PEMBELAJARAN PKN MI 2
Dosen Pengampu :
Semester : 4 (Empat )
Prodi : PGMI
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kita semua, sholawat serta salam selalu dilimpahkan ke Nabi Agung
Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini ,tepat pada
waktunya yang berjudul ”Paradigma Baru Pkn ‘’.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini pula, Kami mengucapkan terimakasih
kepada:
Kami menyadari bahwa makalah ini ,masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada teman- teman yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 1
II
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………..
A. KESIMPULAN………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....14
III
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian :
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Materi Terkait
1. Pengertian PKN
c. Dimensi PKN :
6
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada bagian Penjelasan Pasal 37 ayat (1) bahwa “Pendidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.”
Domain PKn sebagai program kurikuler merupakan program PKn yang
dirancang dan dibelajarkan kepada peserta didik pada jenjang satuan pendidikan
tertentu. Melalui domain ini, proses penilaian dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat penguasaan peserta didik terhadap program pembelajaran dan program
pembangunan karakter. Namun diakui oleh para pakar bahwa pencapaian program
PKn dalam domain kurikuler belumlah optimal karena masih adanya kelemahan
dalam dimensi kurikuler, seperti masalah landasan, pengorganisasian kurikulum,
buku pelajaran, metodologi, dan kompetensi guru.
Domain PKn sebagai program akademik merupakan program kajian ilmiah yang
dilakukan oleh komunitas akademik PKn menggunakan pendekatan dan metode
penelitian ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah konseptual dan operasional
guna menghasilkan generalisasi dan teori untuk membangun batang tubuh keilmuan
PKn. Kajian ini lebih memperjelas bahwa PKn bukan semata-mata sebagai mata
pelajaran dalam kurikulum sekolah melainkan pendidikan disiplin ilmu yang
memiliki tugas komprehensif dalam arti bahwa semua community of scholars
mengemban amanat (missions) bukan hanya di bidang telaah instrumental, praksis-
operasional dan aplikatif melainkan dalam bidang kajian teoritis-konseptual yang
terkait dengan pengembangan struktur ilmu pengetahuan dan body of knowledge.
Domain PKn sebagai program sosial kultural pada hakikatnya tidak banyak
perbedaan dengan program kurikuler dilihat dari aspek tujuan, pengorganisasian
kurikulum dan materi pembelajaran. Perbedaan terutama pada aspek sasaran,
kondisi, dan karakteristik peserta didik. Program PKn ini dikembangkan dalam
konteks kehidupan masyarakat dengan sasaran semua anggota masyarakat.
Tujuannya lebih pada upaya pembinaan warga masyarakat agar menjadi warga
negara yang baik dalam berbagai situasi dan perkembangan zaman yang senantiasa
berubah.
Bangsa Indonesia pernah menyelenggarakan PKn melalui program sosial
kultural pada masa pemerintahan Orde Baru, yakni melalui berbagai program
penataran P4. Program ini sekarang sudah tidak ada lagi karena dipandang telah
menyimpang dari tujuan sehingga tidak efektif lagi. Namun, dipandang dari sudut
kepentingan berbangsa dan bernegara, terutama dalam pembangunan karakter
bangsa, PKn melalui program sosial kultural ini sangat penting. Oleh karena itu,
program PKn dalam dimensi sosial kultural pada pasca dibubarkannya BP7 dan
penghentian program penataran P4 perlu direvitalisasi sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan pembangunan karakter warga negara Indonesia yang baik.
1
1
Dikutip dari https :pembelajaran pkn,search dimensi pkn.com diakses pada tanggal 15 peb 2021
7
B. Mengembangkan Konsep ,Nilai ,Moral Dan Norma Pkn
1. Konsep
Konsep dasar yang sering digunakan dalam pembelajaran PKn antara lain:
pemerintah, negara, bangsa, negeri, wilayah, pembangunan, negara berkembang,
negara sedang berkembang, negara tertinggal, pengambilan keputusan, moral,
nilai, karakter, perasaan, sikap, solidaritas, kekuasaan, kekuatan rakyat, kelas
penguasa, nasionalisme, demokrasi, perilaku, empati, wewenang, politik, partai
politik, pemilu, konstitusi, globalisasi, dan lain-lain.
Pengembangan konsep dasar Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan
,salah satunya Langkah dalam penyusunan kurikulum 2013,penataan ulang PKN
menjadi PPKN dengan rincian sebagai berikut :
2.Nilai
Menurut Djahiri (1999),nilai adalah harga makna, isi dan pesan, semangat, atau
jiwa yang tersirat dan tersurat dalam fakta, konsep dan teori, sehingga bermakna
secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan
dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku.
Menurut Frankel (1978) dalam Sapria dkk., nilai adalah konsep. Seperti
umumnya konsep, makna nilai sebagai konsep tidak muncul dalam pengalaman
yang dapat diamati melainkan ada dalam pikiran orang. Nilai dapat diartikan
kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan pada konteks
pengalaman manusia. Pendidikan nilai adalah pendidikan yang mensosialisasikan
dan menginternalisasikan nilai-nilai dalam diri siswa.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai
pendidikan nilai karena mensosialisasikan dan menginternalisasikan nila-nilai
pancasila atau budaya bangsa melalui pembelajaran yang di lakukan dalam lingkup
sekolah Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara, nilai pancasila
merupakan standar hidup bangsa yang berideologi pancasila dan dianjurkan
8
disekolah-sekolah. Secara historis, nilai pancasila digali dari puncak-puncak
kebudayaan, nilai agama, dan adat istiadat bangsa Indonesia sendiri, bukan dibeli
dari negara lain. Nilai ini sudah ada sejak bangsIndonesia lahir. Oleh karena itu,
sudah sepantasnya jika pancasila mendapat predikat sebagai jiwa bangsa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan, nilai
sangat penting untuk ditanamkan sejak dini karena nilai bermanfaat sebagai standar
pegangan hidup.
Nilai dapat dibagi atas dua bagian, yakni:
a. Nilai estetika, terkait dengan masalah keindahan atau apa yang dipandang indah atau
apa yang dinikmati oleh seseorang.
• Contoh : Adanya sebuah karya seni tari merupakan suatu keindahan. Akan
tetapi untuk tarian yang berasal dari suatu daerah dengan daerah lainnya
memiliki keindahan yang berbeda, semua itu tentu saja bergantung pada
perasaan orang yang memandangnya.
3. Norma
Norma adalah tolok ukur/alat untuk mengukur benar salahnya suatu sikap dan
tindakan manusia. Norma juga bisa diartikan sebagai aturan yang berisi rambu-
rambu yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai
benar/salah.
menurut isinya norma berwujud perintah dan larangan. Perintah merupakan
kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya
dipandang baik. larangan merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat
sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
9
“Kamu tidak boleh mencuri milik orang lain”.
“Kamu-harus-berlaku-jujur”.
c. Norma Kesopanan Adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang
berlaku di masyrakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah beberapa contoh dari
norma-kesopanan.Contoh:
“orang muda harus menghormati orang yang lebih tua”.
d. Norma Hukum Adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sangsi norma hukum bersifat
mengikat dan memaksa. Melanggar rambu-rambu lalulintas adalah salah satu contoh
dari-norma-hukum.Contoh:
“ Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa/ nyawa orang lain, dihukum
karena membunuh dengan hukuman setinggi- tingginya 15 tahun”.
“dilarang-mengganggu-ketertiban-umum”.
4.Moral
istilah moral berasal dari bahasa latin, mores, yaitu adat kebiasaaan. Istilah ini
erat dengan proses pembentukan kata, ialah mos, moris, manner, manners, morals.
Dalam bahasa Indonesia kata moral hampir sama dengan akhlak atau kesusilaan
yang mengandung makna tata tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi
pembimbing tingkah laku lahir dan batin manusia dalam menjalankan hidup dan
kehidupannya. Oleh karena itu moral erat kaitannya dengan ajaran- ajaran tentang
sesuatu yang baik dan buruk yang menyakngkut tingkah laku dan perbuatan
manusia. Dalam konteks etika, setiap orang akan memiliki perasaan apakah yang
akan dilakukan ini benar atau salah, baik atau jelek, pertimbangan ini dinamakan
pertimbangan nilai mora ( moral values).Pertimbangan nilai moral merupakan
aspek yang sangat penting khususnya dalam pembentukan warga Negara yang baik,
sebagai tujuan pendidikan kewarganegaraan. Tingkah laku sesuai dengan nilai-
nilai moral yang dianut dan ditampilkan secara sukarela diharapkan dapat diperoleh
melalui proses pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai transisi dari pengaruh
lingkungan masyarakat hingga menjadi otoritas di dalam dirinya dan dilakukan
berdasarkan dorongan dari dalam dirinya. Tindakan yang baik yang dilandasi oleh
dorongan dari dalam diri inilah yang diharapkan sebagai hasil pendidikan nilai,
dalam-Pendidikan-moral.
Menurut Ouska dan Whellan (1997), moral adalah prinsip baik buruk yang ada
dan melekat dalam diri individu/seseorang. Walaupun moral itu berada di dalam
diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujud aturan. Moral
dan moralitas ada sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik buruk,
sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik buruk. Dengan
demikian, hakekat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang
memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan. Moral bertujuan
membantu peserta didik untuk mengenali nilai-nilai dan menempatkannya dalam
kehidupan bermasyarakat. Pendidikan semacam ini semakin penting dan
menempati posisi sentral karena tingkat kadar persatuan dan kesatuan terutama
yang berkaitan dengan kesadaran akan nilai -nilai dalam masyrakat akhir-akhir ini
cenderung,semakin“pudar”.
• Mencuri
• Mencontek
10
• Tidak hormat pada pejabat publik/guru /orangtua dll
• Kekejaman terhadap teman seusia
• Menyerang keyakinan orang lain yang berbeda
• Bicara kasar/ tidak pantas
• Bertambahnya orientasi pada diri sendiri dan menurunnya tanggung jawab
sebagai warga Negara.
• Perilaku merusak diri sendiri
C. Penjelasan Dimensi
Penjelasan Secara garis besar mata pelajaran PKn memiliki 3 dimensi yaitu :
1) Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup
bidang politik, hukum dan moral.
2) Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan
partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3) Dimensi nilai nilai kewarganegaraan (civics values)mencakup antara lain
percaya diri,penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur.
D. Pembelajaran Pkn
3.
11
4.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5669227/22-contoh-sikap-positif-terhadap-
nilai-nilai-pancasila-serta-pengertiannya
https://www.google.com/search?q=contoh+perilaku+nilai+estetika+dalam+pkn&ei=4K
MLYozlN9GWseMPoYWauAo&ved=0ahUKEwiM1drq4YH2AhVRS2wGHaGCBqcQ4dUDCA
0&uact=5&oq=contoh+perilaku+nilai+estetika+dalam+pkn&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAM6
BwgAEEcQsAM6BAghEAo6BQgAEKIESgQIQRgASgQIRhgAUJwEWJMYYMYeaAFwAHgAgA
HkAYgBhA2SAQUwLjYuM5gBAKABAcgBCMABAQ&sclient=gws-wiz
https://www.google.com/search?q=latar+belakang+paradigma+baru+pkn&oq=&aqs=ch
rome.5.69i59i450l8.4888938j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
14