KELOMPOK 3
Dosen pembimbing:
Disusun oleh :
Autoclick Lancet
V. Hasil Pemeriksaan
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3 Gambar 4
Gambar 5 Gambar 6
VI. Pembahasan
1. Pada gambar 1 diatas dengan data pasien bernama Nadia Tri Octaviani
didapatkan hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti D yang diartikan bahwa
memiliki rhesus positif. Dan pada anti A, anti B, dan anti AB tidak terdapat
aglutinasi atau tidak bereaksi, yang diartikan bahwa memiliki golongan darah
O. Jadi didapatkan hasil bahwa pasien Nadia Tri Octaviani memiliki golongan
darah O dengan rhesus positif.
2. Pada gambar 2 diatas dengan data pasien bernama Novi Astia didapatkan
hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti A dan anti D. Pada anti AB juga
terdapat sebagian aglutinasi, tetapi tidak sepenuhnya karena terdapat antigen
A di dalamnya. Jadi didapatkan hasil bahwa pasien Novi Astia memiliki
golongan darah A dengan rhesus positif.
3. Pada gambar 3 diatas dengan data pasien bernama Radhita Az Zahra
didapatkan hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti A dan anti D. Pada anti
AB juga terdapat sebagian aglutinasi, tetapi tidak sepenuhnya karena terdapat
antigen A di dalamnya. Jadi didapatkan hasil bahwa pasien Radhita Az Zahra
memiliki golongan darah A dengan rhesus positif.
4. Pada gambar 4 diatas dengan data pasien bernama Rosa Indriyani didapatkan
hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti A dan anti D. Pada anti AB juga
terdapat sebagian aglutinasi, tetapi tidak sepenuhnya karena terdapat antigen
A di dalamnya. Jadi didapatkan hasil bahwa pasien Rosa Indriyani memiliki
golongan darah A dengan rhesus positif.
5. Pada gambar 5 diatas dengan data pasien bernama Viona Lianita didapatkan
hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti A dan anti D. Pada anti AB juga
terdapat sebagian aglutinasi, tetapi tidak sepenuhnya karena terdapat antigen
A di dalamnya. Jadi didapatkan hasil bahwa pasien Viona Lianita memiliki
golongan darah A dengan rhesus positif.
6. Pada gambar 6 diatas dengan data pasien bernama Zahra Maharani didapatkan
hasil bahwa terjadi aglutinasi pada anti D yang diartikan bahwa memiliki
rhesus positif. Dan pada anti A, anti B, dan anti AB tidak terdapat aglutinasi
atau tidak bereaksi, yang diartikan bahwa memiliki golongan darah O. Jadi
didapatkan hasil bahwa pasien Zahra Maharani memiliki golongan darah O
dengan rhesus positif.
VII. Simpulan
1. Pasien bernama Nadia Tri Octaviani, berusia 19 tahun, beralamat di
Banten, bergolongan darah O dengan rhesus +
2. Pasien bernama Novi Astia, berusia 19 tahun, beralamat di Jakarta,
bergolongan darah A dengan rhesus +
3. Pasien bernama Radhita Az Zahra, berusia 19 tahun, beralamat di Riau,
bergolongan darah A dengan rhesus +
4. Pasien bernama Rosa Indriyani, berusia 19 tahun, beralamat di Jakarta,
bergolongan darah A dengan rhesus +
5. Pasien bernama Viona Lianita, berusia 19 tahun, beralamat di Jakarta,
bergolongan darah A dengan rhesus +
6. Pasien bernama Zahra Maharani, berusia 19 tahun, beralamat di Banten,
bergolongan darah O dengan rhesus +
I. Judul Pemeriksaan
Uji Kehamilan (HCG) secara kualitatif Metode Aglutinasi Lateks dan Metode
Test Pack (Strip)
V. Hasil Pemeriksaan
a. Hasil Pemeriksaan Metode Aglutinasi Lateks
Setelah dilakukan pemeriksaan HCG metode strip dapat diketahui bahwa urine
sampel menunjukkan dua strip yang berarti positif hamil.
VI. Pembahasan
Hormon HCG merupakan suatu substansi protein pada wanita yang diproduksi
segera setelah terjadinya fertilisasi (pembuahan). Hormon ini dibentuk oleh
trofoblast dan akan meningkat pada hari 9-12 sejak ovulasi. Pada kehamilan dini
kadar HCG pada kadar 0.1 IU/mL dan meningkat mencapai puncak pada hari 60-
70 kehamilan. Penetapan kadar HCG dalam urine berfungsi sebagai indikator
kehamilan. Selain itu, HCG berfungsi dalam mempertahankan korpus luteum
(merupakan jaringan di ovarium yang menghasilkan progesteron).
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
pemeriksaan, pada praktikum ini kami mendeteksi adanya hormon HCG pada
urine dengan metode aglutinasi lateks dimana yang akan dilihat adalah ada atau
tidaknya aglutinasi pada urine yang ditambahkan lateks dan metode strip ditandai
dengan terbentuknya dua garis pada control band dan test band.
VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan HCG dengan 2 metode yaitu metode aglutinasi
lateks dan metode strip didapatkan hasil pada metode aglutinasi lateks adalah
positif, ditandai dengan adanya aglutinasi. Sedangkan pada sampel 2 digunakan
sampel urine bukan ibu hamil sehingga hasil yang didapatkan adalah negatif
ditandai dengan tidak terjadinya aglutinasi. Dari hasil pemeriksaan HCG metode
strip didapatkan hasil urine sampel positif mengandung HCG, ditandai dengan
terbentuknya dua garis pada control band dan test band.
I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan serologi CRP untuk mengetahui C-Reaktif Protein dalam serum
darah manusia dengan metode kualitatif aglutinasi lateks.
VI. Pembahasan
CRP disintesis dalam organ hati. Peningkatan CRP di dalam sel parenkim hati
diduga dicetuskan oleh interleukin I yang berasal dari makrofag atau monosit
yang terstimulasi. CRP akan berinteraksi dengan protein-protein komplemen
untuk melawan infeksi. Penetapan kadar CRP sangat berguna karena dapat
mengetahui perbaikan atau pengurangan keadaan peradangan atau infeksi dengan
cepat (Soebandrio et al., 1990).
Lakukan pemeriksaan dengan hati-hati jangan sampai ada reagen atau sample
yang tumpah atau keluar dari lingkarannya, lalu pada saat meneteskan 2 reagen
atau sample jangan bersamaan ditempat yang sama atau bertumpukkan melainkan
bersebelahan lalu setelah itu baru dihomogenisasikan menggunakan batang
pengaduk.
VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan C-Reaktif Protein (CRP) didapatkan hasil pada
lingkaran ketiga yang berisi serum atau sampel pasien yang menunjukkan non
aglutinasi/tidak terjadi aglutinasi yang berarti negatif.
I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan serologi RF (Rheumatoid Factor) untuk mengetahui adanya
Rheumatoid Factor dalam serum darah dengan metode kualitatif aglutinasi lateks.
V. Hasil Pemeriksaan
VI. Pembahasan
RF adalah antibodi yang diarahkan untuk melawan gamma globulin manusia
yang dibedakan. RF ditemukan pada 70-100% kasus dari radang sendi reumatik
yang keakuratannya bergantung pada prosedur tes yang dipakai untuk mendeteksi
RF. Prinsip dari pemeriksaan ini yaitu mendeteksi adanya rheumatoid factor
menggunakan suspensi dari granula plastik halus yang dilapisi dengan gamma
globulin manusia yang akan menunjukkan aglutinasi.
Lakukan pemeriksaan dengan hati-hati dan jangan sampai ada reagen atau
sample yang tumpah atau keluar dari lingkarannya, lalu pada saat meneteskan 2
reagen atau sample jangan bersamaan ditempat yang sama atau bertumpukkan
melainkan bersebelahan lalu setelah itu baru dihomogenisasikan menggunakan
batang pengaduk. Selain itu pastikan rotator tes slide dengan waktu yang pas dan
tidak lebih.
VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan Rheumatoid Factor (RF) didapatkan hasil pada
lingkaran ketiga yang berisi serum atau sampel pasien yang menunjukkan non
aglutinasi/tidak terjadi aglutinasi yang berarti negatif karena tidak ada reaksi
antara antigen dan antibodi RF.
I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan ASO ( Anti Streptolisin O)
C+ C- SP
VI. Pembahasan
Streptolisin O adalah suatu toksin yang terdiri dari protein dengan berat
molekul 60.000 dalton aktif dalam suasana aerob yaitu melisiskan sel darah merah
secara in vitro dengan berbagai tingkatan. Toksin ini menyebabkan terbentuknya
zat anti streptolisin O (ASO) dalam darah. Jika titer ASO diatas 166 berarti baru
terjadi infeksi Streptococcus yang telah lama dengan kadar yang tinggi. Penetapan
ASO umumnya hanya memberi petunjuk bahwa telah terjadi infeksi oleh
Streptococcus.
Streptolisin O bersifat sebagai hemolisin. 80% penderita yang terinfeksi
Streptococcus β-haemolyticus pada umumnya menunjukkan peningkatan titer anti
streptolisin O (ASO) di dalam darahnya. Penetapan titer ASO sangat penting
karena infeksi Streptococcus dapat menyebabkan komplikasi lain atau secara tidak
langsung menimbulkan immunologik yang mengakibatkan kelainan tubuh seperti
demam rematik, GNA atau ginjal akut, eritemanodoma, dan lain-lain.
VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan ASO (Anti Streptolisin O) didapatkan hasil pada
sampel tersebut non aglutinasi/tidak terjadi aglutinasi merupakan indikasi tidak
adanya antibody terhadap Streptococcus β-haemolyticus.
I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan Widal Metode Slide
V. Hasil Pemeriksaan
AO -, AH +
BO -, BH +
CO -, CH +
O -, H +
VI. Pembahasan
Adanya antibody Salmonella pada sampel serum akan bereaksi dengan antigen
yang terdapat pada reagen widal sehingga menyebabkan reaksi aglutinasi. Teknik
pemeriksaan pemeriksaan widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode
slide dan metode tabung. Perbedaannya, metode tabung membutuhkan waktu
inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan metode slide
hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan dalam
prosedur penapisan.
Umumnya sekarang lebih banyak digunakan pemeriksaan widal metode slide.
Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang
digunakan. Spesimen yang digunakan dalam tes Widal adalah serum yang
didapatkan dari pembuluh darah vena pasien. Khusus pada kasus yang tes
Widalnya ditunda atau tidak dilakukan segera setelah pengambilan sampel serum,
maka spesimen serum pasien harus disimpan pada tempat yang dingin dengan
temperature 20O C - 8O C.
VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan widal didapatkan hasil bahwa sampel tersebut
terjadi aglutinasi pada H, AH, BH, CH yang merupakan indikasi adanya antibodi
Salmonella typhi/paratyphi A, B, dan C.
I. Judul Pemeriksaan
Pemeriksaan TUBEX TF (Typhoid Fever)
VI. Pembahasan
Pembacaan hasil tubex membutuhkan penglihatan warna yang normal. Oleh
karena itu, pembacaan hasil dilakukan secara teliti karena pembacaan dengan cara
mencocokkan warna yang terbentuk pada akhir reaksi dengan skor yang tertera
pada color scale. Jangan gunakan reagen setelah tanggal kedaluwarsa dan jangan
menggunakan sampel yang lisis.
VII. Simpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan TUBEX TF didapatkan hasil pada sampel tersebut
bernilai 0 yang artinya negatif / tidak menunjukkan infeksi demam tifoid.