Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH KURIKULUM PPKn

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : NIM :
Alit Sundawi Halomoan 1620500025
Rini Sopia Siregar 1620500017
Delfianis Tanjung 16205000008
Fauziah Harahap 16205000001
Suryani Fitri Siregar 1620500027
Dosen Pengampu :
Sabri, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan kesehatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
sebagai pembawa risalah dan hanya safaat beliaulah yang diharapkan umatnya di hari
akhir kelak.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah yang berjudul “
SEJARAH KURIKULUM PPKn “ Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
kesempurnaan dengan berbagai kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi membangun
penyempurnaan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi pembaca sesuai dengan yang diharapkan.

Padangsidimpuan, 22 Pebruari 2019

Penulis,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan Makalah...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian PPKn..........................................................................3
B. Sejarah PPKn...............................................................................5
C. Perkembangan Kurikulum PPKn di Indonesia............................9

BAB III PENUTUP

A. Simpulan......................................................................................12
B. Saran............................................................................................12

Daftar Kepustakaan..............................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perhatian besar terhadap pentingnya Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi negara agar terejawantahkan dalam sistem pendidikan nasional di
Indonesia acapkali dipengaruhi perubahan suasana politik. Kondisi ini tidak
bisa sepenuhnya dianggap sebagai kekeliruan, karena di tiap-tiap rezim politik
sebenarnya memiliki iktikad yang sama untuk bagaimana Pancasila
teraktualisasikan secara baik di segenap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun, hal itu juga membawa kepada kerentanan Pancasila untuk ditafsirkan
sedemikian rupa sesuai dengan kepentingan suatu periode rezim yang
berkuasa.
Dalam sejarah kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia, pada
gilirannya Pancasila dalam masing-masing periode termasuk Pancasila
sebagai predikat dalam nomenklatur pendidikan nasional sangat kental dengan

pergantian rezim itu sendiri Sebelum, Selama, dan Sesudah Orde Baru. Dalam
sejumlah forum yang diikuti penulis, ada banyak kegelisahan dan kerisauan
tentang kebijakan kurikuler Pendidikan Kewarganegaraan pasca
pemberlakuan Standar Isi (2006). Terlebih kerisauan sekaligus merasa
disalahkan muncul karena pertanyaan -Kenapa di era PKn ini kajian Pancasila
seolah lenyap ditelan gelombang reformasi?‖ atau-Kenapa kenakalan remaja
semakin menjadi tinggi intensitasnya setelah P-4 dicabut MPR?‖ tidak juga
bisa dijawab secara memuaskan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud PPKn?
2. Bagaimana Sejarah PPKn?
3. Bagaimana Perkembangan PPKn di Indonesia?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud PPKn
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah PPKn
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan PPKn di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian PPKn
Pancasila adalah system ajaran bangsa Indonesia dalam menjalani
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Bangsa Indonesia meyakini
kebenaran nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai pedoman
berpikir dan bertindak. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan
salah satu mata pelajaran yang diberikan dalam pendidikan formal untuk
membina sikap dan moral peserta didik agar memiliki karakter dan
berkepribadian yang positif sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.1
1. Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan sila yang
berarti sendi, atas, dasar, atau peraturan tingkah laku yang baik.
Maka demikian Pancasila merupakan lima dasr yang berisi
pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
2. Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan
ideologi Negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa
Imdonesia seabagai dasar pemersatu, lambing kesatuan dan
persatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan Negara Indonesia

1
Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan Abad ke 21,
( Medan: Akasa Sakti, 2018 ). Hal. 23-25

3
3. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-menurun
sekian abad lamanya yang terpendam bisu oleh kebudayaan barat.
Dengan demikian, pancasila tidak saja falsafah Negara, tetapi
sebagai falsafah bangsa Indonesia.
Kewarganegaraan dalam bahasa latin disebut “ civic”a
selanjutnya dari kata “civis” ini dalam bahsa inggris disebut civic
artinya menegnai warga Negara atau kewarganegaraan dan
education artinya pendidikan, Pendidikan kewarganegaraan adalah
pendidikan yang mengaitkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak
dan kewajiban suatu Negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai
dengan tujuan dan cita-cita dan tidak melenceng dari apa yang
diharapkan, karena dinilai penting.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah
mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga
negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945. Kemudian menurut Azis Wahab (Cholisin, 2000:18)
menyatakan bahwa PKn ialah media pengajaran yang meng-
Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung
jawab. Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum
ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum yang
lain yang cocok dengan target tersebut.

4
B. Sejarah PPKn
Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan yang
fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya. Hal tersebut dapat
dilihat dalam substansi kurikulum PKn yang sering berubah dan tentu saja
disesuaikan dengan kepentingan negara. Secara historis, epistemologis dan
pedagogis, pendidikan kewarganegaraan berkedudukan sebagai program
kurikuler dimulai dengan diintroduksikannya mata pelajaran Civics dalam
kurikulum SMA tahun 1962 yang berisikan materi tentang pemerintahan
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (Dept. P&K: 1962).
Pada saat itu, mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan, pada
dasarnya berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin
ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan politik, pidato-pidato presiden,
deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang Perserikatan
Bangsa-Bangsa (Somantri, 1969:7). Istilah Civics tersebut secara formal
tidak dijumpai dalam Kurikulum tahun 1957 maupun dalam Kurikulum
tahun 1946. Namun secara materiil dalam Kurikulum SMP dan SMA
tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata negara dan tata hukum, dan dalam
kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di
dalamnya memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.2
1. Dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969
Istilah Civis dan Pendidikan Kewargaan Negara digunakan
secara bertukar pakai (interchangeably). Misalnya dalam Kurikulum
SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang
dipakai sebagai nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup
sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan Civics ( diterjemahkan
2
Iwan Falahuddin. 2014. Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran. Jurnal Lingkar
Widyaiswara. Vol 1 No 4 . diakses tanggal 22 Oktober 2018

5
sebagai pengetahuan Kewargaan Negara). Dalam Kurikulum SMP
1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negaraan yang
berisikan sejarah Indonesia dan Konsititusi termasuk UUD 1945.
2. Dalam tahun 1973/1974
Pendidikan Kewiraan dimulai tahun 1973/1974, sebagai bagian
dari kurikulum pendidikan nasional, dengan tujuan untuk
menumbuhkan kecintaan pada tanah air dalam bentuk PPBN yang
dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang diberikan
kepada  peserta didik SD sampai sekolah menengah dan pendidikan
PPBN tahap lanjut diberikan di PT dalam bentuk pendidikan kewiraan.
3. Dalam Kurikulum tahun 1975
Istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila
sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan pengamalan
Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan dengan misi pendidikan yang
diamanatkan oleh Tap. MPR II / MPR / 1973. Mata pelajaran PMP ini
merupakan mata pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG dan
sekolah Kejuruan.
4. Kurikulum PPKn 1994
Kurikulum ini mengorganisasikan materi pembelajarannya
bukan atas dasar rumusan butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep
nilai yang disaripatikan dari P4 dan sumber resmi lainnya yang ditata
dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau Spiral of concept
development (Taba, 1967). Pendekatan ini mengarkulasikan sila-sila
Pancasila dengan jabaran nilainnya untuk setiap jenjang pendidikan
dan kelas secara catur wulan dalam setiap kelas.

6
Suasana kajian moral Pancasila yang tidak lain merupakan
bentuk ―penataran secara terbatas‖ materi P4 untuk jenjang
pendidikan formal, makin diperjelas dengan kehadiran Mata Pelajaran
PPKn Kurikulum 1994. Dalam Kurikulum 1994 dijelaskan pengertian PPKn
sebagai berikut. PPKn adalah wahana mengembangkan pengetahuan
dan kemampuan memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila
dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku sebagai pribadi,
anggota masyarakat dan warganegara yang bertanggungjawab serta
memberi bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di jenjang
pendidikan menengah.

5. Dalam tahun 2004
Dengan berlakunya Undang-undang Sistem pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal
dengan nama Kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 dimana
Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama menjadi
Kewarganegaraan.
6.  Tahun 2006
Namanya berubah kembali menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan, dimana secara substansi tidak terdapat perubahan
yang berarti, hanya kewenangan pengembangan kurikulum yang
diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan, maka kurikulum
tahun 2006 ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Berbagai perubahan yang dialami dalam pengimlementasian
PKn sebagaimana diuraikan atas menunjukkan telah terjadinya
ketidakajekan dalam kerangka pikir, yang sekaligus mencerminkan

7
telah terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya
krisis operasional kurikuler secara Konseptual istilah Pendidikan
Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai berikut :
a. Kewarganegaraan (1956)
b.  Civics (1959)
c. Kewarganegaraan (1962)
d. Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
e. Pendidikan Moral Pancasila (1975)
f. Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)
g. Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003) 

7. Tahun 2013
Mulai Tahun Pelajaran 2013/2014 Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan akan memberlakukan Kurikulum 2013. Kurikulum
2013 adalah pengembangan 2006. Menurut Pasal 1 ayat (19) Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Selanjutnya Tujuan Pendidikan nasional
sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-undang Nomer 20
Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu langkah dalam penyusunan kurikulum 2013 adalah
penataan ulang PKn menjadi PPKn, dengan rincian sebagai berikut:

8
Mengubah nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai bagian utuh dari kelompok
mata pelajaran yang memiliki misi pengokohan kebangsaan
Mengorganisasikan SK-KD dan indikator PPKn secara nasional dengan
memperkuat nilai dan moral Pancasila; nilai dan norma UUD NRI Tahun
1945; nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika; serta wawasan dan
komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi: (1)
pengetahuan kewarganegaraan; (2) sikap kewarganegaraan; (3)
keterampilan kewarganegaraan; (4) keteguhan kewarganegaraan; (5)
komitmen kewarganegaraan; dan (6) kompetensi kewarganegaraan.
Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik PPKn yang berorientasi pada pengembangan
karakter peserta didik sebagai warganegara yang cerdas dan baik secara
utuh. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses
pembelajaran dan hasil belajar PPKn

C. Perkembangan PPKn di Indonesia


1. Sebelum Proklamasi Kemerdekaan
Pada jaman Hindia Belanda di kenal dengan nama “Burgerkunde”.
Pada waktu itu ada 2 buku resmi yang digunakan, yaitu :
a. Indische Burerschapkunde, yang di bicarakan dalam buku tersebut,
masalah masyarakat pribumi. Pengaruh barat, bidang sosial,
ekonomi, hukum, ketatanegaraan dan kebudayaan, masalah
pertanian, masalah perburuhan. Kaum menengah dalam industri
dan perdagangan, terbentuknya dewan rakyat, masalah pendidikan,
kesehatan masyarakat, pajak, tentara dan angkatan laut.

9
b. Rech en Plich (Bambang Daroeso, 1986: 8-9) karangan J.B.
Vortman yang dibicarakan dalam buku tersebut yaitu :Badan
pribadi yang mengutarakan masyarakat dimana kita hidup, obyek
hukum dimana dib icarakan eigondom eropah dan hak-hak atas 
tanah. Masalah kedaulatan raja terhadap kewajiban-kewajiban
warga negara dalam perinta Hindia Belanda. Masalah Undang-
Undang, sejarah alat pembayaran dan kesejahteraaan
2. Sesudah Proklamasi Kemerdekaan
Gambaran Nu’man Somantri (1976: 34-35), yakni :
a. Kewarganegaraan (1957)
Isi pelajaran kewarganegaraan adalah membahas cara memperoleh
dan kehilangan kewarganegaraan.
b.   Civics (1961)
Isi civics banyak membahas tentang sejarah kebangkitan nasional .
Uud, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan
untuk “nation and character building” Bangsa Indonesia seperti
pada waktu pelaksanaan civics di America pada tahun-tahun
setelah declaration of Independence Amerika
c. Pendidikan Kewargaan  Negara (1968)
Diberlakukannya kurikulum 1975, PKn pada prinsipnya
merupakan unsur dari PMP. Lahirnya UU no.2 Tahun 1989
tentang SPN (Sistem Pendidikan Nasional). menunjuk pasal 39
ayat 2, yang menentukan bahwa PKn bersama dengan pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Agama harus di muat dalam kurikulum 
semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan maka PKn akan
mengalami perkembangan lagi.

10
3. Perkembangan PPKn pada Masa Transisi Demokrasi
Perkembangan PKn pada era Orde Baru, ternyata lebih ditentukan
faktor kepentingan untuk membangun negara (state Building)
ketimbang untuk  membangun bangsa (Nation Building). Hal tersebut
di sebabkan karena :
a.  Kemerosotan nilai estetika dan moral para penyelenggara negara
yang sudah kehilangan semangat pengabdian, pengorbanan
kejujuran dan keikhlasan.
b. Hukum lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat keadiland
an kebenaran.
c.  Fandalisme, paternalisme dan absolutism
d. Posisi dan peran ABRI lebih merupakan alat kekuasaan dari pada
alat negara untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat.
Kondisi di atas berpengaruh pada perubahan kurikulum PPKn dan
pelaksanaan pengajarannya di lapangan yang lebih menekankan untuk
mendukung status quo atau legitimasi dan pembenaran (justifikasi)
berbagai kebijakan rezim orba dari pada  untuk meningkatkan
pemberdayaan warga Negara dalam berhubungan dengan negara.
Dalam era reformasi, tantangan PPKn semakin berat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

11
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan bisa disebut civic education merupakan pendidikan yang
mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga
negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita
bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan.
Yang melatar belakang lahirnya pendidikan Kewarganegaraan berawal
dari perjalanan sejarah panjang bangsa Indonesia yang dimulai sejak dari
perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai pada pengisian
kemerdekaan, bahkan terus berlangsung hingga zaman reformasi.
Tujuan utama kewarganegaraan adalah unutuk menumbuhkan
wawasan dan kesadaran bernegara, siakp serta perilaku yang cinta tanah air
dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan
nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan
mengkaji dan akan menguasai ilmu penegtahuan dan teknologi serta seni.
B. Saran
Pendidikan kewarganegaraan perlu dipertahankan penerapannya pada
semua tingkat dari jenjang pendidikan karena pendidikan kewarganegaraan
dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam membentuk
kepribadian warga Negara untuk menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai
karakter bangsa Indonesia.

Daftar Kepustakaan

Lubis, Maulana. 2018. Pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan Abad


ke 21. Medan: Akasa Sakti.

12
Falahuddin, Iwan. 2015. Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran. Jurnal Lingkar
Widyaiswara. Vol ( 1). No ( 4). Tersedia Online:
http://juliwi.com/published/E0104/Paper0104_104-117.pdf. (Diunduh 22
Oktober 2018).

13

Anda mungkin juga menyukai