Anda di halaman 1dari 10

1 Daya Serap Air dan Kualitas Wadah Semai Ramah Lingkungan

2 Berbahan Limbah Kertas Koran dan Bahan Organik


3
4 Jumadil Akhir1*, Allaily2, Dida Syamsuwida3, Sri Wilarso Budi R4
5 1
Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
6 2
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
7 Jl Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3 Kopelma Darussalam. Kota Banda Aceh
8 3
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
9 Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor Jawa Barat  Indonesia
10 4
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, IPB Bogor
11 Jl. Lingkar Akademik Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Bogor Jawa Barat
12 *Email: jumadilakhirbb@unsyiah.ac.id

13 Abstrak
14 Wadah semai ramah lingkungan merupakan produk yang dibuat dari bahan organik.
15 Bahan organik yang digunakan dapat berupa limbah, sehingga dapat membantu
16 mengatasi permasalahan lingkungan dalam menangani limbah. Di sisi lain penggunaan
17 wadah semai ramah lingkungan mempunyai keuntungan yang lebih besar dibandingkan
18 dengan polybag berbahan plastik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya serap
19 air dan kualitas Wadah Semai Ramah Lingkungan (WSRL) berbahan limbah kertas
20 koran dan bahan organik lainnya. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
21 adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Hasil penelitian
22 menunjukkan bahwa daya serap air berkisar 171.04 %-223.69%, dengan nilai tertinggi
23 terdapat pada perlakuan Ab (Koran 100% + 8% perekat) dan terendah terdapat pada
24 perlakuan Ac (Koran 100% + 12% perekat). Penggunaan koran 100% menunjukkan
25 WSRL yang lebih kuat dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
26
27 Kata Kunci: Daya serap air, limbah kertas koran, bahan organik, ramah lingkungan,
28 wadah semai.
29
30 Water Absorption and Quality of Eco-Friendly Container
31 Waste from Newsprint and Organic Materials
32
33 Jumadil Akhir1*, Allaily2, Dida Syamsuwida3, Sri Wilarso Budi R3
34 1
Forestry Departement, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University
35 2
Animal Husbandry Departement, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University
36 Jl Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3 Kopelma Darussalam, Banda Aceh
37 3
Forestry Science Program, Faculty of Forestry, IPB Bogor
38 Jl. Lingkar Akademik Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Bogor West Java
39 *Email: jumadilakhirbb@unsyiah.ac.id

40 Abstrack
41 Organic seedling containers was producted from organic materials. Organic materials
42 used can be waste, so it can help overcome environmental problems in handling waste.
43 On the other hand, the use of organic seeding containers makes the containers more
44 friendly and has greater advantages compared to polybags made from plastic. This
45 study aimed to determine the water absorption and durability of Environmentally
46 Friendly Semi-containers (EFSC) in greenhouses and fields. The design used in this
47 research was complete randomized design with 2 factors. The results showed that water
48 absorption was 171.04% -223.69%, with the highest value found in Ab (100% pulp +
49 8% glue) treatment and the lowest was in Ac treatment (100% pulp + 12% glue). Using
50 100% newspapers showed a stronger WSRL compared to other treatments.
51 Keywords: Absorption of water, container of seedlings, environmentally friendly,
52 organic, newspaper waste.
53
54 PENDAHULUAN
55 Masalah lingkungan akibat pencemaran semakin meningkat, baik berupa kuantitas
56 maupun kualitas. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pertambahan penduduk
57 dan perilaku sosial masyarakat dalam menangani limbah plastik. Material plastik tidak
58 mudah hancur atau terdegradasi di alam. Material plastik banyak digunakan sebagai
59 media tempat wadah semai karena memiliki keunggulan yaitu tahan terhadap air dan
60 harganya relatif murah. Namun dampak limbah plastik terhadap lingkungan tidak
61 menguntungkan. Hal ini disebabkan karena plastik membutuhkan waktu yang lama
62 untuk dapat terurai di dalam tanah atau di laut, sehingga pemakaian plastik pada wadah
63 semai akan menimbulkan masalah bagi lingkungan.
64 Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut adalah dengan
65 penggunaan Wadah Semai Ramah Lingkungan (WSRL) yang terbuat dari bahan
66 organik yang dapat langsung ditanam bersama bibit di lapangan penanaman. WSRL
67 atau disebut juga Kontainer ini dapat dibuat dari bahan organik yang berasal dari
68 limbah seperti serasah, serbuk gergaji dan kertas koran bekas dengan perekat alami.
69 Bahan organik akan memaksimalkan aktivitas mikroorganisme yang dapat mengurai
70 bahan organik sehingga akan menyediakan unsur hara bagi tanaman (Widarti et al.
71 2015). Sedangkan perekat alami terbaik untuk wadah semai organik berupa kanji
72 memberikan kelenturan terbaik, perekat tanin memberikan kekuatan wadah terbaik,
73 apabila wadah semai tanpa perekat hal ini memberikan hasil kekuatan wadah semai
74 yang mudah rusak (Budi et al. 2012). Ramadhani (2016) menyatakan bahwa
75 penggunaan koran sebagai bahan wadah persemaian permanen memberikan respon
76 pertumbuhan yang terbaik.
77 Mengingat prospek pemakaian kontainer WSRL semakin diperlukan dan menjadi
78 peluang komoditi yang dapat dipasarkan di pasar nasional maupun internasional, maka
79 standar baku memenuhi 4R yaitu Reduce of energy, Reuse, Replace dan Recycle.
80 Dengan demikian diharapkan selain berfungsi sebagai kontainer tumbuhnya media juga
81 sekaligus menjadi unsur hara bagi tanaman karena kontainer WSRL dapat langsung
82 ditanam. Di samping proses dekomposisinya cepat, WSRL juga tidak memberikan
83 dampak negatif pada lingkungan dan perakaran tanaman yang dipindahkan ke lapangan
84 juga aman dari kerusakan. Rahmawati (2016) menyatakan bahwa wadah semai
85 berbahan organik mampu memperbaiki keadaan semai dari tanaman balsa. Hal ini
86 sejalan dengan hasil penelitian Wasis dan Fathia (2011) bahan organik berupa kompos
87 dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah sehingga akan merangsang
88 pertumbuhan tanaman. Effendi (2017) menyatakan wadah semai bahan organik juga
89 menjadi solusi dari penggunaan polybag asal plastik menjadi green polybag.
90 Oleh sebab itu penelitian mendasar untuk mengetahui efektifitas WSRL terhadap
91 penggunaannya sangat diperlukan yaitu dengan cara menghitung daya serap air dan
92 kualitas WSRL.
93
94 METODE PENELITIAN
95 Waktu dan Tempat
96 Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan di laksanakan di Laboratorium Kimia Kayu
97 Hasil Hutan, Laboratorium Rumah Kaca Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
98 Bogor.
99 Bahan dan Alat
100 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah kertas koran bekas,
101 limbah serbuk gergaji, serasah, pupuk aneka kompos dan perekat alami.
102 Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa ember plastik, timbangan, kompor,
103 panci, saringan, blender, alat pencetak kontainer, oven pemanas, seperangkat alat ukur,
104 alat tulis dan kamera.
105 1. Penyiapan bubur kertas
106 Kertas koran terlebih dahulu direndam dalam air selama 4-5 hari dan dilakukan
107 pergantian air selama 2 hari sekali. Selanjutnya dilakuan penyobekan agar dapat
108 dihancurkan dengan mudah. Setelah diblender lalu dilakukan penyaringan untuk
109 mengurangi kadar air dengan cara menempatkan pulp ke dalam karung selama 2 hari.
110 Rangkaian prosedur persiapan bubur kertas dapat dilihat pada gambar 1.
111 2. Penyiapan bahan baku pencampur bubur kertas
112 Bahan pencampur yang digunakan serbuk gergaji jenis Acacia mangium, Sengon dan
113 pinus (lolos saringan 60 mash). Ketiga bahan tersebut diukur kadar air awal dan akhir
114 sehingga didapatkan kadar air standar dari masing masing bahan pencampur. Hal ini
115 dilakukan untuk memudahkan penambahan air yang harus diberikan pada koran saat
116 akan dicampurkan dengan bahan lainnya. Hasil pengukuran terhadap kadar air adalah:
117 1. Serasah Acacia mangium 10.97%, 2. Aneka kompos 100.64%, dan 3. Serbuk gergaji
118 13.14%. Gambar 2 menunjukkan bahan baku pencampur yang digunakan.
119 3. Pencampuran bubur kertas dengan bahan pencampur lainnya
120 Pencampuran koran dengan bahan lain dibuat dengan perbandingan sebagai berikut:
121 1. Koran 100%
122 2. Koran + Serasah (1:24)
123 3. Koran + Kompos (1:24)
124 4. Koran + Serbuk gergaji (1:24)
125 Artinya untuk 24 gram koran dalam keadaan basah dilakukan pencampuran dengan
126 1 gram serasah, kompos dan serbuk gergaji pada kadar air yang telah ditentukan.
127

128

129 Gambar 1. (a) Proses perendaman kertas koran. (b)Proses penyobekan. (c)
130 Proses pemblenderan. (d) Koran hasil pemblenderan setelah disaring.
131

132 Gambar 2. (a) Serbuk gergaji, (b) Serasah dan (c) Aneka kompos
133 4. Pemberian perekat
134 Perekat dari tepung tapioka berkonsentrasi 0%, 8%, dan 12%. Pemberian perekat
135 dengan mengetahui berat konstan WSRL, sebagai contoh: bila berat konstan WSRL 60
136 gram, maka:
137 = 60 + (300/100 x 60)
138 = 240 gram pulp untuk 1 WSRL
139 Untuk penggunaan perekat 8%
140 = 8% dari 60 gram berat WSRL
141 = 4.8 gram perekat untuk 1 WSRL

142 5. Pencampuran perekat dan bahan baku


143 Semua bahan pada langkah 3 dicampur dengan perekat seperti pada langkah 4.
144 Pengadukan dilakukan secara manual. Pemberian air pada tepung tapioka disesuaikan
145 untuk pembuatan bahan baku WSRL. Untuk bahan baku yang hanya terdiri dari koran
146 saja, maka kebutuhan air adalah 1:6 atau 1 gram perekat dan 6 ml liter air.
147 = 4.8 gram perekat x 6 ml liter air
148 = 28.8 ml liter air untuk 1 gram perekat.
149 Setelah tepung tapioka dan air dicampur, maka dilakukan pemasakan perekat dengan
150 menggunakan kompor sampai warna bening, dan segera dicampurkan dengan semua
151 bahan WSRL.

152 6. Pencetakan
153 Setelah bahan tercampur maka dicetak dengan alat press lalu dikeringkan angin dan
154 dijemur lalu dikeringkan dengan oven selama 2 hari pada suhu 600C. Kegiatan
155 pencetakan dapat dilihat pada Gambar 3.
156
157 Gambar 3. Tahapan pencetakan WSRL (a) Pencetakan, (b) Kering angin, (c)
158 Penjemuran, (d) Kering oven.
159
160 Rancangan Penelitian
161 Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor :
162 Faktor A komposisi bahan baku WSRL dan faktor B konsentrasi perekat tapioka.
163
164 Faktor A komposisi bahan baku yaitu:
165 1. Koran (100%)
166 2. Koran + serasah (1:24)
167 3. Koran + kompos (1:24)
168 4. Koran + serbuk gergaji (1:24)
169 Faktor B konsentrasi perekat tapioka yaitu:
170 1. 0%
171 2. 8%
172 3. 12%

173 Analisis Data


174 Parameter yang diamati untuk Tahap 1 yaitu terhadap daya serap air serta penilaian
175 terhadap bentuk, daya retak dan kekuatan WSRL. Tahap 2 yaitu penilaian secara
176 kualitatif terhadap tingkat keerusakan, serangan jamur, sisa WSRL dan dekomposisi
177 WSRL. Data hasil penelitian dianalisis dengan software pengolah data statistik dengan
178 taraf nyata 5% dan apabila dalam analisis tersebut terdapat pengaruh nyata maka
179 dilakukan uji Duncan.
180 HASIL DAN PEMBAHASAN
181
182 Daya Serap Air
183 Pengukuran terhadap daya serap air WSRL dilakukan setelah perendaman dengan air
184 selama ±40 menit, dimana sebelumnya telah dilakukan pengukuran terhadap berat awal
185 dan berat akhir WSRL. Hasil pengukuran didapatkan persentase daya serap air WSRL.
186 Nilai persentase daya serap air untuk WSRL berkisar antara 171.04% sampai 223.69%,
187 dengan persentase daya serap air WSRL tertinggi terdapat pada perlakuan Ab (koran
188 100% + 8% perekat), sedangkan nilai persentase daya serap air terendah terdapat pada
189 perlakuan Ac( Koran 100% + 12% perekat). Jenis dan komposisi perekat memberikan
190 pengaruh tersendiri terhadap kualitas wadah semai (Budi et al. 2012). Jumlah kadar air
191 pada bahan juga dapat mempengaruhi perubahan dan penguraian yang terjadi pada
192 wadah semai (Widarti et al. 2015).
193 Sebelum dilakukan pengujian daya serap air, terlebih dahulu dilakukan penelitian
194 pendahuluan, yang berguna untuk mengetahui berapa lama kira kira WSRL tersebut
195 membutuhkan waktu untuk tenggelam. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan
196 bahwa tenggelamnya WSRL tersebut berbeda-beda untuk masing-masing perlakuan.
197 Namun lamanya waktu yang dibutuhkan ± 3 jam. Perbedaan tersebut bisa disebabkan
198 oleh faktor manusia dalam pembuatan, yang disebabkan oleh perbedaan jumlah bahan
199 yang masuk ke dalam cetakan, walaupun sudah dilakukan percobaan pendahuluan
200 untuk mendapatkan berapa gram kira-kira bahan baku untuk 1 buah WSRL, karena
201 pada saat finishing proses memperbaiki bentuk secara manual mengurangi jumlah
202 bahan baku pada 1 WSRL.
203 Hasil pengujian menunjukkan bahwa persentase daya serap air untuk WSRL berkisar
204 antara 171.04% sampai 223.69% dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan Ab
205 (Koran 100%+8 % perekat), sedangkan terendah terdapat pada perlakuan Ac (Koran
206 100%+ 12% perekat). Rendahnya daya serap air pada perlakuan Ac disebabkan oleh
207 rapatnya permukaan WSRL akibat penggunaan perekat tapioka hingga 12%, hal ini
208 berpengaruh pada air yang masuk ke dalam WSRL menjadi terhambat kemungkinan
209 tingginya konsentrasi perekat tersebut terlah membuat WSRL tersebut mengeras,
210 apalagi setelah dilakukan pengeringan melalui oven pada suhu 60 0C selama 2 hari. Di
211 samping itu juga pengaruh saat pembuatan dimana terdapat berat yang berbeda untuk
212 masing masing perlakuan WSRL. Hal ini dipengaruhi juga oleh tekanan yang diberikan
213 masih secara manual walaupun menggunakan alat hidrolik.
214 Berdasarkan pengamatan secara kualitatif menunjukkan bahwa perlakuan yang
215 menggunakan perekat memiliki bentuk yang lebih baik bila dibandingkan tanpa
216 perekat, kecuali pada perlakuan Ac. Hal ini disebabkan karena konsentarsi perekat 12%
217 telah membuat melumernya bentuk WSRL saat dikeluarkan dari cetakan, tetapi setelah
218 dilakukan penjemuran dan oven pada 600C selama 2 hari, telah membuat kekuatan dan
219 daya retak menjadi lebih baik. Kejadian ini juga berpengaruh kepada rendahnya daya
220 serap air pada perlakuan Ac. Demikian juga terhadap daya retak dan kekuatan WSRL,
221 perlakuan yang menggunakan perekat mempunyai hasil yang lebih baik bila
222 dibandingkan tanpa menggunakan perekat kecuali pada perlakuan Aa (koran 100% +
223 0% perekat), karena dari bahan koran itu sendiri telah adanya semacam lendir yang
224 telah membuat bahan pulp koran tersebut berikatan. Hal ini dipengaruhi oleh tidak
225 adanya bahan pencampur lain, sehingga yang terjadi adalah ikatan homogen dari bahan
226 itu sendiri.
227
228
229
230 Ketahanan WSRL
231 Setelah dilakukan penjemuran dan oven selama 2 hari pada suhu 60 0 C, maka
232 dilakukan pengujian kualitatif terhadap bentuk, daya retak dan kekuatan dari WSRL.
233 Penilaian didasarkan pada saat pengeluL untuk setiap perlakuan. Tabel 1 menunjukkan
234 kriteria penilaian kualitatif terhadap bentuk, daya retak dan kekuatan WSRL.
235
236 Tabel 1. Kriteria penilaian kualitattif terhadap bentuk, daya retak dan kekuatan WSRL
No Kriteria Kualitatif Bobot Nilai Keterangan Gambar
1 Bentuk
Baik ≥80% 4a
Sedang 51-79% 4b
Buruk ≤50% ≥ buruk dari 4b
2 Daya retak
Kurang ≤10% 5a
Sedang 11-19% 5b
Buruk ≥20% Hancur
3 Kekuatan
Baik ≥80% 6a
Sedang 51-79% 6b
Buruk ≤50% ≥ buruk dari 6b
237
238 Berikut ini adalah Gambar 4-6 yang menggambarkan tentang kualitas WSRL setelah
239 dilakukan penjemuran dan oven selama 2 hari pada suhu 600C.
240

241
242
243 Gambar 4. Penilaan kualitatif terhadap bentuk WSRL;
244 (a) baik dan (b) sedang
245
246
247
248 Gambar 5. Penilaian kualitatif terhadap daya retak WSRL; (a) kurang dan (b) sedang
249
250

251
252
253 Gambar 6. Penilaian kualitatif terhadap kekuatan WSRL;
254 (a) baik dan (b) sedang
255
256 Tabel 2 menunjukkan secara rata-rata penilaian kualitatif terhadap WSRL. Hasil
257 pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan Ab (Koran 100% + 8% perekat), Bb (koran
258 + Serasah + 8% perekat, Bc (koran + Serasah + 12% perekat), Cb (Koran + Kompos +
259 8% perekat), Cc (Koran + Kompos + 12% perekat), Db (koran + Serbuk gergaji+8%
260 perekat), dan Dc (Koran + serbuk gergaji +12% perekat) mempunyai bentuk yang lebih
261 baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
262 Perlakuan Ba (Koran+ serasah+ 0% perekat), Ca (Koran + kompos+ 0% perekat),
263 dan Da (koran+serbuk gergaji + 0% perekat) mempunyai daya retak yang sedang
264 dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan Aa (Koran 100%+0% perekat), Ab
265 (Koran 100%+8% perekat), Ac (Koran 100%+12% perekat), Bb (Koran+serasah+8%
266 perekat), Bc (Koran+serasah+ 12% perekat), Db (Koran+serbuk gergaji + 8% perekat)
267 dan Dc (Koran + serbuk gergaji+12% perekat) mempunyai kekuatan yang lebih baik
268 dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini berkaitan dengan proses pembuatan
269 yang dilakukan, dimana setelah selesai dilakukan pencetakan maka tindakan
270 selanjutnya adalah proses finishing, yang bertujuan untuk memperbaiki bentuk yang
271 kurang baik dari hasil cetakan.
272
273 Tabel 2. Penilaian kualitatif WSRL
Parameter penilaian kualitatif
No Kode
Bentuk Daya retak Kekuatan
1 Aa Sedang Kurang Baik
2 Ab Baik Kurang Baik
3 Ac Sedang Kurang Baik
4 Ba Sedang Sedang Sedang
5 Bb Baik Kurang Baik
6 Bc Baik Kurang Baik
7 Ca Sedang Sedang Sedang
8 Cb Baik Kurang Baik
9 Cc Baik Kurang Baik
10 Da Sedang Sedang Sedang
11 Db Baik Kurang Baik
12 Dc Baik Kurang Baik
274 Ket: Aa = Koran 100% + 0% perekat, Ab = Koran 100% + 8% perekat, Ac = Koran
275 100% + 12% perekat, Ba = Koran + serasah + 0% perekat, Bb = Koran + serasah +
276 8% perekat, Bc = Koran + serasah + 12% perekat, Da = Koran + serbuk gergaji +
277 0% perekat, Db = Koran + serbuk gergaji + 8% perekat, Dc = Koran + serbuk
278 gergaji + 12% perekat.
279
280 Kekuatan WSRL dengan perlakuan penggunaan perekat 12% memperlihatkan
281 kekuatan yang lebih kuat dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
282 perekat memiliki faktor yang penting untuk memperkuat bentuk WSRL. Budi et al.
283 (2012) menyatakan bahwa tanpa perekat wadah semai mudah mengalami kerusakan
284 pada saat dilakukan persemaian di lapangan. Faktor perekat dan berbagai komposisi
285 bahan serta interaksi antara keduanya nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit
286 (Fathurroman 2011; Syaputra 2011). Bahan organik yang menjadi media menjadi
287 sumber hara bagi tanaman (Wasis dan Sandrasari 2011). Wadah semai organik selain
288 mampu memperbaiki bibit dalam pertumbuhan juga ramah lingkungan dibandingkan
289 polibag konvensional yang berbahan plastik (Nursyamsi 2015). Hafsyah (2015)
290 menyatakan bahwa wadah semai berbahan organik mampu memperbaiki biomassa
291 tanaman dan terbukti lebih praktis.
292
293 KESIMPULAN
294 1. Perlakuan Ab yaitu koran 100% + 8% perekat memiliki daya serap air tertinggi dan
295 terendah Ac yaitu koran 100% + 12% perekat.
296 2. Perlakuan penggunaan koran 100% memperlihatkan WSRL yang lebih kuat
297 dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
298 DAFTAR PUSTAKA
299 Akhir, J., 2005. Pembuatan dan Pengujian Wadah Semai Ramah Lingkungan di Rumah
300 Kaca dan lapangan. Master Thesis. Institut Pertanian Bogor. Indonesia.
301 Budi, S.W, A. Sukendro dan L. Karlinasari. 2012. Penggunaan Pot Berbahan Dasar
302 Organik untuk Pembibitan Gmelina arborea Roxb di Persemaian. J. Agron.
303 Indonesia 40(3): 239-245.
304 Effendi, Z. 2017. Perancangan Green Polybag dari Limbah Kelapa Sawit sebagai Media
305 Pembibitan Pre Nursery Tanaman Kelapa Sawit (Elai guineensis Jacq).
306 Agrosamudra, Jurnal Penelitian. 4(2): 22-29.
307 Fathurrohman, F.H. 2011. Pembuatan dan Pengujian Kontainer Semai Berbahan
308 Organik pada Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) di Rumah
309 Kaca. Graduated Thesis. Institut Pertanian Bogor. Indonesia.
310 Hafsyah, S.S. 2015. Penggunaan Pot Organik Praktis untuk Pembibitan Suren (Toona
311 sinensis Roem.) di Rumah Kaca. Graduated Thesis. Institut Pertanian Bogor.
312 Indonesia.
313 Nursyamsi. 2015. Biopot sebagai Pot Media Semai Pengganti Polybag yang Ramah
314 Lingkungan. Info Teknis EBONI. 12(2): 121-129.
315 Rahmawati, N. 2016. Pengaruh Wadah Semai Berbahan Dasar Organik dan Fungi
316 Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap Pertumbuhan Semai Ochroma bicolor
317 Rowlee. Graduated Thesis. Institut Pertanian Bogor. Indonesia.
318 Ramadhani, D.P.A. 2016. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Pot Organik
319 untuk Meningkatkan Pertumbuhan Suren (Toona sinensis Roem) di Persemaian
320 Permanen IPB Dramaga. Graduated Thesis. Institut Pertanian Bogor. Indonesia.
321 Syaputra, T. 2011. Pembuatan dan Pengujian Wadah Semai Berbahan Dasar Organik
322 untuk Pembibitan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) di Persemaian. Graduated
323 Thesis. Institut Pertanian Bogor. Indonesia
324 Wasis, B dan N. Fathia. 2011. Pertumbuhan Semai Gmelina dengan Pupuk Kompos
325 pada Media Tanah Bekas Tambang Emas. J. Hutan Tropika. 17(1): 29-33
326 Wasis, B dan A. Sandrasari. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap
327 Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla King.) pada Media Bekas
328 Tambang Emas (Tailing). J. Silvikultur Tropika. 3(1): 109-112.
329 Widarti, N.B., K.S. Wardhini dan E. Sarwono. 2015. Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku
330 pada Pembuatan Kompos dari Kubis dan Kulit Pisang. Jurnal Integrasi Proses.
331 Vol. 5(2): 75-80.

Anda mungkin juga menyukai