). Begitu juga dengan kelompok AIDS pada laki-laki sebesar 57%18.
pasien koinfeksi HIV-TB di RSUP Sanglah

Gambar 2. Status HIV

Kelompok responden penelitian ini menyatakan pasien TB-HIV lebih banyak


rata-rata 48,3 tahun (14-82 tahun), yang ditemukan pada pasien usia 15-35 tahun
diantaranya sebesar 18,2% adalah HIV sebesar 15 orang (55,5%) dibandingkan
positif, serta 43,2% positif pada pada usia >35 tahun yaitu 12 orang
pemeriksaan Genexpert. Penderita HIV (44,5%). Usia rerata pasien adalah 34,7
terbanyak pada kelompok umur 25-49 tahun. Begitu juga dengan Permitasari19
tahun sebesar 69,2%19. Hasil penelitian ini yang melaporkan bahwa pasien koinfeksi
16
sama dengan penelitian Soraya yang TB-HIV di RSUP dr.Kariadi Semarang

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 8, No. 1, Juni 2020
Hlm. 18 – 26, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 22
Fajrunni’mah, R., dkk.,: Hasil Pemeriksaan Imunokromatografi Coactail Antigen M.Tuberculosis dan
Metode Molekuler Pada Suspek HIV

pada kelompok golongan umur 15-35 tahun 5,8 juta pria, 3,2 juta wanita dan 1,0 juta
memiliki persentase tertinggi yaitu anak-anak. Ada kasus di semua negara dan
sebanyak 49 orang (59%) dan golongan kelompok usia, tetapi secara keseluruhan
umur >35 tahun (41%). Pada penelitian 90% adalah orang dewasa (usia ≥15 tahun),
Widiyanti17 didapatkan kelompok umur 9% adalah orang yang hidup dengan HIV
15-35 tahun merupakan kelompok umur (72% di Afrika) dan dua pertiga adalah di
terbanyak, yaitu sebanyak 35 orang (87.5%) delapan negara: India (27%), China (9%),
pasien yang mengalami koinfeksi Indonesia (8%), Filipina (6%), Pakistan
tuberculosis - HIV. (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%) dan
20
Menurut Jayakody et.al , pasien Afrika Selatan (3%)21.
TB paru usia <45 tahun lebih banyak Hasil pemeriksaan sputum
dibandingkan usia ≥45 tahun. Tuberkulosis responden dengan menggunakan metode
paru banyak di usia <45 tahun disebabkan GeneXpert yaitu sebanyak 43,2% positif dan
mobilitas tinggi sehingga resiko tertular sisanya negatif. Sedangkan hasil
tinggi. Perkiraan secara global sekitar 10 pemeriksaan metode rapid ICT didapatkan
juta orang (kisaran, 9,0-11,1 juta) menderita hasil 22,7% positif dan 77,3% negatif.
penyakit TB pada tahun 2017 terdiri dari

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan analisis hubungan hasil pemeriksaan metode


GeneXpert dan rapid ICT

Hasil Metode GeneXpert


Variabel Positif Negatif Jumlah Nilai p
n % n % n %
Hasil Metode Rapid ICT
Positif 4 9,1% 6 13,6% 10 22,7%
1,000
Negatif 15 34,1% 19 43,2% 34 77,3%
Jumlah 19 43,2% 25 56,8% 44 100%

Berdasarkan tabel tersebut dapat sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi


dilihat bahwa nilai p 1,000 (nilai p> 0,05) positif, dan nilai prediksi negatif dari
yang artinya tidak terdapat hubungan antara pemeriksaan metode rapid ICT terhadap
hasil pemeriksaan metode GenExpert dan GeneXpert.
rapid ICT. Berikut ini perhitungan

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 8, No. 1, Juni 2020
Hlm. 18 – 26, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 23
Fajrunni’mah, R., dkk.,: Hasil Pemeriksaan Imunokromatografi Coactail Antigen M.Tuberculosis dan
Metode Molekuler Pada Suspek HIV

a d
Sensitivitas = x 100% Spesifisitas = x 100%
a+c b+d
4 19
= x 100% = x 100%
4+15 6+19

= 21% = 76%

a Nilai d
Nilai = x 100% = x 100%
Prediksi Prediksi c+d
a+b
Positif Negatif 19
4 = x 100%
= x 100%
4+6 15+19

= 40% = 55,8%

Keterangan:
a= True Positive
b= False Positive
c= False Negative
d= True Negative

Pemeriksaan serologi masih diperlukan pemeriksaan penunjang


Immunochromatographic Tuberculosis lainnya untuk mendiagnosis penyakit TBC
(ICT TB) pada tersangka HIV yang secara akurat. Walaupun uji ini mudah dan
menggunakan metode GeneXpert sebagai cepat dilakukan, tetapi tidak cukup baik
gold standarnya mempunyai sensitivitas uji untuk digunakan sebagai uji diagnostik
diagnostik sebesar 21% yang berarti hanya rutin dikarenakan nilai sensitivitasnya yang
21% di antara penderita TB yang dapat rendah.
dideteksi oleh alat ini. maka sensitivitas Berdasarkan nilai spesifisitas yang
pada penelitian ini bernilai rendah. Jadi bila diperoleh sebesar 76 % berarti besar
pemeriksaan ICT TB dilakukan pada kemungkinan penyakit TB paru yang dapat
penderita TB maka tidak semua akan disingkirkan pada tersangka penderita TB
menunjukkan tes yang positif tergantung paru yang memiliki uji ICT TB negatif
pada perjalanan penyakit dan penyakit sebesar 76 %. Apabila seseorang mendapat
imunosupresi yang diderita pasien, ini hasil uji ICT TB negatif, tidak berarti
berarti alat ini tidak bisa mendeteksi pasien tersebut tidak menderita TB paru.
penyakit TB paru dengan baik sehingga Dari uji statistik lainnya diperoleh nilai
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 8, No. 1, Juni 2020
Hlm. 18 – 26, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 24
Fajrunni’mah, R., dkk.,: Hasil Pemeriksaan Imunokromatografi Coactail Antigen M.Tuberculosis dan
Metode Molekuler Pada Suspek HIV

prediksi positif sebesar 40 % yang berarti 3. Badan Penelitian dan


kemungkinan seseorang didiagnosis TB bila Pengembangan Kesehatan, 2013.
Riset kesehatan dasar. Jakarta:
hasil uji ICT positif adalah rendah karena Kementerian Kesehatan.
nilai ini hampir sebanding dengan mereka 4. Mulyadi, Fitrika Y, 2011.
“Hubungan Tuberkulosis Dengan
yang tidak didiagnosis TB. Sedangkan hasil
HIV/AIDS”. Idea Noursing
nilai prediksi negatif sebesar 55,8% yang Journal Vol.2, No.2, p:162-166.
berarti kemungkinan seseorang tidak 5. Salwani D, 2012. Kemampuan
gabungan gejala klinis dan
didiagnosis menderita TB sebesar 55,8%. pemeriksaan laboratorium serta
Jika berdasarkan penelitian Subroto22 nilai BACTEX MGIT 960 dalam
diagnosis tuberkulosis pada suspek
sensitivitas cocktail antigen TB rapid ICT
HIV. [tesis]. Jakarta: Fakultas
didapatkan hasil 93,9%, spesifisitas 82,8% Kedokteran Universitas Indonesia.
terhadap sputum jika dibandingkan dengan 6. Schwander, Ellner JJ, 2006. The
Human Host: Immunology and
hasil kultur media Ogawa. Berdasarkan Susceptibility. In: Mario R, editor.
penelitian Afriliyantina12 didapatkan Tuberculosis: A Comprehensive
International Approach. London:
kemampuan diagnostik GeneXpert dalam
Informa Health Care. p. 117-54.
mendiagnosa TB paru dibandingkan dengan 7. Sinaga, H, 2011. Isolasi dan
kultur media cair Bactec pada pasien HIV Identifikasi Mycobacterium
tuberculosis untuk Petugas
sangat baik yaitu nilai sensitivitas 93%, Laboratorium. Palembang: Multi
spesifisitas 91,3%, nilai duga positif 95,2%, Sarana.
nilai duga negatif 87,5%. 8. Parsons LM, et al, 2011.
“Laboratory Diagnosis of
Tuberculosis in Resource-Poor
KESIMPULAN Countries: Challenges and
Sensitivitas uji ICT TB adalah Opportunities”. Clinical
Microbiology Reviews, Vol. 24,
rendah (21%) dan spesifisitasnya cukup
No. 2, pp.314-350.
baik (76%) sehingga uji ICT TB ini masih 9. Lyanda A, 2012. “Rapid TB test”.
kurang baik jika digunakan untuk screening Jurnal Tuberkulosis Indonesia.
Vol.8, pp:12-17.
awal dalam mendeteksi TB pada pasien 10. Wulandari Y, Wiqoyah N,
suspek HIV Mertaniasih NM, 2011.
“Nucleicacid amplification of the
RPOB region ofMycobacterium
DAFTAR PUSTAKA tuberculosis in
1. World Health Organisation, 2013. pulmonarytuberculosis diagnosis”.
Global tuberculosis report. Folia Medica Indonesiana Vol
Geneva: World Health 47(4), pp 224-229.
Organisation. 11. Afrilyantina NI, dkk, 2015.
2. World Health Organisation, 2014. “Kemampuan Diagnostik
Global tuberculosis report. Pemeriksaan Xpert MTB/RIF®
Geneva: World Health dengan Acuan Kultur Media Cair
Organisation.
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 8, No. 1, Juni 2020
Hlm. 18 – 26, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 25
Fajrunni’mah, R., dkk.,: Hasil Pemeriksaan Imunokromatografi Coactail Antigen M.Tuberculosis dan
Metode Molekuler Pada Suspek HIV

pada Suspek HIV”. Ina J CHEST 20. Jayakody W, Harries A.D,


Crit and Emerg Med. Vol. 2, No.3, Malhotra S, Alwis S, Samaraweera
pp 118-122. S, Pallewatta N, 2013.
12. Weyer K, Mirzayev F, Migliori, “Characteristics And Outcomes Of
Gemert, et al, 2013. “Rapid Tuberculosis Pattients Who Fail To
molecular TB diagnosis: evidence, Smear Convert At Two Months In
policy making and global Sri Lanka”. PHA, Vol 3(1), pp 26-
implementation of Xpert MTB/RIF”. 30.
European Respiratory Journal, Vol
42, pp 252-271.
13. Mathur ML, LoBue PA, &
CatanzaroA, 1999. Evaluation of a
serologic test for the diagnosis of
tuberculosis. Int J Tuberc Lung
Disc, Vol 3(8), pp 732-5.
14. Sastroasmoro S, Ismael S, 2008.
Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung
Seto.
15. Amin Z, Uyainah A, Yunihastuti E,
Djoerban Z, 2013. “Profil Pasien
TbHiv Dan Non Tb-Hiv Di
RSCM”. Bul Penelit Kesehat. Vol
41(4), pp 195–9.
16. Soraya D, Artika DM, 2016. “Profil
Pasien Koinfeksi TB-HIV Di
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Bali Tahun 2013”. EJURNAL Med,
Vol 5(20), pp 66– 71.
17. Widiyanti M, Fitriana E, Iriani E,
2016. “Karakteristik Pasien
Koinfeksi TB-HIV Di Rumah Sakit
Mitra Masyarakat Mimika Papua”.
SEL, Vol. 3 No. 2, pp 49-55.
18. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2018.
Situasi Umum HIV/AIDS dan Tes
HIV.
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/
article/view/17020100001/situasi-
penyakit-hiv-aids-di-indonesia.html
19. Permitasari, 2012. Faktor risiko
terjadinya koinfeksi tuberkulosis
pada pasien HIV/AIDS di RSUP dr.
Kariadi Semarang. KTI.
Pendidikan Kedokteran Universitas
Diponegoro.

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 8, No. 1, Juni 2020
Hlm. 18 – 26, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 26

Anda mungkin juga menyukai