Anda di halaman 1dari 3

Nama: Jaauza Rihadatul Aisy

NIM: 1707890

Kelas: PKn 2017 B

Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam


Pengimplementasiannya pada Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang penting


untuk dipelajari oleh seluruh pelajar di Indonesia. Dengan menerapkan nilai-nilai
pancasila dalam materi pembelajaran, diharapkan mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dapat menjadikan bangsa Indonesia memiliki nilai dan moral
yang baik agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Selain itu pelajar Indonesia juga diharapkan dapat menjadi warga
negara yang baik (good citizenship) yang mengetahui dan menerapkan hak dan
kewajibannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum merupakan perangkat


mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Konsep kurikulum
berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan serta
bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianut oleh setiap
negara (Wibowo:2017). Maka dari itu kurikulum tidak ada yang abadi karena
disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan sesuai dengan tujuan
pendidikan. Menurut Winataputra dalam Wibowo (2017) hal ini yang terjadi pula
pada mata pembelajaran PKn di Indonesia yang diantaranya adalah istilah Civics
secara formal tidak dijumpai dalam kurikulum tahun 1957 maupun kurikulum
tahun 1946. Namun secara materil dalam kurikulum SMP dan SMA tahun 1957
terdapat mata pelajaran Tata Negara dan Tata Hukum, dan dalam kurikulum 1946
terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di dalamnya memasukan
pengetahuan mengenai pemerintahan.

Proses Pendidikan Kewarganegaraan perlu diwujudkan dalam kurikulum


dan pembelajaran. Kurikulum sebagai program pendidikan harus mencakup: (1)
sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau
kegiatan belajar; (3) program belajar (plan for learning) untuk siswa; (4) hasil
belajar yang disampaikan (Fitria:2017).

Berdasarkan naskah penguatan kurikulum mata pelajaran Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) terbitan pusat kurikulum dan perbukuan
(Puskurbuk) Kemdikbud 2012, dinyatakan bahwa pelajaran PKn disesuaikan
menjadi mata pelajaran PPKn. Perubahan atau disebut sebagai penyesuaian ini
dimaksudkan agar dapat mengakomodasi perkembangan dan persoalan yang
berkembang di masyarakat. Penyesuaian menjadi mata pelajaran PPKn ini
dilakukan untuk mengakomodasi 4 pilar kebangsaan yakni pancasila, UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Bhineka Tunggal Ika sebagai ruang lingkup baru (Gandamana:2018).

Seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan diharuskan dapat


mengimplementasikan keempat pilar tersebut dalam materi pembelajaran agar
siswa tidak hanya menerima materi saja melainkan dapat diterapkan secara
langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bidang studi PPKn sesuai
dengan fungsi dan tujuannya selama ini menjadi sarana untuk membina
warganegara untuk lebih mengetahui hak dan kewajibannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara (Ali:2007). Maka dari itu, kurikulum sangat berperan
penting dalam penerapan pembelajaran PKn agar tujuan pendidikan dapat
terealisasikan dengan baik.

Pengimplementasian materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


pada kehidupan berbangsa dan bernegara tentu tidak dapat berjalan tanpa adanya
masalah. Banyak tantangan yang harus dihadapi terutama oleh guru. Masalah
yang sering dihadapi adalah peserta didik yang belum mengerti mengenai tujuan
dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri. Kenakalan remaja
merupakan salah satu contoh masalah yang harus dihadapi oleh guru Pendidikan
Kewarganmegaraan.

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SKKMP) dikembangkan


berdasarkan tujuan, cakupan, dan kegiatan setiap kelompok mata pelajaran. Salah
satunya kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian bertujuan
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani
(Mulyasa:2012).

Untuk mencapai tujuan tersebut tentu peran guru meupakan hal utama
dalam pengimplementasian pembelajaran PKn dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Jumlah tenaga guru yang sedikit dapat berpengaruh dalam proses
pemerataan pendidikan di Indonesia. Jika jumlah guru PKn semakin berkurang
maka penerapan nilai-nilai pancasila dalam pembelajaran PKn juga terhambat.

Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran PKn seperti buku teks
dan sarana lainnya juga sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Sebelum peserta
didik mengimplementasikan nilai-nilai pancasila, mereka harus mengetahui hak
dan kewajibannya juga bagaimana cara menjalankannya yang dapat dipelajari di
dalam buku teks. Pendidikan budi pekerti sangat penting diterapkan agar peserta
didik dapat mengetahui nilai dan moral yang berlaku di masyarakat.

Referensi:

Wibowo, Arif Prasetyo dan Margi Wahono.2017.Pendidikan Kewarganegaraan:


Usaha Konkret Untuk Memperkuat Multikulturalisme di Indonesia.
Bandung;Universitas Pendidikan Indonesia

Gandamana, Apiek.2018.Perbandingan Kompetensi Kewarganegaraan dalam


Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Dasar.Medan:Universitas Medan

Ali, Mohammad dkk.2007.Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:PT Imperial


Bhakti Utama

Mulyasa, E.2012.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:PT Remaja


Rosdakarya

Fitria, H.2017.Penguatan Karakter Bangsa Melalui Pengembangan Kurikulum


dan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.Pontianak:IKIP PGRI
Pontianak

Anda mungkin juga menyukai