Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

METODE ANALISIS

4.1 Analisis Sistcm Air Limbah dan Sanitasi

Pengelolaan air limbah di daerah Yogyakarta terdiri atas tiga sistem

sebagai berikut :

a. pengolahan sistem limbah terpusat, yang memberikan pelayanan 9%

penduduk,

b. rasilitas sanitasi komunal yang Illclayani 0,2°1<> pcnuuuuk,

c. fasilitas sanitasi individual yang melayani 42% penduduk.

Pengolahan air limbah terpusat terdiri dari sambungan mmah tangga dan

non rumah tangga, jaringan pengmnpul, sitem penggelontor dan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mengolah air limbah yang dikumpulkan dari

jaringan tersebllt.

8eherapa fasilitas sanitasi komunal yang ada biasanya terdiri dari

jaringan pengum pul dimana masing-masing rumah tangga dapat mengalirkan

limbah mereka ke jaringan tersebut. Sistem pengumpulan tersebut mengalirkan air

limbah ke pengolahan air limbah komunal mallplln ke sungai. Fasilitas sanitasi

individual biasanya terdiri dari unit jamban pribadi yang mengalirkan tinja ke

tangki septik dengan fasilitas infiltrasi bawah tanah atau langsung ke cubluk. Sisa

48,8 % yang tidak menggunakan sistem terpusat, komunal atau individual, masih

32

33

membuang air limbahnya langsung ke lingkungan sekitarnya ( dibuang

senbarangan atau langsung ke sllngai, sawah, atau ke tempat-tempat terbuka

lainnya drainase, saluran irigasi).

4. 1.1 Pengo1ahan Air Limbah Sistem Terpusat

Jaringan air limbah di Yogyakarta sebagian besar adalah saluran yang

dibangun pada zaman pemerintahan Belanda, antara tahun 1925 dan 1938.

Sekarang salman tcrsebut melayani kotamadya Yogyakarta dan sebagian di

kabupaten Slemall, khususnya di kompleks Universitas Gajah Mada (UGM).

Untuk kotamadya Yogyakarta, jaringan air limbah berada di bawah Dinas

Kebersihan dan Perta\l.1anan (DKP), semen tara kawasan UGM dikelola sendiri.

Sementara air limbah yang ada sekarang terdiri atas komponen sebagai berikut :

I. Pengelolaan oleh OKP

a. Jaringan pipa lateral dengan panJang kllrang lebih 113.695 1tl dan pipa

induk sepanjang 33.129 m yang kedllanya dioperasikan secara gravitasi.

b. Sistem pcnggelontor termasllk bangllnan pipa intake, kolam pengendap,

pipa penggelontor dengan total panjang kurang lebih 19.433 m, dan pintu

.penggelontor.

2. Pengelolaan ole DPU

a. Pipa induk sepanjang 10.092 m yang diopcrasikan secara gravitasi,

b. In5talasi Pengalahan Air Limbah (lPAL) di Sewan.


34

4.1.2 Daerah Pelayanan

Pelayanan air limbah secara bertahap akan ditingkatkan sampai tahun

2002 melayani 25 % wi1ayah perkotaan Yogyakarta dan sampai dengan tahun

2012 melayani 59 % wilayah perkotaan Yogyakarta. Atau melayani sekitar 110.00

penduduk (25 % penduduk kota) pada tahun 2002 dan 273.000 penduduk (58 %

penduduk kota) pada tahun 2012.

Tabe14.1 Daerah Pelayanan IPAL

Daerah Pelayanan Satuan Tahun 2002 Tahun 2012

1. Luas kota Ha 3.257 3.257

2. Pelayanan sanitasi Ha 1.330 2.433

- Perumahan 1.112 2.133

- Non perumahan 218 300

3. Jumlah penduduk kota Jiwa 436.294 468.975

11. Penduduk terlayani 110.000 273.000

5. Sambungan rumah Unit 21.090 53.505

-
J
Sambungan perumahan 17.330 42.650

- Sambllngan non perumahan 4.300 10.855


-
Sumber : DKP Yogyakarta, 2002

4.2 Analisis Pemanfaatan Limbah IPAL

IPAL menghasilkan endapan lumpur atau sludge yang dapat dijadikan

pllpuk sehanyak ± 3.300 rn 3 per tahun, dan hesarnya debit air limbah yang keluar

dari oullellPAL sebesar 18.605,9 m 3 per han (= 215,31iter/detik). Sampal saat


35

saat ini endapan lumpur tersebut belmTI dimanfaatkan atan hanya dibuang, begitu

juga dengan air limbah yang keluar dari Qutfe! IPAL hanya dibuang l<e sungai. Hal

ini memberikan petunjuk bahwa perlll adanya pemanfaatan limbah agar dapat

lebih memberikan manfaat atau nilai tam bah baik dari segi ekonomi maupun

manfaat terhadap lingkungan,

4.2.1 Analisis Endapan Lumpur (Sludge) (PAL

Endapan lumpur (sludge) yang dimaksud ialah endapan lumpur dari

limbah cair domcstik yang ditampung pada bak pengering lumpur. Tempat

pengeringan lumpur TPAL keseluruhannya terdiri dari 25 kolam. Lumpur yang

terkumpul di dalam laguna aerasi fakultatif dibuang ke tempat pengeringan

dcngan mcnggunakan unit pcmbuangan lumpur sekali dalam setahun. Tempat

pengeringan lumpur diisi kolam demi kolam. Kapasitas efektif dari satu kolam
3
sekitar 240 m , jika konsentrasi lumpur 20 %, maka kapasitas unit pembuangan

lumpur adalah 20 mJ/jam. Sehingga, satu kolam pengering akan penuh dalam 2

hari, jika waktu operasi 6 jam per hari.

IPAL menghasilkan endapan lumpur (sludge) yang dapat dijadikan


3
pupuk sebanyak ± 3300 111 per tahun. Endapan lumpur yang akan digunakan

sebagai pupuk adalah endapan lumpur kering, setelah lumpur dikeringkan dengan

terik matahari selama 2-3 bulan.

Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik.

Endapan lumpur lPAL tcrmasuk dalam jcnis pupuk organik, karcna endapan

lumpur terscbut terdapat beberapa unsur lcngkap walaupun dalam jumlah yang
36

sedikit. Untuk memperoleh data unsur yang ada pada endapan lumpur IPAL maka

diambil sampel dari endapan lumpur tersebut, yang kemudian diteliti di BTKL

Ngasem. Adapun susunan unsur endapan lumpur adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Kadar unsul' hara pada endapan lumpur IPAL


-----
Kompone~ Satuan Hasil ana1iS~
Nitrogen (N) mg/kg 365]0

Fosfor (P 2 OS) mg/kg 35,99

Kalium (K20) mg/kg 256,25

Sumber : BTKL Ngasem, 2002

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat susunan fisik dan

kimia pada endapan lumpur yang mempunyai nilai pemupukan. Hal tersebut telah

dibuktikan dengan melakukan percobaan pada tanaman kacang panjang dengan

menggunakan media sludge. Percobaan menggunakan empat jenis media yang

dhnasukkan dalam pot sedang dengan bebernpa perbandingan, antara lain:

1. lIlt::uia lanuh - A

2. media endapan lumpur (sludge) = B

3. media tanah + endapan lumpur (sludge) /1 : 1 = C

4. media tanah + endapan lumpur (sludge) /2 : 1 = D

uuuu A B c D

Gambar 4.1-Jenis media yang digunakan


-- --I

37

Dengan menggunakan empat media tersebut hasil yang didapat tidaklah

sarna. Berikut adalah hasil dan pereobaan, yaitu :

Tabe! 4.3. Hasil pereobaan tanarnan kaeang panjang

I
Jenis· Mulai tumbuh Tinggi batang setelah
I
Media 2 minggu
,., 1 •
A j nan 16,7 em
I
I r-----.---~
B 7 hari 12,6em
f----­

C 5 hari 16,3 em
i
D 2 hari 19,2 em
Sumber : Pengamatan 2002

Dari pengamatan yang dilakukan tanaman yang menggunakan jenis

media D lebih eepat pertumbuhannya kemudian umt dari C, A dan B. Dan

percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah pemakaian pupuk dapat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pemakaian pupuk yang berlebihan juga

dapat mcnjadikan tanaman tidak bisa tumbuh seeara optimal / terhambat, hal ini

dapat dilihat pada pereobaan C, demikian pula tanaman yang ditanam pacta media

yang seluruhnya terdiri dari pupuk juga dapat menghambat pertumbuhan atau

bahkan tanaman akan mati (percobaan B). Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa pem~lkaian pupuk hnrus discslIniknn dengan kebutuhan atau dengan kata

lain komposisi haru5 tepat dan seimbang baik dahlm jumlahnya maupun

kandungan unsur haranya.

Seeara deskriptif kualitatif pereobaan tanaman kaeang panjang dapat

dijelaskan sebagi berikut :

1. Secara vegetatif percobaan dcngan menggunakan media tanah (percobaan A)

dengan tanah seberat 1 kg, tanamnn lntllai tumbuh setelah tiga hari tanam
--'- - ---I

38

dengan Linggi uatang 16,7 em pada minggu kedua dari masa tanam. Setelah

satu bulan masa' tanam pereobaan A belum menunjukkan pertumbuhan

generatif (bunga dan buah),

2. Seeara vegetatif pereobaan dengan menggunakan media endapan lumpur atau

sludge (pereobaan B) dengan sludge seberat 1 kg, tanaman mulai tumbuh

setelah tujuh hari tanam dengan tinggi batang 12,6 em pada minggu kedua dari

masa tanam. Setelah satu bulan masa tanam percobaan B belum

menunjukkan pertumbuhan generatif (bunga dan buah), bahkan tanaman tidak

mengalami pertumbuhan sama sekali (tetap),

3. Seeara vegetatif percobaan dengan menggunakan media tanah + endapan

lumpur / 1: 1 (pereobaan C) dengan tanah seberat 0,5 kg dan sludge seberat 0,5

kg , tanaman mulai tumbuh setelah lima hari tanam dengan tlnggi batang 16,3

cm pada minggu kcdua dari masa tana111. Sctelah satu bulan masa tanam

pereobaan C belum menunjukkan pertumbuhan generatif (bunga dan buah),­

4. Seeara vegetatif pereobaan dengan menggunakan media tanah + endapan

lumpur / 2: 1 (pereobaan D) dengan tanah seberat 0,65 kg dan sludge seberat

0,33 kg, tanaman mulai tumbuh sctelah dua hari tanam dcngan tinggi batang

19,2 em pada minggu kedua dad masa tanam. Setelah satu bulan masa tanam

pereobaan D sudah menunjukkan pertumbuhan generatifbentpa bunga.

4.2.2 Analisis Irigasi Limbah

Lahan pertanian pada daerah sekitar IPAL ciesa Pendowoharjo

menggunakan air sungai Winongo dita111hah suplai air dad limbah Madukismo

---------- ------~-~-
- --I

39

untuk tanaman tebu yang disubsidi pada bulan Mei sampai Agustus. Desa

Pendowoharjo terbagi menjadi 16 dusun dengan luas areal pertanian 362 ha yang

pada umumnya m~nggunakan sistemirigasi setengah teknis. Air bmbah buangan

IPAL belum dimanfaatkan secara langsung llntllk rnengairi sawah.

Luas areal sawah yang berada di sekitar lokasi IPAL seluas 150 ha yang

terdiri dari empat dusun. Debit air limbah yang keluar dari IPAL (outlet) sebesar

18.605,9 m3/hari (= 215,3 liter/detik). Pemberian air untuk lahan pertanian (padi)
3
pada umumnya sebesar 1 liter/detik/ha (86,4 m /hari) sampai 1,5 liter/detik/ha.

Menurut Valera dan Wickham dalclln Suhardjo. D (1988), kebutuhan air untuk

pndi di dacrah Asia Tcnggara antma 1,5 liter/dctik/ha sampai dengan 2,4

liter/detik/ha.

Kebutuhan air untuk pertanian dapat dirinci sebagai berikut :

1. Kebutuhuan untuk tanaman padi dan tanaman selingannya yang berupa

palawija dan sayuran ± 1 liter sampai 1,5 liter/detik/hektar.

2. Kebutuhan untuk tanaman tebu ± 0,5 Iher sampai 0,75 liter/detik/hektar.

Dengan penambahan debit air limbah {PAL diharapkan keseluruhan

lahan persawahan yang ada disekitar lokasi lP AL dapat dimanfaatkan secara

optimal dengan mengubah pola tanam dari Padi-Padi-Palawija menjadi Padi-Padi­

Padi atau dengan tanarnan lain yang hasilnya sarna dengan padi. Untuk

rnengetahui skemajaringan irigasi limbah IPAL dapat dilihat pacta gambar 4.2.
40

4.3 Analisis Manfaat

Manfaat merupakan selisih antara total pendapatan sebelum ada proyek

dengan total pendapatan sesudah ada proyek. Total pendapatan adalah hasil kali

antara luas areal dengan pendapatan bersih rata-rata per hektar tiap tabun.

Pendapatan bersih rata-rata diperoleh dari hasil produksi pertanian (panen)

dikurangi dengan total biaya produksi, yang analisisnya sebagai berikut :

Pertanian desa Pendowoharjo dalam I tahun mempunyai pola tanam

(Padi-Padi-Palawija) sebagai berikut, yaitu :

1. Dua kali panen dengan keseluruhan Padi diasumsikan persentase penggunaan

lahan 60 % dari luas lahan.

2. Satu kali panen dengan keseluruhan tanaman Palawija diasumsikan

persentase penggunaan lahan 40 % dari luas lahan.

Data hasil penelitian adalah :

a. Tanaman Padi-Padi-Palawija

b. Luas lahan pertanian ± 150 ha

c. Satu hektar lahan dapat menghasilkan rata-rata ± 7,55 ton

d. Harga gabah sekarang Rp. ·1.500,-fkg

e. H.arga .Iagung sekarang Rp. 1.300,-/kg

f. Harga kedelai sekarang Rp. 4.000,-fkg

g. Persentase tanaman Padi 60 % dari luas lahan

h. Persentase tanaman Jagung 40 % dari luas lahan

l. Resiko gagal panen diasumsikan sebesar 20 %


- ---~-~-- ------ _._.

41

4.4 Analisis Pendapatan

Penelitian sebelumnya pendapatan IPAL didapat dari biaya retribusi

pelanggan yang diambil dari biaya OM dan kemudian dibagi dengan jumlah

pelanggan, sehingga didapat tarif retribusi per bulan serta pendapatan IP AL setiap

tahunnya. Pada analisis yang dilakukan, pendapatan IPAL diperoleh dari tarjf

retribusi dan hasil penjualan pupuk. Analisis pendapatan dilakukan dengan eara

mengasumsikan biaya produksi pupuk dan hasil produksi pupuk per tahun.

Dalam satu tahun IPAL menghasilkan pupuk seb'esar 3.300 m 3 sludge. Dari
't"

analisis tersebut akan diperoleh pendapatan penjualan pupuk dalam satu tahun

dikurangi dengan biaya produksi pupuk, maka akan diperoleh pendapatan bersih

dari penj ualan pupuk.

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung pendapatan :

R =Dxh

dengan:

R " - pemlapalan

D = jumlnh (quantity) tcrjual

h = harga satuan per unit.

Pendapatan IPAL keseluruhan nantinya diperoleh dan tarif retribusi"

pelanggan ditambah pendapatan dari penjualan pupuk. Sehingga rumusnya

adalah:

.6.R = RI + R z

dengan:

!.\R = Pendapatan keseluruhan IPAL


42

RI = Pendapatan retribusi

R2 = Pendapatan penjualan pupuk

Untuk perhitungan pendapatan total dari pendapatan keseluruhan IPAL ditambah

pendapatan bersih dari manfaat irigasi limbah, maka rumusnya menjadi :

~R=~R+R3

dengan:

~R = Pendapatan total

R3 = manfant irigasi limbah

4.5 Analisis Titik lmpas (Break Even Point)

Titik impas dapat dicapai apabila pcndapatan lebih besar atau sama

dengan biaya total. Analisis titik impas dilakukan dengan membandingkan

pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Titik impas dicapai

pada saat garis pendapatan dan garis biaya total bertemu pada satu titik.

Dalam analisis yang dilakukan titik impas menggunakan dua macam

teori yaitu teori harga tetap dan teori harga berlaku. Dari hasil anal isis titik impas .

dapat diketahui percepatan titik impas yang dicapai antara analisis sebelumnya

dengan anali.si.s setelah pemanfaatan limbah. Pada analisis sebelumnya titik impas

dicapai pada tahun ke-24 dari saat IPAL bcropcrasi. Diharapkan dengan adanya

pemanfaatan limbah fPAL titik impas dapat diperoleh kurang dari 24 tahun.
43

DESA PENDOWOHARJO

DO
IPAL

BANGMALANG
PALlNGGAN ±22 Ha
±45 Ha
!:i:f I I

::.~:ii;

;j~(

PIRINGAN
± 36 Ha
r
DAGEN
+47 Ha \0
)o"\i;

.<;:;
;;::i? .....

:~it t(:

Gambar 4.2 Skcl11ajaringan irigasi limbah

Keterangan :

~ = Output IPAL

-~ = Salman lrigasi Limbah

"... Ratas Dcsa

D = Daerah Iri gasi

Anda mungkin juga menyukai