Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DURIO ZIBETHINUS TERHADAP

KADAR KEASAMAN LAMBAUNG MUS MUSCULUS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Durio zibethinus


Durian (Durio zibethinus ) merupakan tanaman buah tropis eksotik yang mempunyai rasa
dan aroma yang unik. Buah durian disebut juga the king of fruit yang sangat digemari oleh
berbagai kalangan masyarakat karena rasanya yang khas. Indonesia merupakan pusat
keanekaragaman durian di dunia. Salah satu daerah penghasil durian terbesar di Provinsi Riau
adalah Pulau Bengkalis. Buah durian di Pulau Bengkalis mempunyai ciri morfologi yang
bervariasi, baik dari warna kulit, bentuk duri, warna aril, tebal aril, bentuk duri, bentuk buah dan
biji, rasa, aroma dan ukuran buah. Durian yang dikonsumsi segar mempunyai rasa yang manis
dan teksturnya lembut, sedangkan untuk bahan baku lempuk (dodol durian) adalah durian yang
mempunyai daging yang agak keras, warna putih, aril tipis dan rasanya tidak terlalu manis. Di
samping itu, pohon durian di Pulau Bengkalis mampu berdaptasi pada lahan gambut (Lestari et
al., 2011).
Buah durian memiliki banyak manfaat bagi manusia, yaitu sebagai makanan buah segar
dan olahan, untuk perawatan anti penuaan, meningkatkan tekanan darah dan sebagai afrodisiak
(Rusmiati et al., 2013). Indonesia merupakan salah satu dari delapan pusat keanekaragaman
genetik tanaman di dunia, terutama untuk buah-buahan tropis seperti durian
(Hariyati et al.,2013). Dari 28 jenis durian yang ada 18 jenis diantaranya ditemukan di
Kalimantan dan 7 jenis durian lainnya tersebar di Sumatera. Durian sering disebut Raja buah
karena panen durian menandai musim panen beberapa buah-buahan lainnya (Sobir dan Martini,
2013).
Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan tanaman buah asli yang memiliki ciri
berbentuk pohon besar seperti tumbuhan hutan dan tumbuh baik di Indonesia. Menurut Rusmiati
et al. (2010) durian diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Divisi: spermatophyte
Kelas: Dikotil
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Durio
Spesies: Durio zibethinus
Durian merupakan tanaman daerah tropis, karenanya dapat tumbuh baik di Indonesia.
Panjang buah durian yang matang bisa mencapai 30-45 cm dengan lebar 20-25 cm, dan berat
antara 1,5-2,5 kg. Setiap buah berisi 1-5 biji yang diselimuti daging buah berwarna putih, krem,
kuning atau kuning tua. Tiap varietas durian menetukan besar kecilnya ukuran buah, rasa, tekstur
dan ketebalan daging (Lestari el al., 2011). Durian banyak disebut sebagai pohon hutan dan
biasanya berukuran sedang hingga besar yang tingginya mencapai 50 m dan umumnya dapat
mencapai puluhan hingga ratusan tahun. Bentuk pohonnya (tajuk) mirip segitiga dengan kulit
batangnya berwarna merah coklat gelap, kasar dan kadang terkelupas. Tanaman durian memiliki
alat kelamin jantan dan betina dalam 1 bunga sehingga tergolong bunga sempurna
Durian merupakan salah satu jenis buah yang menjadi kuliner khas dari kota Medan
dengan cita rasanya yang khas. Menurut Hariyati et al., (2013) idiotipe durian nasional yang
dihasilkan berdasarkan preferensi konsumen saat ini adalah ukuran buah sedang, aroma kuat,
daging tebal bertekstur lembut kering, dan rasanya manis legit. Karakter lain yang juga cukup
penting untuk diperhatikan adalah bentuk buah lonjong, warna kulit hijau coklat, panjang duri
sedang, warna daging kuning, serta biji berukuran kecil.

2.2 Mus musculus


Klasifikasi dari Mus musculus menurut Rejeki, dkk (2018) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Marinane
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Mencit mempunyai ukuran dan berat badan yang lebih kecil daripada tikus. Mencit
merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan percobaan laboratorium dengan
kisaran penggunaan antara 40–80%. Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium,
khususnya digunakan dalam penelitian biologi. Mencit mempunyai banyak keunggulan sebagai
hewan coba, di antaranya siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak,
variasi sifat-sifatnya tinggi, dan mudah dalam penanganannya. Mencit merupakan hewan
omnivora alami, sehat, kuat, prolific (mampu beranak banyak), kecil, dan jinak. Selain itu,
binatang ini mudah didapat dengan harga relatif murah dengan biaya ransum yang rendah.
Mencit tidak terlalu agresif, tetapi kadang-kadang bisa menggigit bila seseorang mencoba
meraihnya atau menahannya. Mencit sering menunjukkan perilaku menggali dan bersarang.
Tingkah laku tersebut membantu mencit dalam mempertahankan suhu tubuhnya.

2.3 Mukosa Lambung Mencit


Lambung adalah organ berongga pada saluran pencernaan yang terdapat tepat di bawah
coste regio hypocondriaca sinistra. Bagian lambungnya terdiri dari pars cardiaca (bagian gaster
yang berhubungan dengan esofagus), korpus gastricum (2/3 bagian dari lambung), dan pars
pyloryca (terdiri dari 2 bagian yaitu antrum pyloricum dan sphincter pylorus). Lapisan histologi
lambung terdiri dari 4 lapisan utama yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna dan serosa.
Faveola gastrika adalah lekukan epitel yang melapisi mukosa lambung, dan terdapat kelenjar
tubular bercabang dari lambung yang berbeda tiap regio lambung. Pada regio korpus, kelenjar
tubular memiliki 5 jenis sel yaitu sel parietal, shief sel, sel punca, sel mukosa leher, dan sel
enteroendokrin. sel mukosa leher sebagai sekresi mukus lambung, sel parietal sebagai sekresi
asam hidroklorida (HCL). Chief sel akan menghasilkan enzim lipase dan hormone leptin, sel
endokrin akan melepas berbagai jenis hormon (Pratama dan Muhartono, 2019). Berikut adalah
gambar histologi pada lambung tikus.
Kololu, dkk. (2014)
Keterangan: Lapisan Mukosa (Panah Merah), Submukosa (Panah Kuning), Muskularis (Panah
Hijau) dan Serosa (Panah Biru).
Mekanisme yang bekerja dan mempengaruhi kondisi lambung dibagi menjadi 2 faktor
yaitu factor pertahanan lambung dan factor perusak lambung. Kedua factor tersebut pada
lambung sehat akan bekerja seimbang, sehingga tidak akan mengalami kerusakan/luka. Factor
perusak lambung dibagi menjadi 2, yaitu factor perusak endogen dimana berasal dari dalam
lambung sendiri seperti HCL, pepsin, dan garam empedu. Serta factor perusak eksogen seperti
obat-obatan, kafein, alcohol, bakteri, makanan, dan lainnya. Factor pertahanan lambung dapat
melawan dan mengimbangi kerja dari factor perusak lambung. Factor pertahanan pada lambung
ialah lapisan mukosa lambung itu sendiri. Pada keadaan normal, tidak terjadi kerusakan karena
adanya sawar mukosa yang dibentuk oleh mucus dan HCO3. Ketidakseimbangan diantara factor
pertahanan dan factor perusak lambung akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel lambung,
sehingga akan membentuk ulkus (luka) lambung/peptikum (Bariroh dan Siska, 2021).
Alkohol mengandung gugus hidroksil OH, dan gugus hidroksil terikat pada karbon
tetrahedral. Sebagian besar alkohol dalam darah mengalami perubahan biotransformasi menjadi
asetaldehida oleh alkohol dehydrogenase dalam sitosol sel hati dan mukosa lambung. Alkohol
memiliki efek pada setiap organ dalam tubuh dan efek ini tergantung pada konsentrasi alkohol
dalam darah. Lambung adalah salah satu organ yang terkena kontak langsung dari alkohol yang
dapat menyebabkan banyak perubahan metabolik dan fungsional pada mukosa lambung berupa
kerusakan mukosa, sekresi asam berlebih, aliran darah berkurang, motilitas lambung meningkat,
motilitas lambung meningkat, motilitas usus menurun, kekebalan tubuh menurun, sehingga
mudah terinfeksi Helycobacter pylori yang mengakibatkan ulkus. Ulkus peptikum merupakan
suatu keadaan dimana putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai bagian bawah
epitel (Pratama dan Muhartono, 2019).
Alkohol menyebabkan kerusakan sawar mukosa lambung sehingga memungkinkan
terjadinya difusi balik Hidrochloric Acid (HCL) yang mengakibatkan kerusakan jaringan pada
lambung, kerusakan pada jaringan akan merangsang mediator inflamator yaitu salah satunya
ialah histamin yang akan merangsang sekresi HCL lebih banyak dan meningkatkan permebilitas
terhadap protein. Mukosa menjadi edem dan protein akan berkurang. Mukosa kapiler rusak,
disebabkan hemoragi interstitial dan pendarahan. Metabolisme di alkohol diawali dengan
bantuan Antidiuretic Hormone (ADH). Alkohol mengandung etanol dan methanol. Adanya
enzim Antidiuretic Hormone (ADH) yang ditemukan pada sel-sel lambung dapat mengubah
etanol menjadi asetaldehid sedangkan methanol menjadi formaldehid. Asetaldehid diubah oleh
Aldehyde Dehydrogenase (ALDH) menjadi asetat. Reactive Oxygen Species (ROS) ialah
molekul kecil electron tak berpasangan dan salah satu radikal bebas alami dalam tubuh, dimana
senyawa ini sangat reaktif berikatan dengan molekul jaringan sekitarnya (Pratama dan
Muhartono, 2019).
Tidak berfungsinya enzim ALDH menyebabkan terbentuknya ROS dan akan
menurunkan produksi Adenosine triphospgate (ATP). ROS akan menurunkan kemampuan
antioksidan seluler dengan mempertahankan factor defensive dan agresif sehingga dapat merusak
mukosa lambung. Kerusakan mukosa lambung menyebabkan stress oksidatif yang dapar
berakibat pada kematian sel. Stres oksidatif mempengaruhi permeabilitas membran sel sehingga
terjadi translokasi dari factor proapoptotic yang mengaktifkan enzim apoptotic sehingga terjadi
kematian sel (Pratama dan Muhartono, 2019). Molekul radikal bebas sangat reaktif dalam
membentuk radikal bebas yang lainnya secara terus menerus dengan mengambil molekul dari sel
disekitarnya menyebabkan kerusakan sel. Stres oksidatif berpengaruh terhadap sekresi HCL,
menurunkan produksi prostaglandin sebagai barier mukosa, menginduksi adanya ulkus pada
mukosa, dan mengganggu motilitas lambung (Pratama, 2021).

2.4 pH Lambung Mencit


Lambung tikus (monogastric) terletak pada sisi kiri cavum abdomen yang berbatasan
langsung dengan hati. Lambung dan organ pencernaan lainnya terikat ke rongga tubuh bagian
dorsal oleh mesenterium yang kaya akan pembuluh darah. Mesenterium yang mengikat lambung
pada bagian kurvatura mayor disebut omentum. Pada tikus juga terdapat 2 bagian penting untuk
mencegah terjadinya muntah saat mencerna makanan, yaitu bagian sisi glandular dan sisi depan
non-glandular yang berdinding tipis dan dibatasi oleh jembatan (ridge) yang melapisi pintu
masuknya esofagus. Kelenjar lambung terdiri dari sel parietal dan chief cell / sel zimogen.
Bagian pilorus lambung dilapisi oleh epitel kolumnar selapis yang juga melapisi perpanjangan
sumur lambung. Dibawah lapisan tersebut terdapat kelenjar pilorus. Lambung tikus dilapisi oleh
mukosa dan selaput lendir yang dibentuk oleh sel epitel permukaan dimana akan menginvaginasi
lamina propria yang berada dibawah untuk membentuk sumur-sumur atau biasa disebut gastric
pit (Robbie, 2018).
Pengambilan cairan lambung dengan cara mengikat esofagus et cardia, lalu memotong
bagian duodenum atas, dan menginjeksikan 2 ml garam fisiologis ke lambung mencit.
Cairan lambung mencit kemudian dikeluarkan dan disentrifugasi selama 10 menit dengan
kecepatan 3000 rpm. Setelah itu, diperoleh cairan bening dan diukur pHnya menggunakan
kertas pH (Suhatri et al., 2016). pH cairan lambung normal pada mencit berada pada kisaran
4,4. Nilai pH cairan lambung dapat meningkat karena etanol dan methanol yang dikonsumsi
secara oral dan kemudian diserap oleh mukosa mulut dan esofagus, lalu berdifusi menuju
lambung. Etanol dan methanol yang berpenetrasi ke lapisan mukosa lambung akan
mengakibatkan meningkatnya permeabilitas mukosa lambung, sehingga ion hidrogen akan
berdifusi balik dan merusak mukosa lambung serta sel-sel parietal yang berperan dalam
memproduksi HCl pada mukosa lambung, sehingga produksi HCl juga akan berkurang dan pH
cairan lambung meningkat (Nirastiti et al, 2020).

2.5 Accidental Sampling


Accidental Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
konsumen yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang atau unit yang ditemui itu cocok sebagai sumber data dan mudah diakses.
Dalam penarikan jumlah ukuran sampel, apabila populasinya tidak diketahui secara pasti
jumlahnya (accidental sampling) maka digunakan teknik atau rumus sesuai denga teori Malhotra
(2006) yaitu paling sedikit harus empat atau lima kali dari jumlah item pertanyaan. Accidental
sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara memilih siapa yang kebetulan
dijumpai. Dengan demikian accidental sampling berdasar pada faktor spontanitas, artinya siapa
saja yang tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik maka orang
tersebut dapat dijadikan sebagai sampel (responden) (Sugiyono, 2016).
Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling disebut juga dengan istilah
convenience sampling atau incidental sampling. Convenience mengandung arti mudah atau
nyaman atau tidak memberikan kesulitan. Dengan demikian convenience sampling mengandung
arti pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mudah dan nyaman tanpa mendapatkan
kesulitan. Sementara itu,incidental mengandung arti tidak sengaja atau secara kebetulan. Oleh
karena itu,incidental sampling mengandung arti pengambilan sampel dilakukan tanpa sengaja
atau secara kebetulan. Nama yang lain dari accidental sampling adalah opportunistic sampling.
Opportunistic mengandung arti sama dengan convenience dan incidental (Fauzy, 2019)
Kelebihan dari accidental sampling adalah pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat. Sedangkan kelemahan dari accidental sampling adalah sampel yang diperoleh
mungkin tidak representatif. Hal ini disebabkan sampel yang diperoleh dari accidental sampling
hanya bergantung kepada anggota sampel yang dijumpai saja. Kelemahan dari metode ini adalah
sangat sangat mungkin sampel yang diperoleh tidak representatif dan bias, sehingga tidak
mungkin untuk menarik kesimpulan yang bersifat generelisasi berdasarkan metode ini (Fuady,
2020)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan pemberian Durio zibethinus
kepada Mus musculus secara oral.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah Mus musculus jantan berusia 2 bulan dengan berat rata-rata
bedan 200 g yang tidak menunjukkan tingkah laku sakit atau penurunan berat badan.
3.4 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling atau sampling kebetulan
yang merupakan metode penentuan sampel dengan mengambil responden yang kebetulan ada
atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.

3.5 Besar Sampel


Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan. Setiap kelompok perlakuan memiliki
besar sampel masing-masing sebanyak 5 ekor Mus musculus. Oleh karena itu, total sampel
adalah 20 mencit.

3.6 Rancangan Penelitian


Keterangan :
X = Sampel penelitian sebanyak 4 ekor mencit.
K = Kontrol adalah mencit yang normal yang hanya diberi akuades dan pakan normal.
P1 = Perlakuan I. Kelompok perlakuan I ialah mencit yang diberi 1 ml ekstrak Durio zibethinus
yang sebelumnya berbentuk serbuk sebanyak 1 gram dan aquades 3 ml kemudian
dihomogenkan.
PII = Perlakuan II. Kelompok perlakuan II ialah mencit yang diberi 0,75 ml Durio zibethinus
yang sebelumnya berbentuk serbuk sebanyak 1 gram dan aquades 3 ml kemudian
dihomogenkan.
PIII= Perlakuan III. Kelompok perlakuan III ialah mencit yang diberi 0,5 ml Durio zibethinus
yang sebelumnya berbentuk serbuk sebanyak 1 gram dan aquades 3 ml kemudian
dihomogenkan
Hk = Hasil kontrol
H1 = Hasil perlakuan 1
H2 = Hasil perlakuan 2
H3 = Hasil perlakuan 3
U = Uji statistik dari hasil yang didapat.

3.7 Identifikasi Variabel Penelitian


1. Variabel bebas : Durio zibethinus
2. Variabel Terikat : Kadar keasaman (pH) lambung Mus musculus.
3. Variabel kontrol : Mus musculus yang diberi aquades dan pakan normal

3.8 Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Bebas
Pemberian ekstrak Durio zibethinus dalam berbagai dosis. Dosis yang digunakan adalah
2. Variabel Terikat
Kadar keasamaan (pH) lambung Mus musculus adalah besarnya pH yang terdapat pada
cairan mukosa lambung mencit yang dilihat dengan ukuran pH asam yaitu kurang dari 7.
3. Variabel Kontrol
Mus musculus tanpa pemberian dosis Durio zibethinus dimana hanya diberikan aquades
dan pakan normal.

3.9 Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat yang digunakan :
a. Kandang mencit ukuran 33 x 22 x 15 cm (1 buah)
b. Sonde oral mencit (1 buah)
c. Blender (1 buah)
d. Baki paraffin/papan bedah (1 buah)
e. Jarum pentul
f. Alat bedah (1 set)
g. Cawan Petri (4 buah)
h. Gelas Beaker (1 buah)
i. Kertas saring (7 buah)
j. Timbangan digital (1 buah)
k. Corong pisah (1 buah)
l. Pipet suntik/Mikropipet (1 buah)
m. Batang besi (1 buah)
n. Centrifuge (1 buah)
o. Kertas lakmus (1 set)
2. Bahan yang digunakan :
a. Mus musculus (4 ekor)
b. Durio zibethinus (1 buah)
c. Aquades (secukupnya)
d. Pelet BR I (2 kg)
e. Air (secukupnya)

3.10 Cara Kerja


1. Pembelian dan Penempatan Mus musculus
Mencit di beli sebanyak 4 ekor di toko hewan, lalu ditempatkan pada kandang dengan
ukuran 33 x 22 x 15 cm.

2. Pemeliharaan Mus musculus


Sebelum dilakukan percobaan, mencit dipuasakan selama semalam yang hanya diberi
minum. Setelah dipuasakan, diadaptasikan selama kurang lebih 3 hari dengan diberi pakan dan
minum yang telah ditentukan jenis dan dosisnya. Pemberian makan 2 kali sehari dengan pelet
merk BR I sebanyak 10 gram per hari per hewan. Tidak lupa untuk selalu menjaga kebersihan
kandang.

3. Perlakuan Mus musculus


Kulit durian diperoleh, diambil bagian yg diperlukan, kemudian dibersihkan lalu
dipotong kecil-kecil dan dijemur hingga benar-benar kering. Selanjutnya dihaluskan dengan
mesin penggiling hingga menjadi serbuk. Setelah itu, serbuk durian dihomogenkan dengan
aquades dengan perbandingan yang telah ditentukan yaitu 1 gram serbuk kulit durian dan 3 ml
aquades. Kemudian, ekstrak durian yang telah jadi, diambil dengan mikropipet. Lalu,
dipindahkan ke alat sonde oral, pemberian secara oral dilakukan dengan sonde oral untuk
meminimalisir terjadinya luka atau cedera. Sonde oral dimasukkan ke dalam mulut, kemudian
perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esofagus kemudian
masuk ke dalam lambung. letak saluran menuju lambung berada di sebelah kiri. sebelum
memasukkan sonde oral, posisi kepala mencit adalah menengadah dan mulutnya terbuka sedikit,
sehingga sonde oral akan masuk secara lurus ke dlm tubuh mencit. Volume bahan yang
diberikan secara oral ke tubuh mencit disesuaikan dengan perlakuan yang sudah ditetapkan.
4. Pengambilan cairan lambung
Pertama-tama Mus musculus yang akan dibedah didislokasi terlebih dahulu diatas baki
paraffin. Setelah Mus musculus di dislokasi, lalu mencit ditelentangkan dan ditusuk dengan
jarum pentul agar memudahkan dalam proses pembedahan. Pembedahan diawali dengan
membelah bagian perut bawah tikus hingga bagian dada, kemudian organ diambil keluar dari
dalam tubuh tikus. Untuk organ lambung harus dipisahkan dengan bagian usus, hati, dan
empedu yang melekat. Cairan yang digunakan yaitu cairan di bagian mukosa lambung.
Pengambilan organ lambung dilakukan dengan cara tikus ditelentangkan dan diiris dinding
abdomennya hingga rongga abdomen terlihat. Organ lambung diambil dengan memotong batas
corpus-esophagus dan pylorus-duodenum (Usman, 2016). Cairan lambung diperoleh dengan cara
mengikat esofagus et cardia, lalu memotong bagian duodenum atas, dan menginjeksikan 2 ml
garam fisiologis ke lambung mencit.

5. Pengukurun pH cairan lambung


Setelah cairan lambung diperoleh, cairan lambung mencit kemudian dikeluarkan dan
disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Setelah itu, diperoleh cairan bening
dan diukur pHnya menggunakan kertas pH.
DAFTAR PUSTAKA

Bariroh, T., & Siska, S. (2021). The Effect of Chilli Extract on Gastroprotective Function in
Male. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology, 8(1), 1-7.
Hariyati, T., J. Kusnadi., dan E.L. Arumingtyas. 2013. Genetic diversity of hybrid durian
resulted from cross breeding between Durio kutujensis and Durio zibethinus based on
random amplified polymorphic DNAs (RAPDs). AJMB. 3 : 153-157.
Kololu, D. F., Lintong, P. M., & Loho, L. (2014). Gambaran histopatologis lambung tikus wistar
(Rattus novergicus) yang diberikan alkohol. e-Biomedik, 2(2).
Lestari, S., Fitmawati dan N. N. Wahibah. 2011. Keanekaragaman durian (Durio zibethinus
Murr) di Pulau Bengkalis berdasarkan karakter morfologi. Buletin Kebun Raya. 14
(2):29-44.
Nirastiti et al. 2020. Potensi Ekstrak Teripang (Holothuria leucospilota) sebagai Anti Tukak
Lambung pada Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Miras Oplosan. LenteraBio. Vol.
9 (3): 168-175.
Pratama, M. R. (2021). PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN Olive oil TERHADAP
GAMBARAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
JANTAN GALUR Spargue dawley YANG DIINDUKSI ALKOHOL. JIMKI: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 8(3), 77-83.
Pratama, M. R., & Muhartono, M. (2019). Dampak Mengkonsumsi Alkohol terhadap Kesehatan
Lambung. Jurnal Majority, 8(2), 254-258.
Rejeki, Purwo Sri, dkk. 2018. Ovariektomi pada Tikus dan Mencit. Surabaya : Universitas
Airlangga Press
Robbie. 2018. Efek Preventif Isolat Kasein Yoghurt Susu Kambing terhadap Kadar
Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Histopatologi Lambung Tikus Putih (Rattus
norvegicus) yang Dipapar 2,3,7,8-tetrachlorinedibenzo-p-dioksin (TCDD). Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Brawijaya.
Rusmiati., E. Mulyanto., S. Ashari., M. A. Widodo., dan L. Bansir. 2013. Eksplorasi,
inventarisasi dan karakterisasi durian merah Banyuwangi. Prosiding Semirata FMIPA
Universitas Lampung.
Sobir dan E. Martini., 2014.Pedoman budi daya durian dan rambutandi kebun campur.Bogor,
Indonesia: World AgroforestryCentre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program.
Yuliastuti et al. 2016. Uji Potensi Umbi Kimpul (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott.) sebagai
Bahan Pangan Fungsional Antiseluler pada Mencit (Mus musculus L.). Jurnal
Metamorfosa III (1): 37-43.

Anda mungkin juga menyukai