Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI I

KELOMPOK 3

Dosen pembimbing:

1. Retno Martini W, S.Si, M.Biomed


2. Drs. Chairlan, M.Biomed
3. Rizana Fajrun’nimah, M.Si.Med

Disusun oleh :

Nadia Tri Octaviani P3.73.34.2.19.026

Novi Astia Tri Cahyanti P3.73.34.2.19.029

Radhita Az Zahra P3.73.34.2.19.033

Rosa Indriyani P3.73.34.2.19.037

Viona Lianita P3.73.34.2.19.043

Zahra Maharani P3.73.34.2.19.046

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

PRODI D IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus Metode Slide

II. Prinsip Kerja


Prosedur pengujian didasarkan pada prinsip aglutinasi. Sel darah merah yang
memiliki antigen akan menggumpal saat diuji dengan antibodi yang sesuai.

III. Alat dan Bahan

Autoclick Lancet

Alcohol swab Stik Aplikator

Kartu Golongan Darah Kit Golongan Darah


IV. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Tulis identitas pasien pada kartu golongan darah
3. Lakukan prosedur pengambilan darah kapiler pasien.
4. Tetesan darah kapiler ditampung di lingkaran dalam kartu golongan darah
secukupnya.
5. Setelah semua lingkaran dalam slide sudah terisi darah kapiler segera teteskan
anti A, anti B, anti AB dan anti D sesuai dengan urutan yang sudah tertera di
kartu golongan darah.
6. Lalu homogenkan dengan menggunakan sik aplikator satu per satu, jangan
sampe tercampur antara satu dengan yang lainnya, lap stik aplikator jika ingin
berpindah posisi untuk homogen.
7. Perhatikan dimana terjadinya aglutinasi.
8. Lalu tulis hasil dari pemeriksaan di kartu golongan darah.

V. Hasil Pemeriksaan

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4
Gambar 5 Gambar 6

VI. Pembahasan
1. Pada gambar 1 diatas dengan data pasien bernama Nadia Tri Octaviani
didapatkan hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti D yang diartikan bahwa
memiliki rhesus positif. Dan pada anti A, anti B, dan anti AB tidak terdapat
aglutinasi atau tidak bereaksi, yang diartikan bahwa memiliki golongan darah
O. Jadi didapatkan hasil bahwa pasien Nadia Tri Octaviani memiliki golongan
darah O dengan rhesus positif.
2. Pada gambar 2 diatas dengan data pasien bernama Novi Astia didapatkan
hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti A dan anti D. Pada anti AB juga
terdapat sebagian aglutinasi, tetapi tidak sepenuhnya karena terdapat antigen
A di dalamnya. Jadi didapatkan hasil bahwa pasien Novi Astia memiliki
golongan darah A dengan rhesus positif.
3. Pada gambar 3 diatas dengan data pasien bernama Radhita Az Zahra
didapatkan hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti A dan anti D. Pada anti
AB juga terdapat sebagian aglutinasi, tetapi tidak sepenuhnya karena terdapat
antigen A di dalamnya. Jadi didapatkan hasil bahwa pasien Radhita Az Zahra
memiliki golongan darah A dengan rhesus positif.
4. Pada gambar 4 diatas dengan data pasien bernama Rosa Indriyani didapatkan
hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti A dan anti D. Pada anti AB juga
terdapat sebagian aglutinasi, tetapi tidak sepenuhnya karena terdapat antigen
A di dalamnya. Jadi didapatkan hasil bahwa pasien Rosa Indriyani memiliki
golongan darah A dengan rhesus positif.
5. Pada gambar 5 diatas dengan data pasien bernama Viona Lianita didapatkan
hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti A dan anti D. Pada anti AB juga
terdapat sebagian aglutinasi, tetapi tidak sepenuhnya karena terdapat antigen
A di dalamnya. Jadi didapatkan hasil bahwa pasien Viona Lianita memiliki
golongan darah A dengan rhesus positif.
6. Pada gambar 6 diatas dengan data pasien bernama Zahra Maharani didapatkan
hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti D yang diartikan bahwa memiliki
rhesus positif. Dan pada anti A, anti B, dan anti AB tidak terdapat aglutinasi
atau tidak bereaksi, yang diartikan bahwa memiliki golongan darah O. Jadi
didapatkan hasil bahwa pasien Zahra Maharani memiliki golongan darah O
dengan rhesus positif.

VII. Simpulan
1. Pasien bernama Nadia Tri Octaviani, berusia 19 tahun, beralamat di
Banten, bergolongan darah O dengan rhesus +
2. Pasien bernama Novi Astia, berusia 19 tahun, beralamat di Jakarta,
bergolongan darah A dengan rhesus +
3. Pasien bernama Radhita Az Zahra, berusia 19 tahun, beralamat di Riau,
bergolongan darah A dengan rhesus +
4. Pasien bernama Rosa Indriyani, berusia 19 tahun, beralamat di Jakarta,
bergolongan darah A dengan rhesus +
5. Pasien bernama Viona Lianita, berusia 19 tahun, beralamat di Jakarta,
bergolongan darah A dengan rhesus +
6. Pasien bernama Zahra Maharani, berusia 19 tahun, beralamat di Banten,
bergolongan darah O dengan rhesus +
I. Judul Pemeriksaan
Uji Kehamilan (HCG) secara kualitatif Metode Aglutinasi Lateks dan Metode
Test Pack (Strip)

II. Prinsip Kerja


a. Prinsip Metode Aglutinasi Lateks
Uji kehamilan indirek aglutinasi didasarkan pada reaksi antara antigen terlarut
HCG dalam urine dengan reagensia partikel lateks yang dilapisi antibodi
molekul HCG. Hasil reaksi positif terlihat gumpalan aglutinasi.
b. Prinsip Metode Test Pack (Strip)
Urine dihisap oleh bantalan penyerap spesimen dan mengalir melewati
daerah membran sampai mencapai bantalan penyerap sisa reaksi dengan gaya
kapiler. Di dalam bantalan penyerap spesimen, HCG dalam spesimen urine
akan diikat oleh gold conjugate membentuk kompleks kemudian bergerak
menuju daerah membran.
Antibodi goat anti-HCG yang terikat pada zona test akan menangkap
kompleks tersebut, membentuk sebuah garis berwarna merah muda yang
menunjukkan adanya HCG dalam spesimen urine. Tidak terbentuknya tes
pada garis pada zona test tersebut menunjukkan tidak terdeteksinya HCG
dalam spesimen urine. Sebuah garis berwarna merah muda yang tampak pada
zona kontrol memastikan bahwa pregna strip berfungsi baik.

III. Alat dan Bahan


1. Drop stirer
2. Slide latar berwarna hitam
3. Reagen lateks HCG (Kontrol Positif dan Kontrol Negatif)
4. Pipet tetes
5. Strip
6. Urine

IV. Langkah Kerja


a. Uji Kehamilan Metode Aglutinasi Lateks
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Diteteskan 1 tetes urine pasien dan 1 tetes reagen lateks pada slide
3. Dihomogenkan dengan cara diaduk menggunakan stirer
4. Lakukan hal yang sama pada kontrol + dan – dengan mengganti sampel
urine dengan kontrol
5. Setelah itu, slide digoyangkan selama kurang lebih 2 menit boleh dengan
menggunakan rotator ataupun manual
6. Aglutinasi yang terjadi diamati dengan visual

b. Uji Kehamilan Metode Imunokromatografi


1. Buka pembungkus strip
2. Strip dicelupkan ke dalam wadah yang berisi spesimen urine sampai tanda
batas garis maksimum dibawah tanda panah
3. Urine dibiarkan mengalir membasahi seluruh permukaan membran (30-60
detik) kemudian strip diletakkan pada permukaan yang datar dan ditunggu
selama 2 menit sampai terlihat garis merah pada strip
4. Membaca hasil pada strip test

V. Hasil Pemeriksaan
a. Hasil Pemeriksaan Metode Aglutinasi Lateks

Setelah dilakukan pemeriksaan HCG metode aglutinasi lateks hasil yang


didapatkan adalah positif pada sampel 1 dan hasil negatif pada sampel 2.
b. Hasil Pemeriksaan Metode Strip

Setelah dilakukan pemeriksaan HCG metode strip dapat diketahui bahwa urine
sampel menunjukkan dua strip yang berarti positif hamil.

VI. Pembahasan
Hormon HCG merupakan suatu substansi protein pada wanita yang diproduksi
segera setelah terjadinya fertilisasi (pembuahan). Hormon ini dibentuk oleh
trofoblast dan akan meningkat pada hari 9-12 sejak ovulasi. Pada kehamilan dini
kadar HCG pada kadar 0.1 IU/mL dan meningkat mencapai puncak pada hari 60-
70 kehamilan. Penetapan kadar HCG dalam urine berfungsi sebagai indikator
kehamilan. Selain itu, HCG berfungsi dalam mempertahankan korpus luteum
(merupakan jaringan di ovarium yang menghasilkan progesteron).
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
pemeriksaan, pada praktikum ini kami mendeteksi adanya hormon HCG pada
urine dengan metode aglutinasi lateks dimana yang akan dilihat adalah ada atau
tidaknya aglutinasi pada urine yang ditambahkan lateks dan metode strip ditandai
dengan terbentuknya dua garis pada control band dan test band.

VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan HCG dengan 2 metode yaitu metode aglutinasi
lateks dan metode strip didapatkan hasil pada metode aglutinasi lateks adalah
positif, ditandai dengan adanya aglutinasi. Sedangkan pada sampel 2 digunakan
sampel urine bukan ibu hamil sehingga hasil yang didapatkan adalah negatif
ditandai dengan tidak terjadinya aglutinasi. Dari hasil pemeriksaan HCG metode
strip didapatkan hasil urine sampel positif mengandung HCG, ditandai dengan
terbentuknya dua garis pada control band dan test band.
I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan serologi CRP untuk mengetahui C-Reaktif Protein dalam serum
darah manusia dengan metode kualitatif aglutinasi lateks.

II. Prinsip Kerja


Metode yang digunakan pada kit HumaTex CRP adalah aglutinasi latex, CRP
didasarkan pada reaksi serologi antara protein C-reaktif manusia dari spesimen
pasien /serum kontrol dengan antibodi CRP anti-human yang terikat pada partikel
lateks yang sesuai. Reaksi positif ditunjukkan dengan aglutinasi jelas terlihat dari
partikel lateks dalam lingkaran slide.

III. Alat dan Bahan


1. Slide Latar gelap
2. Mikropipet
3. Rotator
4. Batang Pengaduk
5. Serum
6. Kontrol Serum Positif
7. Kontrol Serum Negatif
8. CRP Lateks Reagen

IV. Langkah Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Siapkan slide yang bersih dan kering
3. Teteskan kontrol serum positif pada lingkaran pertama sebanyak 1 tetes atau
40/50µL
4. Teteskan kontrol serum negatif pada lingkaran kedua sebanyak 1 tetes atau
40/50µL
5. Teteskan serum pasien pada lingkaran ketiga sebanyak 1 tetes atau 40/50µL
6. Lalu teteskan CRP lateks reagen pada ketiga lingkaran sebanyak 1 tetes atau
40/50µL
7. Homogenkan dengan batang pengaduk lalu untuk membantu homogenisasi
yang baik bisa menggunakan rotator selama 2 menit 100 rpm
8. Lalu amati hasil yang ada di slide. Apakah terjadi aglutinasi atau tidak
V. Hasil Pemeriksaan

Hasil yang didapatkan adalah :


 Pada lingkaran pertama terdapat aglutinasi yang artinya positif. (lingkaran
pertama mengandung positif kontrol)
 Pada lingkaran kedua tidak terjadi aglutinasi yang artinya negative (lingkaran
kedua mengandung negatif kontrol)
 Pada lingkaran ketiga tidak terjadi aglutinasi yang artinya negatif (lingkaran
ketiga mengandung serum pasien)

VI. Pembahasan
CRP disintesis dalam organ hati. Peningkatan CRP di dalam sel parenkim hati
diduga dicetuskan oleh interleukin I yang berasal dari makrofag atau monosit
yang terstimulasi. CRP akan berinteraksi dengan protein-protein komplemen
untuk melawan infeksi. Penetapan kadar CRP sangat berguna karena dapat
mengetahui perbaikan atau pengurangan keadaan peradangan atau infeksi dengan
cepat (Soebandrio et al., 1990).
Lakukan pemeriksaan dengan hati-hati jangan sampai ada reagen atau sample
yang tumpah atau keluar dari lingkarannya, lalu pada saat meneteskan 2 reagen
atau sample jangan bersamaan ditempat yang sama atau bertumpukkan melainkan
bersebelahan lalu setelah itu baru dihomogenisasikan menggunakan batang
pengaduk.

VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan C-Reaktif Protein (CRP) didapatkan hasil pada
lingkaran ketiga yang berisi serum atau sampel pasien yang menunjukkan non
aglutinasi/tidak terjadi aglutinasi yang berarti negatif.
I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan serologi RF (Rheumatoid Factor) untuk mengetahui adanya
Rheumatoid Factor dalam serum darah dengan metode kualitatif aglutinasi lateks.

II. Prinsip Kerja


HumaTex RF (Rheumatoid Factor) didasarkan pada reaksi aglutinasi antara faktor
rehumatoid dari spesimen pasien atau serum kontrol dan imunoglobulin G (IgG)
yang dilapisi ke partikel lateks polistiren. Reaksi positif ditunjukkan dengan
aglutinasi partikel lateks yang terlihat jelas dalam sel uji dari kaca objek.

III. Alat dan Bahan


1. Slide hitam
2. Pipet tetes
3. Stirer
4. Batang pengaduk
5. Mikropipet
6. Specimen serum
7. Positive control (PC)
8. Negative control (NC)
9. Lateks reagent (LR)
10. GBS reagent

IV. Langkah Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Siapkan reagen latex RF, positif control, negatif control, dan spesimen pada
suhu kamar
3. Teteskan serum sebanyak 40 μl, positif control (PC) sebanyak 1 tetes, negatif
control (NC) sebanyak 1 tetes masing-masing dalam lingkaran slide yang
berbeda
4. Lalu masukkan 1 tetes lateks reagent (RL) disamping setiap tetesan dari
masing-masing sampel dan kontrol
5. Lalu campur dan ratakan menggunakan batang pengaduk yang berbeda sampai
memenuhi lingkaran test
6. Setelah itu, dirotator secara manual dengan kecepatan ± 100 rpm selama 2
menit
7. Perhatikan muncul atau tidaknya aglunitasi

V. Hasil Pemeriksaan

Hasil yang didapatkan adalah negatif karena tidak terjadi aglutinasi.

 Hasil lingkaran 3 menunjukan adanya aglunitasi dengan artian postif


( mengandung control positif )
 Hasil lingkaran 2 menunjukan tidak adanya aglunitasi dengan artian negative
(mengandung control negative)
 Hasil lingkaran 1 menunjukan tidak adanya aglunitasi dengan artian negative
(mengandung serum pasien)

VI. Pembahasan
RF adalah antibodi yang diarahkan untuk melawan gamma globulin manusia
yang dibedakan. RF ditemukan pada 70-100% kasus dari radang sendi reumatik
yang keakuratannya bergantung pada prosedur tes yang dipakai untuk mendeteksi
RF. Prinsip dari pemeriksaan ini yaitu mendeteksi adanya rheumatoid factor
menggunakan suspensi dari granula plastik halus yang dilapisi dengan gamma
globulin manusia yang akan menunjukkan aglutinasi.
Lakukan pemeriksaan dengan hati-hati dan jangan sampai ada reagen atau
sample yang tumpah atau keluar dari lingkarannya, lalu pada saat meneteskan 2
reagen atau sample jangan bersamaan ditempat yang sama atau bertumpukkan
melainkan bersebelahan lalu setelah itu baru dihomogenisasikan menggunakan
batang pengaduk. Selain itu pastikan rotator tes slide dengan waktu yang pas dan
tidak lebih.
VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan Rheumatoid Factor (RF) didapatkan hasil pada
lingkaran ketiga yang berisi serum atau sampel pasien yang menunjukkan non
aglutinasi/tidak terjadi aglutinasi yang berarti negatif karena tidak ada reaksi
antara antigen dan antibodi RF.
I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan ASO ( Anti Streptolisin O)

II. Prinsip Kerja


Suspensi partikel lateks dilapisi dengan antigen Streptolisin O, dan menggumpal
dengan adanya antibodi spesifik yang ada di dalam serum pasien dengan infeksi
Streptococcal β – hemolitik (kelompok A dan C).

III. Alat dan Bahan


1. Slide
2. Batang pengaduk
3. Mikropipet + yellow tip
4. Rotator
5. Anti Streptolisin O (partikel lateks yang telah dilapisi anti streptolisin O)
6. Control (+) dan (-)
7. Serum

IV. Langkah Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Tempatkan reagen dan sampel sampai suhu kamar.
3. Dipipet sebanyak 50µl sampel dan 1 tetes kontrol positif dan kontrol negatif
ke dalam lingkaran yang terpisah pada slide.
4. Dihomogenkan reagen lateks dengan hati-hati.
5. Ditambahkan satu tetes (50 uL) reagen lateks untuk setiap lingkaran di sebelah
sampel yang akan diuji.
6. Dicampur dengan menggunakan dropstirer/pengaduk secara perlahan dan hati-
hati.
7. Putar kartu menggunakan rotator pada 100 rpm selama 2 menit.
8. Baca hasil dengan melihat ada/tidaknya aglutinasi.
V. Hasil Pemeriksaan

C+ C- SP

Sampel = Non Aglutinasi

VI. Pembahasan
Streptolisin O adalah suatu toksin yang terdiri dari protein dengan berat
molekul 60.000 dalton aktif dalam suasana aerob yaitu melisiskan sel darah merah
secara in vitro dengan berbagai tingkatan. Toksin ini menyebabkan terbentuknya
zat anti streptolisin O (ASO) dalam darah. Jika titer ASO diatas 166 berarti baru
terjadi infeksi Streptococcus yang telah lama dengan kadar yang tinggi. Penetapan
ASO umumnya hanya memberi petunjuk bahwa telah terjadi infeksi oleh
Streptococcus.
Streptolisin O bersifat sebagai hemolisin. 80% penderita yang terinfeksi
Streptococcus β-haemolyticus pada umumnya menunjukkan peningkatan titer anti
streptolisin O (ASO) di dalam darahnya. Penetapan titer ASO sangat penting
karena infeksi Streptococcus dapat menyebabkan komplikasi lain atau secara tidak
langsung menimbulkan immunologik yang mengakibatkan kelainan tubuh seperti
demam rematik, GNA atau ginjal akut, eritemanodoma, dan lain-lain.

VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan ASO (Anti Streptolisin O) didapatkan hasil pada
sampel tersebut non aglutinasi/tidak terjadi aglutinasi merupakan indikasi tidak
adanya antibody terhadap Streptococcus β-haemolyticus.
I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan Widal Metode Slide

II. Prinsip Kerja


Pemeriksaan widal digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi yang disebabkan
oleh kuman Salmonella sp, yang terbagi kedalam 4 golongan ( Salmonella typhi,
salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B dan Salmonella paratyphi C).
Masing-masing golongan terdiri atas antigen O yang berasal dari bagian badan
kuman (somatic) dan antigen H yang berasal dari flagel kuman. Antigen O lebih
tahan terhadap panas, alkohol, dan dapat rusak oleh formaldehyde. Sedangkan
antigen H tidak tahan terhadap panas, fenol, dan tahan terhadap formaldehyde.

III. Alat dan Bahan


1. Mikropipet
2. Yellow Tip
3. Plat Tes / slide
4. Aplikator stick
5. Rotator
6. Serum
7. Suspensi antigen TYDAL®
8. Antigen O
9. Antigen AO
10. Antigen H
11. Antigen AH
12. Control Negative
13. Control Positive
IV. Langkah Kerja
1. Teteskan serum 50 ul yang akan diuji ke 8 lingkaran pada slide
2. Teteskan satu tetes Control Positif pada plat tes yang memiliki kode Positive
Control (PC)
3. Teteskan satu tetes Control Negative pada plat tes yang memiliki kode
Negative Control (NC)
4. Teteskan satu tetes suspensi TYDAL® O pada plat tes Positive control dan
Negative control.
5. Tambahkan satu tetes suspensI antigen TYDAL® O pada lingkaran reaksi
dengan kode O. Lakukan hal yang sama pada suspensi antigen TYDAL® H,
AH, BH sesuai dengan kode pada plat tes.
6. Homogenkan Tiap lingkaran secara merata di seluruh lingkaran dengan
aplikator stick.
7. Goyangkan slide secara perlahan selama 1 menit pada rotator kemudian amati
aglutinasi secara makroskopis.

V. Hasil Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan yang didapatkan adalah sebagai berikut :

 AO -, AH +
 BO -, BH +
 CO -, CH +
 O -, H +
VI. Pembahasan
Adanya antibody Salmonella pada sampel serum akan bereaksi dengan antigen
yang terdapat pada reagen widal sehingga menyebabkan reaksi aglutinasi. Teknik
pemeriksaan pemeriksaan widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode
slide dan metode tabung. Perbedaannya, metode tabung membutuhkan waktu
inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan metode slide
hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan dalam
prosedur penapisan.
Umumnya sekarang lebih banyak digunakan pemeriksaan widal metode slide.
Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang
digunakan. Spesimen yang digunakan dalam tes Widal adalah serum yang
didapatkan dari pembuluh darah vena pasien. Khusus pada kasus yang tes
Widalnya ditunda atau tidak dilakukan segera setelah pengambilan sampel serum,
maka spesimen serum pasien harus disimpan pada tempat yang dingin dengan
temperature 20O C - 8O C.

VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan widal didapatkan hasil bahwa sampel tersebut
terjadi aglutinasi pada H, AH, BH, CH yang merupakan indikasi adanya antibodi
Salmonella typhi/paratyphi A, B, dan C.
I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan TUBEX TF (Typhoid Fever)

II. Prinsip Kerja


Mendeteksi antibodi terhadap antigen S. thypi 09 lipopolisakarida dengan cara
mengukur kemampuan serum antibodi IgM tersebut dalam menghambat reaksi
antara antigen berlabel partikel lateks magnetic (brown reagent) dengan
monoklonal antibody berlabel lateks (blue reagent), tingkat inhibisi yang
dihasilkan setara dengan konsentrasi antibodi IgM dalam sampel. Hasil dibaca
secara visual dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna.

III. Alat dan Bahan


1. Tabung V
2. Mikropipet + yellow tip
3. Skala magnetik warna
4. Cover strip
5. Brown reagen
6. Blue reagen
7. Serum

IV. Langkah Kerja


1. Dipipet 45 ul brown reagent pada well 1,2,3.
2. Tambahkan 45 ul positif control pada well 1, negatif control pada well 2, dan
sample pada well 3
3. Dihomogenkan menggunakan pipet (up and down 10x), jangan sampai
berbusa. Lalu diamkan 2 menit pada suhu kamar.
4. Tambahkan 90 ul blue reagent pada masing-masing well.
5. Ditutup well dengan cover strip, lalu mencampurkannya dengan cara
memegang well dengan ibu jari dan telunjuk.
6. Posisikan well horizontal (90º) untuk mencampur well dengan maksimal.
7. Dihomogenkan selama 2 menit.
8. Baca hasil reaksi menggunakan skala warna.
V. Hasil Pemeriksaan

Sampel didapatkan hasil :


a) Pada well 1 : bernilai 6, berisi control +
b) Pada well 2 : bernilai 2, berisi control –
c) Pada well 3 : bernilai 0, berisi sampel

VI. Pembahasan
Pembacaan hasil tubex membutuhkan penglihatan warna yang normal. Oleh
karena itu, pembacaan hasil dilakukan secara teliti karena pembacaan dengan cara
mencocokkan warna yang terbentuk pada akhir reaksi dengan skor yang tertera
pada color scale. Jangan gunakan reagen setelah tanggal kedaluwarsa dan jangan
menggunakan sampel yang lisis.

VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan TUBEX TF didapatkan hasil pada sampel tersebut
bernilai 0 yang artinya negatif / tidak menunjukkan infeksi demam tifoid.

Anda mungkin juga menyukai