Anda di halaman 1dari 17

Andi Prastowo: Perubahan Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan...

PERUBAHAN KURIKULUM PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN SD/MI DI INDONESIA: DARI KTSP MENUJU
KURIKULUM 2013

Andi Prastowo
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
anditarbiyah@gmail.com

Abstract: Curriculum change is a necessity for education is not anti-reality. The curriculum of Pancasila and
Civic Education for Primary Schools and Islamic Primary Schools in Indonesia is also changing along with the
change of curriculum policy of 2013 which replaces 2006 Curriculum. This change is done to improve the
quality of education in Indonesia. However, as the implementation of Curriculum 2013 there are still many
moral and legal issues in the environment of children and students who do not go away. Departing from that
problem, this research seeks to reveal how the curriculum changes Pancasila and Civic Education for
Elementary School and Islamic Primary School. By using literature study, the findings of this research
succeeded in revealing that the change of curriculum of Educational and Civic Education for Elementary
School and Islamic Primary Schools was substantially covering four aspects, namely objectives, content or
materials, strategies or methods, and evaluation of learning.

Keywords:Curriculum Changes, Civic Education, Pancasila Education, Elementary School, Islamic Primary
Schools

Abstrak: Perubahan kurikulum adalah sebuah keniscayaan agar pendidikan tidak anti realitas. Kurikulum
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidiayah di Indonesia juga
mengalami perubahan seiring dengan perubahan kebijakan kurikulum 2013 yang menggantikan Kurikulum
2006. Perubahan ini dilakukan agar terjadi perbaikan mutu pendidikan di Indonesia. Namun, seiring
pelaksanaan Kurikulum 2013 masih saja terjadi berbagai persoalan moral dan hukum di lingkungan anak dan
pelajar yang tidak kunjung surut. Berangkat dari persoalan itulah, penelitian ini berupaya untuk mengungkap
bagaimana perubahan kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk Sekolah dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah. Dengan menggunakan studi kepustakaan, temuan penelitian ini berhasil mengungkapkan
bahwa perubahan kurikulum PPKn untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah ternyata substansial
mencakup empat aspek yaitu tujuan, isi atau materi, strategi atau metode, dan evaluasi pembelajarannya.

Kata Kunci:Perubahan Kurikulum, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Pancasila, Sekolah Dasar,


Madrasah Ibtidaiyah

PENDAHULUAN dan 2004; kesembilan, kurikulum tingkat


satuan pendidikan (KTSP) 2006; dan
Perubahan kurikulum di sekolah atau kesepuluh, kurikulum 2013. Dengan kata lain,
madrasah bukan hal lumrah dalam dunia perubahan kurikulum di Indonesia bukanlah
pendidikan. Dalam sejarah pendidikan dasar sesuatu yang aneh dan merupakan sesuatu
dan menengah di Indonesia pasca yang wajar. Sholeh Hidayat menyebut
kemerdekaan, sekurang-kurangnya telah perubahan tersebut merupakan konsekuensi
terjadi 10 kali perubahan kurikulum. Adapun dan implikasi dari terjadinya perubahan
kesepuluh macam kurikulum tersebut, dari era sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan
pasca kemerdekaan hingga kurikulum yang perkembangan ilmu pengetahuan dan tenologi
diberlakukan saat ini terdiri dari: pertama, (Hidayat, 2013).
rencana pelajaran 1947; kedua, kurikulum Untuk itu, kurikulum sebagai
1952; ketiga, kurikulum 1964; keempat, seperangkat rencana dan pengaturan
kurikulum 1968; kelima, kurikulum mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
1975/1976; keenam, kurikulum 1984; ketujuh, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
kurikulum 1994; kedelapan, kurikulum 2002 penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

36
Andi Prastowo: Perubahan Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan... 37

mencapai tujuan pendidikan tertentu psikis dalam rentang satu dekade terakhir,
(Presiden Republik Indonesia, 2003), khususnya tahun 2011-2016, yang cenderung
perluterus dilakukan penyelarasan dan meningkat (KPAI, 2016) maka efektivitas
adaptasi. Penyelarasan dan adaptasi kurikulum di sekolah dasar dan madrasah
disesuaikan perubahan politik, ekonomi, ibtidaiyah (SD/MI) dalam mendidik anak agar
sosial, budaya dan ilmu pengetahuan dan menjadi individu yang bermoral,
teknologi secara periodik dan berkelanjutan. bertanggungjawab, dan menjadi warga negara
Ini artinya, kurikulum dalam suatu lembaga yang taat hukum semakin dipertanyakan
pendidikan menjadi sesuatu yang dinamis, efektivitasnya. Lebih khusus lagi yaitu
bukan statis. kurikulum mata pelajaran Pancasila dan
Selaras penjelasan Hamalik bahwa Kewarganegaraan (PKn) belum berperan
perubahan kurikulum dipengaruhi oleh secara optimal. Asumsi ini didasarkan pada
beberapa faktor yaitu: pertama, tujuan pandangan Susanto (2013) bahwa
filsafat pendidikan nasional yang dijadikan pembelajaran PKn di Sekolah
sebagai dasar untuk merumuskan tujuan Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dimaksudkan
institusional yang pada gilirannya menjadi untuk membantu peserta didik agar dapat
landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu membentuk manusia Indonesia seutuhnya
satuan pendidikan; kedua, sosial budaya yang dalam pembentukan karakter bangsa yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat; ketiga, diharapkan mengarah pada penciptaan suatu
keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, masyarakat yang menempatkan demokrasi
biokologi, geokologi); keempat, kebutuhan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
pembangunan politik, ekonomi, sosial, yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan
budaya, dan perhanan keamanan; dan kelima, norma-norma yang berlaku di masyarakat
perkembangan ilmu pengetahuan dan yang diselenggarakan selama enam tahun.
teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan Berbagai upaya perbaikan mutu
kemanusiaan serta budaya bangsa (Hidayat, pendidikan di Indonesia selama ini, salah
2013). satunya melalui pengembangan kurikulum
Kurikulum mempunyai kedudukan baru, yang dilakukan secara periodik
sentral dan strategis dalam seluruh proses (Surakhmad, 2009) pada pendidikan dasar
pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala dan menengah (sekolah dan madrasah)
bentuk aktivitas pendidikan untuk tercapainya sesungguhnya merupakan sebuah pilihan
tujuan pendidikan. Kurikulum sekolah dan yang sangat tepat. Seperti diungkapkan
madrasah merupakan instrumen strategis Suryadi (dalam Tim PGRI, 2014) bahwa
untuk pengembangan manusia yang sebagai investasi publik, pendidikan dasar
berkualitas baik jangka pendek maupun adalah yang paling menguntungkan (Internal
jangka panjang. Kurikulum sekolah dan Rate of Return atau IRR, 25-30%)
madrasah juga memiliki koherensi yang amat dibandingkan pendidikan tinggi (IRR, antara
dekat dengan upaya pencapaian tujuan 10-15%). Pendidikan tinggi memang
sekolah atau madrasah dan tujuan pendidikan merupakan investasi yang menguntungkan,
nasional. Oleh karena itu, perubahan dan tetapi hanya untuk orang per orang (private
pembaharuan kurikulum harus menyesuaikan rate of return, 15-20%). Bahkan dalam
dengan kebutuhan dan perkembangan analisis Sakernas tahun 2011, Suryadi juga
masyarakat serta perkembangan kemajuan mengungkapkan bahwa terdapat gejala yang
ilmu pengetahuan dan teknologi (Hidayat, konsisten bahwa semakin tinggi pendidikan
2013). semakin besar persentase lulusan yang
Jika melihat fenomena peningkatan menganggur. Persentase penganggur lulusan
jumlah kasus kenakalan atau kasus hukum pendidikan dasar yaitu SD 1-3%, SMP 5-6%,
yang terjadi pada anak atau pelajar di sekolah menengah 14% dan pendidikan tinggi
Indonesia, seperti tawuran, kekerasan pelajar 13%. Sedangkan perluasan SMK sebagai
di sekolah, kekerasan seksual online, pendidikan persiapan kerja justru
narkotika, pornografi, kekerasan fisik maupun menghasilkan lulusan penganggur dengan
38 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 36-52

persentase terbesar 15,9%.Namun, tersebut ditemukan bahwa masih banyak


paradoksnya adalah proporsi anggaran celah yang belum dikaji dalam penelitian
pendidikan tinggi lebih besar (>50%) sebelumnya mengenai kurikulum PKn, salah
dibandingkan dengan anggaran pendidikan satunya yaitu perubahan kurikulum PKn
pada jenjang di bawahnya (Anggaran antara Kurikulum 2013 dengan KTSP.
Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2013) Berangkat dari uraian tersebut, artikel ini
sehingga mutu pendidikan dasar dan berusaha mengurai tentang perubahan apa
menengah semakin terpuruk dalam studi saja yang terjadi dalam kurikulum PKn antara
perbandingan internasional. Studi World Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Tingkat
Education Indicator (WEI) tahun 2005 Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang
menunjukkan bahwa semua negara peserta Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah,
WEI Asia Timur dan anggota OECD terutama difokuskan pada mengapa perlu
mengalokasikan anggaran pendidikan dasar dilakukan perubahan terhadap KTSP, seperti
antara 50-60%. (Tim PGRI, 2014). apa kebijakan perubahan kurikulum 2013, dan
Surakhmad (2009) menyatakan bahwa bagaimana perubahan yang terjadi pada
kurikulum untuk sekolah dan madrasah secara Kurikulum PPKn Kurikulum 2013
silih berganti diubah oleh pemerintah, bukan dibandingkan dengan KTSP. Pembahasan
penyempurnaan. Semuanya itu dilakukan oleh mengenai pokok-pokok permasalahan
pemerintah tanpa ada studi, elaborasi konsep, tersebut diuraikan selengkapnya pada bagian
dan bukti-bukti empiris yang dapat digunakan pembahasan.
untuk membenarkannya. Hanya catatan
sporadis dari masyarakat peduli dan PEMBAHASAN
konsensus di kalangan pengambil keputusan.
Karena itu, tidak pernah dapat ditemukan Urgensi Perubahan terhadap Kurikulum
alasan dan penjelasan yang kuat mengapa 2006 (KTSP)
sebuah kurikulum harus diganti dengan Wacana pengembangan kurikulum
kurikulum tertentu.Akibatnya, guru sebagai baru, sebagai pengganti Kurikulum 2006
pelaksana hanya menerima kurikulum baru (KTSP), sebenarnya mulai terasa sejak
sebagai kenyataan yang tidak bisa ditolak, maraknya fenomena tawuran pelajar, perilaku
sebagai kurikulum siap pakai, tanpa harus asusila, dan kecurangan dalam ujian yang
mempertanyakannya lagi. dilakukan sejumlah kalangan pelajar di
Dari hasil penelusuran studi-studi beberapa daerah di Indonesia pada tahun
sebelumnya yang mengkaji mengenai 2011-2012. Kondisi tersebut telah
kurikulum Pendidikan Pancasila dan meresahkan berbagai kalangan masyarakat
Kewarganegaraan diSekolah Dasar dan sehingga kemudian masyarakat
Madrasah Ibtidaiyah di Indonesia ditemukan mulaimempertanyakan tentang peran dan
beberapa penelitian terdahulu yang relevan. fungsi sekolah dan madrasah selama ini.
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang Berangkat dari keresahan tersebut lahirlah
relevan tersebut dapat diklasifikasikan program pendidikan karakter yang
menjadi lima topik besar, yaitu: (1) dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan
implementasi kurikulum PKn, baik pada Nasional (Kemendikbud – saat ini) pada
jenjang SMA (Fatmawati dan Harmanto, tahun 2011. Melalui Pusat Kurikulum pada
2015; Syahroi, dkk., 2015;Wulandari, dkk., Badan Penelitian dan Pengembangan,
2016), jenjang SMP (Riani, dkk., 2016), Kemendiknas menerbitkan buku pedoman
maupun jenjang SD (Shalihah, dkk., 2013); untuk pelaksanaan pendidikan karakter di
(2) strategi atau metode pembelajaran PKn sekolah dan madrasah yang berjudul
(Sudrajat, 2016; Yani, dkk., 2011); (3) “Pengembangan Pendidikan Budaya dan
evaluasi pembelajaran PKn (Kurniasari, dkk., Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah”. Dari
2017); dan kompetensi guru dalam buku tersebut disajikan materi pendidikan
implementasi kurikulum (Widyawati, dkk., karakter yang mencakup 18 aspek, yaitu:
2016). Dari studi kepustakaan terdahulu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
Andi Prastowo: Perubahan Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan... 39

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, mendorong sekolah untuk melakukan
semangat kebangsaan, cinta tanah air, pengambilan keputusan secara partisipatif
menghargai prestasi, bersahabat atau dalam pengembangan kurikulum, dan secara
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, khusus (Suwignyo dalam Indratno (ed.),
peduli lingkungan, peduli sosial, dan 2008), adalah pertama: untuk meningkatkan
tanggungjawab (Pusat Kurikulum Badan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas, inisiatif sekolah dalam mengembangkan
2011). kurikulum, mengelola dan memberdayakan
Adapun sejumlah kebijakan yang sumberdaya yang tersedia; kedua,
menjadi landasan pengembangan KTSP yaitu meningkatkan kepedulian warga sekolah dan
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, masyarakat dalam pengembangan kurikulum
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 melalui pengambilan keputusan bersama, dan
tentang Standar Nasional Pendidikan, ketiga, meningkatkan kompetisi yang sehat
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tenang antar satuan pendidikan tentang kualitas
Standar Isi, Permendiknas No. 23 Tahun 2006 pendidikan yang akan dicapai.
tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Meskipun demikian, ternyata muncul
Permendiknas No. 24 tahun 2006 tentang sejumlah persoalan dalam penerapan KTSP di
Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 sekolah dan madrasah. Berikut ini Suwignyo
tersebut (Suwignyo dalam Indratno (Ed.), (dalam Indratno (ed.), 2008) merangkum dari
2008). berbagai sumber sejumlah persoalan teknis
Beberapa penyempurnaan yang dalam praktik KTSP di lapangan, yaitu:
dilakukan BSNP terhadap kurikulum pertama, kesiapan guru masih kurang
sebelumnya dalam KTSP yaitu: pertama, sehingga justru kebingungan ketika harus
pengurangan beban belajar kurang lebih 10%, mempraktikkan KTSP, kedua, KTSP
dan kedua, penyederhanaan kerangka dasar dipandang membebani guru, ketiga, KTSP
dan struktur kurikulum (Suwignyo dalam juga dinilai ambigu karena disatu sisi
Indratno (Ed.), 2008). Sementara itu, Sholeh menekankan proses pembelajaran kreatif,
Hidayat menyatakan bahwa perbedaan tetapi evaluasinya melalui Ujian Nasional
mendasar KTSP dengan kurikulum tetap menitikberatkan hasil. Sedangkan
sebelumnya (KBK versi 2002 dan 2004) yaitu persoalan substansial dalam penerapan KTSP,
sekolah dan madrasah diberi kewenangan yaitu: penjabaran standar kompetensi ke
penuh menyusun rencana pendidikannya kompetensi dasar tidak selalu dilandasi
dengan mengacu pada standar-standar yang pemikiran mendalam.
telah ditetapkan, mulai dari tujua, visi-misi, Sebagai contoh, untuk pelajaran PPKn
struktur dan muatan kuriklum, beban belajar, SD kelas 1 semester 1 pertemuan pertama,
kalender pendidikan, hingga pengembangan standar kompetensi dirumuskan: “menerapkan
silabusnya (Hidayat, 2014). Sementara itu, hidup rukun dalam perbedaan”. Kompetensi
Agus Suwignyo (dalam Indratno (ed.), 2008) dasarnya: “menjelaskan perbedaan jenis
mengidentifikasi bahwa perbedaan KTSP kelamin, agama, dan suku bangsa”. Dalam
dengan KBK yaitu kalau KTSP mengatur silabus yang dikembangkan guru di sebuah
distribusi pembelajaran kepada sekolah dan SD dituliskan, sebagai kegiatan inti, peserta
guru, sedangkan KBK memandu arah atau didik diminta memperkenalkan diri dengan
orientasi akhir pembelajaran. Jadi KTSP dan menyebutkan jenis kelamin, agama dan suku
KBK justru saling melengkapi. bangsanya. Kemudian, peserta didik
Di samping itu, urgensi implementasi melakukan diskusi kelompok tentang
KTSP di setiap satuan pendidikan juga perbedaan jenis kelamin, agama dan suku
didasarkan pada sejumlah tujuan yang sangat bangsa yang ada di dalam kelas. Contoh
positif dari KTSP, yaitu: secara umum, untuk kasus trsebut memunculkan pertanyaan.
memandirikan dan memberdayakan satuan Sementara jenis kelamin dan etnisitas
pendidikan melalui pemberian kewenangan merupakan identitas bawaan-lahir (in-born),
(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan apakah agama juga demikian? Itulah
40 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 36-52

persoalan yang substansial menurut Suwignyo sedikit yang selalu bingung dan bingung dan
(dalam Indratno (ed.), 2008). akhirnya tidak berbuat apa-apa.
Persoalan lain dalam penerapan KTSP Di samping itu, berdasarkan hasil
yang berhasil diamati oleh J.C. Tukiman telaah pemerintah terhadap implementasi
Taruna (2008:65), yaitu: para guru “sibuk” KTSP ditemukan adanya beberapa
bergelut dengan KTSP. Ada yang jatuh kesenjangan dalam kurikulum tersebut.
bangun menyusun atau mengembangkan Sejalan dengan perkembangan ilmu
sendiri setelah membaca berbagai sumber, ada pengetahuan teknologi dan seni yang
yang sibuk bertanya ke berbagai sumber, berlangsung cepat dalam era global dewasa
tidak kurang yang sekadar menunggu ini, dapat diidentifikasi beberapa kesenjangan
perkembangan dalam arti nanti tinggal kurikulum tersebut sebagai berikut (Mulyasa,
mencontoh saja (copy-paste), pun tidak 2013)

Tabel 1. Kesenjangan Kurikulum KTSP dan Tuntutan Zaman Saat Ini

Kondisi Saat Ini (KTSP) Konsep Ideal


A. Kompetensi Lulusan A. Kompetensi Lulusan
1 Belum sepenuhnya menekankan pendidikan 1 Berkarakter mulia
2 Belum menghasilkan keterampilan sesuai 2
Keterampilan yang relevan
kebutuhan
3 Pengetahuan-pengetahuan lepas 3 Pengetahuan-pengetahuan terkait
B. Materi Pembelajaran B. Materi Pembelajaran
1 Belum relevan dengan kompetensi yang 1
dibutuhkan Relevan dengan materi yang dibutuhkan
2 Beban belajar terlalu berat 2 Materi esensial
3 Terlalu luas, kurang mendalam 3 Sesuai dengan tingkat perkembangan anak
C. Proses Pembelajaran C. Proses Pembelajaran
1. Berpusat pada guru 1. Berpusat pada peserta didik
2. Proses pembelajaran berorientasi pada buku 2. Sifat pembelajaran yang kontekstual
teks
3. 3 Buku teks memuat materi dan proses
pembelajaran, sistem penilaian serta
Buku teks hanya memuat materi bahasan kompetensi yang diharapkan
D. Penilaian D. Penilaian
1. Menekankan aspek kognitif 1. Menekankan aspek kognitif, afektif,
psikomotorik secara proporsional
2. Tes menjadi cara penilaian yang dominan 2. Penilaian tes pada portofolio saling
melengkapi

Kondisi Saat Ini (KTSP) Konsep Ideal


E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Memenuhi kompetensi profesi saja 1. Memenuhi ometensi profesi, pedagogi,
sosial, dan personal
2. Fokus pada ukuran kinerja 2. Motivasi mengajar
F. Pengelolaan Kurikulum F. Pengelolaan Kurikulum
1. Satuan pendidikan mempunyai pembebasan 1. Pemerintah pusat dan daerah memiliki
dalam pengelolaan kurikulum kendali kualitas dalam pelaksanaan
kurikulum di tingkat satuan pendidikan
2. satuan pendidikan, kebutuhai peserta didik, 2. Satuan pendidikan mampu menyususn
dan potensi daerah kurikulum dengan
mempertimbangkankondisisatuan
pendidikan, kebutuhanpeserta didik, dan
potensidaerah
3. Pemerintah hanya menyiapkan sampai 3. Pemerintah menyiapkan semua komponen
standar isi mata pelajaran kurikulum sampai buku teks dan pedoman
Andi Prastowo: Perubahan Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan... 41

Karena KTSP 2006 dinilai Muhammad Nuh, perubahan dan


mengandung berbagai persoalan dari pengembangan kurikulum (Kurikulum 2013)
persoalan yang substansial hingga ke merupakan persoalan yang sangat penting,
persoalan teknis oleh karena itu diperlukan karena harus senantiasa disesuaikan dengan
pengembangan kurikulum baru dengan tuntutan zaman (Mulyasa, 2013). Selain itu,
penyumpurnaan sejumlah pola pikir, yaitu juga karena adanya temuan bahwa kurikulum
Kurikulum 2013. Dengan kata lain sebelumnya (KTSP) ternyata banyak
penggantian Kurikulum Tingkat Satuan kelemahan dalam implementasi di sekolah
Pendidikan pada pendidikan dasar dan dan madrasah. Begitupula problem yang
menengah dengan Kurikulum 2013 menjadi dihadapai bangsa Indonesia yang semakin
suatu keniscayaan. Karena melalui kompleks terutama yang melibatkan pelajar
pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan dan mahasiswa seperti perkelahian pelajar,
dapatdihasilkan insan Indonesia yang: perjudian, penyalahgunaan obat terlarang,
produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui narkoba, korupsi, kolusi dan nepotisme
penguatan sikap, keterampilan, dan (KKN), plagiarisme, kebocoran dan berbagai
pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, kecurangan dalam ujiansehingga
pengembangan kurikulum difokuskan pada membutuhkan perubahan sistem pendidikan
pembentukan kompetensi dan karakter peserta secara mendasar. Faktor lainnya, yaitu
didik, berupa paduan pengetahuan, berbagai masalah dan tantangan masa depan
keterampilan, dan sikap yang dapat yang semakin lama semakin rumit dan
didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud kompleks.
pemahaman terhadap konsep yang Berbagai tantangan masa depan
dipelajarinya secara kontekstual. Kurikulum tersebut antara lain berkaitan dengan
2013 memungkinkan para guru menilai hasil globalisasi dan pasar bebas, masalah
belajar peserta didik dalam proses pencapaian lingkungan hidup, pesatnya kemajuan
sasaran belajar, yang mencerminkan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan
penguasaan dan pemahaman terhadap apa teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan,
yang dipelajari. kebangkitan industri kreatif dan budaya,
Oleh karena itu, peserta didik perlu pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
mengetahui kriteria penguasaan kompetensi pengaruh dan imbas teknosains, mutu,
dan karakter yang akan dijadikan sebagai investasi dan transformasi pada sektor
standar penilaian hasil belajar, sehingga para pendidikan, serta materi TIMSS dan PISA
peserta didik dapat mempersiapkan dirinya yang harus dimiliki oleh peserta didik
melalui penguasaan terhadap sejumlah (Mulyasa, 2013).
kompetensi dan karakter tertentu, sebagai Semuanya itulah mendorong
prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat pengembangan kurikulum baru, Kurikulum
penguasaan kompetensi dan karakter 2013, yang dinilai akomodatif, solutif dan
berikutnya (Mulyasa, 2013). Namun, apakah antisipatif terhadap berbagai problem,
dengan perubahan kurikulum dari KTSP ke kebutuhan, dan tantangan di masyarakat baik
Kurikulum 2013 kemudian dapat dipastikan pada masa kini maupun di masa yang akan
mutu pendidikan di sekolah dan madrasah datang.Selaras dengan penjelasan Kunandar
akan meningkat sebagaimana tujuan tersebut, (2013) yang menyatakan bahwa Kurikulum
dan apakah tidak memunculkan problem atau 2013 bertujuan untuk mempersiapkan
kontroversi baru? Untuk menemukan jawaban manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
dari pertanyaan tersebut dapat dibaca pada hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
segmen selanjutnya. beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada
Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
Menurut pemerintah dalam hal ini bernegara, dan peradaban dunia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
42 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 36-52

Kurikulum 2013 tetap merupakan pendidikan, bukan daftar mata pelajaran;


kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum kedua, guru di satu satuan pendidikan adalah
berbasis kompetensi adalah outcomes-based satu satuan pendidik (community of
curriculum oleh karena itu pengembangan educators), mengembangkan kurikulum
kurikulum diarahkan pada pencapaian secara bersama-sama; ketiga, pengembangan
kompetensi yang dirumuskan dari Standar kurikulum di jenjang satuan pendidikan
Kompetensi Lulusan (SKL) (Kunandar, dipimpin langsung oleh kepala sekolah; dan
2013). Kerangka dasar Kurikulum 2013 keempat, pelaksanaan implementasi
dikembangkan berdasarkan tiga landasan, kurikulum di satuan pendidikan dievaluasi
yaitu: pertama, landasan folosofis, kedua, oleh kepala sekolah. Sementara itu, perubahan
landasan teoritis, dan ketiga, landasan yuridis. utama Kurikulum 2013 dibandingkan dengan
Landasan filosofis tersebut meliputi: kurikulum sebelumnya, KTSP 2006, meliputi
pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk empat elemen utama. Secara umum, elemen
membangun kehidupan bangsa masa kini dan perubahan dalam Kurikulum 2013 tersebut
masa mendatang; peserta didik adalah pewaris meliputi: pertama, standar kompetensi
budaya bangsa yang kreatif; pendidikan lulusan; kedua, standar proses; ketiga, standar
ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan isi; dan keempat, standar penilaian.
intelektual dan kecemerlangan akademik Selanjutnya, karena perubahan ini maka
melalui pendidikan disiplin ilmu; dan diperlukan sejumlah persiapan yang harus
pendidikan untuk membangun kehidupan dilakukan oleh tiap-tiap pengelola satuan
masa kini dan masa depan yang lebih bak dari pendidikan, dari mulai kepala sekolah, guru,
masa lalu dengan berbagai kemampuan dan tenaga kependidikan (Majid, 2013).
intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap Untuk skema strategi implementasi kurikulum
sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk 2013 dapat dilihat seperti pada Gambar 1
membangun kehidupan msyarakat dan bangsa berikut ini.
yang lebih baik (experimentalism and social
reconstruction). Landasan teoritisnya meliputi
teori pendidikan berdasarkan standar
(standard-based education) dan teori
kurikulum berbasis kompetensi (competency-
based curriculum).
Empat prinsip yang digunakan dalam
pengembangan Kurikulum 2013 (Majid,
2014), yaitu: pertama, bahwa sekolah adalah
satu kesatuan lembaga pendidikan dan
kurikulum adalah kurikulum satuan

Gambar 1.
Strategi Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013
(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kemendikbud, 2013)

Gambar 1 di atas menjelaskan bahwa pemerintah daerah provinsi dan pemerintah


implementasi kurikulum adalah usaha daerah kabupaten/kota (Prastowo, 2015).
bersama antara Pemerintah dengan Menurut Badan Pengembangan Sumber Daya
Andi Prastowo: Perubahan Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan... 43

Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Kurikulum 2013 di Sekolah/Madrasah (Badan


Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendikbud Pengembangan Sumber Daya Manusia
(2012), tugas dan tanggungjawab masing- Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan
masing pihak tersebut dalam implementasi Mutu Pendidikan Kemendikbud, 2013) yaitu:
kurikulum 2013, yaitu: pertama, pemerintah pertama, pelatihan pendidik dan tenaga
bertanggungjawab dalam mempersiapkan kependidikan, dari tahun 2013 – 2015; kedua,
guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan pengembangan buku siswa dan buku
kurikulum; kedua, pemerintah pegangan guru dari tahun 2012 – 2014;
bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi ketiga, pengembangan manajemen,
pelaksanaan kurikulum secara nasional; kepemimpinan, sistem administrasi, dan
ketiga, pemerintah provinsi pengembangan budaya sekolah (budaya kerja
bertanggungjawab dalam melakukan supervisi guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai
dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum dari bulan Januari – Desember 2013; dan
di propinsi terkait; dan keempat, pemerintah keempat, pendampingan dalam bentuk
kabupaten/kota bertanggungjawab dalam Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan
memberikan bantuan profesional kepada guru kesulitan dan masalah implementasi dan
dan kepala sekolah dalam melaksanakan upaya penanggulangan, yaitu mulai Juli 2013
kurikulum di kabupaten/kota terkait. – 2016. Skema untuk rencana implementasi
Adapun strategi yang disiapkan oleh Kurikulum 2013 dapat dilihat pada Gambar 2
Pemerintah dalam mengimplementasikan berikut ini.

Gambar 2. Rencana Implementasi Kurikulum 2013

Dari Gambar 2 di atas dapat sebagai ujung tombak dari pelaksanaan


dijelaskan bahwa implementasi Kurikulum kurikulum ini mendapatkan pendampingan
2013 pada tahap pertama terbagi menjadi dari sejumlah pihak, yaitu meliputi: guru
dua fase, yaitu fase persiapan dan fase inti, kepala sekolah, dan pengawas.
implementasi. Pada fase persiapan Dengan pendampingan ini diharapkan
pemerintah melakukan pelatihan kepada pelaksanaan kurikulum 2013 dapat
guru yang terbagi menjadi beberapa terlaksana sesuai tujuan yang diharapkan
kelompok, yaitu pelatihan bagi pelatih (Prastowo, 2015).
nasional, pelatihan bagi guru inti, dan
pelatihan kepada guru (SP, 2013). Proses
pelaksanaan implementasi 2013
melibatkan berbagai pihak agar dapat
terlaksana sesuai tujuan.
Skema proses tersebut dapat dilihat
pada Gambar 3. Dari Gambar 3 dapat
diketahui bahwa dalam tahap pelaksanaan
Kurikulum 2013, sejumlah sekolah sasaran
dari semua jenjang secara terbatas mulai Gambar 3.
bulan Juli 2013 sudah menggunakan Proses Pelaksanaan Kurikulum 2013 (Badan
kurikulum baru ini. Dalam proses Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
pelaksanaan kurikulum baru ini, para guru
44 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 36-52

dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan dari kebijakan baru Menteri Pendidikan
Kemendikbud, 2013) dan Kebudayaan yang menyatakan
Berdasarkan uraian di atas dapat membatasi pelaksanakan Kurikulum 2013
ditarik pemahaman bahwa pengembangan maka Menteri Agama pun mengeluarkan
Kurikulum 2013 masih merupakan PMA No. 207 Tahun 2014 tertanggal 31
kelanjutan dari kurikulum berbasis Desember 2014 yang isinya menghentikan
kompetensi. Kurikulum 2013 penerapan Kurikulum 2013 pada mata
dikembangan dengan landasan filosofis pelajaran umum dan terus melanjutkan
eksperimentalisme dan rekonstruksio- Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran
nisme. Sedangkan teori pendidikan Pendidikan Agama Islam.
berdasarkan standar dan teori kurikulum Pembatasan implementasi Kuriku-
berdasarkan standar adalah basis lum 2013 di sekolah dan madrasah tersebut
teoritisnya. Selanjutnya, sebagai landasan tidaklah hanya karena persoalan politis,
yuridis yaitu UUD 1945, UU No. 17 yaitu pergantian orang nomor 1 di
Tahun 2005, PP No. 19 Tahun 2005 yang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
kemudian diubah menjadi PP No. 32 tetapi juga tampaknya karenaadanya
Tahun 2013. Implementasi Kurikulum berbagai persoalan dan kontroversi yang
2013 dilakukan dengan cara bertahap, menyelimuti proses pengembangan
dimulai dari kelas dan sekolah tertentu maupun implementasi Kurikulum 2013.
pada tahun pertama (2013) hingga pada Untuk lebih jelasnya tentang bagaimana
tahap ketiga yaitu pada Juli 2015 persoalan dan kontroversi yang terjadi di
semestinya semua tingkat dan sekolah masyarakat sehingga kemudian kurikulum
sudah melaksanakannya. Sedangkan yang baru berumur 3 semester tersebut
untuk madrasah, pelaksanaannya baru harus dihentikan “sementara” pada akhir
dimulai tahun pelajaran 2014/2015. tahun 2014 dapat ditemukan jawabannya
Namun, dalam prakteknya ternyata pada pembahasan segmen berikutnya.
rancangan tersebut tidak dapat terlaksana
sebagaimana yang diharapkan. Ketika peta Perubahan Kurikulum PPKn antara
perpolitikan nasional mengalami KTSP dan Kurikulum 2013
perubahan drastis pada tahun 2014 Ada hal yang menarik dalam
tepatnya setelah pesta demokrasi, pemilu, perubahan kurikulum pendidikan dasar dan
dan pemilihan presiden serta wakil menengah, dari Kurikulum 2006 (KTSP)
presiden, kurikulum 2013 pun akhirnya menunju Kurikulum 2013. Salah satunya
harus ikut terkena imbasnya. Setelah yaitu terjadi pada kurikulum mata
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang pelajaran Pendidikan Pancasila dan
lama, Muhammad Nuh, diganti dengan Kewarganegaraan. Ada 4 aspek yang
Mendikbud yang baru, Anis Baswedan, menjadi fokus analisis perubahan
pada akhir tahun 2014 implementasi kurikulum PPKn antara KTSP dan
Kurikulum 2013 dihentikan sementara Kurikulum 2013, yaitu: tujuan pembela-
perluasan implementasinya. Dengan jaran, isi atau materi pembelajaran, strategi
keluarnya Permendikbud RI No. 160 atau metode, dan evaluasi pembelajaran.
Tahun 2014 maka implementasi Penjelasan selengkapnya untuk empat
Kurikulum 2013 hanya dibatasi (selambat- fokus kajian tersebut disajikan berikut ini.
lambatnya sampai tahun 2019) untuk Pertama, tujuan pembelajaran.
sekolah yang sudah melaksanakan Tujuan pembelajaran PPKn dalam
Kurikulum 2013 selama 3 semester, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
adapun bagi yang baru 1 semester harus dikembangkan dengan mengacuStandar
kembali menggunakan Kurikulum Tingkat Kompetensi Lulusan (SKL) Satuan
Satuan Pendidikan. Sementara itu, dalam Pendidikan, Standar Kompetensi
konteks kurikulum di madrasah, merujuk Kelompok Mata Pelajaran, sekaligus
Andi Prastowo: Perubahan Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan... 45

Standar Kompetensi dan Kompetensi sendiri dalam lingkungan keluarga dan


Dasar yang telah ditetapkan Pemerintah teman sebaya
(Mulyasa, 2006:91). Setiap jenjang satuan k. Menunjukkan kemampuan mengeks-
pendidikan memiliki SKL Satuan presikan diri melalui kegiatan seni dan
Pendidikan yang berbeda dengan SKL budaya lokal.
satuan pendidikan pada jenjang lainnya.
SKL Satuan Pendidikan telah ditetapkan Sementara itu, disebutkan dalam
per jenjang oleh Pemerintah dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 bahwa
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional keberadaan mata pelajaran PPKn di SD/MI
(Permendiknas) No. 23 Tahun 2006. dalam KTSP bertujuan agar peserta didik
Standar Kompetensi Kelompok Mata memiliki kemampuan sebagai berikut:
Pelajaran (SK-KMP) menunjukkan a. Berpikir secara kritis, rasional, dan
kualifikasi kemampuan minimal peserta kreatif dalam menanggapi isu
didik yang menggambarkan penguasaan kewarganegaraan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang b. Berpartisipasi secara aktif dan
diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan bertanggung jawab, dan bertindak
atau semester untuk kelompok mata secara cerdas dalam kegiatan
pelajaran tertentu. SK-KMP untuk bermasyarakat, berbangsa, dan
kelompok mata pelajaran Kewarganega- bernegara, serta anti-korupsi
raan dan Kepribadian dikembangkan c. Berkembang secara positif dan
berdasarkan tujuan, yaitu: "Membentuk demokratis untuk membentuk diri
peserta didik menjadi manusia yang berdasarkan karakter-karakter
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah masyarakat Indonesia agar dapat
air" . hidup bersama dengan bangsa-bangsa
Adapun SK-KMP Kewarganega- lainnya
raan dan Kepribadian menurut Permen- d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa
diknas No. 23 Tahun 2006 (Menteri lain dalam percaturan dunia secara
Pendidikan Nasional, 2006) meliputi: langsung atau tidak langsung dengan
a. Menunjukkan kecintaan dan memanfaatkan teknologi informasi
kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan komunikasi.
dan tanah air Indonesia
b. Mematuhi aturan-aturan sosial yang Selanjutnya, Standar Kompetensi
berlaku dalam lingkungannya dan Kompetensi Dasar (SKKD) untuk
c. Menghargai keberagaman agama, Mata Pelajaran PPKn menjadi arah dan
budaya, suku, ras, dan golongan sosial landasan untuk mengembangkan materi
ekonomi di lingkungan sekitarnya pokok, kegiatan pembelajaran, dan
d. Menunjukkan kecintaan dan indikator pencapaian kompetensi untuk
kepedulian terhadap lingkungan penilaian. Merujuk pada SKKD Mata
e. Mengenal kekurangan dan kelebihan Pelajaran PPKn KTSP untuk SD/MI pada
diri sendiri Permendiknas No. 22 Tahun 2006 bahwa
f. Menunjukkan rasa keingintahuan yang SKKD tersebut mencakup dua ranah, yaitu
tinggi dan menyadari potensinya ranah pengetahuan dan ranah sikap. Ranah
g. Berkomunikasi secara santun pengetahuan pada SKKD PPKn di SD/MI,
h. Menunjukkan kegemaran membaca mengacu Taksonomi Bloom (Anderson
i. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, dan Krathwohl, 2015:116), paling tinggi
sehat, bugar, aman, dan berada pada level "Mengaplikasikan" (C3).
memanfaatkan waktu luang Untuk ranah sikapnya, level kompetensi
j. Bekerja sama dalam kelompok, sikap tertinggi berada pada level
tolong-menolong, dan menjaga diri "Menghargai" (A3).
46 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 36-52

Sedangkan tujuan pembelajaran keberagaman di lingkungan keluarga,


dalam mata pelajaran PPKn Kurikulum sekolah, dan masyarakat.
2013 untuk SD/MI dikembangkan dari Sementara itu, jika mencermati
SKL per jenjang pendidikan yang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
ditetapkan oleh Pemerintah melalui Mata pelajaran PPKn Kurikulum 2013 di
Peraturan Menteri Pendidikan dan SD/MI, sebagaimana tercantum dalam
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 20 Permendikbud No. 24 Tahun 2016 maka
Tahun 2016 (Menteri Pendidikan dan dapat diungkapkan bahwa tujuan
Kebudayaan, 2016). Tujuan pembelajaran pembelajaran PPKn meliputi empat ranah,
dalam Kurikulum 2013 mengacu dan yaitu sikap spiritual, sikap sosial,
dikembangkan dari SKL, Standar Isi, dan pengetahuan, dan keterampilan.
Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar. Kompetensi sikap spiritual PPKn SD/MI
Standar Isi PPKn dalam Permendikbud merentang dari level "Menerima" (A1)
No. 21 Tahun 2016 (Menteri Pendidikan hingga level "Menghargai" (A3).
dan Kebudayaan, 2016) menyebutkan Kompetensi sikap sosialnya merentang
bahwa kompetensi untuk tingkat dari level "Menerima" (A1) hingga level
pendidikan dasar yaitu: "Menjalankan" (A2). Kompetensi ranah
a. Menunjukkan sikap sebagai mahluk pengetahuan PPKn SD/MI merentang dari
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam level "Mengingat" (C1) hingga level
konteks keberagaman kehidupan di "Memahami" (C2), untuk kelas 1 sampai
lingkungan rumah dan sekolah sebagai kelas 3. Sedangkan untuk kelas 4 sampai
perwujudan moral Pancasila. 6, kompetensi pengetahuan hingga level
b. Mengenal karakteristik individu, tata "Mengaplikasikan" (C3). Adapun
tertib, kesatuan, dan simbol- simbol kompetensi ranah keterampilan PPKn
Pancasila di rumah dan sekolah. SD/MI merentang dari level "Mengamati"
c. Melaksanakan tata tertib dalam (P1) hingga level tertinggi "Menyajikan"
konteks beragam teman di keluarga (P5). Dengan demikian, mengacu
dan sekolah sesuai Pancasila taksonomi Bloom (Anderson dan
d. Menerima karunia Tuhan Yang Maha Krathwohl, 2015:116), tujuan
Esa atas karakteristik individu, hak pembelajaran PPKn SD/MI pada
dan kewajiban, persatuan dalam Kurikulum 2013 mencakup semua ranah
keberagaman. pembelajaran secara holistik, yaitu sikap,
e. Memahami makna simbol-simbol pengetahuan, dan keterampilan.
Pancasila di rumah, keberagaman Dari penjelasan tersebut dapat
sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang diketahui bahwa perubahan kurikulum
Maha Esa; patuh terhadap tata tertib untuk PPKn SD/MI dari KTSP menuju ke
dan aturan; bertanggung jawab dan Kurikulum 2013 yaitu dalam KTSP, tujuan
rela berkorban; semangat pembelajaran PPKn untuk SD/MI hanya
kebhinnekatunggalika an. mencakup ranah pengetahuan dan ranah
f. Menunjukkan sikap bangga sebagai sikap, sedangkan dalam Kurikulum 2013,
bangsa Indonesia dalam kehidupan tujuan pembelajaran PPKn mencakup
bermasyarakat, berbangsa dan semua ranah pembelajaran, merujuk
bernegara. taksonomi Bloom, yakni ranah sikap,
g. Melaporkan secara lisan dan tulisan pengetahuan, dan keterampilan. Bahkan,
dan melaksanakan kewajiban sesuai KD PPKn SD/MI pada Kurikulum 2013
nilai-nilai dan moral Pancasila, untuk ranah keterampilan mencapai level
menegakkan aturan dan menjaga tertinggi yaitu "Menyajikan".
ketertiban, kerja sama, nilai-nilai Kedua, isi atau materi
persatuan dan kesatuan, dan pembelajaran. Ruang lingkup PPKn
SD/MI pada KTSP merujuk Permendiknas
Andi Prastowo: Perubahan Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan... 47

No. 23 Tahun 2006 (Menteri Pendidikan 2006, kegiatan tatap muka per satu jam
Nasional, 2006) mencakup beberapa aspek pembelajarannya berlangsung selama 35
sebagai berikut: (a) Persatuan dan menit. Untuk PPKn SD/MI, beban
Kesatuan bangsa, (b) Norma, hukum dan belajarnya sebesar 2 jam pelajaran per
peraturan, (c) Hak asasi manusia , (d) minggu melalui sistem tatap muka.
Kebutuhan warga negara, (e) Konstitusi Sementara itu, melalui penugasan
Negara, (f) Kekuasan dan Politik, (g) terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
Pancasila, dan (h) Globalisasi. terstruktur maksimum 40% dari jumlah
Sementara itu, ruang lingkup waktu kegiatan tatap muka. Di samping
materi PPKn SD/MI dalam Kurikulum itu, mata pelajaran PPKn SD/MI untuk
2013 merujuk Permendikbud No. 21 kelas I sampai kelas III dibelajarkan
Tahun 2016, yaitu secara garis besar dengan pendekatan tematik sedangkan
mencakup: (a) Kandungan moral untuk kelas IV sampai kelas VI
Pancasila dalam Lambang Negara; (b) menggunakan pendekatan mata pelajaran
Bentuk dan tujuan norma/kaidah dalam (Menteri Pendidikan Nasional, 2006).
masyarakat; (c) Semangat kebersamaan Adapun pembelajaran PPKn SD/MI
dalam keberagaman; (d) Persatuan dan pada Kurikulum 2013 mengacu
kesatuan bangsa, (e) Makna simbol-simbol Permendikbud No. 22 Tahun 2016
Pancasila dan lambang negara Indonesia; dilaksanakan dengan beban belajar yaitu
(f) Hak, kewajiban, dan tanggung jawab per jam pelajarannya berlangsung selama
warganegara; (g) Makna keberagaman 35 menit. Dijelaskan pula dalam
personal, sosial, dan kultural; (h) Moralitas Permendikbud No. 57 Tahun 2014, beban
sosial dan politik warga negara/ pejabat belajar PPKn SD/MI meliputi tatap muka,
negara, dan tokoh masyarakat; dan (i) tugas terstruktur, dan tugas mandiri. Total
Moralitas terpuji dalam kehidupan sehari- dalam satu minggu beban belajar PPKn
hari. SD/MI sebesar 2 jam pelajaran.
Dari uraian tersebut, perubahan Pembelajaran PPKn SD/MI pada
ruang lingkup materi PPKn SD/MI dalam Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan
Kurikulum 2013 pada dasarnya terletak pembelajaran tematik terpadu dengan
pada semakin sederhananya materi yang pendekatan intradisipliner, multidisipliner,
harus dikuasai oleh peserta didik. Oleh dan transdisipliner. Sementara itu, tema-
karena, semua materi yang harus dikuasai tema yang digunakan untuk mengikat
oleh peserta didik pada Kurikulum 2013 berbagai KD dari berbagai mata pelajaran,
hanya merupakan sebagian dari materi termasuk PPKn, telah ditentukan oleh
PPKn yang harus dikuasai oleh peserta Pemerintah (Menteri Pendidikan dan
didik SD/MI pada KTSP. Adapun materi Kebudayaan, 2014).
PPKn SD/MI pada KTSP yang tidak lagi Berdasarkan uraian tersebut dapat
dibelajarkan yaitu: aspek hak asasi dipahami bahwa perubahan strategi atau
manusia, aspek konstitusi negara, dan metode pembelajaran PPKn SD/MI pada
aspek globalisasi. Kurikulum 2013, yaitu terletak pada
Ketiga, strategi atau metode. penekanan penggunaan pembelajaran
Pembelajaran PPKn SD/MI pada KTSP tematik yang lebih spesifik dan
dilaksanakan dengan beban belajar yang operasional serta menyeluruh. Jika
dirumuskan dalam bentuk satuan waktu pembelajaran PPKn SD/MI pada KTSP
yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk hanya menyebutkan bahwa pembelajaran
mengikuti program pembelajaran melalui semua mata pelajaran di kelas I sampai
sistem tatap muka, penugasan terstruktur, kelas III dilakukan dengan pendekatan
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. tematik, namun tidak jelas dan tidak
Merujuk Permendiknas No. 22 Tahun operasional bentuk pendekatan
48 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 36-52

keterpaduan sekaligus tema-temanya. Di menggunakan tes tertulis, tes lisan, dan


samping itu, pendekatan dan desain penugasan, dan untuk ranah keterampilan
pembelajaran PPKn SD/MI pada menggunakan praktik, produk, proyek,
Kurikulum 2013 dilaksanakan secara portofolio, dan/atau teknik lain sesuai
menyeluruh dari kelas I sampai kelas IV dengan kompetensi yang dinilai.
dengan pendekatan integrasi yang spesifik Dari penjelasan tersebut dapat
seperti intradisipliner, multidisipliner, dan dipahami bahwa evaluasi pembelajaran
transdisipliner. Bukti dari pendekatan PPKn SD/MI pada Kurikulum 2013
transdisipliner tersebut ditunjukkan maupun KTSP esensinya menggunakan
melalui penetapan tema-tema jenis penilaiannya sama, yaitu
pembelajaran dari kelas I sampai kelas VI menggunakan penilaian autentik. Hal
oleh Pemerintah melalui Permendikbud tersebut terutama jika melihat dari
No. 57 Tahun 2014 (Menteri Pendidikan karakteristik evaluasi pembelajaran dalam
dan Kebudayaan, 2014). Kurikulum 2013 maupun KTSP. Dalam
Keempat, evaluasi pembelajaran. hal ini, Muslich pernah mengungkapkan
Kegiatan evaluasi pembelajaran PPKn bahwa penilaian autentik memiliki empat
SD/MI pada KTSP dilaksanakan dengan karakteristik, yaitu (a) bagian tak
penilaian berbasis kelas (PBK). Penilaian terpisahkan dari pembelajaran di kelas, (b)
ini dilakukan melalui suatu proses merupakan cerminan dunia-nyata, (c)
pengumpulan dan penggunaan informasi menggunakan banyak ukuran atau metode
oleh guru untuk memberikan nilai terhadap atau kriteria, dan (d) bersifat komprehensif
proses dan hasil belajar peserta didik dan holistik. Adapun perubahan evaluasi
berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya, pembelajaran PPKn SD/MI antara
sehingga akan diperoleh profil kemampuan Kurikulum 2013 dan KTSP adalah terletak
peserta didik sesuai dengan kompetensi pada karakteristik keempat tersebut, yakni
yang ditetapkan dalam kurikulum (Arifin, dari aspek kekomprehensifan dan
2012: 57). Teknik-teknik penilaian yang keholistikan penilaian. Sebagaimana telah
dapat digunakan seperti tes kinerja, dijelaskan di depan bahwa karena tujuan
demonatrasi, observasi, penugasan, pembelajaran PPKn SD/MI pada KTSP,
portofolio, tes tertulis, tes lisan, jurnal, hanya mencakup ranah sikap dan
wawancara, inventori, penilaian diri, dan pengetahuan saja, dengan kata lain tujuan
penilaian antarteman (Arifin, 2012:60-61). pembelajaran tidak komprehensif dan tidak
Dalam kurikulum 2013, evaluasi holistik mencakup semua ranah
pembelajaran PPKn juga dilakukan dengan pembelajaran. Hal ini dipertegas pula
penilaian authentik. Sebagaimana dalam Panduan Pengembangan Indikator
disebutkan dalam Permendikbud No. 22 (Depdiknas, 2008:8) bahwa aspek yang
Tahun 2016 dan Permendikbud No. 23 dinilai dalam kelompok mata pelajaran
Tahun 2016 bahwa penilaian proses Kewarganegaraan dan Kepribadian adalah
pembelajaran pada pendidikan dasar dan aspek afektif dan kognitif.Dengan
menengah menggunakan pendekatan demikian, penilaian pembelajaran PPKn
penilaian otentik (authentic assesment) SD/MI pada KTSP tidak komprehensif dan
yang menilai kesiapan peserta didik, tidak holistik mencakup semua ranah
proses, dan hasil belajar secara utuh pembelajaran peserta didik.Berbeda halnya
(Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dengan evaluasi pembelajaran PPKn
2016). Permendikbud No. 23 Tahun 2016 SD/MI pada Kurikulum 2013 mencakup
menyebutkan juga secara eksplisit bahwa semua ranah, yaitu ranah sikap,
evaluasi pembelajaran ranah sikap dapat pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini
menggunakan teknik observasi/ selaras dengan tujuan pembelajaran yang
pengamatan dan teknik penilaian lain yang harus dicapai oleh peserta didik juga
relevan, untuk ranah pengetahuan dapat mencakup ketiga ranah tersebut. Ini
Andi Prastowo: Perubahan Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan... 49

artinya, perubahan evaluasi pembelajaran untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan


PPKn SD/MI pada Kurikulum 2013 kompetensi dan karakter berikutnya.
dengan KTSP yaitu pada implementasi
penilaian autentik lebih komprehensif dan Kedua, pengembangan Kurikulum
holistik karena mencakup semua ranah 2013 masih merupakan kelanjutan dari
pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, kurikulum berbasis kompetensi.
dan keterampilan. Kurikulum 2013 dikembangan dengan
landasan filosofis eksperimentalisme dan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI rekonstruksionisme. Sedangkan teori
pendidikan berdasarkan standar dan teori
Dari uraian di atas dapat ditarik kurikulum berdasarkan standar adalah
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: basis teoritisnya. Selanjutnya, sebagai
pertama, KTSP 2006 mengandung landasan yuridis yaitu UUD 1945, UU No.
berbagai persoalan dari persoalan yang 17 Tahun 2005, PP No. 19 Tahun 2005
substansial hingga ke persoalan teknis oleh yang kemudian diubah menjadi PP No. 32
karena itu diperlukan pengembangan Tahun 2013. Implementasi Kurikulum
kurikulum baru dengan penyempurnaan 2013 dilakukan dengan cara bertahap,
sejumlah pola pikir, yaitu Kurikulum dimulai dari kelas dan sekolah tertentu
2013. Dengan kata lain penggantian pada tahun pertama (2013) hingga pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahap ketiga yaitu pada Juli 2015
pada pendidikan dasar dan menengah semestinya semua tingkat dan sekolah
dengan Kurikulum 2013 menjadi suatu sudah melaksanakannya. Sedangkan
keniscayaan. Karena melalui untuk madrasah, pelaksanaannya baru
pengembangan Kurikulum 2013 dimulai tahun pelajaran 2014/2015.
diharapkan dapat dihasilkan insan Ketiga, perubahan kurikulum
Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, PPKn SD/MI dari KTSP menuju
afektif; melalui penguatan sikap, Kurikulum 2013 terletak pada empat
keterampilan, dan pengetahuan yang aspek, yaitu tujuan, isi atau materi, strategi
terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan atau metode, dan evaluasi pembelajaran.
kurikulum difokuskan pada pembentukan Pada aspek tujuan pembelajaran, tujuan
kompetensi dan karakter peserta didik, pembelajaran PPKn SD/MI pada KTSP
berupa paduan pengetahuan, keterampilan, hanya mencakup ranah pengetahuan dan
dan sikap yang dapat didemonstrasikan ranah sikap, sedangkan dalam Kurikulum
peserta didik sebagai wujud pemahaman 2013, tujuan pembelajaran PPKn
terhadap konsep yang dipelajarinya secara mencakup semua ranah pembelajaran,
kontekstual. Kurikulum 2013 merujuk taksonomi Bloom, yakni ranah
memungkinkan para guru menilai hasil sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
belajar peserta didik dalam proses Bahkan, KD PPKn SD/MI pada
pencapaian sasaran belajar, yang Kurikulum 2013 untuk ranah keterampilan
mencerminkan penguasaan dan mencakup semua level, dari "Mengamati"
pemahaman terhadap apa yang dipelajari. hingga "Menyajikan". Pada aspek isi atau
Oleh karena itu, peserta didik perlu materi, ruang lingkup materi PPKn
mengetahui kriteria penguasaan Kurikulum 2013 lebih sederhana
kompetensi dan karakter yang akan dibandingkan pada KTSP. Semua materi
dijadikan sebagai standar penilaian hasil yang harus dikuasai oleh peserta didik
belajar, sehingga para peserta didik dapat pada Kurikulum 2013 hanya merupakan
mempersiapkan dirinya melalui sebagian dari materi PPKn yang harus
penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dikuasai oleh peserta didik SD/MI pada
dan karakter tertentu, sebagai prasyarat KTSP. Beberapa materi PPKn SD/MI pada
KTSP yang tidak lagi dibelajarkan pada
50 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 36-52

Kurikulum 2013 yaitu: aspek hak asasi Depdiknas. (2008). Panduan


manusia, aspek konstitusi negara, dan Pengembangan Indikator. Jakarta:
aspek globalisasi. Pada aspek strategi atau Direktorat Pendidikan Sekolah
metode, perubahan kurikulum PPKn Menengah Atas, Direktorat Jenderal
SD/MI dalam Kurikulum 2013 lebih Manajemen Pendidikan Dasar dan
menekankan penggunaan pembelajaran Menengah, Departemen Pendidikan
tematik yang lebih spesifik dan Nasional.
operasional serta menyeluruh
dibandingkan KTSP. Oleh karena, Fatmawati, Yuyun, dan Harmanto, (2015).
pembelajaran tematik untuk PPKn SD/MI “Hambatan Guru SMA Dalam
pada Kurikulum 2013 lebih jelas dan lebih Mengimplementasikan Kurikulum
opersional pendekatan integrasi yang 2013 Pada Mata Pelajaran PPKn Di
digunakan, yaitu intradisipline, Kabupaten Jombang”, Jurnal Kajian
multidisipliner, dan transdisipliner, bahkan Moral dan Kewarganegaraan, Vol
tema-tema yang digunakan sudah spesifik 2, No 3: hlm. 512-529
dari kelas I sampai kelas VI. Berbeda
Hidayat, Sholeh. (2013). Pengembangan
halnya dengan pembelajaran PPKn SD/MI
Kurikulm Baru. Bandung: Remaja
pada KTSP hanya menyebutkan bahwa
Rosdakarya.
pembelajaran semua mata pelajaran di
kelas I sampai kelas III dilakukan dengan Indratno, A. Feri T. (ed.). (2008).
pendekatan tematik, namun tidak jelas dan Kurikulum yang Mencerdaskan Visi
tidak operasional bentuk pendekatan 2030 dan Pendidikan Alternatif, Cet.
keterpaduan sekaligus tema-temanya. II. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Terakhir, pada aspek evaluasinya, evaluasi
pembelajaran PPKn SD/MI pada KPAI. (2016). "Data Kasus Perlindungan
Kurikulum 2013 lebih komprehensif dan Anak Berdasarkan Lokasi
holistik karena mencakup semua ranah Pengaduan dan Pemantauan Media
pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, se-Indonesia Tahun 2011-
dan keterampilan, berbeda dengan KTSP 2016".Diunggap 17 Juli 2016.
yang bersifat parsial yang hanya
menekankan pada aspek afektif dan Kunandar. (2013). Penilaian Autentik
kognitif. (Penilaian Hasil Belajar Peserta
Didik Berdasarkan Kurikulum
REFERENSI 2013): Suatu Pendekatan Praktis,
Jakarta: RajaGrafindo Persada Pers.
Ali, Mohammad. (2009). Pendidikan untuk Kurniasari, Waluyati, Sri Artati, Kurnisar.
Pembangunan Nasional (Bandung: (2017). “Hambatan Guru PPKn
Imperial Bhakti Utama. Dalam Mengkonversikan Nilai Skala
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Angka Menjadi Huruf Pada
Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Kurikulum 2013 Di SMAN 1
Prosedur. Cet. IV. Bandung: remaja Indralaya Dan SMAN 2 Tanjung
Rosdakarya. Raja”, Jurnal Bhineka Tunggal Ika,
Vol. 4 No. 1: hlm 60-70
Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Majid, Abdul. (2013). Pembelajaran
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Tematik Terpadu. Bandung: Remaja
Pendidikan Kemendikbud. (2013). Rosda Karya.
Strategi Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: Kemendikbud.
Andi Prastowo: Perubahan Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan... 51

Majid, Abdul. (2014). Implementasi Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan


Kurikulum 2013: Kajian Teoritis dan Implementasi Kurikulum 2013.
Praktis. Bandung: Interes. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaah, Muslich, Masnur. (2011). Authentic
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar / Assessment: Penilaian Berbasis
Madrasah Ibtidaiyah, Peraturan Kelas dan Kompetensi. Bandung:
Menteri Pendidikan dan Refika Aditama.
Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014,
Ditetapkan Tanggal 2 Juli 2014. Prastowo, Andi. (2015). Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menteri Pendidikan dan Kebudayaah, (RPP) Tematik Terpadu:
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Implementasi Kurikulum 2013 untuk
Menengah, Peraturan Menteri SD/MI, Jakarta: Kencana Prenada
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor Media Group.
21 Tahun 2016, Ditetapkan Tanggal
6 Juni 2016. Presiden Republik Indonesia, Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-
Menteri Pendidikan dan Kebudayaah, Undang No. 20 Tahun 2003,
Standar Kompetensi Lulusan Ditetapkan tanggal 8 Juli 2003.
Pendidikan Dasar dan Menengah,
Peraturan Menteri Pendidikan dan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016, Pengembangan Kemendiknas.
Ditetapkan Tanggal 6 Juni 2016. (2011). Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa:
Menteri Pendidikan dan Kebudayaah, Pedoman Sekolah. Jakarta:
Standar Penilaian Pendidikan Dasar Kemendiknas, 2011.
dan Menengah, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor Rianti, Chotimah, Umi, Kurnisar. (2016).
23 Tahun 2016, Ditetapkan Tanggal “Implementasi Kurikulum 2013
6 Juni 2016. (Studi Kasus Pada Matapelajaran
PPKn Di SMP Negeri 1 Tanjung
Menteri Pendidikan Nasional, Standar Isi Raja)”, Jurna Bhineka Tunggal Ika,
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Vol. 3 No. 1: hlm. 80-94.
Menengah, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Shalihah, Zuriyatun, Dantes, Nyoman,
Tahun 2006, Ditetapkan Tanggal 23 Lasmawan, I Wayan, “Studi
Mei 2006. Evaluatif Efektivitas Kelompok
Kerja Guru (KKG) PKn Dalam
Menteri Pendidikan Nasional, Standar Pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Satuan Pendidikan (KTSP) Di Gugus
Pendidikan Dasar dan Menengah, SD/MI Se-Kecamatan Selong”,
Peraturan Menteri Pendidikan Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 3 No.
Nasional Nomor 23 Tahun 2006, 1: hlm. 1-10
Ditetapkan Tanggal 23 Mei 2006.
SP, Kurikulum 2013, Kemag Latih
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat 140.000 Guru Madrasah,
Satuan Pendidikan: Sebuah
Panduan Praktis. Bandung: Remaja Sudrajat, Rahmat. (2016). “Pengaruh
Rosdakarya. Model Pembelajaran Project Citizen
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Dalam Mata Pelajaran PPKn
52 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 36-52

SMA Di Kota Semarang (Studi Bhineka Tunggal Ika, Vol. 3 No. 1:


Eksperimen Mata Pelajaran PPKn hlm. 72-83
Kurikulum 2013)”, Pancaran
Pendidikan, Vol. 5 No. 1: hlm. 29-44 Yani, Muhammad Turhan, Setyowati, Rr.
Nanik, Islamiyah, Denik Nur,
Surakhmad, Winarno. (2009). Pendidikan Pranggono, Galeh. (2011).
Nasional: Strategi dan Tragedi “Konstruksi Kurikulum Dan
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Pembelajaran Terpadu Antara
Pendidikan Agama Islam (PAI) Dan
Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn)
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar Di Sekolah Dasar”, Islamica, Vol. 6
dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. No. 1: hlm. 168-179.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Syahroi, Muhammad Syahroi, Gimin,
Zahirman. (2015). “Implementasi
Kurikulum 2013 Dalam
Pembelajaran Ppkn Di SMA Negeri
Se Kota Pekanbaru”, Jurnal Online
Mahasiswa, Vol 2 No. 2: hlm. 1-8.
Tilaar, H.A.R.(2012). Perubahan Sosial
dan Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tim Dosen AP. (2011). Manajemen
Pendidikan. Yogyakarta: UNY
Press.
Tim PGRI. (2014). Pendidikan untuk
Transformasi Bangsa: Arah Baru
Pendidikan untuk Perubahan Mental
Bangsa. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Widiawati, Alfiandra, Waluyati, Sri Artati
. (2016). “Kompetensi Guru PPKn
Dalam Menerapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 Di
SMP Negeri Kota Palembang”,
Jurnal Bhineka Tunggal Ika, Vol. 3
No. 2: hlm. 174-186.
Wulandari, Dwi Anggi, Faisal, Emil El, i
Waluyati, Sri Artati. (2016). “
Faktor-Faktor Penghambat
Implementasi Kurikulum 2013 Bagi
Guru Mata Pelajaran PPKn Di SMA
Negeri Se-Kota Palembang”, Jurnal

Anda mungkin juga menyukai