Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH PKN, VISI MISI, DAN PARADIGMA PKN BARU

Disusun oleh:

Kelompok 1 Kelas 3A

1. Fajrina Jasmine (A1G022035)


2. Reza Nur Apeni (A1G022043)
3. Hania Risandri (A1G022033)
4. Anggun Dian Nanda (A1G022110)

Dosen Pengampu: Dr. Puspa Juwita, M.Pd dan Atika Susanti, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah yang berjudul “Sejarah PKN, Visi Misi, dan Paradigma PKN baru”
dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Pada kesempatan kali ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Puspa
Juwita, M.Pd dan Atika Susanti, M.Pd. Selaku dosen pengampu pada mata kuliah Konsep
Dasar PKN SD yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami
juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut berkontribusi dan membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
sistematika maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini kedepannya. Penulis berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, 14 Agustus 2023

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................2

2.1 Sejarah PKN .................................................................................................................2

2.2 Visi dan Misi PKN.........................................................................................................5

2.3 Paradigma PKN Baru....................................................................................................8

BAB III KESIMPULAN ................................................................................................10

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah membawa misi pendidikan moral bangsa,


membentuk warga negara yang cerdas, demokratis, dan berakhlak mulia, yang secara
konsisten melestarikan dan mengembangkan cita-cita demokrasi dan membangun karakter
bangsa. Sedangkan visi pendidikan Kewarganegraan adalah mewujudkan proses pendidikan
yang terarah pada pengembangan kemaampuan individu, sehingga menjadi warga Negara
yang cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Dengan demikian akan membentukwarga
negara Indonesia yang didasarkan pada Pancasila dan karakter positip masyarakat Indonesia.

Dimensi manusia sebagai makhluk individual, makhluk sosial, makhluk susila, dan
makhluk religi dalam kedudukan kita sebagai warga Negara Indonesia, hendaknya
dikembangkan secara seimbang. Dimensi manusia tersebut secara konsisten diperjelas dan
dipertajam di dalam memandang dirinya sendiri dengan potensi diri pribadi, dan
pengembangan kerjasama dengan orang lain untuk membawa keunggulan bangsa dan
Negara, serta kepatuhannya untuk mematuhi norma-norma dalam masyarakat, dan aktualiasi
dirinya untuk bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hal itulah merupakan beberapa materi
Pendidikan Kewarganegraan Indonesia, disamping materi-materi lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah PKN?
2. Apa saja visi dan misi PKN?
3. Jelaskan paradigma PKN baru?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah PKN
2. Untuk mengetahui visi dan misi PKN
3. Untuk mengetahui paradigma PKN

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah PKN

Sebagai mata pelajaran di sekolah, Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami


perkembangan yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya. Hal tersebut dapat
dilihat dalam substansi kurikulum PKn yang sering berubah dan tentu saja disesuaikan
dengan kepentingan negara. Secara historis, epistemologis dan pedagogis, pendidikan
kewarganegaraan berkedudukan sebagai program kurikuler dimulai dengan
diintroduksikannya mata pelajaran Civics dalam kurikulum SMA tahun 1962 yang berisikan
materi tentang pemerintahan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (Dept.
P&K: 1962). Pada saat itu, mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan, pada dasarnya
berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi,
ekonomi, dan politik, pidato-pidato presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan
tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa (Somantri, 1969:7). Istilah Civics tersebut secara formal
tidak dijumpai dalam Kurikulum tahun 1957 maupun dalam Kurikulum tahun 1946. Namun
secara materiil dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata
negara dan tata hukum, dan dalam kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan
umum yang di dalamnya memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.

Kemudian dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 istilah civics dan Pendidikan
Kewargaan Negara digunakan secara bertukar-pakai (interchangeably). Misalnya dalam
Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai sebagai
nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan
civics (d iterjemahkan sebagai pengetahuan kewargaan negara). Dalam kurikulum SMP 1968
digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan sejarah Indonesia dan
Konstitusi termasuk UUD 1945. Sedangkan dalam kurikulum SMA 1968 terdapat mata
pelajaran Kewargaan Negara yang berisikan materi, terutama yang berkenaan dengan UUD
1945. Sementara itu dalam Kurikulum SPG 1969 mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara yang isinya terutama berkenaan dengan sejarah Indonesia, konstitusi, pengetahuan
kemasyarakatan dan hak asasi manusia (Dept. P&K: 1968a; 1968b; 1968c; 1969).
(Winataputra, 2006 : 1). Secara umum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara

2
membahas tentang nasionalisme, patriotisme, kenegaraan, etika, agama dan kebudayaan
(Somantri, 2001:298).

Pada Kurikulum tahun 1975 istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan
dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan
dengan missi pendidikan yang diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973. Mata pelajaran
PMP ini merupakan mata pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG dan Sekolah Kejuruan.
Mata pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai dengan
berlakunya Kurikulum 1984 yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
1975 (Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976). Pendidikan Moral Pancasila (PMP) pada masa itu
berorientasi pada value inculcation dengan muatan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
(Winataputra dan Budimansyah, 2007:97)

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan


Nasional yang menggariskan adanya muatan kurikulum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan, sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis dan jenjang
pendidikan (Pasal 39), Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah tahun 1994
mengakomodasikan misi baru pendidikan tersebut dengan memperkenalkan mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKn. Berbeda dengan kurikulum
sebelumnya, Kurikulum PPKn 1994 mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas
dasar rumusan butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4
dan sumber resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau
spiral of concept development (Taba,1967). Pendekatan ini mengartikulasikan sila-sila
Pancasila dengan jabaran nilainya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas serta catur
wulan dalam setiap kelas.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada masa ini karakteristiknya


didominasi oleh proses value incucation dan knowledge dissemination. Hal tersebut dapat
lihat dari materi pembelajarannya yang dikembangkan berdasarkan butir-butir setiap sila
Pancasila. Tujuan pembelajarannya pun diarahkan untuk menanamkan sikap dan prilaku yang
beradasarkan nilai-nilai Pancasila serta untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
untuk memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam
berprilaku sehari-hari (Winataputra dan Budimansyah, 2007:97).

3
Dengan dberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum berbasis Kompetensi
tahun 2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama menjadi Kewarganegaraan.
Tahun 2006 namanya berubah kembali menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, dimana secara
substansi tidak terdapat perubahan yang berarti, hanya kewenangan pengembangan
kurikulum yang diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan, maka kurikulum tahun
2006 ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Berbagai perubahan yang dialami dalam pengimplementasian PKn sebagaimana


diuraikan diatas menunjukkan telah terjadinya ketidakajekan dalam kerangka berpikir, yang
sekaligus mencerminkan telah terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya
krisis operasional kurikuler.

Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai


berikut :

(a) Kewarganegaraan (1956)

(b) Civics (1959)

(c) Kewarganegaraan (1962)

(d) Pendidikan Kewarganegaraan (1968)

(e) Pendidikan Moral Pancasila (1975)

(f) Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)

(g) Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)

Dari penggunaan istilah tersebut sangat terlihat jelas ketidakajegannya dalam


mengorganisir pendidikan kewarganegaraan, yang berakibat pada krisis operasional, dimana
terjadinya perubahan konteks dan format pendidikannya. Menurut Kuhn (1970) krisis yang
bersifat konseptual tersebut tercermin dalam ketidakajekan konsep atau istilah yang

4
digunakan untuk pelajaran PKn. Krisis operasional tercermin terjadinya perubahan isi dan
format buku pelajaran, penataran yang tidak artikulatif, dan fenomena kelas yang belum
banyak dari penekanan pada proses kognitif memorisasi fakta dan konsep. Kedua jenis krisis
tersebut terjadi karena memang sekolah masih tetap diperlakukan sebagai socio-political
institution, dan masih belum efektifnya pelaksanaan metode pembelajaran secara konseptual,
karena belum adanya suatu paradigma pendidikan kewarganegaraan yang secara ajeg
diterima dan dipakai secara nasional sebagai rujukan konseptual dan operasional.

1. Awal Kemerdekaan hingga Era Orde Lama (1945-1965): Setelah kemerdekaan


Indonesia pada tahun 1945, PKn menjadi bagian penting dalam upaya
membangun negara yang baru. Materi PKn diarahkan untuk memperkenalkan
ideologi Pancasila sebagai dasar negara dan memberikan pemahaman tentang hak
dan kewajiban warga negara dalam konstruksi negara demokratis.
2. Era Orde Baru (1966-1998): Pada masa ini, PKn mengalami perubahan signifikan.
Pendidikan Kewarganegaraan diberikan dengan penekanan pada pemahaman
tentang ideologi Pancasila dan penguatan nasionalisme. PKn diintegrasikan dalam
berbagai mata pelajaran lainnya seperti Sejarah, Pendidikan Moral Pancasila, dan
Bahasa Indonesia.
3. Reformasi dan Setelahnya (1998-sekarang): Setelah runtuhnya rezim Orde Baru,
pendekatan PKn berubah. Lebih banyak ruang diberikan untuk pembahasan yang
kritis dan beragam mengenai isu-isu politik, hak asasi manusia, pluralisme, dan
tata kelola pemerintahan. PKn menjadi lebih inklusif dan mendorong partisipasi
aktif warga negara dalam proses demokrasi.

2.2 Visi dan Misi PKN


Visi dan misi pendidikan kewarganegaraan (PKn) dapat bervariasi tergantung
pada tujuan dan konteks negara atau lembaga pendidikan yang menerapkannya.
Namun, secara umum, visi dan misi PKn biasanya mencerminkan tujuan utama dan
prinsip-prinsip yang ingin dicapai dalam proses pendidikan kewarganegaraan.
A. Visi

Visi dari pendidikan kewarganegaraan mencerminkan gambaran ideal tentang apa yang
ingin dicapai melalui proses pendidikan tersebut. Visi ini merupakan pandangan jangka

5
panjang mengenai tujuan-tujuan utama dari pendidikan kewarganegaraan. Meskipun visi ini
dapat bervariasi tergantung pada konteks dan nilai-nilai masyarakat, umumnya visi
pendidikan kewarganegaraan mencakup aspek-aspek berikut: "Membentuk Warga Negara
Berkualitas dan Berdaya Saing Global yang Berakhlak Mulia dan Bertanggung Jawab dalam
Konteks Demokratis, Multikultural, dan Berkelanjutan."

Visi ini memiliki beberapa komponen penting:

1. Warga Negara Berkualitas dan Berdaya Saing Global: Pendidikan kewarganegaraan


bertujuan untuk menghasilkan warga negara yang memiliki pengetahuan yang baik,
keterampilan yang relevan, dan kemampuan beradaptasi dengan cepat dalam
lingkungan global yang terus berubah.
2. Berakhlak Mulia: Visi ini menekankan pentingnya memupuk nilai-nilai etika, moral,
dan karakter yang kuat pada warga negara. Pendidikan kewarganegaraan mendorong
sikap positif dan perilaku yang baik dalam interaksi dengan sesama dan lingkungan.
3. Bertanggung Jawab: Visi ini mencakup pengembangan kesadaran tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Warga negara diharapkan untuk berperan aktif dan
berkontribusi positif dalam membangun masyarakat dan negara.
4. Konteks Demokratis: Pendidikan kewarganegaraan memberikan pemahaman yang
mendalam tentang prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia, dan proses politik.
Warga negara diarahkan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan politik dan
memahami pentingnya pluralisme.
5. Multikultural: Dalam era globalisasi, masyarakat semakin beragam secara budaya,
agama, dan etnis. Pendidikan kewarganegaraan harus memupuk sikap toleransi,
menghormati perbedaan, dan mempromosikan harmoni antar kelompok.
6. Berkelanjutan: Visi ini mengingatkan pada perlunya memahami dampak tindakan
individu dan kolektif terhadap lingkungan dan masyarakat. Pendidikan
kewarganegaraan harus membantu warga negara dalam membangun budaya
keberlanjutan.

Visi ini bertujuan untuk menciptakan warga negara yang bukan hanya kompeten dalam
aspek pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki kesadaran sosial, moral, dan etika
yang kuat. Melalui pendidikan kewarganegaraan, masyarakat berharap dapat membentuk

6
individu yang mampu berkontribusi secara positif dalam pembangunan masyarakat dan
negara serta menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.

Visi PKn yang berdasarkan amanah undang-undang yaitu menanamkan komitmen


yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan
UndangUndang Dasar 1945 guna memberikan pemahaman yang mendalam tentang
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Misi

Misi dari pendidikan kewarganegaraan merujuk pada tujuan-tujuan konkret yang ingin
dicapai melalui pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan. Misi ini menguraikan langkah-
langkah dan fokus utama yang harus diambil dalam rangka mencapai visi pendidikan
kewarganegaraan. Meskipun misi ini dapat bervariasi tergantung pada konteks dan prioritas
masyarakat, berikut adalah beberapa contoh dari misi pendidikan kewarganegaraan:

1. Mengajarkan Nilai-Nilai Kewarganegaraan: Misi ini berfokus pada pengenalan dan


pemahaman terhadap nilai-nilai dasar seperti demokrasi, keadilan, toleransi, hak asasi
manusia, dan tanggung jawab sosial. Tujuannya adalah untuk membentuk warga negara
yang menghargai dan menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis: Misi ini mencakup pengajaran
keterampilan berpikir analitis, evaluatif, dan kritis. Melalui pendidikan kewarganegaraan,
warga negara diajarkan untuk menganalisis informasi dengan baik, mengidentifikasi
berbagai sudut pandang, dan membuat keputusan yang rasional.
3. Mendorong Partisipasi Aktif dalam Proses Demokrasi: Misi ini melibatkan
memahamkan warga negara tentang struktur pemerintahan, proses pemilihan umum, dan
hak-hak serta kewajiban mereka dalam demokrasi. Tujuannya adalah agar warga negara
terlibat dalam pengambilan keputusan dan memainkan peran aktif dalam pembangunan
masyarakat.
4. Memupuk Sikap Toleransi dan Menghormati Keanekaragaman: Misi ini menekankan
pentingnya menghormati perbedaan budaya, agama, suku, dan pandangan dalam
masyarakat yang beragam. Warga negara diajarkan untuk menghindari diskriminasi dan
mempromosikan toleransi serta harmoni.

7
5. Mengajarkan tentang Kewajiban Sosial dan Lingkungan: Misi ini mencakup pengenalan
terhadap tanggung jawab sosial, hak asasi manusia, serta isu-isu lingkungan. Pendidikan
kewarganegaraan mendorong warga negara untuk peduli terhadap kesejahteraan sosial
dan alam sekitar.
6. Membentuk Individu yang Berakhlak Mulia: Misi ini bertujuan untuk memupuk karakter
yang kuat dalam warga negara, termasuk sifat-sifat seperti integritas, kejujuran, empati,
dan tanggung jawab.
7. Memahamkan tentang Peran Global dan Isu Global: Dalam era globalisasi, misi ini
mencakup pemahaman tentang hubungan antarnegara, masalah global seperti
perdagangan, perubahan iklim, dan migrasi, serta dampak individu terhadap dunia yang
lebih luas.
Ada pun Misi PKn berdasarkan amanah undang-undang ialah menghindarkan
Indonesia dari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk
menjalankan prisipprinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (BSNP, 2006:155). Visi dan misi Mata Pelajaran PKn tersebut di atas, pada
hakikatnya dimaksudkan untuk membentuk warga negara yang baik dan bertanggung
jawab yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Dasar Negara Pancasila.

2.3 Paradigma PKN baru


Paradigma pendidikan kewarganegaraan baru mencerminkan perubahan dalam
pandangan dan pendekatan terhadap bagaimana pendidikan kewarganegaraan seharusnya
diajarkan dan diimplementasikan. Paradigma ini mungkin berkembang sebagai respons
terhadap perubahan sosial, politik, budaya, dan teknologis yang mempengaruhi tuntutan
terhadap pendidikan kewarganegaraan.

1. Pentingnya Keterampilan Aktif dan Kritis: Paradigma baru mungkin lebih


menekankan pengembangan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan reflektif. Fokus
ini dapat membantu warga negara dalam menghadapi tantangan kompleks dalam
masyarakat yang terus berubah.

2. Partisipasi Aktif dan Keterlibatan Sosial: Paradigma baru mungkin lebih


menggarisbawahi pentingnya partisipasi aktif dalam proses demokrasi dan

8
keterlibatan dalam isu-isu sosial. Pendidikan kewarganegaraan dapat memotivasi
warga negara untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat melalui aksi nyata.

3. Pendekatan Interdisipliner dan Kontekstual: Paradigma baru mungkin mendorong


integrasi pendidikan kewarganegaraan dengan mata pelajaran lain dan isu-isu aktual.
Ini dapat membantu warga negara dalam menghubungkan teori dengan praktik dalam
kehidupan sehari-hari.

4. Pendidikan Kewarganegaraan Global: Paradigma baru mungkin menekankan


pentingnya memahami isu-isu global seperti perdamaian, hak asasi manusia, dan
kerjasama internasional. Hal ini mencerminkan kenyataan bahwa masyarakat semakin
terhubung secara global.

5. Pendidikan Kewarganegaraan Digital: Dengan semakin berkembangnya teknologi dan


internet, pendidikan kewarganegaraan mungkin harus mencakup pemahaman tentang
etika digital, tanggung jawab online, dan dampak teknologi terhadap masyarakat.

6. Pendidikan Kewarganegaraan Inklusif: Paradigma baru mungkin menggarisbawahi


inklusivitas dan penghormatan terhadap keberagaman dalam masyarakat. Pendidikan
kewarganegaraan dapat mempromosikan nilai-nilai toleransi, menghargai perbedaan,
dan mengatasi ketidaksetaraan.

7. Pendidikan Kewarganegaraan Berkelanjutan: Paradigma baru mungkin


mengintegrasikan pemahaman tentang isu-isu lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan. Pendidikan kewarganegaraan dapat mengajarkan warga negara tentang
tanggung jawab terhadap lingkungan dan generasi mendatang.

PKn paradigma baru ini sering dikenal sebagai PKn yang bermutu. Dikatakan PKn yang
bermutu karena memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), yang berbasis
pada keilmuan yang jelas dan relevan bagi masyarakat demokratis, memiliki ketrampilan
kewarganegaraan (civic skills), karakter kewarganegaraan civic dispositions) yang mampu
untuk mengembangkan pembangunan karakter bangsa, pemberdayaan warga negara dan
masyarakat kewargaan. PKn yang bermutu inilah merupakan jati diri PKn.

9
Paradigma baru PKn antara lain memiliki struktur organisasi keilmuan yang jelas yakni
berbasis pada ilmu politik, hukum dan filsafat moral /filsafat Pancasila dan meiliki visi yang
kuat nation and character building, citizenempowerment (pemberdayaan warga negara), yang
mampu mengembangkan civil society (masyarakat kewargaan).
3 Komponen paradigma PKn baru:
1. Pengetahuan Kewarganegaraan
Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) merupakan materi substansi
yang harus diketahui oleh warga negara. Pada prinsipnya pengetahuan yang harus
diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak-kewajiban /peran sebagai warga
negara dan pengetahuan yang mendasar tentang struktur dan sistem politik,
pemerintahan dan sistem sosial yang ideal sebagaimana terdokumentasi dalam
Pancasila dan UUD 1945, maupun yang telah menjadi konvensi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis serta
cara – cara kerjasama untuk mewjudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan
secara damai dalam masyarakat internasional.

2. Keterampilan Kewarganegaraan
Keterampilan kewarganegaraan (civic skills), merupakan ketrampilan yang
dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh
menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup
intelectual skills (ketrampilan intelektual) dan participation skills (ketrampilan
partisipasi). Ketrampilan intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga negara
yang berwawasan luas, efektif dan bertanggung jawab antara lain adalah ketrampilan
berpikir kritis. Ketrampilan berpikir kritis meliputi mengidentifikasi, menggambarkan
/ mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan
mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah – masalah publik.

3. Karakter Kewarganegaraan
Karakter kewarganegaraan (civic dispositions), merupakan sifat – sifat yang harus
dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas partisipasi politik,

10
berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga diri dan
kepentingan umum.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) adalah suatu mata pelajaran yang bertujuan


untuk membentuk warga negara yang memiliki pemahaman dan kesadaran tentang
hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta mengembangkan rasa cinta terhadap
bangsa dan negara. PKN mengajarkan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia,
toleransi, persatuan, dan kebhinekaan kepada siswa.

Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan (PKN):

Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan sepanjang


sejarahnya di Indonesia. Sebelum kemerdekaan, pendidikan tentang
kewarganegaraan lebih berfokus pada pendidikan moral dan agama. Setelah
Indonesia merdeka, PKN berkembang menjadi sebuah mata pelajaran resmi yang
mengajarkan tentang dasar-dasar negara, Pancasila sebagai ideologi negara, serta
hak dan kewajiban warga negara.

Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan:


Visi PKN adalah menciptakan warga negara yang cerdas, beretika, bertanggung
jawab, dan memiliki semangat cinta tanah air. Misi PKN adalah mengajarkan siswa
tentang nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, tanggung jawab sosial, dan
pentingnya partisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Baru:


Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan baru mencerminkan perubahan
zaman dan tuntutan global yang lebih kompleks. Beberapa paradigma baru dalam
PKN adalah:

11
1. Pendidikan Kritis dan Berpikir Kritis:

PKN baru lebih menekankan pengembangan kemampuan berpikir kritis dan


analitis pada siswa. Ini membantu siswa dalam memahami dan mengevaluasi
informasi dengan lebih bijaksana, serta memahami dampak keputusan mereka
terhadap masyarakat dan lingkungan.

2. Pendidikan Multikultural:
Paradigma ini mengajarkan tentang keberagaman budaya, agama, dan etnis
dalam konteks negara yang beragam seperti Indonesia. Siswa diajarkan untuk
menghargai perbedaan dan belajar hidup berdampingan dengan saling menghormati.

3. Pendidikan Karakter:

Selain mengajarkan pengetahuan dan konsep, PKN juga mengembangkan


karakter siswa melalui pembelajaran tentang integritas, tanggung jawab, empati, dan
sikap proaktif dalam memecahkan masalah sosial.

4. Pendidikan Berbasis Proyek:


Paradigma ini mengintegrasikan pembelajaran PKN dengan proyek nyata dalam
masyarakat. Siswa belajar melalui pengalaman langsung dan mengaplikasikan
pengetahuan PKN mereka dalam mengatasi masalah nyata.

5. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi:

Seiring dengan kemajuan teknologi, paradigma PKN baru juga


mengintegrasikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran. Ini membantu siswa lebih terhubung dengan isu-isu kewarganegaraan
yang sedang berkembang.

12
Ingatlah bahwa perkembangan paradigma dalam pendidikan PKN terus berubah
seiring perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, paradigma PKN baru
bisa saja berubah atau berkembang lebih lanjut di masa depan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asep Sutisna Putra (2009). PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


DI INDONESIA. https://asepsutisna.wordpress.com/2009/10/26/perkembangan-pkn-di-
indonesia/

https://eprints.ums.ac.id/28499/2/BAB_1.pdf

Cholisin (2005). PENGEMBANGAN PARADIGMA BARU PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN (CIVIC EDUCATION) DALAM PRAKTEK PEMBELAJARAN
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENS

14

Anda mungkin juga menyukai