Anda di halaman 1dari 6

Nama : Isma Puja Larasati

NIM : 14121148
No Absen : 05
Kelas : PGSD – 4 A

1. Resume materi “perkembangan Pendidikan PKn di Indonesia”.


a. Sejarah perkembangan PKn
Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada
tahun 1957 saat pemerintahan Sukarno atau yang lebih dikenal dengan
istilah civics. Penerapan Civics sebagai pelajaran di sekolah-sekolah
dimulai pada tahun 1961 dan kemudian berganti nama menjadi pendidikan
Kewargaan negara pada tahun 1968. Mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan resmi masuk dalam kurikulum sekolah di Indonesia pada
tahun 1968. Saat terjadi pergantian tahun ajaran yang awalnya Januari –
Desember dan diubah menjadi Juli –Juni pada tahun 1975, nama pendidikan
kewarganegaraan diubah oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Nama mata
pelajaran PMP diubah lagi pada tahun 1994 menjadi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada masa Reformasi PPKn diubah menjadi
PKn dengan menghilangkan kata Pancasila yang dianggap sebagai produk
Orde Baru. Untuk perguruan tinggi, jurusan pendidikan kewarganegaraan
pada awalnya menggunakan nama jurusan Civic Hukum kemudian pada
orde baru berubah menjadi Program Studi PMP-KN dan saat ini banyak
yang menggunakan Program Studi PPKn (PKn).
Saat ini terjadi perdebatan dan perbincangan di elit penentu
kebijakan pendidikan di Indonesia untuk menambahkan kembali kata
Pancasila ke mata pelajaran PKn menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) kembali.Salah satu alasan adalah nilai-nilai
pancasila dalam diri peserta didik sudah mulai luntur, maka perlu
menghadirkan kembali nilai pancasila dari sila pertama sampai dengan sila
kelima kepada semua siswa. Rancangan ini masuk kurikulum 2013 namun
pelaksanaannya masih belum merata di Indonesia sampai tahun 2016 ini.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkaitan erat dengan peran
dan kedudukan serta kepentingan warganegara sebagai individu, anggota
keluarga, anggota masyarakat dan sebagai warga negara Indonesia yang
terdidik, serta bertekad dan bersedia untuk mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari. PPKn dapat sebagai upaya mengembangkan potensi
individu sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan
kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi
secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila. Pancasila
merupakan dasar negara dan sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia
yang mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ke-Tuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

b. Pkn di SD
Pendidikan kewarganegaraan dikenal dengan pendidikan kewiraan
yang lebih menekankan pada pendidikan pendahuluan bela negara.
Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan kepada siswa Sekolah Dasar
ini merupakan suatu usaha sadar dari pemerintah dalam menanamkan
konsep kebangsaan yang multidimensional yang berkaitan dengan dasar-
dasar pengetahuan tentang penanaman nilai-nilai kewarganegaraan
(civicvalues) atau nilai kebangsaan, sosiologi politik/masyarakat politik,
demokrasi dan persiapan anak bangsa untuk berpartisipasi dalam proses
politik secara menyeluruh) agar menjadi warga negara yang baik. Fungsi
serta tujuan Pkn ini menjadikan warga negara yang baik sejak dini memiliki
ruang lingkup yang merupakan pendekatan pada hakikat Pendidikan
Kewarganegaraan itu sendiri mengapa diberkan di Sekolah Dasar yaitu
memfokuskan pembentukan warga negara yang memahami serta mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan
oleh pancasila dan UUD 1945 yang tentunya bermanfaat bagi kemajuan
bangsa kedepannya.
c. Paradigma Baru PKn
Paradigma merupakan model atau kerangka berfikir yang digunakan
dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di Indonesia.
Tugas PKn memiliki 3 fungsi, yaitu mengembangkan kecerdasan warga
negara (civic intelligence), membina tanggung jawab warga negara (civic
responsibility), dan mendorong partisipasi warga negara (civic
participation). Model pembelajaran PKn dengan paradigm baru, yaitu :
a) Membelajarkan dan melatih siswa berpikir kritis
b) Membawa siswa mengenal, memilih, dan memecahkan masalah
c) Melatih siswa dalam berpikir sesuai dengan ilmiah dan keterampilan
social yang sejalan dengan metode inquiri.

Dengan adanya paradigma baru dalam pembelajaran pkn ini, maka


memunculkan suatu proses pembelajaran baru. Karena masalah utama
dalam pembelajaran pkn ialah penggunaan metode pembelajaran yang
terkesan kaku, kurang flkesibel, kurang demokratis, dan cenderung lebih
dominan one way method. Guru pkn mengajar lebih banyak mengejar target
yang berorientasi pada nilai ujian akhir, disamping masih menggunakan
model konvensional yang monoton, aktivitas guru lebih dominan daripada
siswa, akibatnya guru seringkali mengabaikan proses pembinaan tatanan
nilai, sikap, dan tindakan. Maka untuk mengatasi masalah tersebut dari
paradigma baru itu muncul suatu model pembelajaran yang efektif dan
efisien sebagai alternatif pendekatan, yaitu model pembelajaran berbasis
portofolio (portfolio based learning) atau proyek belajar kewarganegaraan
kami bangsa indonesia (pkkbi) yang diharapkan mampu melibatkan siswa
dalam keseluruhan proses pembelajaran dan melibatkan seluruh aspek
yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Pendekatan portofolio ini
ditandai dengan karakteristik siswa belajar aktif dan pendekatan inkuiri.
Adapun dengan munculnya paradigma baru pembelajaran pkn melalui
model portofolio ini diharapkan mampu melaksanakan peran pembelajaran
dengan baik. Yaitu untuk membelajarkan dan melatih peserta didik untuk
berpikir kritis, membawa peserta didik mengenal objek/subjek masalah
dalam kehidupannya, memilih dan bisa memecahkan problem atau masalah,
serta melatih peserta didik dalam berpikir dengan ilmiah.

d. Kewarganegaraan Multidimensi
Multidimensional adalah situasi yang dialami oleh suatu bangsa
dimana terjadi berbagai pertentangan baik besar maupun kecil dalam bidang
politik, social, ekonomi, dan juga etika moral. Kewarganegaraan
multidimensi adalah satu gagasan kewarganegaraan yang diperluas yang
penting supaya memungkinkan warga negara merespons secara efektif
tantangan dan tuntutan abad ke-21. Konseptualisasi warga negara
multidimensional mencakup empat dimensi, yaitu: personal, sosial,
temporal dan spatial, yang secara keseluruhan akan melengkapi konsep dan
paradigma baru pendidikan kewarganegaraan. Dimensi pribadi dari
kewarganegaraan multidimensi membutuhkan pengembangan satu
kapasitas pribadi dan komitmen untuk etika warga negara yang
dikarakteristikkan oleh kebiasaan pikiran, perasaan dan tindakan secara
individu dan sosial. Sebagai warga negara, setiap individu harus
meningkatikan: kapasitas untuk berpikir secara kritis dan sistematis,
pemahaman dan kepekaan terhadap masalah-masalah perbedaan-perbedaan
budaya, pilihan terhadap pemecahan dan penyelesaian masalah yang
bertanggung jawab, kooperatif dan tanpa kekerasan, dan keinginan untuk
melindungi lingkungan, membela HAM, dan ikut serta dalam kehidupan
masyarakat.

2. Resume Seminar Literasi Digital Sektor Perguruan Tinggi


Ketika kita ingin membuat konten hal yang pertama kali kita tentukan yaitu
menentukan target, siapa saja yang melihat konten kita apakah anak-anak atau
remaja bahkan orang dewasa. Setelah kita menentukan target kemudian
menggunakan visualisai yang menarik agar bias ditonton oleh banyak orang
dengan visualisasi yang baik. Gambar dan video dapat membantu
meningkatkan daya Tarik visual dari konten dan membuatnya lebih menarik.
Pilihlah gambar atau video yang relevan dengan topik yang dibahas dan dapat
menambah pemahaman atau mengilustrasikan ide yang disampaikan. Jika ingin
membuat infografis harus memperhatikan warna, font, dan layout. Karena
dnegan tampilan yang bagus dengan font dan layout yang rapi dapat membuat
seseorang untuk membaca. Selain itu, cara membuat konten yang menarik dan
dapat jadi perhatian orang banyak yaitu caption ada beberapa patokan atau
unsur-unsur dalam membuat caption seperti caption yang entertainment atau
menghibur, edukasi, informasi, call to actition, headline, dan dengan hastag.
Kemudian agar konten kita dapat di lihat orang banyak ketika kita upload di
platform misalnya Instagram jangan terus-terusan dilihat, jika dilihat secara
terus-menerus itu akan sedikit orang lain ya melihat dikarenakan algoritmanya
tidak berjalan. Jadi, ketika kita mengupload di social media jangan dilihat secara
terus-menerus biarkan selama 2-3 jam agar algoritmanya dapat berjalan dan
dapat ditonton oleh banyak orang.
Cara kita bermain social media yaitu dengan memfollow akun-akun yang
bermanfaat dan yang mengedukasi. Orang-orang menilai kita biasanya dari
akun social media kita karena dengan social media dapat menilai karakter kita
dari postingan kita yang kita upload orang-orang di luar sana dapat menilai kita.
Kita sebagai pengguna social media juga harus bijak dalam menggunakan setiap
platform ketika kita memposting, berkomentar, atau share postingan orang lain
kita harus mencari dan meneliti kebenaran postingan tersebut jangan sampai
yang kita share atau bagikan itu berita yang hoax yang belum benar faktanya.
Kita sebaga pengguna social media harus memposting hal yang penting jangan
beranggapan bahwa yang penting posting itu merupakan tidak ada manfaatnya
buat orang lain, posting atau share yang menurut kita itu penting, yang berbotot,
dan memiliki nilai atau value agar orang lain juga mendapatkan informasi dari
apa yang kita posting atau yang kita bagikan.
Referensi
1. Mufidah, N. (2020). Tinjauan Atas Perkembangan Pendidikan
Kewarganegaraan Dalam Rumpun Ilmu Sosial. ASANKA: Journal of
Social Science And Education, 1(1), 47-54.
2. Parawangsa, E., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Hakikat
Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar (SD). Jurnal Pendidikan
Tambusai, 5(3), 8050-8054.
3. Winataputra, H. U. S., & Sapriya, M. Paradigma Baru PKn di SD/MI.
4. Amanullah, M. A., Suryani, N., & Ardianto, D. T. (2019). Pendidikan
Kewarganegaraan (Citizenship) sebagai Sarana Mewujudkan Warga
Negara yang Beradab (Good Citizenship). Seminar Nasional Pendidikan
2019.

Anda mungkin juga menyukai