Disusun oleh:
Kelompok 1 Kelas 3A
Dosen Pengampu: Dr. Puspa Juwita, M.Pd dan Atika Susanti, M.Pd
UNIVERSITAS BENGKULU
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah yang berjudul “Sejarah PKN, Visi Misi, dan Paradigma PKN baru”
dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Pada kesempatan kali ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Puspa
Juwita, M.Pd dan Atika Susanti, M.Pd. Selaku dosen pengampu pada mata kuliah Konsep
Dasar PKN SD yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami
juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut berkontribusi dan membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
sistematika maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini kedepannya. Penulis berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dimensi manusia sebagai makhluk individual, makhluk sosial, makhluk susila, dan
makhluk religi dalam kedudukan kita sebagai warga Negara Indonesia, hendaknya
dikembangkan secara seimbang. Dimensi manusia tersebut secara konsisten diperjelas dan
dipertajam di dalam memandang dirinya sendiri dengan potensi diri pribadi, dan
pengembangan kerjasama dengan orang lain untuk membawa keunggulan bangsa dan
Negara, serta kepatuhannya untuk mematuhi norma-norma dalam masyarakat, dan aktualiasi
dirinya untuk bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hal itulah merupakan beberapa materi
Pendidikan Kewarganegraan Indonesia, disamping materi-materi lainnya.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah PKN
2. Untuk mengetahui visi dan misi PKN
3. Untuk mengetahui paradigma PKN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kemudian dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 istilah civics dan Pendidikan
Kewargaan Negara digunakan secara bertukar-pakai (interchangeably). Misalnya dalam
Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai sebagai
nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan
civics (d iterjemahkan sebagai pengetahuan kewargaan negara). Dalam kurikulum SMP 1968
digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan sejarah Indonesia dan
Konstitusi termasuk UUD 1945. Sedangkan dalam kurikulum SMA 1968 terdapat mata
pelajaran Kewargaan Negara yang berisikan materi, terutama yang berkenaan dengan UUD
1945. Sementara itu dalam Kurikulum SPG 1969 mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara yang isinya terutama berkenaan dengan sejarah Indonesia, konstitusi, pengetahuan
kemasyarakatan dan hak asasi manusia (Dept. P&K: 1968a; 1968b; 1968c; 1969).
(Winataputra, 2006 : 1). Secara umum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara
2
membahas tentang nasionalisme, patriotisme, kenegaraan, etika, agama dan kebudayaan
(Somantri, 2001:298).
Pada Kurikulum tahun 1975 istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan
dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan
dengan missi pendidikan yang diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973. Mata pelajaran
PMP ini merupakan mata pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG dan Sekolah Kejuruan.
Mata pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai dengan
berlakunya Kurikulum 1984 yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
1975 (Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976). Pendidikan Moral Pancasila (PMP) pada masa itu
berorientasi pada value inculcation dengan muatan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
(Winataputra dan Budimansyah, 2007:97)
3
Dengan dberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum berbasis Kompetensi
tahun 2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama menjadi Kewarganegaraan.
Tahun 2006 namanya berubah kembali menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, dimana secara
substansi tidak terdapat perubahan yang berarti, hanya kewenangan pengembangan
kurikulum yang diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan, maka kurikulum tahun
2006 ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
4
digunakan untuk pelajaran PKn. Krisis operasional tercermin terjadinya perubahan isi dan
format buku pelajaran, penataran yang tidak artikulatif, dan fenomena kelas yang belum
banyak dari penekanan pada proses kognitif memorisasi fakta dan konsep. Kedua jenis krisis
tersebut terjadi karena memang sekolah masih tetap diperlakukan sebagai socio-political
institution, dan masih belum efektifnya pelaksanaan metode pembelajaran secara konseptual,
karena belum adanya suatu paradigma pendidikan kewarganegaraan yang secara ajeg
diterima dan dipakai secara nasional sebagai rujukan konseptual dan operasional.
Visi dari pendidikan kewarganegaraan mencerminkan gambaran ideal tentang apa yang
ingin dicapai melalui proses pendidikan tersebut. Visi ini merupakan pandangan jangka
5
panjang mengenai tujuan-tujuan utama dari pendidikan kewarganegaraan. Meskipun visi ini
dapat bervariasi tergantung pada konteks dan nilai-nilai masyarakat, umumnya visi
pendidikan kewarganegaraan mencakup aspek-aspek berikut: "Membentuk Warga Negara
Berkualitas dan Berdaya Saing Global yang Berakhlak Mulia dan Bertanggung Jawab dalam
Konteks Demokratis, Multikultural, dan Berkelanjutan."
Visi ini bertujuan untuk menciptakan warga negara yang bukan hanya kompeten dalam
aspek pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki kesadaran sosial, moral, dan etika
yang kuat. Melalui pendidikan kewarganegaraan, masyarakat berharap dapat membentuk
6
individu yang mampu berkontribusi secara positif dalam pembangunan masyarakat dan
negara serta menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.
B. Misi
Misi dari pendidikan kewarganegaraan merujuk pada tujuan-tujuan konkret yang ingin
dicapai melalui pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan. Misi ini menguraikan langkah-
langkah dan fokus utama yang harus diambil dalam rangka mencapai visi pendidikan
kewarganegaraan. Meskipun misi ini dapat bervariasi tergantung pada konteks dan prioritas
masyarakat, berikut adalah beberapa contoh dari misi pendidikan kewarganegaraan:
7
5. Mengajarkan tentang Kewajiban Sosial dan Lingkungan: Misi ini mencakup pengenalan
terhadap tanggung jawab sosial, hak asasi manusia, serta isu-isu lingkungan. Pendidikan
kewarganegaraan mendorong warga negara untuk peduli terhadap kesejahteraan sosial
dan alam sekitar.
6. Membentuk Individu yang Berakhlak Mulia: Misi ini bertujuan untuk memupuk karakter
yang kuat dalam warga negara, termasuk sifat-sifat seperti integritas, kejujuran, empati,
dan tanggung jawab.
7. Memahamkan tentang Peran Global dan Isu Global: Dalam era globalisasi, misi ini
mencakup pemahaman tentang hubungan antarnegara, masalah global seperti
perdagangan, perubahan iklim, dan migrasi, serta dampak individu terhadap dunia yang
lebih luas.
Ada pun Misi PKn berdasarkan amanah undang-undang ialah menghindarkan
Indonesia dari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk
menjalankan prisipprinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (BSNP, 2006:155). Visi dan misi Mata Pelajaran PKn tersebut di atas, pada
hakikatnya dimaksudkan untuk membentuk warga negara yang baik dan bertanggung
jawab yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Dasar Negara Pancasila.
8
keterlibatan dalam isu-isu sosial. Pendidikan kewarganegaraan dapat memotivasi
warga negara untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat melalui aksi nyata.
PKn paradigma baru ini sering dikenal sebagai PKn yang bermutu. Dikatakan PKn yang
bermutu karena memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), yang berbasis
pada keilmuan yang jelas dan relevan bagi masyarakat demokratis, memiliki ketrampilan
kewarganegaraan (civic skills), karakter kewarganegaraan civic dispositions) yang mampu
untuk mengembangkan pembangunan karakter bangsa, pemberdayaan warga negara dan
masyarakat kewargaan. PKn yang bermutu inilah merupakan jati diri PKn.
9
Paradigma baru PKn antara lain memiliki struktur organisasi keilmuan yang jelas yakni
berbasis pada ilmu politik, hukum dan filsafat moral /filsafat Pancasila dan meiliki visi yang
kuat nation and character building, citizenempowerment (pemberdayaan warga negara), yang
mampu mengembangkan civil society (masyarakat kewargaan).
3 Komponen paradigma PKn baru:
1. Pengetahuan Kewarganegaraan
Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) merupakan materi substansi
yang harus diketahui oleh warga negara. Pada prinsipnya pengetahuan yang harus
diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak-kewajiban /peran sebagai warga
negara dan pengetahuan yang mendasar tentang struktur dan sistem politik,
pemerintahan dan sistem sosial yang ideal sebagaimana terdokumentasi dalam
Pancasila dan UUD 1945, maupun yang telah menjadi konvensi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis serta
cara – cara kerjasama untuk mewjudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan
secara damai dalam masyarakat internasional.
2. Keterampilan Kewarganegaraan
Keterampilan kewarganegaraan (civic skills), merupakan ketrampilan yang
dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh
menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup
intelectual skills (ketrampilan intelektual) dan participation skills (ketrampilan
partisipasi). Ketrampilan intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga negara
yang berwawasan luas, efektif dan bertanggung jawab antara lain adalah ketrampilan
berpikir kritis. Ketrampilan berpikir kritis meliputi mengidentifikasi, menggambarkan
/ mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan
mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah – masalah publik.
3. Karakter Kewarganegaraan
Karakter kewarganegaraan (civic dispositions), merupakan sifat – sifat yang harus
dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas partisipasi politik,
10
berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga diri dan
kepentingan umum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
1. Pendidikan Kritis dan Berpikir Kritis:
2. Pendidikan Multikultural:
Paradigma ini mengajarkan tentang keberagaman budaya, agama, dan etnis
dalam konteks negara yang beragam seperti Indonesia. Siswa diajarkan untuk
menghargai perbedaan dan belajar hidup berdampingan dengan saling menghormati.
3. Pendidikan Karakter:
12
Ingatlah bahwa perkembangan paradigma dalam pendidikan PKN terus berubah
seiring perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, paradigma PKN baru
bisa saja berubah atau berkembang lebih lanjut di masa depan.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.ums.ac.id/28499/2/BAB_1.pdf
14