Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEMISKINAN PADA PROVINSI


KALIMANTAN SELATAN PERIODE 2015-2019

Syarifah Rhokayyah, Khuzaini,Rahmi Widyanti

Program Magister Manajemen Universitas Islam


Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjari
Syarifahrhokayyah23@gmail.com

ABSTRAK
Pembangunan manusia yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh pembangunan
dalam suatu negara karena sumber daya manusia merupakan modal dasar dan penggerak utama dari
keberlangsungan pembangunan itu sendiri. Dengan meningkatnya kualitas kesehatan, pendidikan dan pengeluaran,
maka kesejahteraan dan kualitas hidup manusia juga diharapkan meningkat, sehingga akan meningkatkan IPM
kemudian menekan angka kemiskinan semakin rendah. Tujuan pada penelitian ini ingin mengkaji dan
menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) pada Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh
Dana Alokasi Khusus (DAK) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
pada Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan pada Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk mengkaji dan
menganalisis pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
pada Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan pada Provinsi Kalimantan Selatan
Penelitian ini menggunakan metode analisa data kuantitatif, yakni mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Hasil penelitian diperoleh Dana Alokasi Umum (DAU) didapatkan nilai sig. 0,945 lebih besar dari 0,05
yang artinya secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel IPM. Dana Alokasi Khusus (DAK)
didapatkan nilai sig. 0,880 lebih besar dari 0,05, yang artinya secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel IPM. Dana Alokasi Umum (DAU) didapatkan nilai sig. 0,000 lebih kecil dari 0,05) artinya secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel Kemiskinan. Dana Alokasi Khusus (DAK) didapatkan nilai sig. 0,015
lebih kecil dari 0,05, yang artinya secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel kemiskinan. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) didapatkan nilai sig. 0,115 lebih besar dari 0,05, yang artinya secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel Kemiskinan.

Kata Kunci: Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia, Kemiskinan

ABSTRACT
Quality human development is the ultimate goal to be achieved by development in a country because
human resources are the basic capital and the main driver of the sustainability of development itself. With the
increase in the quality of health, education and expenditure, the welfare and quality of human life is also expected
to increase, so that it will increase the HDI and then reduce the poverty rate to a lower level. The purpose of this
study is to examine and analyze the effect of the General Allocation Fund (DAU) partially significant effect on the
Human Development Index (IPM) in South Kalimantan Province. To examine and analyze the effect of the Special
Allocation Fund (DAK) partially significant effect on the Human Development Index (IPM) in South Kalimantan
Province. To examine and analyze the effect of the General Allocation Fund (DAU) partially significant effect on
poverty in South Kalimantan Province. To examine and analyze the effect of the Special Allocation Fund (DAK)
partially significant effect on poverty in South Kalimantan Province. To study and analyze the effect of the Human
Development Index (HDI) partially significant effect on poverty in South Kalimantan Province.
This study uses quantitative data analysis methods, namely grouping data based on variables and types of
respondents, tabulating data based on variables from all respondents, presenting data for each variable studied,
performing calculations to answer the problem formulation, and performing calculations to test hypotheses that
have been proposed.
The results of the study obtained that the General Allocation Fund (DAU) obtained a sig value. 0.945 is
greater than 0.05 which means that partially does not have a significant effect on the HDI variable. The Special
Allocation Fund (DAK) obtained a value of sig. 0.880 is greater than 0.05, which means that it partially has no
significant effect on the HDI variable. The General Allocation Fund (DAU) obtained a value of sig. 0.000 is smaller
than 0.05) meaning that it partially has a significant effect on the Poverty variable. The Special Allocation Fund
(DAK) obtained a value of sig. 0.015 is smaller than 0.05, which means that it partially has a significant effect on
the poverty variable. The Human Development Index (HDI) obtained the value of sig. 0.115 is greater than 0.05,
which means that it partially has no significant effect on the Poverty variable.

Keywords: General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Human Development Index, Poverty

PENDAHULUAN
Menurut Todaro dan Stephen C. Smith (2006) sejak awal tahun 1990-an pengukuran kesejahteraan
masyarakat dalam program pembangunan PBB melalui terbitan serialnya mengukur kesejahteraan masyarakat
secara lebih komprehensif dengan menggunakan tingkat pendapatan perkapita, tingkat pendidikan dan usia harapan
hidup yang dikonstruksi menjadi IPM.
IPM terdiri dari 3 dimensi (indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks pengeluaran) apabila IPM
rendah maka angka kemiskinan juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya apabila IPM meningkat, maka angka
kemiskinan juga akan menurun. Dengan demikian pemerintah daerah dalam meningkatkan IPM untuk membangun
kualitas hidup manusia dalam memerangi kemiskinan dengan memperhatikan ketiga dimensi yang membentuknya.
Melihat berbagai permasalahan tersebut maka pemerintah wajib melakukan perbaikan kualitas manusia di daerah
ini.
Dalam melaksanakan perbaikan terebut maka perlu dibiayai oleh APBD Provinsi Kalimantan Selatan.
Sumber dana yang dapat digunakan yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK). Sumber-sumber keuangan daerah tersebut kemudian harus dialokasikan untuk
pembangunan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas manusia. Pengalokasian tersebut dibelanjakan
melalui Belanja Modal (Mardiasmo, 2009:67).
Masalah yang kerap muncul jika ditinjau dari aspek manajemen keuangan adalah masalah pada manajemen
pendapatan atau penerimaan dana, sedangkan pada aspek makro masalah tersebut merupakan masalah pada
manajemen fiskal negara dan/atau manajemen belanja negara. Masalah tersebut terlihat pada manajemen anggaran
pendapatan dan belanja, pada pemerintah pusat adalah APBN dan pada tingkat pemerintah daerah adalah APBD
(Halim, 2004:6). Oleh karena itu, sumber perimbangan keuangan pusat-daerah yang berasal dari sumber daya alam
juga akan menimbulkan ketidakmerataan antar daerah. Oleh sebab itu diperlukan dana tambahan dalam bentuk
Dana Alokasi Umum (DAU), tujuan pengalokasian DAU ini selain memang dalam kerangka otonomi
pemerintahan di tingkat daerah, juga memiliki tujuan lain.
Menurut Badan Pusat Statistik, Dana AIokasi Umum (DAU) adalah transfer dana dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk menutup kesenjangan fiskaI (fiskaI gap) dan pemerataan kemampuan
fiskal antar daerah dalam rangka membantu kemandirian pemerintah daerah menjalankan fungsi dan tugasnya
melayani masyarakat. Desentralisasi fiskal atau penyerahan kewenangan fiskal dari pemerintah pusat kepada
pemerintahan daerah, telah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengelola keuangan daerah sesuai
dengan aspirasi, prioritas, dan kebutuhan daerah.
Ada tiga kriteria dari kebutuhan khusus seperti ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu (1) Kebutuhan tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus DAU - Kebutuhan merupakan
komitmen atau prioritas nasional; (2) Kebutuhan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh daerah
penghasil. Dengan demikian DAK pada dasarnya merupakan transfer yang bersifat spesifik untuk tujuantujuan yang
sudah digariskan. Berikut Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Provinsi Kalimantan Selatan :

Tabel 1.1
Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Di Prov. Kal Sel (ribu rupiah) (persen) 2017 – 2018
Rincian 2017 2018 2017 (%) 2018 (%)
PENERIMAAN DAERAH 18.755.948.034 18.562.622.675 100,00 100,00
Pendapatan Daerah 16.182.547.340 16.846.359.330 86,28 90,75
Pendapatan Asli Daerah 2.027.759.315 1.832.949.321 10,81 9,87
Dana Alokasi Umum (DAU) 6.828.303.122 6.862.077.156 36,41 36,97
Dana Alokasi Khusus (DAK) 2.117.921.831 2.053.132.054 11,29 11,06
Dana Bagi Hasil 2.325.449.577 3.044.195.173 12,40 16,40
Lain – lain pendapatan yang sah 2.883.113.495 3.054.005.626 15,37 16,45
Pembiayaan Daerah 2.573.400.694 1.716.263.345 13,72 9,25
PENGELUARAN DAERAH 18.755.948.034 18.562.622.675 100,00 100,00
Belanja Tidak Langsung 8.520.950.655 9.212.396.985 45,43 49,63
Belanja Langsung 8.377.884.003 9.149.742.276 44,67 49,29
Belanja Pegawai 662.576.969 801.503.334 3,53 4,32
Belanja Barang dan Jasa 4.028.611.900 4.404.680.492 21,48 23,73
Belanja Modal 3.686.695.134 3.943.558.450 19,66 21,24
Pembiayaan Daerah 1.857.113.376 200.483.414 9,90 1,08
Sumber : BPS Kalimantan Selatan (2018)

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2018 terhadap total penerimaan daerah mengalami
penurunan dibanding tahun 2017 yaitu dari 10,81 persen menjadi 9,87 persen. Sementara komponen Dana Alokasi
Khusus (DAK) mengalami penurunan dari 2,053 triliun rupiah pada tahun 2018 dibanding dengan penerimaan
tahun 2017 sebesar 2,117 triliun rupiah. Kontribusi belanja langsung pada tahun 2018 belanja modal mengalami
peningkatan dari 3,943 triliun rupiah dengan 21,24 persen pada tahun 2018 dari tahun 2017 sebesar 3,686 triliun
rupiah dengan 19,66 persen.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) disusun sebagai salah satu dari indikator alternatif untuk menilai
keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara. Berikut data IPM Pulau Kalimantan:
Tabel 1.2
Indek Pembangunan Manusia Pulau Kalimantan
Tahun (2016-2018)
Provinsi 2016 2017 2018
Kalimantan Barat 65.88 66.26 66.98
Kalimantan Tengah 69.13 69.79 70.42
Kalimantan Selatan 69.05 69.65 70.17
Kalimantan Timur 74.59 75.12 75.83
Kalimantan Utara 69.2 69.84 70.56
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2018)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2018) di atas, IPM Provinsi Kalimantan Selatan cenderung
mengalami peningkatan. Pembangunan manusia di Provinsi Kalimantan Selatan terus mengalami kemajuan sejalan
dengan meningkatnya IPM dari tahun ke tahun, akan tetapi dari tahun 2016 sampai tahun 2018 IPM Provinsi
Kalimantan Selatan menempati posisi kedua terbawah dibandingkan dengan provinsi Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, IPM Kalsel hanya lebih tinggi dari Provinsi Kalimantan Barat. Berikut
data IPM Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan :

Tabel 1.3
Perkembangan IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2016-2018
No Kabupaten/Kota Tahun
2016 2017 2018
1 TANAH LAUT 67.44 68.00 68.49
2 KOTABARU 67.10 67.79 68.32
3 BANJAR 66.87 67.77 68.32
4 BARITO KUALA 64.33 64.93 65.91
5 TAPIN 68.05 68.70 69.53
6 HULU SUNGAI SELATAN 67.52 67.80 68.41
7 HULU SUNGAI TENGAH 67.07 67.78 68.32
8 HULU SUNGAI UTARA 63.38 64.21 65.06
9 TABALONG 70.07 70.76 71.14
10 TANAH BUMBU 68.28 69.12 70.05
11 BALANGAN 66.25 67.25 67.88
12 KOTA BANJARMASIN 75.94 76.46 76.83
13 KOTA BANJARBARU 77.96 78.32 78.83

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2018)

Berdasarkan table 1.3, perkembangan IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan cenderung
mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. Hal ini menggambarkan bahwa apa yang telah dilakukan oleh
pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan masih belum maksimal, dimana pemerintah seharusnya lebih banyak
melakukan kegiatan ataupun belanja yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat bukan untuk kegiatan atau
belanja yang kurang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

Berikut data jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan:

Tabel 1.4
Jumlah Penduduk Miskin di Kalimantan Selatan
(dalam ribuan jiwa)
Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Persen (%)
2016 4,055,479 184,160 4,54
2017 4,199,794 194,560 4,63
2018 4,182,695 195,010 4,66
Sumber : BPS Kalimantan Selatan (2018)

Menurut data di atas pada 2018, jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 195.010
orang dengan tingkat kemiskinan sebesar 4,66 persen, kondisi tersebut lebih tinggi di bandingkan tahun 2016 dan
2017, dengan demikian terjadi penambahan jumlah penduduk miskin Provinsi Kalimantan Selatan.
Menurut Sahrah, dalam Badrudin (2011) alokasi belanja daerah hendaknya mampu meningkatkan IPM yaitu
kesehatan, pendidikan dan pengeluaran. Selain itu tingkat pencapaian IPM sangat ditentukan oleh kemampuan
keuangan daerah, terutama kebijakan alokasi belanja dalam APBD. Alokasi belanja dimaksud, secara langsung
maupun secara tidak langsung berhubungan dengan indikator pengukuran IPM, yakni pendidikan, kesehatan,
ekonomi, infrastruktur maupun komponen lainnya yang berpengaruh terhadap pembangunan kualitas manusia.
Hasil Penelitan yang dilakukan oleh Siregar, H. A. (2017) yang berjudul Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Dana Alokasi Umum Dan Pertumbuhan Dana Alokasi Khusus Terhadap
Pembangungan Manusia Di Kota Pekanbaru, menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh Pertumbuhan PAD,
Pertumbuhan DAU dan Pertumbuhan DAK terhadap IPM, sementara Belanja Modal tidak dapat dijadikan variabel
pemoderasi karena adanya Belanja Modal tidak dapat memperkuat hubungan antara Pertumbuhan PAD,
Pertumbuhan DAU dan Pertumbuhan DAK terhadap IPM.
Dengan demikian peneliti menarik dugaan sementara bisa benar dan juga tidak sehingga dapat dianggap
sebagai kesimpulan yang sifatnya sementara berdasarkan dari data yang diperoleh, pendapat para ahli (teori), hasil
penelitian terdahulu, maupun fakta dilapangan bahwa meningkatnya kualitas kesehatan, pendidikan dan
pengeluaran, maka kesejahteraan dan kualitas hidup manusia diharapkan meningkat, sehingga akan meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kemudian menekan angka kemiskinan semakin rendah, sehingga Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sangat berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dan Kemiskinan pada Provinsi Kalimantan Selatan Periode 2015-2019.

METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif korelasional
yang menggambarkan suatu hubungan atau pengaruh antar variabel yang ada dalam penelitian yaitu Pengaruh
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Kemiskinan Pada
Pemerintah di Provinsi Kalimantan Selatan Periode 2015-2019 dimana variabel bebas Alokasi Umum (X1), Dana
Alokasi Khusus (X2), variabel terikat Variabel Indeks Pembangunan Manusia (Y1) dan Kemiskinan (Y2),
sehingga pengumpulan data dalam penelitian ini dipusatkan di Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan. Adapun metode yang digunakan yaitu metode populasi dan sampel dengan Teknik pengumpulan data
yaitu dokumentasi, berupa data DAU, DAK Provinsi Kalimantan Selatan periode 2015 hingga 2019. Penelitian ini
juga menggunakan analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Secara Administratif, Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari 11 Kabupaten dan 2 Kota. Berikut ini daftar
11 Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Kalimantan Selatan beserta Ibukota dan Luas wilayahnya. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik dalam kurun waktu tahun 2014-2018, pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
cenderung mengalami perlambatan. Namun sejak tahun 2016 hingga 2017, terlihat adanya perbaikan ditunjukkan
dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dibanding tahun-tahun sebelumnya meskipun pada tahun
2018 kembali melambat. Berikut 11 Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Kalimantan Selatan.

Tabel 5.1
Daftar Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Selatan
No. Kabupaten/Kota Ibu kota Luas Wilayah
1 Kabupaten Balangan Paringin 1.878,30 km2

2 Kabupaten Banjar Martapura 4.668,00 km2


3 Kabupaten Barito Kuala Marabahan 2.996,46 km2
4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan 1.804,94 km2
5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai 1.472,00 km2

6 Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai 892,7 km2


7 Kabupaten Kotabaru Kotabaru 9.482,73 km2
8 Kabupaten Tabalong Tanjung 3.766,97 km2
9 Kabupaten Tanah Bumbu Batulicin 5.006,96 km2

10 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari 3.631,35 km2


11 Kabupaten Tapin Rantau 2.700,82 km2
12 Kota Banjarbaru Banjarbaru 371,00 km2

13 Kota Banjarmasin Banjarmasin 72,00 km2


Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan

Berikut perkembangan angka Kemiskinan kab/kota di Kalimantan Selatan dalam 5 (lima) tahun terakhir
(tahun 2015 s/d tahun 2019) yang dapat dilihat pada grafik dan tabel di bawah ini:
Kemiskinan
35000

30000

25000

20000
Jiwa

15000

10000

5000

0
2015 2016 2017 2018 2019
Banjarmasin 29950 28750 28935 29240 29648
Banjarbaru 11460 11060 11539 10643 11221
Banjar 18050 17360 16849 15615 15914
Balangan 7280 7090 7213 7214 7266
Barito Kuala 15960 15710 15647 14085 14488
Kotabaru 14720 14780 14440 15167 15287
Hulu Sungai Selatan 14590 14420 13447 12224 12636
Hulu Sungai Tengah 15080 16220 16169 16140 16096
Hulu Sungai Utara 15940 15380 15352 14919 15398
Tabalong 15710 15400 15003 14874 15222
Tanah Bumbu 17910 17480 16997 17063 17348
Tanah Laut 14790 15240 15308 14870 15449
Tapin 7010 6810 7011 6979 6507
Berikut perkembangan perkembangan Dana Alokasi Umum kab/kota di Kalimantan Selatan dalam 5 (lima)
tahun terakhir (tahun 2015 s/d tahun 2019) yang dapat dilihat pada grafik dan tabel di bawah ini:

DAU
Rp900.000.000

Rp800.000.000

Rp700.000.000

Rp600.000.000

Rp500.000.000
Rupiah

Rp400.000.000

Rp300.000.000

Rp200.000.000

Rp100.000.000

Rp-
2015 2016 2017 2018 2019
Banjarmasin Rp677.982.8 Rp709.288.7 Rp709.288.7 Rp696.630.1 Rp733.917.6
Banjarbaru Rp393.734.9 Rp436.204.7 Rp467.797.2 Rp428.542.0 Rp457.730.5
Banjar Rp656.161.3 Rp722.092.2 Rp774.390.2 Rp709.407.4 Rp754.121.5
Balangan Rp319.202.3 Rp389.434.4 Rp389.434.4 Rp382.593.3 Rp392.667.1
Barito Kuala Rp524.143.2 Rp573.939.0 Rp573.939.0 Rp565.599.8 Rp593.083.3
Kotabaru Rp599.980.0 Rp607.886.5 Rp653.564.1 Rp612.929.4 Rp637.837.6
Hulu Sungai Selatan Rp482.751.5 Rp532.162.3 Rp532.162.3 Rp522.814.0 Rp522.814.0
Hulu Sungai Tengah Rp486.103.2 Rp529.034.9 Rp529.034.9 Rp519.741.5 Rp536.136.2
Hulu Sungai Utara Rp458.316.3 Rp492.322.5 Rp492.322.5 Rp485.062.2 Rp485.062.2
Tabalong Rp431.954.8 Rp502.944.9 Rp530.264.5 Rp494.109.8 Rp512.171.9
Tanah Bumbu Rp445.280.2 Rp465.897.1 Rp465.897.1 Rp457.578.2 Rp485.513.0
Tanah Laut Rp438.283.6 Rp538.370.0 Rp586.862.8 Rp528.690.1 Rp560.583.7
Tapin Rp414.358.0 Rp451.047.8 Rp451.047.8 Rp448.697.3 Rp477.467.0

Berikut perkembangan perkembangan Dana Alokasi Khusus kab/kota di Kalimantan Selatan dalam 5
(lima) tahun terakhir (tahun 2015 s/d tahun 2019) yang dapat dilihat pada grafik dan tabel di bawah ini:
DAK
Rp350.000.000

Rp300.000.000

Rp250.000.000

Rp200.000.000
Rupiah

Rp150.000.000

Rp100.000.000

Rp50.000.000

Rp-
2015 2016 2017 2018 2019
Banjarmasin Rp622.780 Rp205.913. Rp187.000. Rp162.900. Rp206.078.
Banjarbaru Rp47.415.2 Rp225.980. Rp122.673. Rp153.802. Rp152.284.
Banjar Rp23.060.5 Rp250.076. Rp243.494. Rp272.331. Rp315.390.
Balangan Rp- Rp160.352. Rp121.097. Rp107.140. Rp96.136.7
Barito Kuala Rp86.734.8 Rp322.105. Rp217.232. Rp199.754. Rp196.896.
Kotabaru Rp43.274.2 Rp120.374. Rp158.784. Rp167.498. Rp223.947.
Hulu Sungai Selatan Rp65.718.0 Rp235.423. Rp166.964. Rp186.501. Rp-
Hulu Sungai Tengah Rp60.085.5 Rp242.075. Rp179.674. Rp169.416. Rp215.069.
Hulu Sungai Utara Rp70.545.6 Rp277.842. Rp- Rp175.927. Rp-
Tabalong Rp6.596.45 Rp271.508. Rp183.042. Rp152.343. Rp80.405.5
Tanah Bumbu Rp37.465.5 Rp118.138. Rp71.545.0 Rp92.145.3 Rp153.461.
Tanah Laut Rp35.716.8 Rp231.681. Rp188.371. Rp239.891. Rp247.225.
Tapin Rp50.622.4 Rp211.092. Rp144.880. Rp134.367. Rp66.033.3

Berikut perkembangan perkembangan Indeks Pembangunan Manusia kab/kota di Kalimantan Selatan


dalam 5 (lima) tahun terakhir (tahun 2015 s/d tahun 2019) yang dapat dilihat pada grafik dan tabel di bawah ini.
IPM
90

80

70

60

50
Poin

40

30

20

10

0
2015 2016 2017 2018 2019
Banjarmasin 77,56 75,94 76,46 76,83 77,16
Banjarbaru 75,41 77,96 78,32 78,83 79,22
Banjar 66,39 66,39 67,77 68,32 68,94
Balangan 65,34 66,25 67,25 67,88 68,39
Barito Kuala 63,53 64,33 64,93 65,91 66,24
Kotabaru 66,61 67,1 67,79 68,32 68,95
Hulu Sungai Selatan 66,31 67,52 67,8 68,41 68,8
Hulu Sungai Tengah 66,56 67,07 67,78 68,32 68,8
Hulu Sungai Utara 62,49 63,38 64,21 65,06 65,49
Tabalong 69,35 70,07 70,76 71,14 71,78
Tanah Bumbu 67,58 68,28 69,12 70,05 70,5
Tanah Laut 66,99 67,44 68 68,49 69,04
Tapin 67,67 68,05 68,7 69,53 70,13

Hasil Uji Asumsi Klasik


1 Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan uji F mengansumsi bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak dilakukan uji statistik One Sampel
Kolmogrov Smirnov Test. Residual berdistribusi normal jika memiliki signifikan > 0,05. Uji Normalitas ini
bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Untuk mengetahuinya dilakukan dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dari hasil output
SPSS sebagai berikut :
Tabel 5.1
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Unstandardiz
ed Residual
N 65
Mean .0000000
Normal Parametersa,b Std. 3580.178053
Deviation 53
Absolute .054
Most Extreme
Positive .054
Differences
Negative -.054
Kolmogorov-Smirnov Z .433
Asymp. Sig. (2-tailed) .992
Sumber: Data Primer diolah (2020)

Berdasarkan nilai signifikan yang ditunjukkan pada hasil output SPSS sebesar 0,992 dapat dinyatakan
bahwa data adalah berdistribusi normal, karena memiliki nilai lebih besar dari taraf signifikan 0,05.

2. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya korelasi diantara variabel bebas, untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolonieritas didalam model regresi, yakni dengan melihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan bahwa setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabelitas variabel bebas yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena
VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai
tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Apabila di dalam model regresi tidak ditemukan asumsi deteksi
seperti diatas, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari multikolonieritas, dan demikian
pula sebaliknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 5.2
Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance Variance Inflation Factor
DAU .804 1.244
DAK .804 1.244
IPM .999 1.001
Sumber: Data Primer diolah (2020)
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas, karena
semua pertimbangan dan syarat-syarat penelitian uji multikolinearitas sudah terpenuhi.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut waktu atau tempat. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin – Watson (DW
test). Dengan keputusan bila angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak terjadi autokorelasi
Tabel 5.3
Uji Autokorelasi
Mode Change Statistics Durbin-Watson
l R Square F Change df1 df2 Sig. F Change
Change
1 .546 24.451 3 61 .000 1.809
Sumber : Data Diolah (2021)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai Durbin Watson sebesar 1.809, dengan demikian D-W diantara -
2 sampai +2, berarti tidak terjadi autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi.
Pada regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Dasar kriteria dalam pengambilan keputusan
yaitu: Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu yang teratur dan data tersebar secara acak di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diidentifikasikan tidak terdapat heteroskedastisitas.

Gambar 5.7 Uji Heterokedastisitas


Sumber : Data Diolah Penulis 2021

Berdasarkan Gambar diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model
regresi.

Hasil Uji Hipotesis Pertama


1. Uji-F
Uji statistik F ditujukan untuk menguji apakah secara simultan variabel independen X 1, X2, X3 mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen Y2. Hasil nilai signifikansi pengujian (Sig.F) sebagai berikut:

Tabel 5.4
Hasil Uji-F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
986461466.966 3 328820488.989 24.45 .000b
Regression
1
1
Residual 820331193.280 61 13448052.349
Total 1806792660.246 64
Sumber : Data Diolah Penulis (2021)

Dari Uji Anova atau F test, diperoleh nilai Sig (0,000< 0,05) maka model regresi bisa dipakai untuk
mengetahui pengaruh secara bersama-sama terhadap Kemiskinan

2. Uji-t
Uji t ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh X 1, X2, X3 secara parsial terhadap Y2.
Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing – masing koefisien dengan t
tabel, dengan tingkat signifikan 5%, dengan ini variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 5.5
Hasil Uji-t
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant -6872.230 2790.380 -2.463 .017
)
1 DAU 4.144E-005 .000 .801 8.321 .000
DAK 1.500E-005 .000 .241 2.504 .015
IPM .327 .228 .124 1.438 .155
Sumber: Data Primer diolah (2021)

Persamaan Regresi : Y2= -6872.230 - 4.144 X1 + 1.500 X2 + 1.500 X3 + e

Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa :


1. Nilai koefisien regresi variabel DAU 4.144 adalah positif, dengan demikian dapat disimpulkan adanya
hubungan tidak searah antara variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan
DAU sebesar 1 kali maka kemiskinan akan menurun sebesar 4.144 dengan asumsi variabel yang lain konstan
2. Nilai koefisien regresi variabel DAK 1.500 adalah positif, dengan demikian dapat disimpulkan adanya
hubungan tidak searah antara variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan
DAK sebesar 1 kali maka kemiskinan akan menurun sebesar 1.500 dengan asumsi variabel yang lain konstan
3. Nilai koefisien regresi variabel Indek Pembangunan Manusia 1.500 adalah positif, dengan demikian dapat
disimpulkan adanya hubungan tidak searah antara variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini berarti bahwa
setiap peningkatan Indek Pembangunan Manusia sebesar 1 kali maka kemiskinan akan menurun sebesar 1.500
dengan asumsi variabel yang lain konstan
Berdasarkan hasil uji t yang tercantum pada tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa:
a. X1 didapatkan nilai sig. = 0,000 (Nilai Sig. < 0,05) artinya secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel Y2. Dengan demikian DAU berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan Pada Provinsi Kalimantan
Selatan periode 2015 sampai dengan 2019.
b. X2 didapatkan nilai sig. = 0,015 (Nilai Sig. < 0,05) artinya secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel Y2. Dengan demikian DAK berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan Pada Pada Provinsi
Kalimantan Selatan periode 2015 sampai dengan 2019.
c. Y1 didapatkan nilai sig. = 0,115 (Nilai Sig. > 0,05) artinya secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel Y2. Dengan demikian Indeks Pembangunan Manusia tidak berpengaruh signifikan terhadap
Kemiskinan Pada Pada Provinsi Kalimantan Selatan periode 2015 sampai dengan 2019.

Hasil Uji Hipotesis Kedua


1. Uji-F
Uji statistik F ditujukan untuk menguji apakah secara simultan variabel independen X 1, X2 mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen Y1. Hasil nilai signifikansi pengujian (Sig.F) sebagai berikut :

Tabel 5.4
Hasil Uji-F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 193282.138 2 96641.069 .023 .977b
1 Residual 259722069.462 62 4189065.636
Total 259915351.600 64
Sumber : Data Diolah Penulis (2021)

Dari Uji Anova atau F test, diperoleh nilai Sig (0,977>0,05) maka model regresi bisa dipakai untuk
mengetahui pengaruh secara bersama-sama terhadap Kemiskinan.

2. Uji-t
Uji t ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh X1, X2 secara parsial terhadap Y2. Pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing – masing koefisien dengan t tabel, dengan
tingkat signifikan 5%, dengan ini variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 5.5
Hasil Uji-t
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant 6059.146 1353.978 4.475 .000
)
1
DAU 1.924E-007 .000 .010 .069 .945
DAK 5.073E-007 .000 .021 .152 .880
Sumber: Data Primer diolah (2021)

Persamaan Regresi: Y1= 6059.146 + 1.924 X1 + 5.073 X2 + e, dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa :
1. Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
pada Provinsi Kalimantan Selatan
Dana Alokasi Umum (DAU) didapatkan nilai sig. 0,945 lebih besar dari 0,05 yang artinya secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel IPM. Dengan demikian DAU tidak berpengaruh signifikan terhadap
IPM Pada Provinsi Kalimantan Selatan periode 2015 sampai dengan 2019.
Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN, tidak adanya pengaruh DAU
terhadap indeks pembangunan manusia disebabkan karena pengalokasian DAU, adanya kemungkinan tidak
difokuskan pada meningkatkan kualitas indeks pembangunan manusia daerah tersebut. Ini membuktikan bahwa
DAU saat ini belum memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat khususnya pendidikan, kesehatan
dan juga daya beli. Tolak ukur dari keberhasilan penggunaan DAU sangat bergantung pada sejauh mana pemerintah
daerah dapat mengelola dengan bijak sehingga sesuai dengan skala prioritas kebutuhan dari tiap-tiap daerah.
Penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Taufiq, A. A. (2017) dan Adi, P. H. (2009)
dengan hasil penelitian Dana Alokasi Umum memiliki efek positif terhadap Indek Pembangunan Manusia.
2. Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) pada Provinsi Kalimantan Selatan
Dana Alokasi Khusus (DAK) didapatkan nilai sig. 0,880 lebih besar dari 0,05, yang artinya secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel IPM. Dengan demikian DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap
IPM Pada Provinsi Kalimantan Selatan periode 2015 sampai dengan 2019. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya
kenaikan Dana alokasi khusus (DAK) tidak menyebabkan peningkatan angka Indeks Pembangunan Manusia di
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan, selain itu kemampuan Dana alokasi khusus (DAK) dalam membiayai
Belanja Modal belum maksimal mempengaruhi capaian IPM.
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN , proporsi Dana Alokasi Khusus
yang relatif rendah yang diterima di Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan yang penggunaannya untuk
bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang infrasruktur jalan, bidang infrasruktur irigasi, bidang infrastruktur air
minum, bidang infrastruktur sanitasi, bidang prasarana pemerintah desa, bidang saran dan prasarana kawasan
perbatasan, bidang kelautan dan perikanan, bidang pertanian, bidang keluarga berencana, bidang kehutanan, bidang
sarana dan prasarana daerah tertinggal, bidang sarana perdagangan, bidang energi perdesaan, bidang perumahan dan
permukiman, dan bidang keselamatan transportasi darat. Menjadikan dana alokasi khusus di Kabupaten/Kota Di
Provinsi Kalimantan Selatan belum menitik beratkan pada belanja-belanja yang menunjang peningkatan akses
masyarakat akan pendidikan, kesehatan dan unsur ekonomi.
Penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Taufiq, A. A. (2017) dan Adi, P. H. (2009)
dengan hasil penelitian Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki efek positif terhadap Indek Pembangunan Manusia.
3. Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan pada Provinsi
Kalimantan Selatan
Dana Alokasi Umum (DAU) didapatkan nilai sig. 0,000 lebih kecil dari 0,05) artinya secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel Kemiskinan. Dengan demikian DAU berpengaruh signifikan terhadap
Kemiskinan Pada Provinsi Kalimantan Selatan periode 2015 sampai dengan 2019. Hal tersebut menunjukkan
bahwa adanya kenaikan Dana alokasi umum (DAU) dapat menurunkan angka Kemiskinan di Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Selatan, selain itu kemampuan DAU dalam membiayai Belanja Modal mempengaruhi capaian
penurunan kemiskinan.
Adanya pengaruh DAU terhadap Kemiskinan disebabkan karena pengalokasian DAU lebih difokuskan pada
penurunan angka Kemiskinan. Ini membuktikan bahwa DAU memberikan kontribusi terhadap penurunan angka
Kemiskinan. Tolak ukur dari keberhasilan penggunaan DAU sangat bergantung pada sejauh mana pemerintah
daerah dapat mengelola dengan bijak sehingga sesuai dengan skala prioritas kebutuhan dari tiap-tiap daerah.
4. Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh signfikan terhadap kemiskinan pada Provinsi Kalimantan
Selatan
Dana Alokasi Khusus (DAK) didapatkan nilai sig. 0,015 lebih kecil dari 0,05, yang artinya secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel kemiskinan. Dengan demikian DAK berpengaruh signifikan terhadap
Kemiskinan Pada Pada Provinsi Kalimantan Selatan periode 2015 sampai dengan 2019.
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah Dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
membantu membiayai kebutuhan tertentu. Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus diarahkan pada kegiatan investasi
pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana danprasarana fisik dengan umur ekonomis yang
panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang, dengan adanya pengalokasian Dana Alokasi Khusus
diharapkan dapat mempengaruhi pengalokasian anggaran belanja modal, karena Dana Alokasi Khusus cenderung
akan menambah aset tetap yang dimiliki pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik sehingga dapat
menurunkan angka kemiskinan
5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan pada Provinsi
Kalimantan Selatan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) didapatkan nilai sig. 0,115 lebih besar dari 0,05, yang artinya secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Kemiskinan. Dengan demikian Indeks Pembangunan
Manusia tidak berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan Pada Pada Provinsi Kalimantan Selatan periode 2015
sampai dengan 2019.
IPM dan tingkat kemiskinan tidak berpengaruh signifikan disebabkan karena nilai indeks yang tinggi pada
seseorang, tidak dapat menjamin bahwa seseorang tersebut jauh dari kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan adanya
bantuan subsidi dari pemerintah dalam bidang pendidikan dan kesehatan untuk masyarakat, sehingga seluruh
golongan masyarakat dapat memiliki pendidikan dan kesehatan yang baik. Bantuan subsidi dari pemerintah tersebut
berpengaruh terhadap nilai indeks seseorang. Maka seseorang yang memiliki tingkat pendidikan dan kesehatan yang
baik, belum tentu dapat hidup dengan layak. Dengan tingkat pendidikan yang baik, seseorang belum tentu langsung
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan sehingga hal tersebut menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran
dan akan mengakibatkan kemiskinan. Terbatasnya lapangan pekerjaan menyebabkan naiknya jumlah pengangguran
yang akhirnya menurunkan pendapatan sehingga masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

PENUTUP
Hasil penelitian ini menunjukan bahawa Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel IPM. Dengan demikian DAU tidak berpengaruh signifikan terhadap IPM Pada Provinsi
Kalimantan Selatan periode 2015 sampai dengan 2019. Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh signifikan
terhadap IPM Pada Provinsi Kalimantan Selatan periode 2015 sampai dengan 2019. Dana Alokasi Umum (DAU)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel Kemiskinan. Dana Alokasi Khusus (DAK) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel kemiskinan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel Kemiskinan. Dengan demikian tingkat pendidikan dan sehatan yang baik, belum tentu
dapat hidup dengan layak. Dengan tingkat pendidikan yang baik, seseorang belum tentu langsung mendapatkan
pekerjaan yang diinginkan sehingga hal tersebut menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran dan akan
mengakibatkan kemiskinan. Terbatasnya lapangan pekerjaan menyebabkan naiknya jumlah pengangguran yang
akhirnya menurunkan pendapatan sehingga masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun hal yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan
kedepannya diharapkan lebih meningkatkan proporsi alokasi dari Pendapatan Asli Daerah Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap pengalokasian belanja khususnya kontribusi penurunan angka
kemiskinan, karena pada penelitian ini memiliki pengaruh signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan,
Hendaknya mengurangi aktivitas belanja pegawai, dan be lanja barang dan jasa dan lebih meningkatkan aktivitas
belanja modal khususnya kontribusi pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur melalui IPM yang terdiri
dari 3 dimensi (indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks pengeluaran).
Selain itu dana alokasi umum sebaiknya digunakan secara dominan untuk kegiatan pembangunan dan
perbaikan sarana dan prasarana indek kesehatan dan indek pendidikan yang sangat dibutukan masyarakat dengan
umur ekonomis yang panjang, bukan hanya untuk kegiatan pendukung, sehingga harus dilakukan penelitian
lanjutan yang menggunakan rentang waktu lebih panjang, variabel independen dan dependen agar memperoleh
hasil yang lebih relevan.
REFERENSI
Buku
Abdul Halim, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi. 2014. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empa.
Adidjoyo, Mustafa dan Bintaro Tjokromidjojo, 1997, Teori Dan Strategi Pembangunan Nasional, CV.Haji
Masagung, Jakarta.
Ahmad Yani. 2008. Hubungan Keuangan anatara Pemerintah Pusat Dan DaerahDiIndonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Badrudin, Rudy. 2012. Ekonomika Otonomi Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Basuki, Agus Tri and Prawoto, Nano. 2016. Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi & Bisnis : Dilengkapi
Aplikasi SPSS & EVIEWS. Depok : PT Rajagrafindo Persada.
Bratakusuma Deddy Supriady dan Solihin Dadang, 2002, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Jakarta:
P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Mardiasmo., 2009, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: ANDI.
Nasikun, 1993, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nuryaman dan Veronica Christina. 2015. Metodologi Penelitian Akuntansi dan Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia.
Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Alex Media Komputindo. Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Warsito. 2001. Hukum Pajak. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada. Hal 128.
ArtikelJurnal / Ensiklopedi
Adi, P. H. (2009), Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal Dengan Kualitas Pembangunan Manusia
Arsyad Sitanala, (2010). Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua, IPB Press. Bogor.
Anggraeni DT & Akhmad Riduwan.2014.Faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah daerah (studi pada SKPD di kabupaten Sidoarjo).Jurnal.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia(STIESIA) Surabaya.Vol.3 No.3.
Bintarto, 1989, Dampak Pembangunan Apartemen Terhadap Harga Jual Tanah dan Pemanfaatannya oleh
Masyarakat di Kawasan Perkotaan Yogyakarta.
Ferdinand, Augusty. 2014. Metode Penelitian Manajemen. BP Universitas Diponegoro. Semarang.
Hasa. A. M. 2018, Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia.
Kadjatmiko, 2002. Dinamika Sumber Keuangan bagi Daerah dalam Rangka Otonomi Daerah. Prosiding Workshop
Internasional Implementasi Desentralisasi Fiskal sebagai Upaya Memberdayakan Daerah dalam
Membiayai Pembangunan Daerah. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universutas Katolik Parahyangan.
Bandung, hal.69.
Rambe, A. 2004. Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga dan Tingkat Kesejahteraan (Kasus di Kecamatan Medan,
Kota Sumatra Utara). Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu
Sarana Good Govermance. JurnalAkuntansi Pemerintah, Vol. 2 No. 1, Hal 1-17.
Saputra, Wisnu Adhi. (2011). “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB,IPM, Pengangguran Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah”. Skripsi Universitas Diponegoro.
Schiavo-Campo, Salvatore dan Daniel Tommasi. 1999. Managing Government Expenditure. Manila: Asian
Development Bank.
Siregar, H. A. 2017, Analisis Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Dana Alokasi Umum
Dan Pertumbuhan Dana Alokasi Khusus Terhadap Pembangungan Manusia Di Kota Pekanbaru.
Suharto, Edi. 1997. Pembangaunan Kebijaksanaan dan Pekerja Sosial Spectrum Pemikiran, SP-STKS, Bandung.
Taufiq, A. A, 2017, Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia Dengan Alokasi Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening (Studi
PadaEks-Karisidenan Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2015.
Widarwanto, A. 2014, Pengaruh Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (DAK), PendapatanAsli Daerah
(PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap IPM (Studi Empiris pada
Pemerintah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara).
Whisnu Adhi Saputra, 2011, Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi, Dan
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Provinsi Jawa Timur Tahun 2007-2013.
Yusuf, N. A. F, 2014, Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di
Kabupaten/Kota Eks Karesidenan Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai