Anda di halaman 1dari 8

HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN

TINGGI

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Payerli Pasaribu, M.Pd

DISUSUN KELOMPOK 8

ERNI RISKA LAOLI

LATHIFAH MAWAR

RADIKA ANANDA

RONALDO

TESA KIARA LUMBANGAOL

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt, berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan salah satu
tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak
Dosen Dr. Payerli Pasaribu, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.

Inti dari pembuatan tugas ini yakni menjelaskan dan merangkum materi perkuliahan
mengenai Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi yang bertujuan untuk
pemenuhan salah satu tugas KKNI mata kuliah Teori Bilangan dan sebagai bahan perkuliahan.

Tak lepas dari kekurangan, kamis sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi karya yang lebih
baik dimasa mendatang. Semoga tugas ini dapat melengkapkan tugas kami sebagai mahasiswa
dan untuk mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 28 April 2020

Tim Penulis Kelompok 8


BAGAIMANA HAKIKAT PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN UTUH
SARJANA ATAU PROFESIONAL?
Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah belajar tentang
keindonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, membangun rasa
kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh karena itu, seorang sarjana atau
professional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang
Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai
tanah air Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi warga negara yang baik dan terdidik dalam
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis.
Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kriteria bagi pengembangan kemampuan utuh
sarjana atau profesional?

Jati diri Pendidikan Kewarganegaraan Sejalan dengan kaidah pembelajaran ilmiah dan aktif,
maka Anda akan mengikuti proses sebagai berikut: (1) Menelusuri konsep dan urgensi
Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencerdasan kehidupan bangsa; (2) Menanya alasan
mengapa diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan; (3) Menggali sumber historis, sosiologis, dan
politis tentang Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia; (4) Membangun argumen tentang
dinamika dan tantangan Pendidikan Kewarganegaraan; (5) Mendeskripsikan esensi dan urgensi
Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan; (6) Merangkum tentang hakikat dan
pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan.
Setelah melakukan pembelajaran ini, sebagai calon sarjana dan profesional, diharapkan: bersikap
positif terhadap fungsi dan peran pendidikan kewarganegaraan dalam memperkuat jadi diri
keindonesiaan para sarjana dan profesional; mampu menjelaskan tujuan dan fungsi pendidikan
kewarganegaraan dalam pengembangan kemampuan utuh sarjana atau profesional; dan mampu
menyampaikan argumen konseptual dan empiris tentang fungsi dan peran pendidikan
kewarganegaraan dalam memperkuat jadi diri keindonesiaan para sarjana dan profesional .

A.
B.
C.
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan

Suatu kenyataan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami beberapa kali perubahan,
baik tujuan, orientasi, substansi materi, metode pembelajaran bahkan sistem evaluasi. Semua
perubahan tersebut dapat teridentifikasi dari dokumen kurikulum yang pernah berlaku
di Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini.

Pendidikan Kewarganegaraan pertama kali tahun 1957 dengan nama Kewarganegaraan, yang
isinya sebatas hak dan kewajiban warga negara serta cara-cara memperoleh dan kehilangan
status kewarganegaraan, namun saat muncul orde baru mata pelajaran ini hampir dihilangkan
karena tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat itu. lalu Kewarganegaraan
berubah men-jadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP), materi yang sangat dominan disini adalah
mengenai materi P-4.

Pada kurikulum 1984 maupun Kurikulum 1994. Dalam era reformasi P4 dipermasalahkan
substansinya, karena tidak memberikan gambaran yang tepat tentang nilai Pancasila sebagai
satu kesatuan. Dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah dengan UU No. 2
tahun 2003 tidak dieksplisitkan lagi nama pendidikan Pancasila, sehingga tinggal Pendidikan
Kewarganegaraan.

Begitu pula kurikulum 2004 memperkenalkan istilah Pengganti PPKn dengan kewarganegaraan /
pendidikan kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti dengan perubahan isi PKn yang
lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum dan moral.

Pada saat kurikulum 2013 mata pelajaran ini berubah nama menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) dimana dalam kurikulum tersebut menekan tentang sikap (afeksi)

Pendidikan kewarganegaraan seringkali mengalami perubahan karena adanya kebijakan


Pemerintah dalam bidang pendidikan dan kurikulum satuan pendidikan sekolah dan pendidikan
tinggi. Dengan membaca dan mengkaji produk kebijakan pemerintah, dapat diketahui bahwa
dinamika dan tantangan yang dihadapi Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia sangat tinggi.

Untuk mengerti dinamika dan tantangan PKn di Indonesia dari masa ke masa, dapat dilihat
periodisasi perjalanan sejarah tentang praktik kenegaraan/pemerintahan Republik Indonesia (RI)
sejak periode Negara Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai negara
merdeka sampai dengan periode saat ini yang dikenal Indonesia era reformasi.

Dinamika dan tantangan PKn sangat erat dengan perjalanan sejarah praktik
kenegaraan/pemerintahan RI. Inilah ciri khas PKn sebagai mata kuliah dibandingkan dengan
mata kuliah lain. Ontologi PKn adalah sikap dan perilaku warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Status warga negara dapat meliputi penduduk yang
berkedudukan sebagai pejabat negara sampai dengan rakyat biasa. Tentu peran dan fungsi warga
negara berbeda-beda, sehingga sikap dan perilaku mereka sangat dinamis. Oleh karena itu, mata
kuliah PKn harus selalu menyesuaikan/sejalan dengan dinamika dan tantangan sikap serta
perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Saat ini dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan
kehidupan yang telah mempengaruhi di Indonesia sejak dulu .Semua perubahan tersebut dapat
teridentifikasi dari dokumen kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia sejak proklamasi
kemerdekaan hingga saat ini.

Untuk mengerti dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta
tantangan kehidupan yang telah mempengaruhi PKn di Indonesia, Anda dianjurkan untuk
mengkaji perkembangan praktik ketatanegaraan dan sistem pemerintahan RI menurut Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yakni: (1) Periode I (1945 s.d. 1949); (2) Periode II
(1949 s.d. 1950); (3) Periode III (1950 s.d. 1959); (4) Periode IV (1959 s.d. 1966); (5) Periode V
(1966 s.d. 1998); (6) Periode VI (1998 s.d. sekarang).

Aristoteles (1995) mengemukakan bahwa secara konstitusional “...different constitutions require


different types of good citizen... because there are different sorts of civic function.” Dapat
disimpulkan secara implisit, setiap konstitusi mensyaratkan kriteria warga negara yang baik
karena setiap konstitusi memiliki ketentuan tentang warga negara. Artinya, konstitusi yang
berbeda akan menentukan profil warga negara yang berbeda. Hal ini akan berdampak pada
model pendidikan kewarganegaraan yang tentunya perlu disesuaikan dengan konstitusi yang
berlaku.

Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konstitusi negara yang bersangkutan,
tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan zaman dan masa depan. Misalnya,
kecenderungan masa depan bangsa meliputi isu tentang HAM, pelaksanaan demokrasi, dan
lingkungan hidup. Sebagai warga negara muda, mahasiswa perlu memahami, memiliki
kesadaran dan partisipatif terhadap gejala demikian.

Pendidikan Kewarganegaraan yang berlaku di suatu negara perlu memperhatikan kondisi


masyarakat. Walaupun tuntutan dan kebutuhan masyarakat telah diakomodasi melalui peraturan
perundangan, namun perkembangan masyarakat akan bergerak dan berubah lebih cepat.

Perubahan dalam perkembangan IPTEK juga mempengaruhi PKn. Era globalisasi yang ditandai
oleh perkembangan yang begitu cepat dalam bidang teknologi informasi mengakibatkan
perubahan dalam semua tatanan kehidupan termasuk perilaku warga negara, utamanya peserta
didik. Kecenderungan perilaku warga negara ada dua, yakni perilaku positif dan negatif. PKn
perlu mendorong warga negara agar mampu memanfaatkan pengaruh positif perkembangan iptek
untuk membangun negara-bangsa. Sebaliknya PKn perlu melakukan intervensi terhadap perilaku
negatif warga negara yang cenderung negatif. Oleh karena itu, kurikulum PKn termasuk materi,
metode, dan system evaluasinya harus selalu disesuaikan dengan perkembangan IPTEK.

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan


untuk Masa Depan
Identitas nasional penting bagi sebuah negara-bangsa, karena dengan adanya identitas
nasional bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa lain. Apabila kita sudah dikenal oleh bangsa lain
maka kita dapat melanjutkan perjuangan untuk mampu eksis sebagai bangsa sesuai
dengan fitrahnya. Identitas nasional juga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup
negara-bangsa tersebut karena tidak mungkin negara dapat hidup sendiri agar dapat eksis. Setiap
negara seperti halnya individu manusia tidak dapat hidup menyendiri.

Untuk memperkokoh identitas nasional dalam konteks hubungan internasional, setiap negara
memiliki bendera negara, lambang negara, bahasa negara, dan lagu kebangsaan. Dengan
identitas-identitas tersebut, maka NKRI akan semakin kokoh dan semakin dikenal oleh bangsa
dan masyarakat dunia.

Selain itu, identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa Indonesia.
Dengan saling mengenal identitas, maka akan tumbuh rasa saling hormat, saling
pengertian (mutual understanding), tidak ada stratifikasi dalam kedudukan antar
negara-bangsa.

Dalam berhubungan antarnegara tercipta hubungan yang sederajat/sejajar, karena


masing-masing mengakui bahwa setiap negara berdaulat tidak boleh melampaui kedaulatan
negara lain. Istilah ini dalam hukum internasional dikenal dengan asas “Par imparem
non habet imperium”. Artinya negara berdaulat tidak dapat melaksanakan yurisdiksi terhadap
negara berdaulat lainnya.

Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun Indonesia merdeka.
Berdasarkan hasil analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) nasib bangsa
Indonesia akan mendapat bonus demografi sebagai modal Indonesia pada tahun 2045. Indonesia
pada tahun 2030-2045 akan mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah. Inilah
yang dimaksud bonus demografi. Bonus demografi ini adalah peluang yang harus ditangkap dan
bangsa Indonesia perlu mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia produktif akan mampu
berproduksi secara optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya cara yang
paling strategis adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan kewarganegaraan.

Saat ini, perubahan yang sangat signifikan terjadi dalam ekonomi Indonesia. Walaupun sangat
menjanjikan tetapi kondisinya saat ini belum dipahami secara luas. Tahun ini, ekonomi Indonesia
berada pada urutan 16 besar. Pada tahun 2030, ekonomi Indonesia akan berada pada urutan 7
besar dunia. Saat ini, jumlah konsumen sebanyak 45 juta dan jumlah penduduk produktif
sebanyak 53%. Pada tahun 2030, jumlah konsumen akan meningkat menjadi 135 juta dan jumlah
penduduk produktif akan meningkat menjadi 71%. Oleh karena itu, nasib sebuah bangsa tidak
ditentukan oleh bangsa lain, melainkan sangat tergantung pada kemampuan bangsa sendiri yaitu
bangsa Indonesia.

Demikian pula untuk masa depan Pendidikan Kewarganegaraan sangat ditentukan oleh eksistensi
konstitusi negara dan bangsa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan akan sangat dipengaruhi
oleh konstitusi yang berlaku dan perkembangan tuntutan kemajuan bangsa. Bahkan yang lebih
penting lagi, akan sangat ditentukan oleh pelaksanaan konstitusi yang berlaku.

F. Rangkuman tentang Identitas Nasional


a) Identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah “identitas” dan “nasional”.
identitas berasal dari bahasa Inggrisidentity yang secara harfiah berarti jati diri,
ciri-ciri, atau tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga
mampu membedakannya dengan yang lain. Istilah “nasional” menunjuk pada
kelompok-kelompok persekutuan hidup manusia yang lebih besar dari sekedar
pengelompokan berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa, dan sebagainya.
b) Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih dekat dengan arti
jati diri yakni ciri-ciri atau karakteristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan
yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
c) Identitas nasional sebagai identitas bersama suatu bangsa dapat dibentuk oleh beberapa
faktor yang meliputi: primordial, sakral, tokoh, bhinneka tunggal ika, sejarah,
perkembangan ekonomi dan kelembagaan.
d) Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya
nasional, bersifat buatan karena dibentuk dan disepakati dan sekunder karena
sebelumnya sudah terdapat identitas kesukubangsaan dalam diri bangsa Indonesia.
e) Bendera Negara Indonesia, Bahasa Negara, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan merupakan identitas nasional bagi negara-bangsa Indonesia yang telah
diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009
Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
f) Secara historis, identitas nasional Indonesia ditandai ketika munculnya kesadaran rakyat
Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh bangsa asing pada tahun 1908
yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa)
g) Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi, komunikasi,
dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan panjang menuju
Indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan.
h) Secara politis, bentuk identitas nasional Indonesia menjadi penciri atau pembangun jati
diri bangsa Indonesia yang meliputi bendera negara Sang Merah Putih, bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa negara, lambang negara Garuda
Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
i) Warisan jenius yang tidak ternilai harganya dari para the founding fathers adalah
Pancasila. Pancasila sebagai identitas nasional tidak hanya bersifat fisik seperti
simbol atau lambang tetapi merupakan cerminan identitas bangsa dalam wujud
psikis (nonfisik), yakni yang mencerminkan watak dan perilaku manusia Indonesia
sehingga dapat dibedakan dengan bangsa lain.
j) Identitas nasional sangat penting bagi bangsa Indonesia karena (1) bangsa
Indonesia dapat dibedakan dan sekaligus dikenal oleh bangsa lain; (2) identitas
nasional bagi sebuah negara-bangsa sangat penting bagi kelangsungan hidup
negara-bangsa tersebut karena dapat mempersatukan negara-bangsa; dan (3)
identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa Indonesia
sebagai ciri khas bangsa.

Anda mungkin juga menyukai