Anda di halaman 1dari 139

SKRIPSI

ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI PT. PJB


UBJ O&M PLTU PACITAN JAWA TIMUR

Ega Nor Widiarto


NIM. 372016731602

PRODI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DARUSSALAM
GONTOR PONOROGO
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini dinyatakan bahwa skripsi dengan judul:


ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI PT. PJB UBJ O&M PLTU
PACITAN JAWA TIMUR

Disusun oleh:
Ega Nor Widiarto
NIM. 372016731602

Telah diuji dan disahkan di hadapan


Dewan Penguji Skripsi

Pada Hari Rabu, Tanggal 11 Maret 2020

Dewan Penguji

Ketua Penguji
Rindang Diannita, S.K.M., M.Kes. ………………………
NIY. 180728

Penguji I
Ratih Andhika Akbar Rahma, S.ST., M.Si. ………………………
NIY. 140406

Penguji II
Muhamad Rifki Taufik, S.Si,. M.Sc. ………………………
NIY. 180725

Mengetahui,
Ketua Program Studi
D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Ratih Andhika Akbar Rahma, S.ST., M.Si.


NIY. 140406

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ega Nor Widiarto
NIM : 372016731602
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Progrmn Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul : Analisis Sistem Proteksi Kebakaran di PT PJB UBJ O&M
PLTU Pacitan Jawa Timur
Menyatakan bahwa skripsi ini hasil penelitian sendiri dan belum diajukan
pada perguruan tinggi lainnya. Penelitian ini belum pernah dipublikasikan
sebelumnya kecuali pada bagian tertentu dengan referensi aslinya
Apabila karena itu apabila ditemukan plagiarism di dalam skripsi ini, saya
siap menerima sanksi secara akademis.

Ponorogo, 11 Maret 2020


Penulis

Ega Nor Widiarto


NIM. 372016731602

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT beserta berkah, rahmat,
karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam penelitian serta penyusunan
skripsi dengan judul “Analisis Sistem Proteksi Kebakaran Di PT. PJB Ubj O&M
PLTU Pacitan Jawa Timur”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi
di Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Darussalam Gontor.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat material maupun spiritual.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Bapak Amal Fadholah, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Darussalam Gontor.
2. Ibu Eka Rosanti, S.ST., M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Darussalam Gontor.
3. Ibu Amilia Yuni Damayanti, S.Gz., M.Gizi., selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Darussalam Gontor.
4. Ibu Ratih Andhika Akbar Rahma, S.ST., M.Si., selaku Ketua Program Studi D4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan dosen Penguji I yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Muhamad Rifki Taufik, S.Si., M.Sc., selaku dosen Program Studi D4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan dosen Penguji II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Rindang Diannita, S.K.M., M.Kes., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Djuwarto, selaku Spv. Senior dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang
telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di PT. PJB UBJ
O&M PLTU Pacitan Jawa Timur.

iv
8. Bapak Dedy dan Bapak Yeri Agus Bachtiar selaku pembimbing lapangan selama
masa penelitian di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan, Jawa Timur, yang telah
banyak memberi masukan dan saran dalam pelaksanaan pratek kerja lapangan
dan membantu dalam penyusunan skripsi.
9. Unit Bidang K3 selaku pembimbing lapangan selama masa penelitian di PT. PJB
UBJ O&M PLTU Pacitan, Jawa Timur.
10. Keluarga tercinta, Bapak Suyarto, SE, Ibu Erlik Sri Anjariatun, Syani Indah Dian
Nabila, dan Siti Lailatul Rohmah, yang selalu mendukung penulis agar selalu
melangkah ke depan dalam penyusunan skripsi ini.
11. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan Program Studi D4 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darussalam Gontor.
12. Teman-teman K3 2016 yang tak terlewatkan, God Bless You!
Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik untuk skripsi ini masih akan
sangat membantu. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Ponorogo, 11 Maret 2020


Penulis

Ega Nor Widiarto


NIM. 372016731602

v
ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI PT. PJB UBJ O&M PLTU
PACITAN JAWA TIMUR

Ega Nor Widiarto

ABSTRAK

Masalah kecelakaan terbesar dalam lingkungan industri salah satunya adalah


masalah kebakaran. Kerugian yang ditanggung apabila terjadi kebakaran di suatu
industri sangat besar karena menyangkut segi nilai aset yang tinggi, proses
produksi, dan peluang kerja. PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan Jawa Timur
merupakan produsen listrik yang berada di bawah naungan PT. PLN (Persero) Tbk
Indonesia. Dari data penelitian diketahui dalam kegiatan proses produksi memiliki
banyak potensi yang dapat menimbulkan kebakaran yang tinggi dikarenakan akibat
dari penggunaan peralatan yang dapat menghasilkan suhu tinggi, penggunaan
bahan-bahan yang mudah terbakar, serta penggunaan listrik bertegangan tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem proteksi kebakaraan
aktif, sistem proteksi kebakaran pasif, serta sarana penyelamatan jiwa. Jenis
penelitian ini adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pemenuhan sistem
proteksi kebakaran keseluruhan di PT PJB UBJ O&M PLTU Pacitan Jawa Timur
adalah sebagian besar komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi dengan baik,
tetapi terdapat bebrapa bagian lain komponen yang berfungsi kurang maksimal atau
kapasitasnya kurang dari standar yang ditetapkan dalam peraturan dan undang
undang. Komponen proteksi kebakaran yang diperiksa terdiri dari sarana
penyelamatan jiwa, sistem proteksi pasif, sistem proteksi aktif. Kesimpulan
penelitian ini adalah sistem proteksi kebakaran aktif termasuk dalam kategori
“Baik”, sistem proteksi kebakaran pasif termasuk dalam kategori “Cukup”, dan
saran penyelamatan jiwa termasuk dalam ketegori “Cukup”.

Kata Kunci: kebakaran, sarana penyelamatan jiwa, sistem proteksi Kebakaran


Aktif dan pasif

vi
SYSTEM ANALYSIS FIRE PROTECTION IN PT. PJB UBJ O&M PLTU
PACITAN EAST JAVA

Ega Nor Widiarto

ABSTRACT

One of the biggest accident problems in the industrial environment is the


fire problem. The losses incurred in the event of a fire in an industry are very large
because it involves aspects of high asset value, the production process, and
employment opportunities. PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan East Java is an
electricity producer under the auspices of PT. PLN (Persero) Tbk Indonesia. From
the research data it is known that the production process has a lot of potential that
can cause high fires due to the result of the use of equipment that can produce high
temperatures, the use of flammable materials, and the use of high-voltage
electricity. The purpose of this study was to analyze the active fire protection
system, the passive fire protection system, and the means of saving lives. This type
of research is qualitative. The results showed that the fulfillment of the overall fire
protection system at PT PJB UBJ O&M Pacitan East Java PLTU was that most of
the fire protection system components functioned well, but there were several other
parts of the component that functioned less or had less capacity than the standards
stipulated in the regulations and laws . The fire protection components examined
consist of life-saving facilities, passive protection systems, active protection
systems. The conclusion of this research is that the active fire protection system is
included in the "Good" category, the passive fire protection system is included in
the "Enough" category, and the life saving suggestion is included in the "Enough"
category.

Keywords: fires, life saving facilities, active and passive fire protection systems

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….ii
LEMBAR KEASLIAN…………………………………………………………...iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ...……………………...……………………………………………...vi
ABSTRACT ……………………………………………………………………..vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah ................................................................................... 4
1.4 Tujuan.................................................................................................... 5
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................... 5
1.4.2 Tujuan Khusus............................................................................. 5
1.5 Manfaat ................................................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 7
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 6
2.2 Landasan Teori.................................................................................... 7
2.2.1 Undang Undang yang berkaitan dengan kebakaran ................. 7
2.2.2 Teori Api ................................................................................... 9
2.2.3 Teori Kebakaran ....................................................................... 9
2.2.4 Teori Segitiga Api (Triangle of fire)....................................... 10
2.2.5 Teori Piramida Bidang Empat (Tetrahedron of Fire) ............. 12
2.2.6 Klasifikasi Kebakaran ............................................................. 12
2.2.7 Bahaya Kebakaran .................................................................. 14
2.2.8 Teori IPO (Input , Process, Output) ...................................... 15

viii
2.2.9 Sistem Proteksi Kebakaran .................................................... 16
2.3 Kerangka Teori ................................................................................. 29
2.4 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 31
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 31
3.3 Objek Penelitian ................................................................................ 31
3.4 Instrument Penelitian ........................................................................ 32
3.5 Variabel Penelitian ............................................................................ 32
3.6 Definisi Oprasional ........................................................................... 33
3.7 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 34
3.7.1 Data Primer ............................................................................. 34
3.7.2 Data Sekunder ......................................................................... 34
3.8 Tahapan Penelitian ............................................................................ 34
3.9 Analisa Data ...................................................................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 38
4.1 Gambaran Umum PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan .................... 38
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 44
4.2.1 Karateristik Informan .............................................................. 44
4.3 Hasil Analisis Sistem Proteksi Kebakaran di PLTU Pacitan ............ 45
4.4. Pembahasan...................................................................................... 84
4.4.1 Sistem Alarm Kebakaran ........................................................ 84
4.4.2 Sistem Detektor Kebakaran .................................................... 85
4.4.3 Springkel otomatik .................................................................. 88
4.4.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ....................................... 91
4.4.5 Fire Hydrant ............................................................................ 95
4.4.6 Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tegak ............................... 101
4.5 Sistem Proteksi Kebakaran Pasif .................................................... 103
4.5.1 Konstruksi Tahan Api ........................................................... 103
4.6 Sarana Penyelamatan jiwa .............................................................. 105
4.6.1 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar ............................. 105

ix
4.6.2 Tingkat pemenuhan sarana pintu darurat .............................. 108
4.6.3 Tanda Arah Evakuasi. ........................................................... 109
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 112
5.1 Simpulan ......................................................................................... 112
5.2 Saran ............................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 114
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Peneliti Terdahulu ................................................................................


Tabel 2. 2 Klasifikasi Kebakaran ...................................................................... 13
Tabel 3. 1 Definisi Operasional ........................................................................ 35
Tabel 4. 1 Jenis kelamin Informan Unit K3 di PLTU Pacitan .......................... 44
Tabel 4. 2 Umur informan di Unit K3 di PLTU Pacitan .................................. 44
Tabel 4. 3 Pendidikan informan di Unit K3 di PLTU Pacitan .......................... 45
Tabel 4. 4 Sistem Alarm Kebakaran di PLTU Pacitan .................................... 50
Tabel 4. 5 Sistem detektor kebakaran di PLTU Pacitan .................................. 53
Tabel 4. 6 Springkler otomatis di PLTU Pacitan ............................................. 59
Tabel 4. 7 Alat Pelindung api ringan (APAR)PLTU Pacitan ........................... 65
Tabel 4. 8 Fire hydrant di PT PJB UBJ OM PLTU Pacitan ........................... 70
Tabel 4. 9 Sistem Pipa Tegak Di PT. PJB UBJ OM PLTU Pacitan ................ 73
Tabel 4. 10 Konstruksi Tahan Api di PT. PJB UBJ OM PLTU Pacitan ............ 76
Tabel 4. 11 Sarana Jalan Keluar di PT. PJB UBJ OM PLTU Pacitan ............... 78
Tabel 4. 12 Sarana Pintu Darurat di PT. PJB UBJ OM PLTU Pacitan ............ 81
Tabel 4. 13 Sarana Tanda Arah Evakuasi di PLTU Pacitan ............................. 83
Tabel 4. 14 Tingkat Pemenuhan Sistem Alarm Kebakaran di PLTU Pacitan .... 84
Tabel 4. 15 Hasil Observasi Sistem Alarm Kebakaran di PLTU Pacitan ........... 86
Tabel 4. 16 Hasil Observasi Sistem Springkler Otomatik di PLTU Pacitan ..... 89
Tabel 4. 17 Tingkat Pemenuhan APAR di PT. PJB UBJ O&M ......................... 92
Tabel 4. 18 Tingkat Pemenuhan Sistem Hidran di PLTU Pacitan .................... 96
Tabel 4. 19 Lembar Observasi Sistem Pipa Tegak di PLTU Pacitan ............. 101
Tabel 4. 20 Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api di PLTU Pacitan ...... 104
Tabel 4. 21 Lembar observasi Sarana Jalan Keluar di PLTU Pacitan ............. 106
Tabel 4. 22 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat di PLTU Pacitan ................... 108
Tabel 4. 23 Tingkat Pemenuhan Tanda Arah Evakuasi di PLTU Pacitan ....... 109

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Diagram Fenomena Kebakaran ..................................................... 10


Gambar 2. 2 Segitiga Api ................................................................................... 11
Gambar 2. 3 Siklus Segitiga Api ........................................................................ 12
Gambar 2. 4 Kerangka Teori .............................................................................. 30
Gambar 2. 5 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 30
Gambar 4. 1 Profil Perusahaan ........................................................................... 38
Gambar 4. 2 PT. PJB UBJOM PLTU Pacitan .................................................... 39
Gambar 4. 3 Siklus Air dan Uap ........................................................................ 40
Gambar 4. 4 Buku manual springkler ................................................................ 90
Gambar 4. 5 Alat Pemadam Api Ringan (APAR).............................................. 94
Gambar 4. 6 Pengecekan Hydrant Menggunakan Sistem IZZAT...................... 97

xii
DAFTAR SINGKATAN

UU : Undang-Undang
NFPA : National Fire Protection Association
PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap
MW : Mega Watt
PERMEN : Peraturan Mentri
KEPMEN : Keputusan Mentri
PU : Pembangunan Umum
LFL : Low Flamemable Limit
UFL : Upper Flamemable Limit
APAR : Alat Pemadam Api Ringan
DWT : Dead Weight Ton
PLN : Perusahaan Listril Negara
PJB : Pembangkit listrik Jawa Bali
UBJ O&M : Unit Bisnis Jasa Operasi dan Maintanece
CWP : Circulation Water Pump
MED : Mulfi Effect Desalination
WTP : Water Treatment Plant
LP Turbin : Low Presuer Turbin
HP Tubin : High Presuer turbin

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebakaran adalah suatu bencana yang disebabkan oleh api yang tidak
dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian yang besar baik berupa harta benda
maupun jiwa manusia. Ketika kebakaran sudah menjadi masalah nasional, karena
bukan saja merugikan pribadi secara individual, melainkan meliputi sarana dan
prasarana yang menguasai keperluan manusia seperti pabrik, pembangkit tenaga
listrik, pelabuhan, dan sarana prasarana lain yang utama dan sangat mahal
harganya. Hal ini perlu dikaji ulang untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
kebakarannya antara lain seperti faktor peralatan proteksi yang kurang memadai,
sumber daya manusia yang dipersiapkan, ataupun hambatan dari manajemen
(Subhan, 2016).
Sesuai dengan standar pokok UU No, 1 tahun 1970 yaitu tentang tujuan
umum K3 yang termasuk menanggulangi kebakaran yang bertujuan untuk
melindungi pekerja dan orang lain, aset perusahaan dan lingkungan perusahaan.
tercantum di pasal 3 ayat (1) huruf b, d, q, yaitu semua tempat kerja harus
menaggulangi kebakaran meliputi pencegahan, pengurangan dan pemadaman
kebakaran, menyediakan sarana jalan untuk penyelamatan diri ketika terjadi
kebakaran serta pengendalian penyebaran panas, asap dan gas. Selain itu pada
Kepmenaker 186/Men/1999 yang menjelaskan bahwa perusahaan wajib mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja (Novianti, 2018).
Penjualan tenaga listrik naik sebesar 6,48% yang terdiri dari penjualan untuk
sektor industri, sektor rumah tangga, sektor komersial atau usaha dan sektor publik
atau umum. Sumber energi listrik hanya menghasilkan energi listrik yang relatif
kecil. Semakin meningkatnya populasi penduduk, kebutuhan akan pasokan listrik
semakin meningkat, hasil dari perkembangan teknologi, kini dapat diciptakan
pembangkit tenaga listrik yang dapat mengalirkan listrik dalam jumlah besar (Tri,
2018) .

1
2

Lingkungan kerja juga memiliki bahaya atau resiko yang tinggi terhadap
kondisi kebakaran. Berdasarkan laporan National Fire Protection Association
(NFPA), dari total 22 kasus kebakaran besar di Amerika Serikat pada tahun 2017,
terdapat empat kasus kebakaran di pabrik manufaktur pada jenis pabrik manufaktur
kayu dan pabrik kertas yang menyebabkan kerugian besar sebesar $110,6 juta
(NFPA, 2018).
Menurut data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI
Jakarta pada tahun 2017, terjadi 2.942 kasus kebakaran di 5 wilayah dan satu
kabupaten di Jakarta. Jakarta Pusat menjadi wilayah yang paling sering terjadi
kebakaran dengan 1.471 kasus yang sudah terdaftar dan ditangani oleh dinas
terkait. Kebakaran terbesar dengan jumlah 927 kejadian disusul dengan gas
sebanyak 185 kasus yang disebabkan oleh penggunaan listrik. Pemukiman warga
menjadi sasaran kebakaran terbanyak dengan jumlah 505 kejadian (Dinas
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, 2018).
Kebakaran di sektor industri Indonesia, seperti kejadian kebakaran di PLTU
Sebalang, Lampung Selatan terjadi pada bulan Agustus 2018 lalu, berasal dari
kembang api sisa pengelasan yang mengenai Belt Conveyor yang terbuat dari karet.
Belt Conveyor tersebut putus dan jatuh ke bagian mesin pemecah batu bara hingga
api membesar. Tidak ada korban jiwa, tetapi kebakaran ini mengakibatkan pasokan
listrik ke Lampung berkurang 100 MW sehingga akan dilakukan pemadaman
listrik bergilir (Mustafa, 2016).
Masalah kecelakaan terbesar dalam lingkungan industri salah satunya adalah
masalah kebakaran. Kerugian yang ditanggung apabila terjadi kebakaran di suatu
industri sangat besar karena menyangkut segi nilai aset yang tinggi, proses
produksi, dan peluang kerja (Ramli, 2010). Beberapa faktor-faktor sumber
kecelakaan antara lain lingkungan fisik karyawan (unsafe condition), lingkungan
kerja yang tidak aman dan nyaman, proses kerja yang berbahaya, serta sifat dan
cara kerja yang berbahaya. Kelalaian manusia atau perbuatan yang berbahaya,
diakibatkan oleh ulah pekerja yang berbahaya, karena kurangnya pengetahuan dan
keterampilan, dan etos kerja (Subhan, 2016)

2
3

Secara fisiologis, sementara mekanisme tubuh manusia tidak dilengkapi


dengan sistem kekebalan untuk menghadapi udara yang tidak stabil tersebut. Oleh
karenanya manusia membutuhkan pakaian sebagai pelindung. Manusia pada
dasarnya butuh perlindungan, namun karena temperatur udara di luar tubuhnya
tidak stabil sehingga manusia kadangkala harus menghadapi udara yang sangat
ekstrim.
Mengingat begitu pentingnya pakaian bagi manusia, maka di dalam sumber
ajaran Islam yaitu al-Qur’an, dibahas tentang masalah pakaian. Salah satu ayat
yang berkaitan dengan pakaian adalah Surat al-A’rāf/7: 26:

َ‫اس التَّ ْق َو ٰى ٰذَلِك‬ ً ‫س ْوآ ِت ُك ْم َو ِري‬


ُ ‫شا ۖ َو ِل َب‬ َ ‫سا ي َُو ِاري‬ َ ‫َيا َب ِني آ َد َم قَ ْد أ َ ْنزَ ْلنَا‬
ً ‫علَ ْي ُك ْم ِل َبا‬
َ‫َّللا لَ َعلَّ ُهم َي َّذ َّك ُرون‬
ِ َّ ‫ت‬ ِ ‫َخي ٌْر ۚ ٰذَلِكَ ِم ْن آ َيا‬
Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk
menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah
yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-
mudahan mereka ingat (Q.S. al-A’rāf f/ 7: 26).

Berdasarkan hasil observasi awal di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan Jawa
Timur, upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran perlu dilakukan di PT.
PJB UBJ O&M PLTU Pacitan Jawa Timur untuk menghindari terjadinya kebakaran
di industri yang akan menimbulkan kerugian dalam jumlah yang besar. Sistem
proteksi kebakaran adalah sistem yang terdiri dari kelengkapan alat serta sarana
baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan dan gedung sebagai sistem
proteksi kebakaran aktif, sistem proteksi kebakaran pasif, dan sarana penyelamatan
jiwa. Sistem proteksi kebakaran memiliki fungsi sebagai sistem pengaman dan
pendeteksi terjadinya kebakaran. Peristiwa kebakaran tidak akan terjadi jika sistem
proteksinya tidak sesuai dengan standar yang ditentukan.
Sistem proteksi kebakaran dapat dilihat kesesuaiannya dengan ketentuan
yang berlaku serta berkaitan antara lain PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008,
KEPMEN PU No. 10/KPTS/2000, PERMENAKER No. 04/MEN/1980, SNI, dan
4

NFPA. Apabila sudah diterapkan dengan benar dan sesuai dengan standar
keselamatan yang ada, maka besarnya kasus kebakaran akan lebih mudah
ditangguulangi dan diminimalkan. Oleh sebab itu, usaha untuk mengenali faktor-
faktor risiko kebakaran lebih penting daripada sistem proteksi kebakaran yang ada
di perusahaan. Dalam hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
menganalisis keseuaian sistem proteksi kebakaran di PT. PJB UBJ O&M PLTU
Pacitan Jawa Timur sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran
berdasarkan ketentuan yang telah ada.
Maka perlu dilakukan penelitian terhadap Sistem proteksi kebakaran aktif
dan pasif pada lingkungan PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan Jawa Timur untuk
mencegah, menanggulangi, serta mengendalikan kebakaran dan resiko yang
berkaitan dengan tenaga kerja, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran yang
dapat sewaktu waktu terjadi dan untuk menyelamatkan aset perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana sistem proteksi kebakaran di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan
Jawa Timur?

1.3. Batasan Masalah


Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan
menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun keterbatasan dalam
melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini mengacu pada Permen PU No.26 Tahun 2008 tentang sistem
proteksi kebakaran.
2. Bahasan yang akan dijelaskan bahwasanya: sistem proteksi kebakaran aktif,
sistem proteksi kebakaran pasif, dan sarana peyelamatan jiwa.
5

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem proteksi kebakaran di
PT. PJB UB O&M PLTU Pacitan Jawa Timur.
1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis tentang sistem proteksi kebakaran pasif di PT. PJB UBJ
O&M PLTU Pacitan Jawa Timur.
2. Menganalisis tentang sistem proteksi kebakaran aktif di PT. PJB UBJ O&M
PLTU Pacitan Jawa Timur.
3. Menganalisis tentang sarana penyelamatan jiwa di PT. PJB UBJ O&M
PLTU Pacitan Jawa Timur.

1.5 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan ide kreatif dan
potensi diri terkait dengan penanggulangan kebakaran.
2. Bagi Perusahaan
Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menganalisis sistem proteksi
kebakaran pada PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan Jawa Timur.
3. Bagi Program Studi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi civitas
akademika dan Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Universitas Darussalam Gontor, khususnya terkait penanggulangan
kebakaran dan perencanaan prosedur pemeliharaan instalasi kebakaran hanya
pada sistem proteksi aktif dan pasif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu ini telah melakukan analisis dan evaluasi terhadap
sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif, sarana penyelamatan jiwa, penelitian
tersebut antara lain adalah:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Tahun Judul Hasil
1 Masruhaniah 2008 Redesign Gambaran Hasil jumlah dan
Hidran dan letak pilar hidran dan
Apar pemasangan pipa hidran yang
ada di area PPNS- ITS.
2 Endah 2011 Sistem Aplikasi Sistem proteksi pasif yang
Alfiyanti proteksi ada di Pura Offset khususnya
kebakaran kompartemenisasi masih
untuk belum sesuai dengan
pencegahan Undang-Undang No. 28
dan Tahun 2002 tentang
penaggulangan Bangunan Gedung.
kebakaran Sedangkan sarana evakuasi
yang disediakan telah sesuai
dengan peraturan yang
berlaku.

6
7

No. Peneliti Tahun Judul Hasil


3 Subhan 2016 Gambaran Tingkat pemenuhan sistem
Masmahony tingkat proteksi kebakaran secara
pemenuhan keseluruhan di Pabrik
sistem proteksi Personal Wash PT Unilever
kebakaran Indonesia Tbk Rungkut
Surabaya termasuk kategori
“cukup”, yang berarti
sebagian besar komponen
sistem proteksi kebakaran
berfungsi dengan baik
4 Aghnia 2018 Implementasi Gambaran implementasi fire
Uyun fire safety safety yang dilakukan dalam
dan simulasi simulasi penerapan sistem
penerapan proteksi kebakaran aktif
sistem proteksi memiliki kategori baik
kebakaran aktif
pada ruang
panel ESCL

Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan yaitu dalam pembahasan sistem


proteksi kebakaran, bahwa penelitian ini memiliki variabel yang berbeda dari
penelitian sebelumnya yaitu membahas tentang sistem proteksi kebakaran aktif,
sistem proteksi kebakaran pasif, sarana penyelamatan jiwa.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Undang-Undang yang berkaitan dengan kebakaran
1. Undang-undang No. 28 Tahun 2002
Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
mengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi fungsi,
persyaratan, penyelenggaraan, peran masyarakat dan pembinaan. Pada pasal 7
ayat 1, disebutkan bahwa setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung tersebut meliputi persyaratan tata
bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung yang terdiri dari
kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta
8

kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya


kebakaran dan bahaya petir (Departemen Hukum dan Perundang-undangan,
2002).
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
04/MEN/1980
Permenakertrans No. Per 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan (APAR) mengatur tata
cara pemasangan, persyaratan, penempatan, pemeliharaan, dan pengujian alat
pemadam api ringan (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 1980).
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/MEN/1983
Permenaker No. 02/MEN/1983 tentang instalasi alarm kebakaran
automatik mengatur tata cara pemasangan instalasi alarm otomatis,
penempatan, pengujian, dan pemeriksaannya (Departemen Tenaga Kerja
Republik Indonesia, 1983).
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 186/MEN/1999
Kepmenaker No. Kep 186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan
kebakaran di tempat kerja. Kepmenaker ini berisi tentang pedoman
pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja serta tugas dan
syarat unit penanggulangan kebakaran (Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia, 1999).
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009
Permen PU No. 20/PRT/M/2009 tentang pedoman teknis manajemen
proteksi kebakaran di perkotaan merupakan peraturan yang mengganti dan
menyempurnakan Kepmen PU No. 11 Tahun 2000 mengenai ketentuan teknis
manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan. peraturan ini berisi
tentang manajemen proteksi kebakaran di perkotaan, lingkungan, dan pada
bangunan gedung (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009).
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008
Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem
proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan merupakan
peraturan yang mengganti dan menyempurnakan kepmen pu no. 10/kpts/2000
9

tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada


bangunan gedung dan lingkungan. Peraturan ini berisi persyaratan teknis
mengenai akses dan pasokan air untuk pemadaman kebakaran, sarana
penyelamatan, sistem proteksi pasif, sistem proteksi aktif, utilitas bangunan
gedung, pencegahan kebakaran pada bangunan gedung, pengelolaan proteksi
kebakaran pada bangunan gedung, serta pengawasan dan pengendalian
(Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2008).

2.2.2 Teori Api


Api adalah proses pembakaran dengan ciri-ciri dan karakter yang dapat
menimbulkan emisi panas dan diikuti dengan asap dan ledakan. Nyala api
adalah suatu kondisi yang dapat diamati gejalanya yaitu dengan adanya cahaya
dan panas dari bahan yang kontak dengan api kemudian terbakar (Tri, 2018).
Kondisi lainnya yang dapat diamati adalah bila suatu bahan telah terbakar maka
akan mengalami perubahan baik bentuk fisiknya maupun sifat kimianya. Gejala
perubahan yang diamati tersebut menurut teori perubahan zat dan energi adalah
perubahan secara kimia (Subhan, 2016).

2.2.3 Teori Kebakaran


Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki. Apabila tidak
dikehendaki adalah termasuk kebakaran. Kejadian kebakaran atau gejala pada
setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam, dapat
diamati beberapa fase tertentu seperti pada gambar di bawah ini:
10

Gambar 2. 1 Diagram Fenomena Kebakaran


(Sumber : Depnakertrans RI, 2010)

Keterangan Diagram Fenomena Kebakaran:


1. Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api/kebakaran tetapi yang
pasti ada sumber awal pencentusnya (source energy) yaitu adanya potensi
energi yang tidak terkendali.
2. Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat terbakar,
maka akan terjadi penyalaan tahap awal (initiation) bermula dari sumber api
/ nyala yang relatif kecil.
3. Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api akan
berkembang lebih besar (growth) sehingga api akan menjalar bila ada media
disekelilingnya.
4. Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas ke semua arah
secara konduksi, konveksi, dan radiasi, hingga pada suatu saat kurang lebih
3–10 menit atau setelah temperatur mencapai 300°C akan terjadi penyalaan
api serentak yang disebut flashover, yang biasanya ditandai pecahnya kaca.
5. Setelah flashover, nyala api akan membara yang disebut keadaan kebakaran
yang sebenarnya (steady / full development fire). Temperatur pada saat
kebakaran penuh (full fire) dapat mencapai 600 – 1000°C. Bangunan dengan
struktur konstruksi baja akan runtuh pada temperatur 700°C. Bangunan
dengan konstruksi beton bertulang setelah terbakar lebih dari 7 jam dianggap
tidak layak lagi untuk digunakan.
6. Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan berkurang
surut dan berangsur angsur akan padam, yang disebut periode surut (decay).

2.2.4 Teori Segitiga Api (Triangle of fire)


Sumber sumber terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga api
(Triangle of fire) dijelaskan bahwa kelangsungan proses nyala api memerlukan
tiga unsur pokok yaitu unsur: bahan yang dapat terbakar (Fuel), Oksigen (O2)
yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator, dan panas (Putri, 2012).
11

Gambar 2. 2 Segitiga Api


(Sumber : Okstate, 2012)

Dengan teori ini apabila salah satu unsur dari segitiga api tersebut tidak
pada porsi yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Bahan yang dapat terbakar
memiliki jenis berupa bahan padat, cair, maupun gas. Nyala api akan dapat
berlangsung jika ada kesimbangan perhitungan angka yang menghubungkan
segitiga api. Angka fisika yang berhubungan dengan sisi-sisi pada segitiga api
tersebut antara lain “flash point, ignition temperature, dan flammable rang
(Ramli, 2010).
12

Gambar 2. 3 Siklus Segitiga Api


(Sumber : Ramli, 2010)
Pada gambar 2.3 adalah keterkaitan dalam segitiga api dan siklus panas
yang membuat nyala api dapat berlangsung continue saat masih dalam
keseimbangan yang tepat. Prinsip segitiga api ini juga dapat digunakan dalam
teknik-teknik pemadaman kebakaran, yaitu menghilangkan salah satu unsur
atau lebih dari syarat-syarat keseimbangannya (Ramli, 2010).

2.2.5 Teori Piramida Bidang Empat (Tetrahedron of Fire)


Perkembangan dari teori segitiga api adalah unsur keempat yang
menyebabkan timbulnya api. Unsur yang keempat ini adalah rantai-reaksi.
Dalam teori ini menjelaskan bahwa ketika energi diterapkan pada bahan yang
mudah terbakar seperti hidrokarbon, beberapa ikatan karbon dengan karbon
lainnya terputus dan menghasilkan radikal bebas (Ramli, 2010). Selain itu,
rantai oksigen dengan oksigen lainnya juga ikut terputus dan menghasilkan
radikal oksida. Jika jarak antara radikal-radikal ini cukup dekat maka akan
terjadi penggabungan kembali (recombining) radikal bebas dengan radikal
lainnya atau dengan kelompok fungsional yang lain (Subhan, 2016).
Sumber api ditinjau dari prosesnya dapat terjadi antara lain meliputi:
1. Proses fisik dan mekanis ialah kebakaran yang terjadi antara lain disebabkan
bantuan alat tertentu seperti:
a. Pemasangan kompor dengan tidak sebagaimana mestinya, api menyala
terlalu besar dan sebagainya.
b. Pemakaian lampu di tempat tempat tertentu secara ceroboh.
2. Proses alam, adalah kebakaran yang terjadi karena sambaran petir, gunung
berapi dan lain sebagainya (Putri, 2017).

2.2.6 Klasifikasi Kebakaran


Klasifikasi/pengelompokkan kebakaran menurut kementerian tenaga
kerja dan transmigrasi (1980) adalah sebagai berikut:
13

1. Kebakaran Kelas A
Kebakaran yang berkaitan dengan benda-benda padat kecuali logam.
Contoh: kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dan sebagaianya. Alat/media
pemadam yang tepat untuk mengurangi penjalaran atau penyebaran
kebakaran kelas ini adalah pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam
(busa) dan air.
2. Kebakaran Kelas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar. Contoh:
kerosenee, solar, premium (bensin), LPG/LNG, dan minyak goreng. Alat
pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah tepung
pemadam (dry powder), busa (foam), serta air dalam bentuk spray/kabut
yang halus.
3. Kebakaran Kelas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan, seperti: breaker listrik dan alat
rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik. Alat pemadam yang
dipergunakan adalah karbondioksida (CO2) dan tepung kering (dry
chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
4. Kebakaran Kelas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat, seperti: magnesium, alumunium,
natrium, kalium, dan sebagainnya. Alat pemadam yang dipergunakan adalah
pasir halus dan kering, dry powder, foam, khusus.

Tabel 2. 1 Klasifikasi Kebakaran


Risiko Material
Class A Kayu, Kertas, Kain

Class B Bensin, Minyak Tanah, Varnish


Class C Bahan-bahan seperti Asetelin, Methane, Propane dan
gas alam
Class D Uranium, Magnesium dan Titanium
Sumber: Kemenakertrans (1980)
14

2.2.7 Bahaya Kebakaran


Kebakaran memang merupakan suatu kondisi yang tidak dapat diduga
kapan terjadinya (unpredictable). Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan akan
melanda sasaran apa saja. Namun sesungguhnya kebakaran merupakan hal yang
dapat ditanggulangi kondisiya atau preventable. Dengan kebakaran juga, hasil
usaha dan upaya yang sekian lama dikerjakan dapat menjadi hilang dalam
waktu beberapa jam atau beberapa menit saja. Masalah kebakaran disana-
sini masih terjadi. Hal ini menunjukkan, betapa perlunya kewaspadaan
pencegahan terhadap kebakaran perlu lebih di tingkatkan (Uyun, 2018)
Kemudahan suatu zat untuk terbakar ditentukan oleh:
1. Titik nyala (flash point) yakni suhu terendah dimana uap zat dapat
dinyalakan.
2. Titik bakar (ignition point) yakni suhu dimana zat terbakar dengan
sendirinya.
3. Konsentrasi mudah terbakar (flammable limits) yakni daerah konsentrasi uap
gas yang dapat dinyalakan.
a. Low Flammable Limit (LFL) yakni konsentrasi uap zat terendah yang
masih dapat dinyalakan.
b. Upper Flammable Limit (UFL) yakni konsentrasi uap tertinggi yang
masih dapat dinyalakan (Putri, 2017).
Jadi daerah mudah terbakar dibatasi oleh LFL dan UFL serta sifat
kemudahan membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
Berdasarkan NFPA, bahaya kebakaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
(Subhan, 2016) :
1. Bahaya kebakaran ringan (light / low hazard)
Termasuk bahaya kebakaran ringan yaitu lokasi atau tempat dimana
jumlah class A combustible dan class B flammable rendah termasuk material
perabot, dekorasi, dan isinya berada dalam jumlah yang kecil. Hal ini dapat
15

dimiliki oleh gedung atau ruangan seperti kantor, ruang kelas, gereja, ruang
tamu di hotel atau motel, dan lain-lain. Sejumlah kecil class B flammable
material yang digunakan untuk duplicating machines, art departments dan
lain-lain juga termasuk.
2. Bahaya kebakaran sedang (ordinary / moderate hazard)
Termasuk bahaya kebakaran sedang yaitu lokasi atau tempat dimana
jumlah class A combustible dan class B flammable material yang ada lebih
besar dari yang diharapkan pada bahaya kebakaran ringan. Lokasi atau
tempat yang termasuk bahaya kebakaran sedang bisa seperti ruang makan,
mercantile shop, light manufacturing, auto showroom, area parkir, bengkel,
dan lain-lain.
3. Bahaya kebakaran berat (extra/high hazard)
Termasuk bahaya kebakara sedang yaitu lokasi atau tempat dimana
jumlah class A combustible dan class B flammable material yang ada, di
dalam tempat penyimpanan (storage), diproduksi, digunakan, produk akhir,
atau dicampur melebihi dan diatas jumlah yang diharapkan pada bahaya
kebakaran sedang. Lokasi yang termasuk dalam bahaya kebakaran berat bisa
seperti pekerjaan yang berhubungan dengan material kayu, vehicle repair,
aircraft dan boat servicing, area memasak, dan tempat penyimpanan serta
proses manufaktur seperti painting dipping, dan coating, termasuk
penanganan cairan yang mudah terbakar.

2.2.8 Teori IPO (Input, Process, Output)


Menurut Donabedian Mutu adalah sifat/nilai yang dimiliki oleh suatu
program. Penanganan mutu kesehatan adalah hasil akhir (outcome) dari
interaksi dan keterkaitan berbagai aspek, unsur organisasi sebagai suatu sistem.
Menurut Prof. A. Donabedian, ada tiga pendekatan evaluasi (penilaian) mutu
yaitu aspek:
1. Input atau Struktur
16

Input (struktur), adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk


melakukan sebuah observasi. Hubungan input dengan mutu adalah dalam
perencanaan dan penggerakan pelaksanaan program penelitian.

2. Proses
Proses merupakan landasan yang digunakan untuk melakukan observasi
dalam penelitian sistem proteksi kebakaran.
3. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan. Penilaian terhadap
outcome merupakan evaluasi hasil akhir dari penelusuran wawancara, studi
kasus, informed consent ataupun dari keluhan.

2.2.9 Sistem Proteksi Kebakaran


1. Sistem proteksi kebakaran aktif
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008,
sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang
terdiri atas sistem pendeteksi kebakaran yang bisa dioperasikan secara
manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran yang menggunakan
media air seperti springkler, pipa tegak, dan selang kebakaran, serta sistem
pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam
khusus.
a. Sistem Deteksi Kebakaran (Fire Detector)
Menurut Permen PU No. 26 tahun 2008, Detector adalah alat
yang memiliki fungsi mendeteksi secara dini kondisi suatu kebakaran
awal. Alat pendeteksi api ini disebut detektor api (fire detector) yang
dapat digolongkan beberapa jenis yaitu :
1) Detektor asap (smoke detector)
Detektor asap adalah sistem pendeteksi kebakaran yang
mendeteksi adanya asap. Menurut sifat fisiknya, asap merupakan
unsur karbon hasil pembakaran yang kurang sempurna. Detektor asap
dapat dikelompokkan atas 2 jenis yaitu jenis ionisasi dan
17

photoelectric. Sesuai dengan karakter alat, maka detektor asap sangat


tepat digunakan di dalam bangunan yang banyak terdapat kebakaran
jenis material kelas A yang banyak menghasilkan asap. Kurang tepat
jika digunakan untuk kebakaran jenis hidrokarbon atau gas (Ramli,
2010).
2) Detektor panas (heat detector)
Detektor panas adalah peralatan dari detektor kebakaran yang
dilengkapi dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatic yang
berkerja secara otomatis untuk mendeteksi kebakaran melalui panas
yang diterimanya. Detektor panas ini sangat sesuai di area dengan
material kebakaran kelas B atau cairan dan gas mudah terbakar seperti
minyak dan bahan kimia. Jenis-jenis detektor panas antara lain:
a) Detektor suhu tetap
b) Detektor jenis peningkatan suhu
c) Detektor pemuaian (Ramli, 2010)
3) Detektor nyala (flame detector)
Api juga mengeluarkan nyala (flame) yang akan menyebar
ke sekitar bahan yang terbakar. Api mengeluarkan radiasi sinar infra
merah dan ultra violet. sebuah cahaya yang dapat terdeteksi oleh
sensor yang terpasang dalam detektor. Sesuai dengan fungsinya,
detektor ini ada beberapa jenis yaitu:
a) Detektor UV
b) Detektor Infra Merah
c) Detektor foto elektris
Berikut adalah persyaratan sistem detektor kebakaran menurut
Permen PU No. 26 yang berpedoman pada SNI 03-3985 (2000):
1) Setiap detektor yang terpasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan
dan untuk pengujian secara periodik
2) Detektor diproteksi terhadap kemungkinan gangguan mekanis.
3) Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan.
4) Rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan
18

harus disimpan untuk jangka waktu 5 tahun untuk pengecekan oleh


instansi yang berwenang.
5) Terdapat detektor kebakaran yang dipasang di seluruh ruangan.
b. Alarm Kebakaran
Beberapa macam jenis alarm kebakaran, diantaranya :
1) Bel
Bel merupakan alarm yang mengeluarkan suara dering jika terjadi
kebakaran. Dapat digerakkan secara manual atau dikoneksi dengan
sistem deteksi kebakaran. Suara bel ini cukup terbatas, sehingga sesuai
ditempatkan dalam ruangan terbatas seperti kantor (Ramli, 2010).
2) Sirene
Memiliki fungsi sama dengan bel, namun jenis suara yang
dikeluarkan berupa sirine. Alat ini digerakkan secara manual dan ada
yang bekerja secara otomatis. Sirine mengeluarkan suara yang lebih
keras dan bising, sehingga dapat menjangkau tempat kerja yang luas
seperti pabrik (Ramli, 2010).
3) Pengeras suara (public address)
Dalam suatu bangunan yang luas di mana penghuni tidak dapat
mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan
pengeras suara yang dilengkapi dengan penguatnya (pre-amplifier)
sebagai pengganti sistem bell dan horn. Sistem ini memungkinkan
digunakannya komunikasi searah kepada penghuni agar mereka
mengetahui cara dan sarana untuk evakuasi (Ramli, 2010).
4) Horn
Horn juga berupa suara yang cukup keras namun lebih rendah
dibanding sirine (Ramli, 2010).
Berikut adalah persyaratan alarm kebakaran dalam Permen PU
No. 26 tahun 2008 yang menyeseuaikan dengan SNI 03-3985 (2000):
1) Terdapat alarm kebakaran pada unit produksi
2) Sinyal suara alarm kebakaran berbeda dari sinyal suara yang dipakai
untuk penggunaan lain
19

c. Sistem Springkler Otomatis


Menurut SNI 03-3989 (2000), springkler adalah alat yang dapat
memancarkan air untuk memadamkan api mula yang memiliki penutup
berbentuk deflector pada ujung mulut pemancar, sehingga air mampu
terpancar ke semua arah secara merata.
Springkler otomatik ini memiliki beberapa jenis yang digunakan
dalam ruangan atau tempat kerja yang memiliki bahaya (Putri, 2017)
memiliki 5 jenis springkler yaitu:
1) Wet Pipe System
Merupakan sprinkler otomatis yang langsung disambungkan ke
supply air. Apabila ada panas yang dihasilkan dari api maka air yang
tersimpan tersebut akan segera keluar lewat sprinkler yang terbuka.
2) Dry Pipe System
Beda dengan wet pipe yang menggunakan air, dengan sistem ini
sprinkler secara otomatis akan disambungkan kepada sistem
perpipaan yang di dalamnya terdapat nitrogen atau udara dengan
tekanan. Ketika ada panas yang menyebabkan adanya api akan
membuat dry pipe valve terbuka.
3) Preaction System
Sprinkler otomatis yang digunakan dengan sistem ini akan
disambungkan ke sistem yang juga yang di dalamnya terkandung
udara. Ada udara yang tidak bertekanan dan bertekanan.
4) Deluge System
Sistem ini akan menggunakan kepala sprinkler terbuka yang
tersambung pada sistem perpipaan. Kemudian dihubungkan kembali
ke supply air menggunakan sebuah valve. Valve itu akan
menggunakan sistem deteksi yang membuatnya bisa dibuka. Sistem
deteksi tersebut akan dipasang pada area di mana sprinkle disimpan.
20

Ketika valve tersebut terbuka maka air akan langsung mengalir ke


sistem perpipaan, kemudian dikeluarkan lewat semua sprinkler.

5) Combiner Dry Pipe – Preaction


Sistem kelima ini merupakan sistem pipa yang isinya adalah
udara yang bertekanan. Ketika kebakaran terjadi, alat pendeteksi akan
membuka katup untuk mengontrol air serta udara. Kemudian
keduanya akan dikeluarkan ke pipa supply, dengan begitu sistem akan
terisi penuh air. Cara kerjanya mirip seperti wet pipe. Namun jika pada
kerusakan pada alat deteksi maka akan bekerja seperti yang dilakukan
dry pipe (Putri, 2017).
Menurut Putri (2017) cara kerja dari alat ini ketika terjadi
kebakaran di sebuah tempat adalah sebagai berikut:
1) Apabila ada kenaikan suhu sekitar 68 derajat celsius maka kepala
sprinkler akan langsung mengeluarkan air yang bisa membuat api
langsung mati jika memang masih kecil.
2) Apabila ada api yang muncul maka alarm pada bagian check valve
akan terbuka karena terbukanya clapper pada bagian alarm valve
tersebut akan langsung mengalir ke dalam pipa alarm trim kemudian
mengaktifkannya.
3) Apabila api sudah dapat diatasi maka air bisa berhenti mengalir ke
arah alarm gong, pressure switch, dan fire sprinklernya.
4) Banyaknya air yang keluar dari alat ini ditentukan oleh seberapa besar
bahaya kebakaran yang terjadi dari. Mulai kebakaran ringan, sedang
sampai berat.
Supaya bahaya kebakaran dapat ditangani akan lebih baik jika
semua ruangan dalam sebuah bangunan dipasangi oleh sistem ini kecuali
ruang panel listrik, ruang tahan api, ruangan tangga, dan ruangan lainnya
yang memang khusus dibuat untuk tahan terhadap api.
21

Berikut adalah persyaratan sistem springkler oromatik menurut


Permen PU No. 26 tahun 2008 yang berpedoman pada SNI 03-3989
(2000):
1) Terdapat sprinkler otomatis
2) Sprinkler tidak diberi tanda atau cat
3) Air yang digunakan tidak menggunakan bahan kimia yang dapat
menyebabkan kerusakan sarana dan korosi.
4) Setiap sistem springkler otomatis harus memiliki kelengkapan yaitu
satu jenis sistem persediaan air yang bekerja secara otomatis,
memiliki tekanan dan berkapasitas cukup, dan harus dibawah
pengawasan pemilik gedung.
5) Jarak minimum antara dua kepala springkler ≤ 2 m.
6) Kepala springkler yang terpasang merupakan kepala springkler yang
tahan korosi.
7) Kotak penyimpanan kepala springkler cadangan dan kunci kepal
springkler ruangan ditempatkan di ruangan ≤ 38 ˚C.
8) Jumlah persediaan kepala springkler cadangan ≥ 36 buah.
9) Springkler cadangan sesuai baik tipe maupun temperatur rating
dengan semua springkler yang telah dipasang. Tersedia sebuah kunci
khusus untuk springkler (special springkler wrench).

d. Sistem Pipa Tegak


Menurut SNI 03-1745 (2000), sistem pipa tegak adalah suatu
susunan dari perpipaan, katup, sambungan selang, dan kesatuan
peralatan dalam bangunan, dengan sambungan selang yang dipasangkan
sedemikian rupa sehingga air dapat dipancarkan atau disemprotkan
melalui selang dan nozel, untuk keperluan memadamkan api, untuk
mengamankan bangunan dan isinya, serta sebagai tambahan
pengamanan penghuni. Komponen-komponen pada instalasi ini antara
lain pipa dan tabung, alat penyambung, gantungan, katup, kotak slang,
sambungan slang, sambungan pemadam kebakaran, dan tanda petunjuk.
22

Berikut persyaratan menurut Permen PU No. 26 tahun 2008 yang


berpedoman pada SNI 03-1745 (2000):
1) Sambungan pemadam kebakaran minimal dua buah.
2) Sambungan pemadam kebakaran harus dipasang dengan penutup
untuk melindungi sistem dari kotoran-kotoran yang masuk.
3) Dilakukan pemeliharaan terhadap sistem pipa tegak.
4) Sambungan pemadam kebakaran harus pada sisi jalan dari bangunan,
mudah terlihat dan dikenal dari jalan atau terdekat dari titik jalan
masuk peralatan pemadam kebakaran.
5) Setiap sambungan pemadam kebakaran harus dirancang dengan suatu
penandaan dengan huruf besar, tidak kurang 25 mm (1 inci)
tingginya, ditulis pada plat yang terbaca : “PIPA TEGAK”.
6) Suatu penandaan juga harus menunjukkan tekanan yang
dipersyaratkan pada inlet untuk penyaluran kebutuhan sistem.
7) Setiap pipa tegak harus dilengkapi dengan sarana saluran
pembuangan. Katup pembuangan dengan pemipaannya dipasang
pada titik terendah dari pipa tegak dan harus diatur untuk dapat
membuang air pada tempat yang disetujui.
e. Sistem Hidran
Hidran adalah alat yang di gunakan untuk memadamkan kebakaran
serta dilengkapi dengan selang dan nozle untuk mengalirkan air
bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran
(Ramli, 2010). Sistem hidran terdiri dari:
1) Sumber persediaan air
2) Pompa-pompa kebakaran
3) Selang Hidran.
4) Kopling penyambung, dan perlengkapan lainnya.
Klasifikasi hidran kebakaran berdasarkan jenis dan
penempatannya, dibagi 2 jenis hidran, yaitu:
1) Hidran gedung (indoor hydrant)
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam suatu
23

bangunan atau gedung yang memiliki instalasi serta peralatannya


disediakan dan di pasang dalam bangunan/gedung tersebut. Hidran
gedung menggunakan pipa tegak 4 inchi, panjang selang minimum
15 m, diameter 1,5 inchi serta mampu mengalirkan air 380 liter/menit(
Subhan, 2016).
2) Hidran Halaman (Outdoor Hydrant)
Hidran halaman adalah hidran yang terletak di luar bangunan
atau gedung, sedangkan peralatannya disediakan serta di pasang di
lingkungan bangunan/gedung tersebut. Hidran halaman biasanya
menggunakan pipa induk 4-6 inchi. Panjang selang 30 m dengan
diameter 2,5 inchi serta mampu mengalirkan air 950 liter/menit
(Subhan, 2016).
Berikut adalah persyaratan sistem hidran menurut Permen PU No.
26 tahun 2008 yang berpedoman pada SNI 03-1745 (2000):
1) Lemari hidran hanya digunakan untuk menempatkan peralatan
kebakaran.
2) Setiap lemari hidran dicat dengan warna yang menyolok.
3) Sambungan selang dan kotak hidran tidak boleh terhalang.
4) Selang kebakaran dilekatkan dan siap untuk digunakan.
5) Terdapat nozel.
6) Terdapat hidran halaman.
7) Hidran halaman dilekatkan di sepanjang halur akses mobil pemadam
kebakaran.
8) Jarak hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam
kebakaran ≤ 50 m dari hidran
9) Hidran halaman bertekanan 3,5 bar.

f. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang
bisa diangkut, diangkat, dan dioperasikan oleh satu orang (Ramli, 2010).
24

Jenis-Jenis Alat Pemadam Kebakaran APAR (alat pemadam api ringan)


APAR dapat digolongkan ke beberapa jenis (Agatha, 2015):
1) APAR jenis air, berisi cairan air biasa yang umumnya bervolume
sekitar 9liter dengan jarak pancar mencapai 20-25 inci selama 60-120
detik. Apar ini efektif untuk memadamkan kebakaran jenis A.
2) APAR jenis debu kering, jenis ini terdiri atas sodium bikarbonat 97%,
magnesium steaote 1,5%, magnesium karbonat 1%, dan trikalsium
karbonat 0,5%. Jarak pancar mencapai 15-20 inci dengan waktu
semprot hingga 2 menit. Sangat efektif untuk tipe kebakaran kelas A,
B dan C. Namun debu yang ditinggalkan apar ini dapat merusak
bahan-bahan tertentu seperti mesin dan bahan makanan.
3) APAR jenis gas, terdiri dari cairan karbondioksida dalam tekanan dan
berukuran berat 2-5 ibs. Jarak semprot dapat mencapai 8 sampai 12
inci dengan waktu semprot 8-30 detik saja. Dalam kebakaran kelas B
dan C sangatlah efektif.
4) APAR jenis ini (foam), alat ini biasanya terdiri atas 2 tabung dalam
(alumunium sulfat) dan tabung luar (natrium bikarbonat). Jarak
semprot unutk alat ini memiliki jarak pancaran antara 20 inci dengan
lama semprot 30-90 detik. Dalam memadamkan kebakaran kelas B.
Penempatan APAR sangat efektif (Agatha, 2015).
Menurut Peraruran Menteri PU Nomor 26 tahun 2008, kriteria
APAR yang tepat adalah sebagai berikut:
1) Tersedia Alat Pemadam Api Ringan di sekitar bangunan/gedung.
2) Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api di mana alat pemadam api terbukti efektif,
didahului dengan angka (hanya kelas A dan kelas B) yang
menunjukkan efektifitas pemadaman relative yang ditempelkan
pada APAR.
3) APAR diletakkan di tempat yang terlihat mata, mudah dijangkau
dan siap dipakai.
4) APAR selain jenis APAR beroda dipasang kokoh pada
25

penggantung, atau pengikat buatan manufaktur APAR, atau


pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan tersebut, atau
ditempatkan dalam lemari atau dinding yang konstruksinya masuk
ke dalam.
5) Jarak antara APAR dengan lantai ≥ 10 cm.
6) Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian depan dari
APAR dan harus terlihat jelas.
7) Label sistem identifikasi bahan berbahaya, label pemeliharaan enam
tahun, label uji hidrostatik, atau label lain harus tidak boleh
ditempatkan pada bagian depan dari APAR atau ditempelkan pada
bagian depan APAR.
8) APAR harus mempunyai label yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama manufaktur atau nama agennya,
alamat surat dan nomor telepon.
9) APAR diinspeksi secara manual atau dimonitor secara elektronik.
10) APAR diinspeksi pada setiap interval waktu kira-kira 30 hari.
11) Arsip dari semua APAR yang diperiksa (termasuk tindakan korektif
yang dilakukan) disimpan.
12) Dilakukan pemeliharaan terhadap APAR pada jangka waktu ≤ 1
tahun.
13) Setiap APAR mempunyai kartu atau label yang dilekatkan dengan
kokoh yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya
pemeliharaan.
14) Pada label pemeliharaan terdapat identifikasi petugas yang
melakukan pemeliharaan.

2. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008,
sistem proteksi kebakaran pasif adalah fasilitas atau sarana yang terbangun
yang disesuaikan dengan pengaturan penggunaan bahan serta komponen
struktur bangunan, kompartemenisasi, atau pemisahan bangunan
26

berdasarkan tingkat ketahanan api.


Konstruksi tahan api dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 adalah
terdiri dari penghalang api, dinding api, dinding luar terkait dengan tempat
bangunan gedung yang memiliki pelindung, batas penahan penjalaran api,
dan penutup asap. Konstruksi tahan api tersebut harus diperbaharui atau
diganti dengan tepat apabila terjadi kerusakan perubahan dipelihara dan
harus diperbaiki, keretakan, penembusan, pemindahan, atau akibat
pemasangan yang salah.
Berikut adalah persyaratan konstruksi tahan api dalam Permen PU No
26 tahun 2008:
1) Terdapat dinding penghalang api untuk membagi bangunan gedung dalam
mencegah penyebaran api.
2) Terdapat pintu tahan api.
3) Dilakukan pemeliharaan konstruksi tahan api.
4) Pintu tahan api harus mempunyai perlengkapan menutup sendiri atau
menutup secara otomatis.

5. Sarana Penyelamatan Jiwa


Bagian bagian yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa
adalah sarana jalan keluar, pintu darurat, pencahayaan darurat, dan tanda
petunjuk arah evakuasi. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26
tahun 2008, tujuan diadakanya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk
mencegah dan menanggulangi terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu
melakukan evakuasi pada saat keadaan darurat terjadi.
a. Sarana Jalan Keluar
Menurut Permen PU No. 26 tahun 2008, setiap bangunan gedung harus
dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat digunakan oleh penghuni
bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk
menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh keadaan darurat.
Berikut adalah persyaratan sarana jalan keluar dalam Permen PU No.
27

26 Tahun 2008:
1) Terdapat koridor yang digunakan sebagai akses EXIT.
2) Sarana jalan keluar dipelihara terus menerus bebas dari segala hambatan
atau rintangan.
3) Perabot, dekorasi atau benda-benda lain tidak diletakkan sehingga
mengganggu EXIT, akses ke sana, jalan ke luar dari sana atau
mengganggu pandangan.
4) Tidak ada cermin yang dipasang di dalam atau dekat EXIT manapun
sedemikian rupa yang dapat membingungkan arah jalan ke luar.
5) Lebar akses EXIT ≥ 71 cm.
6) Jumlah sarana jalan keluar ≥ 2.
7) EXIT berakhir pada jalan umum atau bagian luar dari EXIT pelepasan.

b. Pintu Darurat
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 tahun 2008,
setiap pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu
ayun. Pintu yang dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari
posisi manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh. Sebuah grendel atau
alat pengunci lain pada pintu darurat harus disediakan dengan alat pelepas.
Mekanisme sarana untuk melepaskan grendel harus diletakan jarak antara 87
cm dan tidak lebih dari 120 cm di atas lantai.
Berikut adalah persyaratan pintu darurat dalam Permen PU No. 26
tahun 2008:
1) Pintu pada sarana jalan keluar dari jenis engsel atau pintu ayun.
2) Pintu dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh.
3) Pintu darurat membuka ke arah jalur jalan keluar.
4) Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci, alat atau
pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam
Gedung.
5) Grendel pintu darurat ditempatkan 87-120 cm di atas lantai.
28

6) Pintu darurat tidak dalam posisi terbuka setiap saat.


7) Pintu darurat menutup sendiri atau menutup otomatis.

c. Tanda Petunjuk Arah Evakuasi


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 tahun 2008, exit
selain dari pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan
nyata harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui dan mudah
terlihat dari setiap arah akses exit. Akses ke exit juga harus diberi tanda yang
disetujui, mudah terlihat di semua keadaan di mana exit atau jalan untuk
mencapainya tidak tampak langsung oleh para penghuni
Beberapa adalah persyaratan untuk tanda petunjuk arah evakuasi dalam
Permen PU No. 26 tahun 2008:
1) Terdapat tanda petunjuk arah pada saran jalan keluar.
2) Warna tanda petunjuk arah nyata dan kontras.
3) Pada setiap lokasi ditempatkan tanda arah dengan indikator arah.
4) Tanda arah dengan iluminasi eksternal dan internal harus dapat dibaca
pada kedua mode pencahayaan normal dan darurat.
5) Setiap tanda arah diiluminasi terus menerus.
6) Tanda petunjuk arah terbaca “EXIT” atau kata lain yang tepat dan
berukuran ≥ 10 cm.
7) Lebar huruf pada kata EXIT ≥ 5 cm kecuali huruf “I” Spasi minimum
antara huruf pada kata “EXIT” ≥ 1 cm (Permen PU, 2008).
29

2.3 Kerangka Teori

Sistem Proteksi Kebakaran Aktif:


1. Sistem Detektor
2. Sistem Alarm
3. Springkler otomatis

4. Hydrant
5. Sistem pipa tegak
6. APAR Peraturan Mentri
Pekerjaan Umum Nomor
26 Tahun 2008 Tentang
Sistem Proteksi
Sistem Proteksi Kebakaran Pasif: Kebakaran
Konstruksi Tahan Api

Sarana Penyelamatan Jiwa:


1. Pintu darurat
2. Tanda Arah Evakuasi
3. Sarana Jalan Keluar
Gambaran Kesesuaian
Sistem Proteksi
Kebakaran Dalam
Mengurangi Resiko
4. Utilitas Bangunan Kebakaran
5. Sumber Daya Manusia
6. Management Penanggulangan Kebakaran
7. Pasokan Air

Keterangan:
______ = Variabel yang diteliti
30

---------- = Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2. 4 Kerangka Teori


Sumber: Peraturan Mentri Pekerjaan Umum, 2008

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

INPUT
Kondisi Riil Di PT. PJB UBJ
O&M PLTU Pacitan Jawa OUTPUT
Timur. Menurut Permen PU
No.26 Tahun 2008 Gambaran
Variabel yang di teliti Pengelolaan
1. Sistem proteksi kebakaran PROSES Sistem Proteksi
aktif Kebakaran Di
2. Sistem Kebakaran Pasif Membandingkan antara Kondisi Riil
PT. PJB UBJ
3. Sarana Penyelamatan jiwa dengan Standar Acuan Pengelolaan
O&M PLTU
Sistem Proteksi kebakaran:
Pacitan Jawa
Variabel yang tidak diteliti
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Timur
1. Utilitas Bangunan
2. Pasokan Air Umum No. 26/PRT/M/2008,
3. Sumber daya manusia tentang sistem proteksi
4. Management kebakaran aktif, pasif, sarana
penanggulangan kebakaran penyelamatan jiwa.

Gambar 2. 5 Kerangka Konsep Penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Deskriptif merupakan suatu metode yang berfungsi untuk menggambarkan
sebuah hasil dalam melakukan penelitian dibutuhkan adanya suatu metode, cara
atau taktik sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang peneliti
dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai suatu tujuan. Adapun
metode yang penulis gunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif
(Putri, 2012).
Penelitian ini memiliki karakteristik dengan pendekatan kualitatif yang
menjelaskan secara jelas dalam tingkat pemenuhan sistem proteksi kebakaran di
PT PJB UBJ O&M PLTU Pacitan Jawa Timur berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008 (Subhan, 2016).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di PT. PJB UBJ O&M PLTU
Pacitan Jawa Timur pada bulan September 2019.

3.3 Objek Penelitian


Penentuan informan dilakukan secara keseluruhan, yaitu peneliti
pengambilan informan dari jumlah seluruh staff K3 sesuai dengan tujuan penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
Kriteria informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah yang memahami
secara mendalam atau mahir, bertangggungjawab dan berhubungan langsung,
berkenaan dengan sistem proteksi kebakaran di PT PJB UBJ O&M PLTU Pacitan
Jawa Timur.

31
32

3.4 Instrumen Penelitian


Alat Ukur yang di gunakan pada penelitian ini adalah:
1. Alat perekam yang menggunakan Handphone.
2. Alat tulis yang digunakan untuk mencatat.
3. Lember observasi.
4. Kamera guna untuk mendokumentasikan keadaan lapangan dan mengambil
gambar yang ingin dijadikan data.
5. Un-Structure Interview

3.5 Variabel Penelitian


Penelitian ini adalah sebagai pelengkap yang memiliki beberapa variabel
yang berbeda, yaitu sistem proteksi kebakaran aktif, sistem proteksi kebakaran
pasif, dan serana penyelamatan jiwa. Inilah variabel yang akan dibahas oleh
peneliti agar penelitiannya memperoleh hasil yang maksimal.
33

3.6 Definisi Oprasional

Tabel 3. 1 Definisi Oprasional

No Variabel Definisi Indikator Alat Ukur


1. Sistem proteksi Satu kesatuan alat, sarana atau fasilitas yang Konstruksi tahan api Observasi,
kebakaran pasif saling berkaitan yang dapat bekerja tanpa wawancara
membutuhkan pengoperasian tertentu yang
berfungsi untuk mencegah penyebaran api atau
melokalisir api di dalam bangunan
Gedung.
2. Sistem proteksi Satu kesatuan alat atau fasilitas yang saling 1. Sistem detektor Observasi,
kebakaran aktif berkaitan yang membutuhkan pengoperasian kebakaran wawancara,
khusus dari seseorang atau membutuhkan suatu 2. Alarm kebakaran telaah dokumen
pemicu untuk mengaktifkannya yang digunakan 3. Sistem springkler
saat kegiatan penanggulangan kebakaran. otomatik
4. Sistem hidran
5. Sistem pipa tegak
6. APAR
3. Sarana Fasilitas di dalam bangunan gedung yang 1. Sarana Jalan Keluar Observasi,
Penyelamatan Jiwa digunakan untuk kegiatan evakuasi saat terjadi 2. Tanda petunjuk arah telaah dokumen
kebakaran. evakuasi
3. Pintu darurat

Sumber: Data Primer Tahun 2019


34

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Proses untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam pengerjaan
penelitian ini meliputi:
3.7.1 Data Primer
Merupakan data yang dibuat dan diambil sendiri untuk keperluan
penelitian. Data primer yang dibutuhkan yaitu wawancara, lembar observasi
dan observasi.
3.7.2 Data Sekunder
Merupakan data yang sudah tersedia dan bisa langsung digunakan untuk
penelitian seperti data APAR, Hidran, sprinkler. Data sekunder yang
dibutuhkan yaitu dokumen yang berkaitan dengan sistem proteksi kebakaran.

3.8 Tahapan Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :
Start

Peneliti terdahulu Survey Pendahuluan

Perumusan Masalah

Penerapan tujuan

Pengumpulan Data

Sistem proteksi kebakaran Sistem Proteksi kebakaran


Sarana Pnnyelamatan jiwa
aktif pasif

Analisis

Kesimpulan dan saran

Finish

Gambar 3.1 Kerangka Tahapan Penelitian


35

3.9 Keabsahan Data


Keabsahan data dalam penelitian kualitatif, sebuah temuan atau data
dinyatakan absah jika idak ada perubahan atau perbedaan antara yang dilaporkan
oleh peneliti dengan yang terjadi sesungguhnya pada obyek yang diteliti (Sugiyono,
2009).
Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik triangulasi. Tehnik
triangulasi dalam pengujian nilai kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara (Sugiyono, 2009).

Atasan Teman

Bawahan
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data (Sugiyono, 2009)

Triangulasi Sumber untuk menguji nilai kredibilitas data dilakukan dengan


cara mengecek data yang telah didapatkan melalui sumber sumber terkait. Sebagai
contoh, untuk menguji efektivitas tentang sistem proteksi kebakaran, maka
pengumpulan data dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kebawahan
yang dipimpin, ke atasan yang memberi tanggung jawab, dan keteman kerja yang
merupakan kelompok kerjasama (Sugiyono, 2009).

Wawancara Observasi

Studi dokumentasi
Gambar 3.2 Triangulasi Sumber Teknik (Sugiyono, 2009)
36

Triangulasi teknik untuk menguji nilai kredibilitas data dilakukan dengan


cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Contohnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data
tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi
berlanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan
data mana yang dianggap benar. Atau sudut pandangnya berbeda-beda, Karena
mungkin semuanya benar (Sugiyono, 2009).
Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik triangulasi. Tehnik
triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber dalam penelitian ini menggunakan informan yaitu duabelas
orang petugas bagian Keselamatan dan kesehatan kerja, yang memahami terkait
sistem proteksi di PLTU Pacitan.

Komandan Fire Safety Staff K3


PLTU

Penanggung Jawab Sistem


Proteksi kebakaran
Gambar 3.3 Triangulasi Sumber Data Penelitian

Untuk triangulasi teknik, dalam penelitian ini menggunakan wawancara,


observasi, dan dokumentasi.
Wawancara Observasi

Dokumentasi
Gambar 3.4 Triangulasi Sumber Teknik Penelitian
37

4.0 Analisa Data


Pada tahap ini peneliti menganalisa sistem proteksi kebakaran aktif, sistem
proteksi kebakaran pasif, dan sarana penyelamatan jiwa yang dominan terjadi pada
PT. PJB UBJ O&M Pacitan Jawa Timur menganalisa dan menyesuaikan dengan
sistem proteksi kebakaran standar nasional yaitu PERMEN PU No.26 Tahun 2008
Tentang Sistem Proteksi Kebakaran di Tempat Kerja.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan Jawa Timur

Gambar 4. 1 Profil Perusahaan


Sumber: PT. PJB UBJ OM PLTU Pacitan

PLTU Pacitan merupakan salah satu program percepatan pembangunan


pembangkit listrik 10 MW. Proyek ini bertujuan memenuhi kebutuhan listrik di
Jawa Timur yang terus meningkat. Pembangunan pembangkit ini akan membantu
pengembangan wilayah lintas selatan. Bahan bakar yang digunakan untuk PLTU
Pacitan adalah batubara dengan kalori rendah (Low Rank Coal) yang akan
didatangkan dari Kalimantan dan Sumatera.
Peralatan utama untuk pembangkitan listrik PT. PJB UBJ O&M PLTU
Pacitan terdiri dari boiler, turbin, dan generator. Alat transportasi dari sumber
batubara akan menggunakan tongkang (barge) dengan kapasitas 12.000 DWT
(Dead Weight Ton) dan kapal (vessel) dengan kapasitas 20.000

38
39

DWT. Kebutuhan batubara untuk operasional pembangkit sebanyak 2,3 juta


ton per tahun dan lalu lintas pelayaran keluar masuk dermaga yang akan dilayani
berkisar antara 20 sampai dengan 30 trip setiap bulannya. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan akan transportasi bahan bakar ini, maka pada lokasi pembangkit akan
dibangun sebuah dermaga bongkar muat batubara.
Berikut adalah profil dari perusahaan PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan,
Jawa Timur:

Gambar 4. 2 PT. PJB UBJOM PLTU Pacitan Jawa Timur


Sumber : PT. PJB UBJ OM PLTU Pacitan Jawa Timur

1) Nama Perusahaan : PT. PJB UBJ OM PLTU Pacitan


2) Asset Owner : PT. PLN (Persero) Kantor Pusat
3) Asset Manager : PT. PJB UBJ O&M Pacitan
4) Asset Operator : PT. PJB UBJ O&M Pacitan
5) Tahun Berdiri : 24 Juni 2013 (unit 1)
21 Agustus 2013 (unit 2)
6) Pemilik : PT. Pembangkitan Jawa Bali
7) Luas Pabrik : ± 63.03 Ha
8) Nilai Asset : 8,5 T
9) Kantor Pusat : JL. Pacitan – Trenggalek Km. 55 Desa
Sukorejo, Kec. Sudimoro, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur Indonesia
10) Telepon : (0357) 442241
11) Fax : (0357) 442241
12) Daya Output : 2 × 315 MW
40

13) Transmisi : JAMALI (Jawa Madura Bali)


14) Bahan Bakar Utama : Low Range Coal & Medium Range Coal

4.2 Proses Produksi listrik


Untuk memenuhi permintaan energi listrik di Indonesia, PT. PLN
(Persero) telah merencanakan Program 35.000 MW, salah satunya adalah PLTU
Pacitan berbahan bakar batubara dengan daya 2 x 315 MW.
Pembangkit yang dibangun ini akan dirumuskan dari seni teknologi,
fungsional dan dirancang mampu bekerja berkelanjutan, efisien serta memiliki
sistem pengoperasian yang handal dengan pemeliharaan minimum di bawah
kondisi lingkungan yang ada. Sistem pendinginannya terdiri dari satu saluran
pendingin menggunakan air laut dari laut selatan.
1. Siklus kerja
a) Produksi Listrik
Produksi listrik di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan terdapat
beberapa siklus, yaitu siklus air dan uap, siklus bahan bakar, siklus udara
pembakaran dan gas buang.
Terdapat pada gambar berikut:

Gambar 4. 3 Siklus Air dan Uap


Sumber : PT. PJB UBJ OM PLTU Pacitan
41

Dari gambar di atas, siklus air dan uap dimulai dari pengambilan air
laut dengan menggunakan pompa air laut (Sea Water Pump). Proses
pertama pengolahan air adalah dengan disaring terlebih dahulu dengan
screen untuk menghilangkan kotoran-kotoran atau sampah yang cukup
besar. Setelah itu air diolah di chlorinction plant untuk menghilangkan
biota - biota laut yang ada di air laut, sehingga biota laut tidak membuat
sarang atau berkembang biak di tube condenser dan pipa line CWP.
Setelah dari chlorination plant air menuju ke desalination plant. Di
desalination plant ini air laut diolah untuk menghilangkan kadar garam
dari air laut. Desalination plant di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan
menggunakan MED (Multi Effect Desalination).
Prosesnya adalah dengan menguapakan air laut menggunaka steam
dari auxiliary boiler atau dari steam header. Uap air laut yang
terkondensasi akan jadi raw water, sedangkan yang tidak menguap akan
dibuang dan yang masih jadi uap akan digunakan untuk menguapkan air
di effect berikutnya. Hasil dari proses desalinasi adalah air tawar (raw
water) yang ditampung di raw water tank.
Proses selanjutnya adalah proses penghilangan mineral-mineral
yang terkandung di air tawar yang terjadi di WTP (Water Treatment
Plant). Proses yang terjadi di WTP adalah pengikatan ion-ion positif dan
negatif dari raw water dengan menggunakan resin. Resin yang digunakan
bermuatan positif dan negatif, jadi ion positif yang terkandung dalam air
akan terikat oleh resin bermuatan negatif, sementara ion negatif yang
terkandung dalam air akan terikat oleh bermuatan positif.
Hasil dari WTP adalah demin water (air bebas mineral) yang
ditampung di demin water tank. Demin water kemudian dipompakan
menuju condensate tank. Di condensate tank ini air ditampung dan akan
digunakan untuk menambah air kondensat di condensor bila terjadi
kekurangan.
42

Setelah melewati condensor, air kondensat air dipompakan


menggunakan condensate pump menuju condensate polisher. Condensate
polisher berupa tangki yang di dalamnya berisi resin kation dan resin
anion. Fungsi dari condensate polisher adalah menangkap impuritites
(kotoran) yang terkandung pada air kondensat. Impurities pada air
kondensat bisa berasal dari korosi yang berasal dari jalur air uap PLTU
dan bisa juga berasal dari kebocoran condensor. Apabila konduktivitas
dari air kondensat naik melebihi batas yang diizinkan maka condensate
polisher perlu dioperasikan untuk menurunkan konduktivitas air
kondensat.
Air yang sudah lewat dari condensate polisher kemudian mengalir
melewati LP Heater (low pressure heater) untuk pemanasan awal. Media
pemanasnya adalah uap ekstraksi yang diambil dari low pressure turbine
(L.P Turbine). Prinsip kerjanya adalah air pengisi dialirkan di dalam pipa
dan uap panas mengalir diluar pipa. Di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan
terdapat empat buah LP Heater, sehingga pemanasan awal pada tekanan
rendah dilakukan secara bertahap.
Setelah dipanasi di LP Heater air pengisi kemudian dialirkan
menujtu deaerator untuk proses penghilangan unsur oksigen yang masih
terkandung dalam air pengisi. Di dalam deaerator terjadi kontak langsung
antara air pengisi dan uap, oleh karena itu disebut open feed water (direct
contact). Uap akan memisahkan gas dari air pengisi untuk kemudian gas
tersebut bergerak dengan cepat ke bagian atas deaerator dan selanjutnya
dibuang ke atmosfer. Uap yang digunakan berasal dari ekstraksi uap IP
Turbine.
Setelah dari deaerator air langsung dipompakan oleh boiler feed
pump menuju HP Heater untuk memanaskan air pengisi. Prinsip kerja dari
HP Turbine sama dengan LP Heater, bedanya hanya pada tekanan dan
temperaturnya. Di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan, terdapat tiga buah
HP Turbine sehingga pemanas awal air pengumpan pada tekanan yang
43

lebih tinggi dilakukan secara bertahap juga. Di HP Turbine tekanan dan


temperaturnya lebih tinggi dibandingkan tekanan dan temperatur di LP
Heater.
Setelah melewati HP Heater air kemudian masuk ke economizer
untuk dipanaskan lagi sebelum masuk ke steam drum. Kemudian dari
economizer air pengisi masuk ke steam drum. Steam drum adalah alat yang
digunakan untuk menampung sekaligus memisahkan air pengisi boiler
yang masih berbentuk air dengan yang sudah berbentuk uap basah. Prinsip
kerjanya secara alami adalah air yang sudah menjadi uap akan berada
diatas dan yang masih berwujud air akan berada di bagian bawah steam
drum. Uap akan langsung dialirkan ke superheater, sementara air akan
turun melewati water wall untuk diuapkan dan kemudian dialirkan ke
superheater.
Di superheater uap basah dari steam drum dan water wall akan
dipanaskan lagi menjadi uap panas lanjut (uap kering). Uap panas lanjut
ini kemudian dialirkan ke HP Turbine untuk memutar sudut-sudut HP
Turbine. Setelah digunakan di HP Turbine uap akan mengalami ekspansi
(tekanan dan temperatur uap turun). Uap dari HP Turbine akan kembali
dipanaskan di boiler melalui reheater. Di dalam reheater, uap akan
dipanaskan lagi pada tekanan konstan lalu dialirkan ke IP Turbine untuk
memutar sudut-sudut IP Turbine. Setelah digunakan di IP Turbine uap
tidak dipanaskan lagi, tapi langsung dialirkan ke LP Turbine untuk
memutar sudut-sudut LP Turbine.
Tahap terakhir, uap yang keluar dari LP Turbine kemudian dialirkan
di condensor untuk dikondensasikan menjadi air pengisi. Proses
kondensasi uap menggunakan media tube tube kecil yang dialiri oleh air
laut sebagai pendinginnya yang dipompakan oleh CWP (Circulating
Water Pump). Air kondensat ini kemudian digunakan lagi sebagai air
pengisi boiler dengan proses yang sama. Begitulah siklus air dan uap yang
terjadi di PLTU Pacitan.
44

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Karateristik Informan
Terkait penelitian tentang analisis sistem proteksi kebakaran di PT. PJB
UBJ O&M PLTU Pacitan, peneliti mengambil 12 informan yaitu unit k3 dengan
satu komandan kebakaran yang bertugas dalam memberi instruksi pekerjaan
mengenai sistem proteksi kebakaran serta sistem tanggap darurat. Hal ini
berdasarkan sasaran penelitian, yang ingin meneliti bagaimana para informan
penelitian memahami tentang sistem proteksi kebakaran yang ada di PT PJB
UBJ O&M PLTU Pacitan, karakteristik informan dalam penelitian ini meliputi:
1. Jenis kelamin Informan
Data berdasarkan jenis kelamin informan pada penelitian ini sebagai
berikut:
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Informan Unit K3 di PT.
PJB UBJ O&M PLTU Pacitan
Jenis kelamin Jumlah Presentase
Laki laki 12 100%
Total 12 100%
Sumber: Data primer tahun 2019
Berdasarkan data pada tabel di atas, karakteristik informan penelitian
menurut jenis kelamin didapatkan informan dalam penelitian yaitu laki laki
12 orang sebesar 100%, yang artinya semua informan dalam penelitan ini
adalah laki laki.
2. Umur Informan
Data berdasarkan umur informan pada penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Umur Informan di Unit K3 di PT. PJB
UBJ O&M PLTU Pacitan
No. Umur Jumlah Presentasi
1 20-30 8 70%
2 31-40 4 20%
3 41-50 3 10%
Total 12 100%
Sumber: Data primer tahun 2019
45

Berdasarkan data pada tabel di atas, karakteristik informan penelitian


menurut umur didapatkan jumlah informan dalam penelitian yaitu infroman
yang berumur 20-30 tahun sebanyak 8 orang sebesar 70%, informan yang
berumur 31-40 tahun sebanyak 4 orang sebesar 20%, informan yang berumur
41-50 tahun sebanyak 3 orang sebesar 10%, informan yang paling banyak
yaitu informan yang berumur 20-30 tahun sebanyak 8 orang sebesar 70%.
3. Pendidikan Informan
Data berdasarkan pendidikan informan pada penelitian ini sebagai
berikut:
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Informan di Unit K3 di PT.
PJB UBJ O&M PLTU Pacitan
Pendidikan Jumlah Presentase
SMK/SMA 7 85%
D3 3 10%
S1 2 10%
Total 12 100%
Sumber: Data premier tahun 2019
Berdasarkan data tabel di atas, karakteristik informan menurut
pendidikan didapatkan jumlah informan dalam penelitian yaitu informan
yang berpendidikan SMK/SMA sederajat sebanyak 7 orang sebesar 85%,
informan yang berpendidikan D3 sebanyak 3 orang sebesar 10%, informan
yang berpendidikan S1 sebanyak 2 orang sebesar 10%, jadi dapat
disimpulkan bahwa informan yang paling banyak adalah informan yang
berpendidikan SMK/SMA sederajat sebanyak 7 orang sebesar 85%.

4.3 Hasil Analisis Sistem Proteksi Kebakaran di PT. PJB UBJ O&M PLTU
Pacitan
PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan memiliki sistem proteksi kebakaran
terdiri dari utilitas bangunan gedung, akses dan pasokan air untuk pemadam
kebakaran, sarana penyelamatan jiwa. Sistem proteksi kebakaran ini diterapkan
pertama kali yaitu pada tahun 2013 mengikuti standar untuk pemenuhan
46

pembangunan pabrik, akan tetapi berjalan belum efektif karena kurangnya


sumber daya manusia yang mencukupi yang dapat mengoperasikan serta
bertanggung jawab penuh, namun kemudian berjalan efektif pada awal 2014
sampai sekarang.
Penerapan sistem proteksi kebakaran tinjauan berdasarkan observasi
lapangan dan melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan sistem proteksi
kebakaran. Dari data tersebut didapatkan hasil bahwa sistem proteksi kebakaran
sudah dapat dinilai cukup karena elemen-elemen yang dibandingkan dengan
standar UU tentang pengelolaan sistem proteksi kebakan. Penilaian tersebut
dilihat dari adanya perkembangan dari sumber daya manusia yang sudah mahir
untuk melakukan pengelolaan dan pengoprasian sistem proteksi kebakaran.
Sistem Proteksi kebakaran ini sangat bermanfaat untuk pengendalian
kebakaran seperti memadamkan api skala kecil menggunakan sarana APAR
untuk memadamkannya dan jika terjadi kebakaran skala besar dapat
menggunakan hidran dapat terjangkau luas ketika memadamkan api,
pengelolaan yang dilakukan dapat mempermudah dalam pendataan barang dan
sarana apapun.
Berikut ini adalah hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada para
informan tentang analisa sistem proteksi kebakaran di PT. PJB UBJ O&M PLTU
Pacitan adalah sebagai berikut:
1. Sistem Alarm Kebakaran
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan menunjukan bahwa
sistem proteksi kebakaran dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa
alarm kebakaran jenis sirene yang ditempatkan pada titik-titik tertentu tersebar
diseluruh area pabrik:
“…alarm kebakaran pake sirene, tempatnya nyebar di seluruh area pabrik
mas…” (informan 1)
“...kalo alarm kebakaran disini itu pake sirene biar nyaring mas suarane
soalnya juga ada yang tercampur suara produksi ...” (informan 2)
“… ada mas di area pabrik biasanya suarane keras banget..”( informan 3)
“….ada donk mas di gedung-gedung pastinya…”( informan 4)
“…di sini alarm kebakarannya pake sirine mas sama sound sistem yang
masuk kemonitoring ccr biasanya ditempatin di area produksi yang punya
47

material panas kayak batubara itu pasti ada sirine sama lampunya biar
keliatan….” (informan 5)
“….alarm kebakaran yang sering tak liat ada si mas tapi ga tau template
dimana aja …..” (informan 6)
“…… untuk alarm ada mas sudah kepasang semua dipabrik biar kalo ada
kebakaran kita tau….” (informan7)
“…alarm e ada ko mas ………….’ (informan 8)
“…..untuk alaram ada donk mas kan itu juga penting kalo di sini nanti
terjadi bahaya gimana donk ……’ (informan 9)
“………alarm kebakaran yang disini ada mas khususnya di area pabrik dan
kantor mas……” (informan 10)
“………setauku ada ko mas kalo alarm kebakaran yang sering bunyi di area
produksi itu…….” (informan 11)
“……….. kalo alarm kebakaran tersedian mas dari konstruksine mas
kayake soalnya dulu saya ikut proyek bangun pltu mas kayake dari pihak
konstruksinya udah di pasang…….” (informan 12)

Untuk elemen mengenai “sinyal suara alarm”, dari hasil wawancara


diketahui bahwa sinyal suara alarm kebakaran berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain, perusahaan menggunakan sirene dan pengeras
suara atau speaker untuk menginformasikan kepada pekerja apabila terjadi
keadaan darurat. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti dengan informan:
“...alarm kebakaran pake sirene, tempatnya nyebar di seluruh area. ada
speaker lewat ruang panel yang ada ditiap lantai atau ccr mas, juga kalo buat
ngasi tahu ada keadaan darurat. iya suara sinyal alarmnya beda sama
penggunaan lain. (informan 1)
“...kalo alarm kebakaran disini itu pake sirene. terus juga disini ada mic
buat ngasi tau kalo seumpama ada keadaan darurat gitu biasanya dari gedung
admin mas setelah itu ccr juga nyalain alarm itu...” (informan 2)
“………..kalo di sini sek sering pake alarm kebakaran yang sirine mas biar
suarane banter biar ketika ada pekerjaan di area pabrik denger sewaktu waktu
ada bencana atau kondisi seng kurang aman……” (informan 3)
“……… untuk alarmnya biasane ya mas sampe depan kantor admin itu
kedengaran ko soale jenis yang dipakai itu sirine dan yang dikantor pakenya
pengeras suara jadi inshallah kalo ada bencana kita segera nyelamatin
diri……”(informan 4)
“……… kalo untuk alarm ada mas jenis e kalo ga salah itu sirine seng biasa
tak liat di bc6 itu keras banget suarane mas sampe kantin pasti
denger…..”(informan 5)
“…… biasanya suarane keras mas diarea produksi kayake itu jenis sirine
sih soale kenceng suarane…..”(informan 6)
48

“……. dengan sirine sama pengeras suara mas jadi denger semua….”
(informan 7)
“……rata rata yang di pake kayake sirine mas seng sering tak
liat….”(informan 8)
‘……sirine sama sound sistem mas…….” (informan 9)
“…alarm yang ada sirine itu di tempat belt conveyor 6.” (informan 10)
“……sirine kalo untuk alarm kebakaran…”(informan 11)
“…. alarm kalo untuk di pabrik ada 2 mas sirine sama sound sistem itu kalo
di area produksi ya sirine tapi yang diarea kantor pengeras suara itu ….”
(informan 12)
Elemen mengenai kendala yang ada di sistem alarm kebakaran hasil
observasi dan wawancara diketahui bahwa alarm kebakaran memiliki beberapa
kendala yang pernah terjadi dan menjadi penghambat yang tersebar diseluruh
area pabrik. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
dengan informan:
“kalo kendala sendiri yang pernah saya rasakan ya mas kan saya juga udah
lama disini biasa seng gangguan itu control panelnya sering kita perbaiki tapi
kadang kalo startnya keadaan darurat itu pasti agak nyandet nyandet mas
makane kita lebih ke manual biar semua terkondisikan karena masalah alarm
juga krusial mas makane kita banyak instalasi lain untuk penggantian
sementara.” (informan 1)
“…… ya paling kalo disini mati listrik mas….” (informna2)
“…… dulu pernah gangguan mas kita pusingkan padahal rangkaian
listriknya udah pas tapi ko sering gangguan beberapa hari kita bongkar yang
sering jadi gangguan asline control panel sistem mas agak gangguan……"
(informan 3)
“……. ketika blackout sama mati listrik e biasannya karena kan alarm ini
kan butuh instalasi listrik dadine kalo lagi mati listrik ya ga hidup mas……..”
(informan4)
“……. kendalane biasa seng terjadi itu ada komponen seng rusak mas
makanya sistem kerjanya kurang apik kadang…”(informan 5)
“…control panelnya biasane seng gagguan mas kalo udah ganguguan kita
yang merbaiki kadang sampe payah soale rentan konsleting…(informan 6)
“… ya mati lampu mas soale kalo udah mati produksi juga ngaruh pasti
kita harus crooscheck ke lapangan….” (informan 7)
“…… kalo untuk kendala ya untuk alarm itu kan mati listrik mas karena dia
kan juga butuh arus listrik kalo ada kosnleting biasanya kita cek kotak panelnya
mas……” (informan 8)
“……paling kendala karena ada arus pendek kalo gak konsleting kabele
…….” (informan 9)
“……cuma mati listrik mas setauku…….” (informan 10)
49

“……kalo kita periksa biasane itu komponen control panelnya ada yang
rusak minta diganti aja……” (informan 11)
“….. ia mas mati listrik tok kayake….” (informan 12)
Dari tabel di bawah yaitu hasil observasi dan wawancara untuk Untuk
elemen mengenai Pengelolaan Sistem Alarm Kebakaran. Berikut adalah kutipan
hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian:
50

Tabel 4. 4Hasil Wawancara Pengelolaan Sistem Alarm Kebakaran di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Pertanyaan Informan 1 Informan Informan 3 Informan Informan 5 Informan 6 Informan Informan Informan 9 Informan Informan 11 Informan
(Komandan 2 (Staff 4 (Staff (Staff Lap.) 7 8 (Staff Lap.) 10 (Staff Lap.) 12
Fire Safety) (Staff Senior) (Staff Senior) (Staff (Staff (Staff (Staff
Senior) Senior) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.)
Elemen sudah ada ada sudah ada dari sudah ada sudah ada ada ada dari ada sudah ada ada dari lama ada dari
Mengenai sudah ada lama sudah lama lama sudah 2014 2014
Ketersediaan lama 2014 lama 2014 lama
Alarm
Kebakaran
Elemen memakai pake sering di sirine biasa biasa dengan rata rata sirine sirine sirine sirine
mengenai Sirine , sirine gunakan sama sirine di suaranya sirine yang sama dan
“sinyal suara pengeras sama sirine sound area keras di dan di sound sound
alarm suara biasanya system produksi area pengeras pakai
pengeras produksi suara sirine
suara
Elemen Dulu ada, Mati Control Mati Ada Control Mati mati konsleting Mati Rusak Mati
Mengenai dan listrik panelnya listrik beberapa panel listrik listrik listrik komponennya listrik
kendala sekaranag masih komponen sistemnya
yang ada di sudah di gangguan yang
sistem alarm perbaiki gangguan
kebakaran
Sumber: Data primer tahun 2019
51

2. Sistem Detektor Kebakaran


Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
menunjukan bahwa sistem proteksi kebakaran dari hasil observasi dan
wawancara diketahui elemen elemen detektor :
“...disini itu ada detektor asap, gas, sama detektor panas. kalau di
ruangan kantor itu pake detektor asap. kalau di ruangan utama unit itu pake
detektor gas sama detektor panas. ...” (informan 1)
“…kalo detector diruang kantor kantor semua ne ada dan aktif karena
untuk mencegah adane potensi api kecil…..”(informan 2)
“…detektorkalo untuk ruangan ada mas paling banyak ya dikantor
admin itu detector asap sama panas…..”(informan 3)
“… detector pasti ada mas kantor unit unit itu…..”(informan4)
“..untuk detector kalo d seluruh kantor inshaallah ada mas soalnya
detector itu kyake ngikut sama design kosntruksinya dulu saya pernah liat pas
bangun pltu mas..”(informan 5)
“…semua kantor pake ada detector untuk jenise itu panas asap
kayake….”(informan 6)
“… untuk potensi di pltu ini kan biasane kebekaran ya mas dan kalo
untuk detector itu ada disemua ruangan mas, tapi perjenis mas
biasane….”(informan 7)
“….ooo itu ta mas yang di atas warna ne putih ya , kalo itu ada kayake
di kantor kantor….”(informan 8)
“….ada …”(informan 8)
“……detector ada mas di kantor admin sesuai jenis.”(informna 9)
“…untuk detector itu selalu ada di ruangan ruangan…”(informan 10)
“….kalo di kantor kantor ada mas karena untuk ngedalikan kalo ada
bahaya yang bisa d tangkap sama detector itu….”(informan 11)
“…detector ada untuk ruangan…”(informan 12)

Untuk elemen mengenai “detektor diproteksi terhadap kemungkinan


rusak karena gangguan mekanis”, dari hasil observasi dan wawancara
diketahui bahwa detektor tidak diproteksi. Berikut adalah hasil kutipan
wawancara dengan informan:
“...detektor itu kan tempatnya jauh diatas, ya menurut kami itu nggak
perlu dikasih pelindung, soalnya kemungkinan detektor rusak kesenggol
peralatan itu kecil sekali...” (informan 1)
“…kalo untuk pelindung agar ga rusak g pake kita mas…”(informan 2)
“… saya belum tau bener mas kalo itu….”(informan 3)
“…untuk jenis proteksi detector itu kita ndak make mas karena itu posisi
ne juga di atas e kayake kalo kemunkinan rusak sedikitlah…..”(informan 4)
“…sepertinya ga ada kalo proteksi atau pelindunge mas karena aku
jarang liat juga….”(informan 5)
52

“…… kurang tau e mas ….” (informan 6)


“….. proteksi yang ada di detector kalo yang aku liat ya kan ada lapisan
plstik tapi bisa jadi ga ada mas….”(informan 7)
“…. ga make kalo proteksi itu tapi menurut saya kalo proteksinya itu ya
bodi dari detector kan ada lapisan plastik mungkin itu…”(informan 8)
“ kurang tau e mas aku coba ke pak mur mas beliau tau..”(informan 9)
“…… wah ga tau e mas aku yang kayak gitu soale jarang liat
juga….”(informan 10 )
“… ga ada mas jenis yang ada proteksi nya yang saya liat itu ya bodi
detectornya itu …”(informan 11)
“sama mas ga ada yang begituan paling ya bodi detektornya
itu….”(informan 12)

Dari hasil wawancara dan telaah dokumen milik perusahaan berupa untuk
elemen mengenai rekaman inspeksi detektor, bahwa rekaman hasil dari
semua inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan yang disimpan hanya hingga 1
tahun terakhir. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan:
“...berkas yang 2018 ada mas sering dibawa pas rapat bulanan,
biasanya..” (informan 1)
“… ada mas yang rekaman itu tahun kemaren kalo ga salah 2018 selain
itu ada di kantor admin mas….”(informan 2)
“…. 2018 ada mas di unit bisa langsung diliat sama di fotomas buat
dokumen …….” (informan 3)
“… hasil inspeksinya itu ada mas kayak laporan dokumen tapi di rak
kalo untuk tahune agak lupa saya mas hehehhe”(informan 4)
“… ada kalo untuk rekaman inspeksi tahun 2018….”(informan 5)
“… yang di kantor paling akhir 2018 mas kalo yang 2019 belum di data
lagi ….”(informan 6)
“….. ada rekaman yang 2018 mas bisa dicari unit…”(informan 7)
“…. 2018 mas ada itu yang di kita sekarang….”(informan 8)
“… kurang ngerti mas kalo yang begituan coba tanya yang
lain…”(informan 9)
“…. 2017/ 2018 laporanya ada mas di unit …..”(informan 10)
“…. ada donk kalo laporan inspeksi itu…..”(informan 11)
“rekaman hasil detector yg tahun 2018 ada di unit k3”(informan 12)
Dari tabel di bawah ini hasil observasi dan wawancara untuk elemen
sistem detektor kebakaran terdapat detektor kebakaran jenis smoke detector
dan heat detector yang disesuaikan dengan potensi bahaya kebakaran di ruangan
tersebut. Berikut adalah kutipan hasil wawancara:
53

Tabel 4. 5 Hasil wawancara pengelolaan sistem detektor kebakaran di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Pertanyaan Informan 1 Informan Informan Informan Informan 5 Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan
(Komandan 2 3 4 (Staff 6 7 8 9 10 11 12
Fire Safety) (Staff (Staff (Staff Senior) (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff
Senior) Senior) Senior) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.)
Untuk elemen untuk di ada ada detektor ada untuk untuk detektor ada ada selalu di ada
mengenai kantor ada detektor untuk ada ruangan kantor ada untuk ada kantor untuk
“Detektor
kebakaran
itu kantor ada untuk ruangan ada detektor
ada di sesuai kantor
seluruh jenis
ruangan”,
Detektor untuk tidak belum tidak sepertinya kurang bisa jadi tidak kurang kurang tidak tidak ada
diproteksi proteksinya memakai tahu ada tidak ada tahu tidak memakai tahu tahu ada
terhadap
kemungkinan
tidak ada ada itu
rusak karena
gangguan
mekanis
Untuk elemen ada yang ada 2018 ada tapi ada ada 2018 ada 2018 kurang kayaknya ada rekaman
mengenai 2018 terakhir ada di rak untuk untuk tahu 2017 dan hasil ada
rekaman
inspeksi
tahun rekamar yang 2018
detektor, kemaren akhir

Sumber: Data primer tahun 2019


54

3. Springkler Otomatis
Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
menunjukan bahwa sistem proteksi kebakaran dari hasil observasi dan
wawancara diketahui Untuk elemen mengenai “terpasang springkler
otomatis”, dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa terdapat sistem
springkler di setiap ruangan pabrik berjenis wet pipe system. Berikut adalah
kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan:
“...ada sprinkler disemua ruangan. kalo jenis sistem pipa buat nyalur air
itu disini pake wet pipe system, atau pipa basah. jadi kalo kepala sprinklernya
pecah yo langsung keluar airnya...” (informan 1)
“…. ada disemua ruangan mas kalo untuk springkler yang jenis ketika
kepalane pecah langsung spray air……”(informan 2)
“…. pastinya ada mas masak perushaan gini ga ada kan guyon sampean
ini disemua ruangan ko nanti tak ajak liat…”(informan 3)
“…. ada semua kalo itu jenis wet pipe yang kalo pecah udang bisa keluar
air…”(informan 4)
“… springkler ada untuk diruangan kantor, kalo jenisnya lupa saya mas
coba tanya komandan…”(informan 5)
“… ada kalo springklernya disemua kantor admin dengan kondisi aktif
inshallah…”(informan 6)
“selalu ada mas karena bahaya yang dikantor ga tau mas biar bisa
terkendali nanti….”(informan 7)
“… ya ada pastinya mas ….”(informan 8)
“…ada yang jenis pipa basah mas soale yang sering di pake itu jadi kita
punya jenis itu….”(informan 9)
“… sprinngkler itu ada ko kalo di area pabrik jarang mas tapi kalo unit
unit itu d atape pasti ada sama detector pati….”(informan 10)
“…ada mas itu di atap atap kantor jumlah kalo ga salah setiap kantor
ada yang 6 sampai 8 tapi kalo jenis aku ga tau pastinya mas….”(informan 11)
“…. kalo springkler ada mas ….”(informan 12)

Untuk elemen mengenai “air yang digunakan tidak mengandung


bahan kimia yang dapat menyebabkan korosi, tidak mengandung serat
atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya springkler”, dari hasil
wawancara diketahui bahwa air berasal dari Fire Figthing dan diolah di water
treatment plant untuk mendapatkan kondisi tertentu sehingga aman untuk
springkler. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan informan:
55

“...air buat springkler ya sama, dari air laut yang di treatment yang
dikondisikan jadi udah aman buat sprinkler...” (informan 1)
“...kalo air buat springkler itu langsung dari tanki penampungan air yang
ada deket lab...” (informan 2)
“… air laut mas tapi diproses dulu di water treatment biar ga ada kadar
asam yang bikin korosi…”(informan 3)
“… yang dipake untuk springkler sendiri itu hasil proses dari water
treatment lalu ke tangka reservoir untuk di salurkan…”(infornan 4)
“…. dari air laut yang masuk ke water treatment plant mas untuk di
hilangkan bahan bahan yang bisa ngerusak…”(informan 5)
“…. itu air nya di salurkan asale dari air laut yang di proses lagi mas
karena kalo kita ngandalin pdam bakalan habis dibudget makanya kita less
budget…”(informan 6)
“…. air yang di gunakan hasil dari water treatment mas aku juga baru
tau mas hehehehe…..”(informan 7)
“… pake air sumber kayake mas soale aku juga belum seberapa tau e
caba tanya ke komandan mas…”(informan 8)
“… dari air laut tapi melewati proses penyaringan biar air ga kecampur
sama bahan bahan yang bisa ngerusak atau buat korosi….”(informan 9)
“…. aku cuma tau ne air e itu dari fire fighter mas belum ke pernah ke
sana….”(informan 10)
“air e itu kayake dari laut mas soale kan lewat water treatmen juga yang
prosesya dipisah sama bahan bahan perusak disana itu”(informan 11)
“…. air hasil water treatment seng di salurkan ke tangka reservoir mas
soale ada pipa juga yang arah wtp….”(informan 12)
Untuk elemen penyaluran air sprinkler, dari hasil wawancara, bahwa
air berasal dari reservoir yang bekerja secara otomatis menggunakan pompa
picu untuk memberikan tekanan pada springkler. Berikut adalah kutipan hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan:
“...yo kalo buat nyalurin air itu ada itu loh pake pompa picu. jadi
pompanya itu jalan ootomatis buat ngasih tekanan air ke setiap pipa-pipa
sprinklernya...” (informan 1)
“...nyalurin air dari reservoir ke sprinkler itu pake pompa picu atau fire
fighter. kalau pompa picunya mati, ya kita hidupin manual pompa utamanya...”
(informan 2)
“… nyalurinnya itu pake pompa picu yang besar itu mas..”(informan 3)
“… untuk air yang digunakan springkel itu dari tangki deket lab itu habis
itu dikompa pake pompa picu yang carakerjanya sama kayak sanyo mas,…”
(informan 4)
“…. kalo itu ngalirin air e ke springkler nya ya pake pompa mas biar
kenceng aire kalo ga make itu takute nanti sering gangguan….”(infroman 5)
“….dari fire fighter mas itu ….”(informan 6)
“… kurang tau mas kalo itu yang biasane kata pak kur pake pompa
itu…”(informan 7)
56

“… air e itu disalurkna dari ruang reservoir lalu di pompa


mas…”(informan 8)
“… dari reservoir seingget saya mas ada valevnya untuk ngidupin biar
start ko nanti….”(informan 9)
“air yang masuk ke springkler itu disuplai dari fire fighter jadinya bisa
spray kenceng….”(informan 10)
“… ya untuk bagian yang dipake buat nyalurin itu dari pompa pic uke
springkler makane air bisa lewat tapi kalo ada seng rusak kita start manual
mas….”(informan 11)
“… pakai pompa pompa gitu mas setau ku ….”(informan 12)

Untuk elemen mengenai “jarak maksimum antar kepala springkler


sesuai stabdar adalah 3,7 m”, dari hasil observasi dan wawancara diketahui
bahwa jarak antar kepala springkler 3.5 meter. Berikut adalah hasil kutipan
wawancara dengan informan:
“...itu memang spek dari springklernya kalo jaraknya harus 3.5 meter.
kalo kurang dari 3 meter, itu terlalu rapet, jatuhnya ga efisien malah...”
(informan 1)
“… kondisi yang dikantor itu ya , kalo ga salah ya 3.5. m mas soale g jauh
jauh bangat sama ga terlalu deket e….”(informan 2)
“ … ya kala di petunjuk pemsangan kan jaraknya segitu ya mas tapi ada
seng jaraknya 3.0 m kalo ga salah…”(informan 3)
“… kurang tau mas jarak e itu…”(informan 4)
“… dulu itu pas masang aku pernah ikut masang mas waktu itu 3.0 m
kayake…”(informan 5)
“wah kurang seberapa tau e aku mas kayake yang begitu”(informan 6)
“…..sek mas tak inget inget, oh ia 3.0 m mas kalo gay a 4.0 m soale kalo
deket bangeet juga kurang efektif….”(informan 7)
“untuk hal seng ini tanya yang lain mas saya kurang paham
e…”(informan 8)
“…. belum pernah ikut ngukur saya mas jadi ga tau pastine
berapa….”(informan 9)
“… tadi saya tanya ke staff yang udah lama bilang e 3.0 m mas karena
ngukure dari jumlah kotak pelapon …”(informan 10)
“…. ga tau mas aku coba samean tanya yang lain….”(informan 11)
“….. ya kurang lebih 3.0 m mas nanti di cek lagi…”(informan 12)

Untuk elemen mengenai kesesuaian kepala sprinkler cadangan, dari


hasil wawancara, bahwa springkler cadangan sesuai dengan springkler yang
telah dipasang. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dengan informan:
“..iya itu udah sama, sama kepala yang udah dipasang...” (informan 1)
57

“…spirngkler cadangan ada di gudang sama kayak yang udah dipasang


itu yang ada tudung e….”(informan 2)
“… kalo untuk springkler yang cadangan sama mas seperti di ruangan
karena dulu belinya di tempat langganan …..”(informan 3)
“… sama semua mas seng cadangan itu kayak yang di kantor admin rata
rata…”(informan 4)
“… ada yang beda ada yang sama mas hanya beda dilaminasi warna aja
tapi jenis yang pek tudung ko ….(informan 5)
“… jenis e sama ko mas masak ya beda nanti malah ngerusak biasanya
gitu….”(informan 6)
“…. kalo itu ga ngerti e mas aku setauku aku pernah liat di gudang
unit…..”(informan 7)
“….. iya mas sepertinya sama semua ko jenisnya….”(informan 8)
“kurang tau e aku mas coba tnya staff yang lain heheheh…”(informan 9)
“…. dari dulu ketika pemasangan masih ada banyak mas kalo ga salah
sekerdus dan jenis sekarang itu sama persis sama yang dulu….”(informan 10)
“…. sama semua kayaknya mas ….”(informan 11)
“…. kalo seng cadangan itu sama ada tudunge semua mas berarti sama
persis kayak yang di kantor itu…..”(informan 12)
Untuk elemen mengenai “jumlah persediaan kepala springkler
cadangan ≥ 36 “, dari hasil observasi dan wawancara diketahui persediaan
kepala springkler cadangan tersisa 3 kotak masing isi 50 buah disimpan dilemari
gudang unit kerja engineering. Berikut adalah kutipan wawancara dengan
informan:
“...dulu itu sebenarnya masih ada banyak mas, tapi lama-lama pas kita
inspeksi, dan menurut kami ada beberapa kepala springkler yang harus diganti.
ya sekarang tinggal 2 kotak. ya nanti akan saya usulkan waktu rapat...”
(informan 1)
“…. kalo jumlah lupa mas tapi kalo persediaan masih ada nanti biasanya
ada anggaran belanja kita pasti beli mas….”(informan 2)
“….. ada kalo untuk persediaan ada di gudang unit mas jumlah e ada
mungkin 100 an lebih ….”(informan 3)
“….. masih di lemari gudang mas kalo g adalah ada 3 kotak kemarena
tak liate sekotak itu 40 sampe 50 isinya mas ya segitu lah
mungkin….”(informan 4)
“…. berapa ya mas lupa aku coab tanya mas seng bagian apd paling tau
mas e itu tapi kalo persediaan ada ….”(informan 5)
“….jumlahnya di gudang itu ada beberapa kotak mas kalo ga salah 3
kotak coba nanti aku liat dulu saole jarang mas ngecek i gituan”(informan 6)
“….. kalo lebih 36 ya pasti mas dulu itu pas habis beli masih sisa sekardus
kayake …..”(informan 7)
“…. wah ga tau e mas kalo jumlah e itu ….”(informan 8)
“….. persediaan ada mas d gudang kalo jumlah ya kebih to mas dari 36
itu …..”(informan 9)
58

"mungkin kalo tak itung seng cadangan itu masih 100 an kayake soale
dulu beline banyak buat site sama kaontor admin..”(informan 10)
"ada mas tapi lek jumlah aku ora ngerti mas nanti coba tak liate
”(informan 11)
“di gudang mas masih itu kira kira 3 kotak kayake ….”(informan 12)

Dari tabel di bawah yaitu hasil observasi dan wawancara untuk Untuk
elemen pengelolaan Springkler otomatis. Berikut adalah kutipan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian:
59

Tabel 4. 6 Hasil Wawancara Pengelolaan Springkler otomatis di PT PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Pertanyaan Informan 1 Informan Informan Informan Informan 5 Informan Informan Informan Informan 9 Informan Informan Informan
(Komandan 2 3 4 (Staff Senior) 6 7 8 (Staff Lap.) 10 11 12
Fire Safety) (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff Lap.) (Staff (Staff
Senior) Senior) Senior) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.)
Untuk springkler ada ada di pastinya ada semua ada untuk selalu ada ada ada sprigkler ada ada
elemen rungan ada springkler untuk pastinya itu ada
mengenai ada springkler
Terpasang
springkler
otomatis
elemen air laut yang air bersih air laut air hasil dari wtp itu air laut pake air pake air `pake air fire fighter air laut air hasil
mengenai “ di proses di dari fire wtp yang watp sumber laut tapi ada kayake WTP
Air yang WTP fingther diproses sepertinya penyaringan yang
digunakan lagi diproses
tidak
merusak
springkler
elemen penyalurannya dari fire nyalurin pake penyalurannya dari fire kurang dari ruang reservoir pake fire pake
penyaluran dari wtp figther air itu pompa pake fighter tau reservoir fighter pompa pakai
air masuk ke masuk ke pake yang pompa picu besar pompa
sprinkler tangki dan ke valve pompa deket lab setau saya
pompa picu panel picu
elemen yang ada di jaraknya kalau kurang dulu itu kayak kurang seinget kurang jarang jaraknya kurang kurang
mengenai sini jaraknya sepertinya tidak tahu 3.0 m tahu saya 3.0 tahu ikut itu 3.0m tahu lebih 3.0
Jarak 3.0 dan 3.5 3.5 m salah 3.0 belum m mengukur m
maksimum melihat lebar m pernah
antar ruangan ikut
kepala ngukur
springkler
adalah 3,7
m
60

Untuk sama kayak jenis ada yang saya sama ada yang sama sama kurang iya kurang tahu yang sama kepalanya
elemen yang udah tudungnya liat sama semua ada yang tahu sepertinya dipasang semua itu sama
mengenai dipasang seperti beda tapi sama itu sisa yang
kesesuaian yang udah pake tudung semua banyak pakai
kepala di ruangan semua jadi peris tudung itu
sprinkler kalo untuk
cadangan, kepalanya
elemen persediaan itu kalau persediaan masih di berapa ya lupa jumlahnya kalau leih kurang persediaan ada 100 ada di gudang
mengenai di gudang jumlah ada lemari saya 3 kotak 36 itu tahu ada kurang itu masih
“Jumlah kalo g salah lupa tapi digudang gudang tapi kalau kemaren pasti lebih di 3 kotak
persediaan masih 2 kotak ada kalo kalau ga persediaan saya liat dulu itu gudang sepertinya
kepala persediaan salah ada masih
springkler jumlahnya sekardus
cadangan 100 kayaknya
≥ 36 kayaknya
Sumber : Data primer tahun 2019
61

4. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
menunjukan bahwa sistem proteksi kebakaran dari hasil observasi dan
wawancara diketahui Untuk elemen mengenai tersedia APAR, dari hasil
observasi dan wawancara, terdapat APAR yang tersebar diseluruh area pabrik
sebanyak 547 buah (310 APAR jenis dry chemical, 150 APAR jenis CO2, 87
APAR jenis Foam). Berikut adalah kutipan hasil wawancara oleh peneliti
dengan informan:
“...ada apar jenis dry chemical powder, foam, sama co2 disini..”
(informan 1)
“...di sini rata rata pemadaman ringan pakenya apar dry chemical mas
karena kita takut kalo pake co2 dan foam nanti ada kerusakan dalam breakpoint
kita juga ngeliat kondisi areanya seperti apa...” (informan 2)
“...apar yang dipake disini yang saya tahu itu ada, jenis serbuk bubuk,
sama gas karbon dioksida...” (informan 3)
“…. apar disini ada banyak mas beragam kita punya 3 jenis itu ada
powder, foam , sama co2 yang di pltu …..(informan 4)
“….kalo dipltu ya ada donk mas apar masa ya ga ada lek kebakaran pie
yang di lantai 9 sama 10 kan payah juga heheheh….”(informan 5)
“….untuk apar ada di semua unit dan site mas untuk jaga jaga kalo ada
kebakaran kecil …..”(informan 6)
“…. apar ada di unit unit kerja tiap tempat inshallah ada mas tapi jenis
yang mayoritas itu powder….”(informan 7)
“… ada kalo apar banyak malah mas….”(informan 8)
“…. kalo apar ada mas kita punya 3 jenis aja…”(informan 9)
“…. di sini itu apar banyak mas dan pastinya ada semua ruangan punya
melihat kebutuhan ruangannya kalo banyak instalsi listrik yang pake yang tidak
berair….”(informan 10)
“….apar nya ada kalo di sini mas karena kita pake bahan bakar batu bara
kan gampang banget kebakaran untik siaga aja….”(informan 11)
“…untuk apar ada tuh mas contoh yang di unit kayak gitu”(informan 12)

Untuk elemen mengenai inspeksi APAR, dari hasil wawancara dan


telaah dokumen milik perusahaan berupa lembar inspeksi APAR, bahwa APAR
diinspeksi secara manual oleh tim K3. Berikut adalah kutipan hasil wawancara
oleh peneliti dengan informan:
“...apar diinspeksi sama kita aja karena jobdesk masuk di list kita mas ..”
(informan 1)
62

“… yang inspeksi apar itu internal kita sendiri mas unit k3 karena kita
yang dikasih tanggungjawab…”(informan 2)
“… orang kita sendiri mas yang ngejalanin isnpeksi kadang sampe masuk
masuk lorong kalo di tt 2 itu …”(informan 3)
“…. apar yang di paltu itu yang keliling untuk inspeksi ya paling kita mas
internal aja….”(informan 4)
“… staff unit k3 itu mas yang inspeksi biasane mas fajar pak mur biasane
keliling dan ngecek pake aplikasi di hp kantor….”(informan 5)
“….kalo untuk yang ngecek itu ya orang internal kita aja mas selain itu g
ada udah ada jobdesknya masing masing….”(informan 6)
“…. orang orang unit k3 kalo yang bertanggung jawab ngecek
itu…”(informan 7)
“…. disini yang tugasnya ngecek apar yang orang orang k3 pltu mas
karena bagian dari jobdesk kita….”(informan 8)
“… internal aja pastinya mas soale kalo banyak unit yang megang ini
malah rancu nanti…”(informan 9)
“… pastinya orang k3 lah mas yang bisa handel kerjaan beginian
itu…”(informan 10)
“… udah masuk ke jobdesk kita sebagai unit kerja k3 mas itu termasuk
kerjaan yang agak banyak kalo apar itu….”(informan 11)
“…. pastinya yang bertugas langsung dilapangan utnuk ngecek apar itu
yang k3 mas ….”(informan 12)

Untuk elemen mengenai jangka waktu pemeriksaan APAR, dari hasil


wawancara dan telaah dokumen milik perusahaan berupa lembar inspeksi
APAR, bahwa APAR diinspeksi setiap satu bulan oleh tim K3. Berikut adalah
kutipan hasil wawancara oleh peneliti dengan informan:
“...kalo diinspeksi itu tiap bulan..” (informan 1)
“… di sini perbulan mas untuk jangka pemeriksaannya…”(informan 2 )
“… jangka pemeriksaan yang di lakukan sama temen temen itu perbulan
mas tapi bisa sekali aja atau sampe dua kali dalam sebulan itu…”(informan 3)
“… untuk waktu pemeriksaan e rutin mas perbulan kita itu karena biar
kelihatan mana apar yang udah kosong….”(informan 4)
“… kalo untuk meriksa apar kita lakukan perbulan mesti itu
mas….(informan 5)
“… pemeriksaan yang di jadwalkan di kita itu perbulan mas coba tanya
yang lain juga mas ….”(informan 6)
“…. inspeksinya sebulan sekali mas itu rutin ko tapi…”(informan 7)
“…. disini itu kalo untuk apar di ceknya yang perbulan mas sesuai
jobdesk…”(informan 8)
“…. nah kalo cek apar itu untuk rutin perbulan mas tapi sebulan itu
biasane dua kali ngecek ….”(informan 9)
“… di cek sebulan sekali mas rutin ko inshallah laporan e
ada…”(informan 10)
63

“… perbulan mas untuk pngecekan apar itu rutin kalo di


kita…”(informan 11)
“…. pemeriksaan yang kita lakukan itu ada tiap bulan mas untuk negcek
kelayakan apar baiasane ….”(informan 12)

Untuk elemen mengenai Arsip APAR, dari hasil wawancara, arsip


laporan APAR disimpan di unit Kerja K3. Berikut adalah kutipan hasil
wawancara oleh peneliti dengan informan:
“...arsip ada sama kita mas coba ke kantor nanti ditunjukin ko’..”
(informan 1)
"arsip untuk sistem proteksi kebakaran itu semua ada di lemari arsip dara
di kantor unit mas bisa di liat langsung ko…”(informan 2)
“untuk arsip tiap tahunnya kita ada mas di kantor unit….”(informan 3)
“…. kalo yang itu ada di kantor belakang mas coba nanti tanya ke mas
yang lain di sana nanti dikasih liat ko pastine….”(informan 4)
“…. kalo untuk arsip apar itu pertahun mas di rak arsip dari tahun 2014
sampe 2018 ada kayake…(informan 5)
“…. kalo untuk arsip itu pasti ada kita mas di kantor ada bentu manual
sama kompterisasinya juga ada mas tapi kadang kan itu kurang cocok gara gara
kondisi apar yang tidak sesuai atau sudah waktunya perbaikan…”(informan 6)
“… arsip itu seng data rekapan apar to mas, kalo yang itu ada mas di sini
tahun 2018….”(informan 7)
“…. ada kalo untuk arsip itu mas…”(informan 8)
“…. adanya kalo arsip itu ya dilemari arsip kita mas sudah pertahun ko
kayake….”(informan 9)
“….. wah kurang tau e mas kalo untuk arsipe tapi aku pernah liat juga
dikantor sini ada mas tapi ga tau naruhe d mana gitu….”(informan 10)
“… untuk masalah arsip aku kurang tau mas coba tanya pak mur aja
ya….”(informan 11)
“… ada sepertine mas kalo arsip arsip yang begituan ke kantor belakang
aja mas biar jelas….”(informan 12)

Untuk elemen mengenai jangka waktu pemeliharaan APAR, dari hasil


wawancara dan telaah dokumen milik perusahaan, pemeliharaan APAR
dilakukan setahun sekali oleh pihak supplier yaitu PT. Asta Guna Mandiri
(Malang). Berikut adalah kutipan hasil wawancara peneliti dengan informan:
“...kalo ngganti isinya itu bukan kita, tapi dari pihak ketiga mas dari
malang kesini nanti mereka langsung tiap tahun...” (informan 1)
“…kalo untuk pemeliharaan bukan kita mas tapi ada pihak ke tiga dari
malang pt. agm dari malang biasanya mereka kesini reffilnya disini
mas…”(informan 2)
“…. pemeliharaan yang dilakukan untuk apar kalo g salah pertahun lihat
dari anggara pltu juga soale mas….”(informan 3)
64

“… disini kan kalo jenis inspeksi pasti sendiri mas tapi kalo pemeliharaan
itu dari luar pihak ke tiga dari malang itu kesini mereka…”(informan 4)
“…. team pemeliharaan itu bukan dari pltu mas tapi dari luar perusahaan
dari malang kalo g salah pt agm itu mereka punya semua yang kita request mas
makane berani ambil sana ….”(informan 5)
“…. apalagi itu mas saya kurang ngerti e yang lakukan pemeliharaan kita
apa pihak ke tiga mas….”(informan 6)
“… kalo untuk laporan pemeliharaanya ada mas tapi saya lupa e
pemeliharaanya sama sapa gitu pokoke bukan orang pltu ko….”(informan 7)
“…. disini pemeliharaan apar seperti refill powder sama co2 itu dari
pihak luar pltu malah mas kita kan bagian yang meriksa mereka yang melihara
sama perbaikan ….”(informan 8)
“…. gini mas apar itu kan sekarang banyak yang kosong biasane kalo
udah kosong kita data didaerah mana sama tanggal expirednya dan yang
nanggani itu ada team dari malang yang biasa ngelakuin
pemeliharaan….”(informan 9)
“…. untuk segi pemeliharaan kita dari phak luar yang bisa di kontak dan
pengerjaannya di pltu untuk mengurangi beberapa akomodasi
perjalanan….”(informan 10)
“…. pemeliahraan sama pt. agm ini di lakukan pertahun aja mas
biasanya itu apar udah penuh semua……”(informan 11)
“….di lakukan tiap tahun untuk pemeliharaan yang baik.”(informan 12)

Dari tabel di bawah yaitu hasil observasi dan wawancara untuk Untuk
elemen alat Pelindung api ringan (APAR). Berikut adalah kutipan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian:
65

Tabel 4. 7 Hasil wawancara alat Pelindung api ringan (APAR) di PT PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Pertanyaan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan Informan Informan 6 Informan Informan Informan Informan Informan Informan
(Komandan (Staff (Staff 4 5 (Staff Lap.) 7 8 9 10 11 12
Fire Safety) Senior) Senior) (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff
Senior) Senior) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.)
elemen ada kalo ada kalo di site apar apa kita ada kalo apar ada di di unit ada ada kalo di ada ada
mengenai apar apar ter punya 3 apar semua unit ada pltu ada pastinya
tersedia ada 3 jenis sedia jenis di pastinya
APAR pltu
elemen untuk internal k3 jita sendiri internal staff unit internal aja orang internal orang unit K3 unit k3 k3
mengenai inspeksi yang ngcek yang saja k3 itu yang ngecek orang unit kita aja k3
inspeksi sama unit k3 inspeksi k3
APAR aja karena
jobdesk
masuk dilist
kita
elemen untuk perbulan sebulan bisa perbulan perbulan pemeriksaanya sebulan apar itu di perbulan sebulan perbulan tiap bulan
mengenai jangka unruk sekali atau setelah itu perbulan kelai cek 2 kali seklai
jangka waktu jangka dua kali nuggu ada kalo gak salah perbulan
waktu pemeriksaan pemeriksaan instruksi
pemeriksaan tiap bulan nya dari
APAR itu pun 2x komandan
biar jika ada
terkontrol instruksi
lain
elemen untuk arsip arsipe ada di untuk arsip ada di data ada untuk ada kalo di lemari arisp kurang coba ada
mengenai itu ada di lemari arsip tiap tahun kantor arsipnya arsip untuk arsip itu yang kita tau tanya sepertinya
Arsip APAR kantor unit di kantor kita ada belakang pertahun tiap tahunya arsip pertahun punya ada yang lain
unit kayake ada kita buat di kantor
manual
66

elemen Ada untuk Ada dari Pemeliharaan Ada sama Pihak k 3 Kurang tau Ada tapi Ada Ada dari Ada Setahun Tiap
mengenai itu pihak ke malang yang dari pihak ke 3 kalo itu lupa saya pihak lain malang kesini sekali tahun
Jangka waktu tiga dari sepertinya luar ya tiap sama sapa itu yang biasanya
pemeliharaan malang tahun itu itu nanggani
APAR itu

Sumber: Data primer tahun 2019


67

5. Hidran
Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
menunjukan bahwa sistem proteksi kebakaran dari hasil observasi dan
wawancara diketahui Untuk elemen mengenai ketersediaan hidran, dari hasil
wawancara,. Berikut adalah kutipan hasil wawancara oleh peneliti dengan
informan:
“… hydrant itu sarana penting untuk pemadaman ataupun covering
pekerjaan yang kontak dengan listrik dan menimbulkan api makanya penting
mas….”(informan 1)
“… untuk kesediaan hydrant pasti ada di sekitar unit 1 dan unit 2 mas
karena ini instalasi penting…..”(informan 2)
“….. hydrant itu selalu ada di daerah site terutama di bc 6 yang sering
ada pekerjaan kontak listrik …..”(informan 3)
“… disini hydrant ada ….”(informan 4)
“… untuk area unit 1 dan unit 2 itu pasti ada untuk instlasi hydrant yang
bisa langsung dioperasikan….”(informan 5)
“… ada mas hydrant nya samean kan juga pasti sering liat kan itu
keadaan aktif mas….”(informan 6)
“… apa mas hydrant , kalo itu ada donk mas pie coba kalo g ada
covering pusing kita nanti….”(informan 7)
“… ya serig tak liat ada ko mas hydrant itu ….”(informan 8)
“…. ada ..”(informan 9)
“…. hydrant di pltun pasti ada mas sering di pake sama kita cek juga
ko…”(informan 10)
“…. hydrant selalu ada di area pabrik mas…”(informan 11)
“…. ada pastinya donk mas….”(informan 12)

Untuk elemen mengenai inspeksi Fire Hydrant, dari hasil wawancara


dan telaah dokumen milik perusahaan berupa lembar inspeksi Fire Hydrant,
bahwa Fire Hydrant diinspeksi secara manual oleh tim K3. Berikut adalah
kutipan hasil wawancara oleh peneliti dengan informan:
“… inspeksi hydran itu kita sebulan sekali mas sama kayak apar tapi
kalo hydrant kita langsung lakukan perbaikan jika ada komponen kompene
hyang gangguan …”(informan 1)
“… kita lakukan inspeksi untuk alat hydrant itu perbulan
mas..”(informan 2)
“… pemeriksaaan alat untuk di unit k3 itu setiap bulan sekali untuk
menhindari adanya kendala di hydrant…”(informan 3)
“… untuk inspeksi yang dikerjakana untuk ngecek sistem hydrant itu
sebulan sekali….”(informan 4)
68

“….inspeksi biasanya kita perbulan mas itu aja udah buka buka valev
sama ngulur selang biar keliatan kalo ada kerusakan…”(informan 5)
“…. jobdesk untuk pengecekan hydrant di kita itu sebulan sekali mas
biasanya 4 orang yang inspeksi keseluruh area terus untuk marking alat dan
sistemnya….”(informan 6)
“… jangka waktu inpeksi itu kita untuk alat alat proteki kebakaran itu
sebulan sekali itu maklumatnya komandan karena komandan kan udah 10 tahun
di fire safety mas…”(informan 7)
“…. waktu pencekan itu dilakukan sebulan seklai mas rutin kalo untuk
pengecekan ….”(informan 8)
“….. perbulan karena udah jobdesk kita ….”(informan 9)
“….. sebulan sekali kayake itu ….”(informan 10)
“…. inspeksi yang dilakukan itu bulanan rutin itu kalo inpeksi aja kalo
ganti panel atau komponen rusak biasa 6 bulan mas….”(informan 11)
“….perbulan inspeksinya ….”(informan 12)

Untuk elemen mengenai kendala dari Fire Hydrant, dari hasil


wawancara dan observasi lapangaan mengenai Fire Hydrant, bahwa Fire
Hydrant memiliki beberapa kendala. Berikut adalah kutipan hasil wawancara
oleh peneliti dengan informan:
“… untuk kendala hydrant sangat kami perhatikan mas karena dulu
pernah kita waktu oh blas gak cek cek alat akhire ketika di beberapa waktu itu
pipa tegaknya ada kebocoran, wah ketika kita kelabakaran mas akhir e kita
matikan dari sumber karena kebocoran tadi apalagi biasa nya ada mamet di
valevnya itu biasanya kita bongkar mas g bisa dibiarkan kalo itu”(informan 1)
“…… kalo hydrant itu kendalanya banyak mas kadang mampet kadang
reservoirnya ga nyala jadine g nyalur air karena stok tangkinya
terbatas….”(informan 2)
“…di sini hydrant itu paling sering kendalanya mampet e mas karena
kemasukan lumpur atau material…..:(informan 3)
“…kadang kendala yang terjadi di hydrant pltu di valevnya mas sering
macet g keluar air padahal reservoir udah on start….”(informan 4)
“…. untuk kendala di hydrant itu kadang ya selang nozelnya mas
biasane ada bocor halus kalo g unit unti cleaning hbis make ga diballikin ke
kotake lagi kadang ya kita yang ngerapikan padahal ya udah kita bilangi
mas…..”(informan 5)
“….. mampet si mas kayake kendalnya …”(informan 6)
“…. kadang di pipa teganya ada bocor bocor kecil biasanya gara gara
korosi dari air kalo ga lumpur ……(informan 7)
“….. kendala hydrant sendiri yang pernah aku urusi itu ya item atau alat
alatnya g di tempatnya karena hbis make g di taruh lagi mas di kotak hydrant
…..”(informan 8)
69

“… karena hydrant sini itu reservoirnya dari air laut kadang lumpur itu
masuk dan ngendap di pipa silangan jadine mampet, jadi kita kadang jumper
air dari reservoir buat mecah endapan itu….”(informan 9)
“…. untuk kendala hydrant sendiri yang kita lihat sama urusin ya
mampet itu mas karena ganggu pastine…”(informan 10)
“…. kadang untuk kendala hydrant itu nozelnya g ada di boxnya itu mas
jadi terpisah kita bingung dan ganti yang itu dari gudang ….”(informan 12)

Untuk elemen mengenai Arsip Fire Hydrant,, dari hasil wawancara,


arsip laporan Fire Hydrant, disimpan di Unit Kerja K3. Berikut adalah kutipan
hasil wawancara oleh peneliti dengan informan:
“….. arsip hydrant itu ad di lemari dokumen mas di belakang bilang aja
kalo mau liat sama di foto boleh ko itu pertahun ….”(informan 1)
“…. eeee untuk arsip kita punya pertahun mas kalo hydrant di lemarin
arsip….”(informan 2)
“…. kita ngedata untuk arsip hydrant pertahun yang aku pernah liat di
lemari mas macem macem ko….”(informan 3)
“… hydrant untuk arsipnya itu ada tiap tahun dan ada di lemari
dokumen unit k3….”(informan 4)
“…. arsipnya ada di kantor belakang coba ke sana aja di cek past
dikasih ko….”(informan 5)
“pertahun mas kalo untuk dokumen arsip yang hydrant.”(informan 6)
“…. arsip nya ada di kantor mas pertahun kita baginya biar gampang
untuk laporannya….”(informan 7)
“… ada di unit k3 kalo itu mas ….”(informan 8)
“…arsip hydrant pasti ada di kita mas pertahun baginya”(informan 9)
“…. ada kalo arsip ini …”(informan 10)
“…. hydrant yang kita arsipkan dokumennya ada di kantor unit k3 bisa
di lihat besok….”(informan 11)
“… ada di kantor mas coba aja minta di tunjukan….”(informan 12)

Dari tabel di bawah yaitu hasil observasi dan wawancara untuk Untuk
elemen sistem fire hydrant diketahui bahwa terdapat hidran kebakaran yang
disesuaikan dengan potensi bahaya kebakaran di PLTU. Berikut adalah kutipan
hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian:
70

Tabel 4. 8 Hasil Wawancara Sarana Fire Hydrant di PT PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Pertanyaan Informan 1 Informan 2 Informan Informan Informan Informan 6 Informan Informan 8 Informan Informan Informan 11 Informan
(Komandan (Staff 3 4 5 (Staff Lap.) 7 (Staff Lap.) 9 10 (Staff Lap.) 12
Fire Safety) Senior) (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff Lap.) (Staff
Senior) Senior) Senior) Lap.) Lap.) Lap.)
Elemen kalo itu ada untuk selalu ada hydrant pasti ada ada untuk ada ada pastinya hydrant ada
ketersediaan paling hydrantnya itu di site ada untuk hydrant ada sealalu
fire hydrant penting ada hydrant ada ada
pastinya
elemen untuk perbulan setiap sebulan inspeksi inspeksinya perbulan itu dilakukan perbulan sebulan bulanan rutin perbulan
mengenai inspeksi untuk bulan sekali untuk jenis perbulan setiap sebulan sekali karena ini sekali itu kalo untuk diinspeksi
inspeksi fire hydrant itu isnpeskinya kalo itu hydrant saya untuk sudah sepertinya inspeksinya
hydrant kita sebulan sama ngecek pegecekannya jobdesk
sekali serta seperti apar
lakukan
perbaikan
Eleman untuk hydrant kendala hydrant kendala mampet aja rusak kendala hydrat kendala kendalanya untuk kendala
mengenai hydrant itu kendalanya yang kadang yang ada sepertinya pipa nya itu pasti item yang ada banyak hydrant hydrant
kendala sangat kami banyak terjadi itu rusak hydrant kadang yang ada di itu kalo untuk kendala biasanya
untuk fire perhatikan mampet valev paling korosi itu box tidak d mampet hydrant itu yang nozzle
hydrant selangnnya tempate biasanya sering terlihat nya g ada
g ada di mampet di box jadi
kotak sama terpisah
mampet
elemen arsip itu ada pertahun ada ada tiap arsipnya pertahun arsipnya ada di unit k3 arsip ada kalo hydrant yang ada di
mengenai tiap tahun untuk tahunan tahun ada di kalau ada di hydrant untuk arsip kita arsipkan kantor
Arsip Fire arsipnya untuk arsinya kantor dokumen kantor ada di ini dokumennya
Hydrant ada hyrant dan ada di belakang arsipnya kita ada di kantor
kantor
belakang
Sumber :Data primer tahun 2019
71

6. Sistem Pipa Tegak


Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
menunjukan bahwa sistem proteksi kebakaran dari hasil observasi dan
wawancara diketahuiUntuk elemen mengenai “setiap sambungan pemadam
kebakaran harus dirancang dengan suatu penandaan dengan huruf besar, tidak
kurang 25 mm (1 inci) tingginya, di tulis pada plat yang terbaca : “PIPA
TEGAK”; suatu penandaan juga harus menunjukkan tekanan yang
dipersyaratkan pada inlet untuk penyaluran kebutuhan sistem”, dari hasil
observasi dan wawancara diketahui bahwa tidak terdapat penandaan khusus
terhadap pipa tegak dan tidak terdapat penandaan khusus tekanan pada pipa
tegak. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan:
“...menurut kami itu hidrant sama pipa tegaknya gak perlu buat dikasih
tanda-tandaan. soalnya kan udah sangat kelihatan, warnanya merah mencolok.
dan kalo penandaan tekanan itu juga nggak perlu, soalnya kan udah ada
presuer air yang terkoneksi ke seluruh springkler, hydrant sama pipa tegak
yang ada di pusat pengendali kebakaran...”(informan 1)
“….nah disini itu pipa tegak ya cuma merah mas ga ada tanda tanda aneh
aneh ….”(informan 2)
“…. ya yang sering tak liat pipa tegak kita iru ya warna merah mas kayake
juga g terlalu penitng itu kalo dikasih tanda tanda lain malah kayak
ganggu….”(informan 3)
“…. tanda apa mas untuk sambungan pipa tegak ga pernah lihat aku mas
coba tanya staff lain coba setauku itu ya hanya warna merah itu….”(informan
4)
“…. tanda untuk sambungan sambungan itu ga pernah liat aku
as….”(informan 5)
“…. ga ada sama sekali yang kayak gitu coba nanti kita cek mas ada
ga…..”(informan 6)
“…. yang sering saya liat di pipa tega itu hanya laminasi warnah yang
ngejereng itu mas merah warna ne dominan itu….”(informan 7)
“…. tanda tanda khusus yang begitu ga ada mas soale hanya merah itu
seng sering aku liat…”(informan 8)
“…. sama sekali ga tau saya mas ….”(informan 9)
“….. sek mas coba tanya yang lain aja heheheh….(informan 10)
“… kalo itu saya belum pernah liat mas…”(informan 11)
“…. ga punya kita tanda tanda khusus yang kayak tulisan
itu…”(informan 12)

Untuk elemen “pemeliharaan terhadap sistem pipa tegak”, dari hasil


wawancara, bahwa dilakukan pemeliharaan setiap 6 bulan sekali oleh tim
72

engineering dan diawasi oleh unit K3 Berikut adalah kutipan hasil wawancara
yang dilakukan oleh peneliti dengan informan:
“...pipa tegak itu diperiksa sama orang engineering dan kita yang
ngawasin aja tiap 6 bulan. kalo ada part-part yang rusak kita ajuin keatasan
biar diganti...” (informan 1)
“…. saya sendiri ga pernah meriksa paling paling kalo ada kerusakan
atau bocor baru kita adakah perbaikan kerja sama dengan temen temen
enggirnering….”(informan 2)
“…. untuk cek pipa tega jarang mas….”(inforan 3)
“….jarang mas kali ngecek gitua ga pernah paling kalo ada kendala aja
….”(informan 4)
“… kalo saya belom pernah meriksa ga tau kalo yang lain setauku ya
paling kalo ada maintenance aja….”(informan 5)
“…. ga pernah kalo aku mas….”(informan 6)
“…. coba tanya yang lain mas yang lebih paham aku kurang
paham….”(informan 7)
“…. perasaaan ku g pernah ada yang job pemeliharann paling kalo ada
maintenance sama temen temen engiinering itu kita damping…”(informan 8)
“… belom sama sekali saya ikut ngecek pipa tegal itu mas…”(informan
9)
“…. kurang tau e mas aku ….”(informan 10)
"belom ada yang meriksa secara khusus setauku mas ga tau ya kalo yang
lain mungkin ada ya paling paling komandan…”(informan 11)
“… kurang tau saya mas….”(informan 12)

Dari tabel di bawah yaitu hasil observasi dan wawancara untuk Untuk
elemen Sistem Pipa Tegak. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan informan penelitian:
73

Tabel 4. 9 Hasil Wawancara Mengenai Sistem Pipa Tegak Di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Pertanyaan Informan 1 Informan Informan Informan 4 Informan 5 Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan
(Komandan 2 3 (Staff (Staff 6 7 8 9 10 11 12
Fire Safety) (Staff (Staff Senior) Senior) (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff
Senior) Senior) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.)
elemen tidak pakai tidak Cuma tanda tanda tidak laminasi tanda sama coba tidak Belum
mengenai tanda apapun ada warna lebih untuk ada warna tanda sekali ga tanya pernah ada
“tanda setiap Karena tanda merah dominan sambungan sama lebih itu ga tau saya yang saya
sambungan sudah sama itu ke warna tidak sekali dominan ada lain lihat itu
pemadam laminasi sekali sepertinya pernah liat itu
kebakaran warna
mencolok
elemen kalo saya untuk jarang belom Tidak coba saya belom kurang belom kurang
“Dilakukan pemeliharaan belum cek pipa pernah pernah tnya belum sama tau ada tau
pemeliharaan jika ada pernah tegak meriksa yang pernah sekali yang
terhadap perbaikan meriksa jarang lain ikut cek meriksa
sistem pipa biasanya itu
tegak
Sumber: Data primer tahun 2019
74

7. Konstruksi Tahan Api


Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
menunjukan bahwa sistem proteksi kebakaran dari hasil observasi dan
wawancara diketahui untuk sistem proteksi kebakarana pasif elemen mengenai
“dinding penghalang api untuk membagi bangunan gedung untuk
mencegah penyebaran api”, dari hasil penelitian, terdapat dinding penghalang
api yang membagi ruangan utama menjadi 3 bagian, yakni unit proses, unit
Transmisi, dan unit bahan bakar. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan informan:
“...ada itu dua dinding penghalang api yang misahin ruangan utama
mas karena biar apinya ga mudah nyebar ...” (informan 1)
“…. untuk dinding pemisah itu ada mas seperti di coal yard itu di pisah
dengan 2 dinding biar g nyebar kalo ada kebakaran…”(informan 2)
“… pemisah dinding itu ada tebal tebal lah pemisah antara transformer
sama mill aja udah beda ruang pake dinding tebal itu….”(informan 3)
“….kalo dinding penghalang itu ada mas tebel banget di area mill sama
coalyard…”(informan 4)
“…. ada dinding pemisah ruangnya disana biar kuat sama g bisa nyebar
kalo ada kebakaran….”(informan 5)
“… pemisahan tempat-tempat yang bahaya itu pake dinding tebal
….”(informan 6)
“ada dinding bangunan yang didesign tebel biar kuat….”(informan 7)
“… wah kurang tau mas kalo yang itu….”(informan 8)
“…. pake dinding yang designnya tebel banget kata komandan biar ga
gampang roboh ketika kebakaran….”(informan 9)
“….. yang di gunakan untuk pemisah ruanganitu pake dindign
tebal…”(informan 10)
“coba tanya ke yang lain mas saya juga kurang paham”(informan 11)
“…kalo dinding pemisahnya belum tau mas apa kayak yang di zill itu
yang ada pimtumya….”(informan 12)

Untuk elemen mengenai “pemeliharaan konstruksi tahan api”, dari


hasil wawancara, tidak dilakukan pemeliharaan terhadap konstruksi tahan api
dan pintu tahan api. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti dengan informan penelitian:
“...kalau pemeliharaan khusus konstruksi tahan api sama pintu tahan
api itu nggak ada mas. kayanya rusaknya lama itu makanya ngga dilakukan
pemeriksaan. ya nunggu ada yang rusak aja atau udah nggak berfungsi, baru
kita akan buatin laporan buat diajukan. ya nunggu nggak bisa berfungsinya aja
baru diganti...” (informan 1)
75

“… untuk pemeliharaan konsruksi di sini belum tertalu khusus mas


karena yang kita kerjakan apabila ada kerusakan itu kita langsung laporan dan
saran pembelian baru,,,,”(informan 2)
“… pemeriksaan itu kita lakukan kalo ada kendala seperti kerusakan
item ….:(informan 3)
“…. pemeliharaan khusus disini belum dilakukan mas, karena bukan
lingkup kerjane mas aslinya itu….”(informan 4)
“…. mungkin untuk pemelharaan belum ada tugas khusus mas tapi kalo
ada kerusakan pasti kita ajukan ganti…”(informan 5)
“…. pemeriksaan konstruksi itu jika ada tugas khusus mas terutama ada
yang rusak dari bagiane…”(informan 6)
“… belum tau mas…”(informan 7)
“… kalo untuk spesifik ke pemeliharaan mas itu ada tapi ya cuma
ngecek biasa hanya kita liat…..”(informan 8)
“…. pemeriksaan yang khusus paling sama unit lain mas karena
ketika ada pemeliharaan di kantruksi ini kita cuma ngawasin aja”(informan 9)
“… untuk pemeliharaan bener juga kata masitu mungkin bisa jadi
sama unit lain mas …”(informan 10)
“… di unit lain paling jobdesk khususya itu….”(informan 11)
“…. jobdesk untuk pemeriksaan khusus konstruksi belum ada juga
mas jadi kita liat liat aja kalo ada yang rusak baru kita laporkan
aja….”(informan 12)

Dari tabel di bawah yaitu hasil observasi dan wawancara untuk Untuk
sistem proteksi kebakaran pasif elemen Konstruksi Tahan Api. Berikut adalah
kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian:
76

Tabel 4. 10 Hasil Wawancara Mengenai Konstruksi Tahan Api di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Pertanyaan Informan 1 Informan 2 Informan Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan Informan 8 Informan 9 Informan Informan Informan 12
(Komandan (Staff 3 (Staff Senior) (Staff Senior) (Staff Lap.) 7 (Staff Lap.) (Staff Lap.) 10 11 (Staff Lap.)
Fire Safety) Senior) (Staff (Staff (Staff (Staff
Senior) Lap.) Lap.) Lap.)
“Terdapat ada untuk kalo dinding dinding kalo dinding ada diding pamisahnya ada kurang tau dinding pemisah coba kalo dinding
dinding itu pemisah ada bangunan penghalang pemisah pakai dinding pemisahnya ruangan tanya pemisah
penghalang ada tebal itu ada tebel ruang dinding bangunan kuat itu pake yang lain kurang tahu
api untuk juga tebal itu yang dinding
membagi
bangunan
tebal itu tebal
gedung untuk
mencegah
penyebaran
api”,

elemen belum ada ya emang kalo ada pemeliharaan mungkin pemeriksaan belum kalo spesifik pemeriksaanya untuk unit lain jobdesk
mengenai pemeriksaan belum ada kendala yang untuk ketika ada tahu ke paling sama inspeksi sepertinya pemeriksaan
“Dilakukan khusus pemeriksaan aja itu dilakukan pemeliharaan yang rusak pemeliharaan unit lain bener dinding
pemeliharaan belum ada belum tapi aja ada tapi kata mas belom ada
konstruksi
tahan api”
jika rusah Cuma itu sama itu
kita ganti periksa biasa unit lain
mungkin

Sumber :Data Primer Tahun 2019


77

8. Saran Jalan Keluar


Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
menunjukan bahwa sistem proteksi kebakaran dari hasil observasi dan
wawancara diketahui sarana penyelamatan jiwa Untuk elemen mengenai
Ketersediaan Sarana Jalan Keluar, dari hasil wawancara,. Berikut adalah
kutipan hasil wawancara oleh peneliti dengan informan:
“…. sarana jalan keluar disini itu ada yang di dalam gedung dan ada yang
di luar gedung biar mempersingkat waktu biar ga terjadi kondisi bahaya yang
continyu….”(informan 1)
“….. jalan keluar itu mksudnya jalan darurat kan mas, kalo itu ada di tiap
gedung gedung….”(informan 2)
“…. ada setau saya di pojok pojok gedung itu ada kira kira lebar
ko….”(informan 3)
“…. jalan keluar di kantor admin itu ada mas…”(informan 4)
“…. kalo ga salah jalan keluar itu ada di sekitar gedung kantor mas nanti
coba kita cek….”(informan 5)
“…sarana jalan keluar ya mas, ada ko di gedun-gedung….”(informan 6)
“…. ada itu yang di gedung gedung mas …”(informan 7)
“…. ya ada to mas kalo itu nanti lek ada gempa gimana
donk….”(informan 8)
“… pastinya ada mas keliatan ko itu …”(informan 9)
“… ada mas…”(informan 10)
“…. kalo itu ya kayak yang di bc 6 mas biasa ne kita lewati pas patrol
check yang bisa di liat dari jalan….”(informan 11)
“…. ada itu mas…”(informan 12)

Dari tabel di bawah yaitu hasil observasi dan wawancara untuk Untuk
elemen Sarana Jalan Keluar. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan informan penelitian:
78

Tabel 4. 11 Hasil Wawancara Mengenai Sarana Jalan Keluar di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Pertanyaan Informan 1 Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan
(Komandan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Fire Safety) (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff
Senior) Senior) Senior) Senior) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.)
elemen untuk jalan ada di jalan ada di jalan ada itu ada kalo pastinya ada di BC 6 ada
ketersediaan jalan darurat pojok keluar daerah keluar di itu ada itu ada
sarana jalan
keluar
keluar itu ada pojok darurat kantor ada gedung yang di
darurat gedung ada di gedung luar
ada biasanya kantor
Sumber : Data primer tahun 2019
79

9. Pintu Darurat
Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
menunjukan bahwa sistem proteksi kebakaran dari hasil observasi dan
wawancara diketahui sarana Penyelamatan jiwa untuk elemen mengenai
“pintu pada sarana jalan keluar dari jenis engsel atau pintu ayun”, dari
hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa seluruh pintu darurat berupa
jenis engsel atau pintu ayun. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan
informan:
“...iya, semuanya itu jenis pintu engsel...” (informan 1)
“…pintu yang di sini pakenya ya engsel mas…”(informan 2)
“…. semua pintu kalo ga salah jenisnya ya engsel …”(infoman 3)
“… engsel semua ko disini itu …”(informan 4)
“… ia mas jenise kalo pintu darurat itu ya engsel biar ketika buka itu g
berbalik malah ganggu nanti…”(informan 5)
“… pintu darurat ya mas , kalo g salah ya bentuknya pake
engsel…”(informan 6)
“…. engsel kayake semua jenisnya soalnya dulu sama komandan pernah
ikut ganti…”(informan 7)
“… ia pakenya engsel…”(informan 8)
“… belum tau saya mas belom pernah liat juga …”(informan 9)
“…. ia kayake semua engsel …”(informan 10)
“…. pake engsel semuanya mas itu g ada yang ayun …”(informan 11)
“… pake engsel yang pernah aku liat mas…”(informan 12)

Untuk elemen mengenai “pintu darurat tidak membutuhkan sebuah


anak kunci, alat atau pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk
membukanya dari dalam gedung”, dari hasil observasi dan wawancara
diketahui bahwa seluruh pintu darurat tidak membutuhkan suatu alat apapun.
Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan:
“...semua pintu darurat itu nggak dikunci. setiap bulannya unit k3 itu juga
keliling buat inspeksi pintu darurat ini salah satunya...” (informan 1)
“… selama saya disini ga pernah ada kuncinya mas ya bukaan
terus…”(informan 2)
“… g pernah di kunci setau saya mas kalo ada yang ngunci pun sapa juga
mas yang mau piket ngunci pintu sebanyak ini terus pagi pagi kayak orang lari
pagi donk…”(informan 3)
“… ga pake kunci malah bahaya nanti mas …”(informan 4)
“…. ga ada kunci kuncian mas ga pernah liat juga saya …”(informan 5)
“… ga ada kuncinya…”(informan 6)
“belum tau aku mas coba tanya yang lain mungkin tau…”(informan 7)
80

“…. kunci pintu darurat itu g ada mas kalo ada mesti kita juga megang
mas…”(informan 8)
“…belom tau juga saya mas …”(informan 9)
“…. kunci yang untuk pintu darurat itu ga ada kayake tapi kalo pintu
kantor admin pasti ada kuncinya mas…”(informan 10)
“… belom ada kayaknya mas…”(informan 11)
“… kalo untuk kuncinya belom pernah liat e aku mas …”(informan 12)

Dari tabel di bawah yaitu hasil observasi dan wawancara untuk Untuk
elemen Sarana Pintu Darurat. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan informan penelitian:
81

Tabel 4. 12 Hasil Wawancara Mengenai Sarana Pintu Darurat di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Pertanyaan Informan 1 Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan
(Komandan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Fire Safety) (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff
Senior) Senior) Senior) Senior) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.)
Untuk elemen semua pintu semua engsel engsel kalo ga engsel engsel belum kayaknya engsel itu pakai
mengenai jenisnya yang di kalo ga di sini jenisnya salah kayake tahu engsel semuanya engsel
“Pintu pada
sarana jalan
pintu sini ya salah itu engsel itu saya
keluar dari engsel engsel engsel
jenis engsel ya
atau pintu
ayun
Untuk elemen tidak Tidak tidak ga pakai Tidak Tidak Kurang kunci belum kunci tidak ada kuncinya
mengenai memakai ada pernah kunci ada ada tahu pintu tahu yang belom
“Pintu
darurat tidak
kunci dan kuncinya di kunci bahaya kunci kuncinya darurat saya untuk pernah
membutuhkan di itu malah itu itu ga pintu lihat
sebuah anak inspeksi nanti ada darurat
kunci, bareng ga ada
sama kayaknya
APAR
biasanya
Sumber :Data primer tahun 2019
82

10. Tanda Arah Evakuasi

Untuk elemen mengenai “setiap tanda arah diiluminasi terus


menerus”, dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa terdapat tanda
arah yang tidak diiluminasi, dan iluminasi tanda arah sudah mati. Berikut adalah
hasil kutiapn wawancara dengan informan:
“...ooh buat beberapa tanda iluminasi di area packing sama fisnishing itu
kan memang dari sononya sudah bersifat memantulkan sinar mas dan area nya
juga cukup terang, jadi menurut kami itu sudah nggak perlu untuk dikasih
pencahayaan khusus tanda itu. iya itu yang sudah mati memang sebenarnya
sudah kami ajuin pas rapat-rapat tiap bulannya, tapi meskipun itu udah mati
masih bisa dilihat dengan jelas kok...” (informan 1)
“… tanda arah yang mas maksud itu yang ada cahayanya itu kah, kalo di
dalam ruangan ada mas tapi ada yang beberapa mati kerana rusak dan yang di
luar gedung itu ada yang pake bahan skotlet tapi defletor…”(informan 2)
“… tanda arah yang di dalam sama d luar beda mas karena yang diluar
kan udah ada cahaya yang di dalam lebih butuh cahaya …”(informan 3)
“… ada yang pake iluminasi ada yang ga pake mas itu karena kadang
anggarannya juga lama keluar kita nyari solusi juga yang bisa cepet
…”(informan 4)
“…. kalo untuk ilumniasi ya pake donk mas kalo pas malam g mana donk
masak ya mau nubruk bubruk to hehehehe….”(informan 5)
“…. ada beberapa yang make dan ada beberapa yang masih rusak akhirnya
cuma ada gambar ga ada cahaya ne …”(informan 6)
“… tanda arah itu kalo iluminasi kurang tau e saya mas…”(informan 7)
“…. pake kayaknya…”(informan 8)
“…. iluminasi tanda arah yang disini ada yang hidup sama ada yang ga
hidup paling rusak itu mas tapi kita ngajukan anggaran baru untuk
itu….”(informan 9)
“… pake kalo untuk iluminasi ….”(informan 10)
“…kurang tau e saya mas iluminasi itu yang mana…”(informan 11)
“… tanda arah itu pake kalo iluminasi biar keliatan jelas mas, iluminasi itu
yang bisa ada cahayanya itu kan mas….”(informan 12)

Dari tabel di bawah yaitu hasil observasi dan wawancara untuk Untuk
elemen Sarana Tanda Arah Evakuasi . Berikut adalah kutipan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian:
83

Tabel 4. 13 Hasil Wawancara Mengenai Sarana Tanda Arah Evakuasi di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Pertanyaan Informan 1 Informan 2 Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan
(Komandan (Staff 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Fire Safety) Senior) (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff (Staff
Senior) Senior) Senior) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.) Lap.)
Untuk ada diiluminasi tanda ada ilmunasi ada tanda pake ilminasi pake kurang tanda
elemen beberapa kayaknya arah itu yang ya pake beberapa arah itu kayaknya tanda kalo tahu arah itu
mengenai
“Setiap
yang pake itu yang di pake yang kurang arah ilumniasi saya pakai
tanda arah diiluminas jalan ada pake dan tau yang
diiluminasi ada yang sama yang ga ada yan disini
terus rusak yang di pake masih ada
menerus dalam rusak yang
beda hidup
dan ada
yang
tidak
Sumber :Data primer tahun 2019
84

4.4. Pembahasan
4.4.1 Sistem Alarm Kebakaran
Dari tabel ini, didapatkan hasil bahwa tingkat Pemenuhan Sistem Alarm
Kebakaran di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan pada aspek alarm kebakaran
sudah sesuai, alarm kebakaran memiliki sinyal suara sudah sesuai, namun
kondisi alarm sedikit memiliki kerusakan dalam sistem fire panel control,
yang akan lebih baik apabila dilengkapi dengan alat deteksi dini terjadinya
kebakaran dengan detektor panas, detektor asap, ataupun detektor api.

Tabel 4. 14 Lembar Hasil Observasi Sistem Alarm Kebakaran di PT.


PJB UBJ O&M PLTU Pacitan.
No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/
Tidak
Sesuai
1 Memiliki alarm Alarm kebakaran yang dimiliki Sesuai
kebakaran dai area pabrik yaitu jenis sirene yang
ditempatkan pada titik-titik tertentu
tersebar.
2 Dering suara alarm Sinyal suara alarm kebakaran berbeda Sesuai
kebakaran memiliki dari sinyal suara yang dipakai untuk
sinyal suara yang penggunaan lain, perusahaan
berbeda daripada menggunakan sirine dan pengeras suara
untuk penggunaan atau speaker untuk menginformasikan
lain. kepada pekerja apabila terjadi keadaan
darurat
3 Kondisi alarm tidak Beberapa sistem yang di terapkan Belum
rusak/kesalahan teknis sedikit memiliki kerusakan dalam sesuai
sistem fire panel control
Sumber : Data primer tahun 2019
Dari 3 persyaratan mengenai sistem alarm kebakaran menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008, memiliki 1 elemen
yang kurang terpenuhi. Hal ini harus diadakan perbaikan untuk menjaga
sistem proteksi gedung tersebut.
85

Gambar 4.1 Sistem Alarm Otomatise


Sumber: Dokumen Peneliti
Elemen yang tidak terpenuhi ini adalah control panel sistem di
karenakan sistem ini sering mengalami kerusakan yang berakibat yaitu tidak
dapat beroperasi secara otomatis dan harus di jalankan secara manual.
Pengelolaan yang sudah dilakukan olah pihak perusahaan adalah mengganti
komponen komponen yang mengalami kerusakan atau konsleting yang harus
dilakukan perbaikan.

4.4.2 Sistem Detektor Kebakaran


Dari tabel ini, didapatkan hasil bahwa detektor terbagi menjadi 3 macam
antara lain detektor asap, detektor panas dan detektor api. Hasil observasi terkait
detector ini pengelolaanya dilakukan 3 bulan sekali bersamaan dengan
pengecekan sprinkler, dan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 26/PRT/M/2008.
86

Tabel 4.15 Lembar hasil observasi sistem detektor kebakaran di PT.


PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/


Tidak Sesuai

1 Detektor kebakaran ada di Terdapat detektor Sesuai


seluruh ruangan. kebakaran jenis smoke
detector, gas detector
dan heat detector yang
disesuaikan dengan
potensi bahaya
kebakaran diruangan
tersebut

2 Setiap detektor yang terpasang Setiap detektor Sesuai


dapat dijangkau untuk dapat
pemeliharaan dan untuk dijangkau untuk
pengujian secara periodic pemeliharaan dan
pengujian
3 Detektor diproteksi terhadap Detektor tidak diproteksi Tidak
kemungkinan rusak karena sesuai
gangguan mekanis.

4 Dilakukan inspeksi, pengujian Inspeksi, pengujian, dan Sesuai


dan pemeliharaan. pemeliharaan dilakukan
setiap 3 bulan sekali
dengan unit K3

5 Rekaman hasil dari semua Rekaman hasil dari Tidak


inspeksi disimpan untuk jangka semua inspeksi, sesuai
waktu 5 tahun untuk pengujian, dan
pengecekan oleh instansi yang pemeliharaan yang
berwenang disimpan hanya hingga
1 tahun terakhir
Sumber : Data primer tahun 2019

Pemenuhan ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sistem


deteksi kebakaran berfungsi dengan baik. Hasil ini memenuhi kategori yaitu
cukup yang berarti sudah ada detektor yang terpasang di gedung kantor PT.
PJB UBJ O&M PLTU Pacitan akan tetapi masih ada sebagian kecil hal yang
belum sesuai dengan standar yang berlaku, tetapi terdapat sebagian lain
komponen proteksi yang kurang sempurna atau kapasitasnya kurang dari
yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 5 elemen yang diperiksa terdapat 3
elemen yang telah sesuai, dan 2 elemen tidak sesuai dengan persyaratan.
87

Gambar 4.2 Detektor Kebakaran


Sumber : Dokumen Peneliti

Elemen yang memiliki ketidaksesuaian ini adalah tidak adanya


Proteksi yang melindungi sistem detektor ini yang mana detector ini mudah
sekali terbentur dengan material yang bisa bersentuhan dengan detektor.
Saran yang saya berikan kepada perusahaan adalah memberikan tanda atau
alat yang bisa memproteksi dan menandakan adanya detektor diatas.

4.3 Rekaman Hasil Detektor


Sumber : Dokumen Peneliti

Elemen berikutnya adalah rekaman hasil yang hanya 1 tahun terakhir


dikarena data-data yang tahun-tahun sebelumnya ada di kantor admin maka
dari itu yang di kantor unit hanya memiliki rekaman 1 tahun terakhir saja.
88

Saran untuk perusahaan untuk pemeriksaan ini lebih dipusatkan pada kantor
yang terkait dengan pengelolaannya agar menghindari dari kehilangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan supervisor K3 PT. PJB UBJ
O&M PLTU Pacitan, di gedung kantor terdapat detektor yang jumlahnya
sebanyak 32 buah, dan untuk area site/lapangan yaitu berjumlah kurang lebih
165 buah, letak detektor ini tersebar di setiap sudut gedung dan ruangan. Hal
ini dapat untuk mengendalikan saat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran.
Karena kebakaran adalah suatu hal yang dapat terjadi sewaktu-waktu dan
dimana saja. Salah satu lokasi yang berisiko tinggi terjadinya kebakaran
seperti kantin, seharusnya dipasang detektor jenis deteksi panas agar
kebakaran lebih cepat dideteksi dan persebarannya dapat diminimalisir.

4.4.3 Springkel otomatik


Sprinkler menurut PERMEN PU RI No. 26/PRT/M/2008 adalah alat
pemancar air yang difungsikan untuk memadamkan kebakaran berbentuk tudung
ujungnya memiliki mulut pancar yang memancar ke semua arah.
Hasil penelitian terkait sprinkler, pengelolaan springkel di lakukan oleh
internal yaitu bidang K3 dalam kurun waktu sekitar 3 bulan sekali untuk
menghindari non fungsi dari alat tersebut, dan dibandingkan dengan standar
PERMEN PU RI No. 26/PRT/M/2008. Hasil ini memenuhi kategori yaitu
CUKUP. Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan K3 PT. PJB UBJ
O&M PLTU Pacitan, di gedung kantor terdapat sprinkler yang jumlahnya
sebanyak 153 buah, Seluruh sprinkler ini terletak di ruangan dan sisi Gedung
dan untuk springkel di daerah site/lapangan memiliki kurang lebih 325 buah.
Berikut adalah hasil Observasi Sistem Springkler Otomatik di PT. PJB
UBJ O&M PLTU Pacitan:
89

Tabel 4. 15 Lembar Hasil Observasi Sistem Sprinkler Otomatik di PT.


PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

No Persyaratan Kondisi Sesuai/


Aktual Tidak
Sesuai
1 Terpasang sprinkler otomatis Terdapat sistem Sesuai
springkler di setiap
ruangan pabrik
berjenis wet pipe
system
2 Springkler tidak diberi ornament, cat, Tidak terdapat Sesuai
atau diberi pelapisan aksesoris
lainnya pada sprinkle

3 Air yang digunakan tidak mengandung Air berasal dari Sesuai


bahan kimia yang dapat menyebabkan PDAM dan diolah di
korosi, tidak mengandung serat atau water treatment plant
bahan lain yang dapat mengganggu untuk mendapatkan
bekerjanya kondisi tertentu
sprinkler sehingga aman untuk
sprinkler
4 Setiap sistem springkler otomatis harus Air berasal dari Sesuai
dilengkapi satu jenis sistem penyediaan reservoir yang
air yang bekerja secara otomatis, bekerja secara
bertekanan dan otomatis
berkapasitas cukup, dan harus menggunakan pompa
dibawah penguasaan pemilik gedung picu untuk
memberikan tekanan
pada sprinkler
5 Jarak maksimum antar kepala Jarak antar kepala Tidak
sprinkler adalah 3,7 m sprinkler 4,5 meter sesuai

6 Kepala sprinkler yang terpasang Kepala sprinkler Sesuai


merupakan kepala springkler yang tahan terbuat dari
korosi bahan
seng
yang
dichrome tahan
korosi
7 Kotak penyimpanan kepala sprinkler Kepala sprinkler Sesuai
cadangan dan kunci kepala springkler cadangan dan kunci
ditempatkan di ruangan ≤ 38 ˚C. kepala springkler
disimpan di lemari
gudang unit kerja
engineering
dengan suhu kamar
25oC
90

8 Springkler cadangan sesuai baik tipe Sprinkler cadangan Sesuai


maupun temperature rating dengan semua sesuai
sprinkler yang telah dipasang dengan springkler
yang telah dipasang

9 Jumlah persediaan kepala sprinkler Persediaan kepala sesuai


cadangan ≥ 36 sprinkler cadangan
tersisa 3 kotak
disimpan dilemari
gudang unit k3

10 Tersedia sebuah kunci khusus untuk Tersedia special Sesuai


springkler (special sprinkler springkler wrench di
wrench) ruang peralatan
unit kerja engineering
Sumber:Data Primer Tahun 2019

Dari tabel tersebut sistem springkler otomatik yang dapat disimpulkan


bahwa secara keseluruhan sprinkler otomatik berfungsi sempurna atau
kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi. Dari 10 elemen yang
diperiksa terdapat 9 elemen yang telah sesuai, dan 1 elemen yang tidak sesuai
dengan persyaratan standar acuan.

Gambar 4. 5 Buku Pendataan Sprinkel dan Detector Manual


PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan
Sumber : Dokumen Kantor Bidang K3, 2019
91

Bahwasanya hasil dari wawancara dan observasi adalah termasuk


dalam katgori cukup dan baik, dengan jumlah yang miliki oleh PLTU sendiri
159 sprinkler dan semua berkondisi baik.

Gambar 4.5 letak Sprinkler


Sumber: Dokumen Peneliti
Elemen yang tidak sesuai antara lain jarak antara kepala sprinkler tidak
memiliki kecocokan atau tidak konsisten dalam jarak. Ketidaksesuaian ini
lebih karena kurangnya pengawasan untuk sarana prasarana terkait K3 yang
disebabkan oleh kurangnya komitmen perusahaan khususnya dari aspek
pemeliharaan.

4.4.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Berdasarkan hasil penelitian di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan terdapat
sejumlah 547 APAR yang tersebar di semua lokasi dan sudah disesuaikan
dengan potensi bahaya kebakaran yang ada. Elemen dari APAR yang masih
kurang disebabkan tidak berfungsi secara maksimal, diantaranya tidak
ditemukan tanda pemasangan APAR (IZZAT) yang baik dan benar sehingga
sulit dalam mencari lokasi APAR ketika terjadi kebakaran, APAR harus pada
ketinggian yang kurang dari 120 cm apabila diukur dari dasar lantai yang dapat
memungkinkan untuk diambil. Pemeriksaan rutin terhadap APAR dilakukan
minimal 2 kali dalam sebulan dan arsip pemeriksaan sudah disimpan dengan
baik.
92

Tabel 4. 16 Lembar Hasil Observasi APAR di PT. PJB UBJ O&M


PLTU Pacitan
No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/
Tidak
Sesuai
1 Tersedia sarana Alat Pemadam Api Terdapat APAR yang Sesuai
Ringan tersebar diseluruh area pabrik
sebanyak 547 buah (310
APAR jenis dry chemical,
150 APAR jenis CO2, 87
APAR jenis Foam)

2 Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri Terdapat klasifikasi APAR Sesuai


dari huruf yang menunjukkan kelas api yang ditempelkan pada
di mana alat pemadam api terbukti tabung APAR
efektif, didahului dengan angka (hanya
kelas A dan kelas B) yang menunjukkan
efektifitas pemadaman relatif yang
ditempelkan pada APAR.

3 APAR diletakkan di tempat yang APAR diletakkan pada Sesuai


terlihat mata, mudah dijangkau dan siap tempat yang mudah terlihat,
dipakai. mudah dijangkau dan siap
digunakan
5 Jarak antara APAR dengan lantai ≥ Jarak terendah APAR dengan Sesuai
10 cm lantai kurang dari 120 cm
6 Instruksi pengoperasian Instruksipengoperasian Sesuai
harus ditempatkan pada diletakkan dibagian depan
bagian depan dari APAR dan terlihat jelas
APAR dan harus terlihat jelas
7 Label sistem identifikasi bahan Label identifikasi bahaya Sesuai
berbahaya, label pemeliharaan enam digantungkan pada APAR
tahun, label uji hidrostatik, atau label dan tidak ditempatkan
lain harus tidak boleh ditempatkan pada dibagian depan dari APAR
bagian depan dari APAR atau
ditempelkan pada bagian depan APAR.

8 APAR harus mempunyai label yang Label manufaktur yang berisi Sesuai
ditempelkan untuk memberikan nama manufaktur, alamat,
informasi nama manufaktur atau nama dan nomor telepon
agennya, alamat surat dan nomor ditempelkan pada tabung
telepon APAR

9 APAR diinspeksi secara manual atau APAR di inspeks Sesuai


dimonitor secara elektronik secaramanual oleh tim
safety/HSE
93

10 APAR diinspeksi pada setiap interval APAR diinspeksi setiap satu Sesuai
waktu kira-kira 30 hari Bulan 2x oleh unit K3
11 Arsip dari semua APAR Arsip laporanAPAR Sesuai
yang diperiksa (termasuk disimpan di Unit K3
tindakan korektif
yang dilakukan) disimpan
12 Dilakukan pemeliharaan Pemeliharaan APAR Sesuai
terhadap APAR pada dilakukan setahun sekali oleh
jangka waktu ≤ 1 tahun pihak supplier PT. Asta Guna
Mndiri (Malang)
13 Setiap APAR mempunyai kartu atau SetiapAPARmempunyai Sesuai
label yang dilekatkan dengan kokoh label yang menunjukkan
yang menunjukkan bulan dan tahun Bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan dilakukannya pemeliharaan
14 Pada label pemeliharaan terdapat Label pemeliharaan APAR Sesuai
identifikasi petugas yang melakukan terdapat identifikasi petugas
pemeliharaan. yang melakukan
pemeliharaan
Sumber : Data primer tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian terkait APAR dibandingkan dengan


standar PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008 didapatkan bahwa kesesuaian
APAR ini memiliki kondisi baik.

Dari tabel tersebut APAR memiliki 14 elemen yang sesuai tingkat


pemenuhan ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan APAR berfungsi
dalam kategori sempurna atau kapasitasnya sesuai dengan ketetapan dalam
spesifikasi.
94

Gambar 4. 4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan
Sumber: Kantor Bidang K3, 2019

Berdasarkan Gambar diatas PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan telah
memiliki Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang tersebar di semua area
perusahaan yang memiliki jenis jenis sesuai dengan kebutuhan menurut
gambar diatas ini PLTU memiliki 3 jenis APAR yang beredar dilingkungan
PLTU yatu APAR jenis Co2, FOAM, serta sebuk powder, dan ukuran box
apar yang berada di PLTU terletak kurang dari 120 cm dari permukaan lantai.

2. Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan


Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (1980),
pemasangan Alat Pemadam Api Ringan memiliki beberapa kriteria yang
harus diperhatikan saat pemasangan, kriteria tersebut mencakup hal-hal
berikut:
a. Setiap satu atau kelompok APAR harus ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi
dengan pemberian tanda pemasangan.
b. Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah tidak lebih 120 cm dari
dasar lantai tepat di atas satu atau kelompok alat pemadam api ringan
bersangkutan.
95

c. Pemasangan dan penempatan APAR harus sesuai dengan jenis dan


penggolongan kebakaran.
3. Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
Alat Pemadam Api Ringan harus selalu dilakukan pemeliharaan untuk
menjaga dan memastikan bahwa APAR tersebut dapat digunakan secara
aktif. Beberapa cara untuk memelihara APAR menurut Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (1980), dapat di kategorikan sebagai berikut:
1. Setiap APAR harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu:
a. Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan.
b. Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan.
2. Pemeriksaan jangka 6 (enam) bulan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam
tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung
bertekanan dan mekanik penembus segel.
b. Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang
tidak boleh retak atau menunjukkan tanda-tanda rusak.

4.4.5 Fire Hydrant

Hidran diperlukan untuk menanggulangi bahaya kebakaran apabila alat


pemadam api ringan (APAR) sudah tidak mampu memadamkan api. Berikut
ini adalah tabel kesesuaian hidran dengan PERMEN PU No.
26/PRT/M/2008 sebagai Berikut:
96

Tabel 4. 17 Lembar Hasil Observasi Sistem Hidran di PT. PJB UBJ


O&M PLTU Pacitan

No Persyaratan Kondisi Sesuai/


Aktual Tidak
Sesuai
1 Lemari hidran hanya digunakan Lemari hidran Sesuai
untuk menempatkan peralatan berisi nozel, slang
kebakaran. kebakaran, kunci
hidran

2 Setiap lemari hidran dicat Setiap lemari hidran Sesuai


dengan warna yang menyolok berwarna merah
menyolok

3 Sambungan slang dan kotak Sambungan slang Sesuai


hidran tidak boleh terhalang dan
kotak hidran tidak
terhalang

4 Selang kebakaran dilekatkan dan Selang hidran Sesuai


siap untuk digunakan dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel Terdapat nozel di Sesuai
lemari hidran

6 Terdapat hidran halaman Terdapat 5 buah Sesuai


hidran
Halaman

7 Hidran halaman diletakkan di Hidran halaman Sesuai


sepanjang jalur akses mobil diletakkan
pemadam kebakaran disepanjang jalur
akses kendaraan

8 Jarak hidran di sepanjang akses Jarak hidran di Sesuai


mobil kebakaran ≤ 50 meter dari sepanjang akses
Bangunan mobil kebakaran
adalah 10 meter dari
bangunan

9 Hidran halaman bertekanan Tekanan hidran Sesuai


minimal 3,5 bar halaman 10,5Bar

Sumber: Data primer tahun 2019


97

Sesuai hasil observasi terkait hidran dibandingkan dengan PERMEN


PU No. 26/PRT/M/2008 didapatkan Hidran kriteria yang didapatkan dengan
Hasil memenuhi kategori yaitu cukup. Maka dapat disimpulkan bahwa
secara keseluruhan sistem hidran berfungsi sempurna atau kapasitasnya
sesuai dengan ketetapan dalam spesifikasi.
1. Macam-Macam Hydrant
Hydrant yang sering digunakan di area perusahaan, umumnya hydrant
pilar dan hydrant gedung. Untuk pemasangan hydrant, biasanya kontraktor
akan memerhatikan tata cara pemasangan hydrant berdasarkan NFPA
(National Fire Protection Association) dan SNI (Standar Nasional
Indonesia). Secara umum terdapat tiga macam hydrant menurut Hambudi
(2015), yaitu sebagai berikut:
1) Hydrant Kota, yaitu hydrant digunakan untuk keperluan persediaan air
bagi mobil pemadam kebakaran pada saat melaksanakan tugas
kebakaran, terpasang di tepi jalan kota, dan sumber airnya dari PDAM.
2) Hydrant Pilar (halaman), yaitu hydrant yang terletak di luar atau
lingkungan bangunan, sedangkan instalasi dan peralatan serta sumber
air disediakan oleh pihak pemilik bangunan.
3) Hydrant Gedung, yaitu hydrant yang terletak atau dipasang di dalam
bangunan sistem serta peralatannya disediakan dan dipasang oleh
pihak bangunan atau gedung tersebut.

Gambar 4. 5. Pengecekan Hydrant Menggunakan Sistem IZZAT


Sumber : Data Primer Peneliti, 2019
98

Berdasarkan Gambar diatas PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan telah
dilakukan pengecekan Hidran Menggunakan Sistem IZZAT secara
berkalayang bermanfaat sebagai bentuk monitoring dan jangka waktu untuk
pemeliharaan apabila ada kerusakan pada komponen Hidran, jumlah yang
dimiliki oleh PLTU ada lah 130 Hidran yang memiliki kondisi baik dan
beroperasi.
2. Komponen Hydrant
komponen utama sistem hydrant adalah sebagai berikut:
1) Tersedianya air yang cukup.
2) Sistem pompa yang andal, umumnya terdapat tiga jenis pompa joyke,
pompa utama dan pompa cadangan.
3) Jaringan pipa yang cukup.
4) Selang dan nozzle yang mencukup area bangunan.
3. Perawatan Fire Hydrant
Perawatan fire hydrant sangat penting dilakukan secara rutin. Hal ini
untuk memastikan bahwa semua perangkat dalam sistem instalasi fire
hydrant dapat bekerja dengan baik. Perawatan hydrant ini juga harus
dilakukan oleh orang yang benar-benar berkompeten di bidangnya.
Perawatan bisa dilakukan oleh pihak ketiga atau tim internal yang telah
terlatih dan tersertifikasi. Jenis perawatan fire hydrant, sebagai berikut:
1. Memastikan semua output pengeluaran air dari sistem fire hydrant,
seperti hydrant pillar dan hydrant box tidak terhalang oleh benda-benda
yang dapat menyulitkan petugas saat bekerja memadamkan api. Untuk
itu, area hydrant sebisa mungkin harus dijaga agar steril.
2. Membuka valve untuk memastikan keran dapat difungsikan dengan
baik. Jika ada kerusakan dalam valve, sebaiknya diganti dengan
komponen yang baru secepatnya. Setelah semua valve dapat berfungsi
dengan normal, pasang valve ke tempat semula dengan rapat.
3. Pasang semua perangkat, hidupkan pompa, lalu lakukan simulasi
dengan mengalirkan air ke sistem hydrant. Pastikan semua komponen
berfungsi dengan baik; selang, nozzle, valve, dan sambungan-
99

sambungan lainnya dari kebocoran. Jika terjadi kebocoran, segera


lakukan penambalan atau penggantian komponen tersebut. Setelah
komponen diganti, cek kembali, apakah masih bocor atau tidak.
4. Setalah melalui tahap pengetesan kebocoran, lakukan flushing system
hydrant. Fungsinya agar tidak terjadi endapan lumpur di dalam tendon,
pompa, atau komponen lainnya. Hal tersebut bisa menyebabkan aliran
dalam instalasi sistem hydrant tidak bekerja dengan maksimal.
5. Catat semua hasil perawatan fire hydrant, pastikan semua masalah
yang ada dapat diperbaiki dengan baik.
4. Perencanaan Sistem Fire Hydrant
Tiga hal utama yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sistem fire
hydrant, yaitu:
1. Marking lokasi, yaitu pemetaan terhadap lokasi untuk penempatan posisi
hydrant box maupun hydrant pillar dalam arti jauh dekatnya dengan
lokasi bangunan, mudah terlihat, mudah dijangkau dan tidak mengganggu
aktivitas dan fungsi dari tempat tersebut.
2. Keberadaan pipa pengalir air, yaitu adanya pipa pengalir air ke seluruh
titik yang telah ditentukan untuk ditempatkan hydrant box dan hydrant
pillar sehingga setiap area yang telah dilengkapi dengan sistem hydrant
akan terjangkau oleh aliran air.
3. Jalur pipa memiliki akses khusus, artinya pipa pengalir air untuk sistem
hydrant merupakan jaringan pipa tersendiri yang tidak boleh digabungkan
dengan sistem jaringan air lainnya. Hal ini agar akses air ke hydrant box
dan hydrant pillar bebas hambatan.
6. Pemeliharaan Sistem Hydrant
PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan dilengkapi dengan 4 buah Hidran
halaman yang dapat digunakan ketika terjadi keadaan darurat dilengkapi
dengan hidran Gedung dan di sekitar site/lapangan yaitu memiliki 312
Hidran. Berdasarkan penelitian di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan, gedung
kantor dan site sudah dilengkapi dengan hidran gedung dikarenakan sudah
tercukupinya area cakupan hidran halaman dalam menanggulangi kebakaran
100

yang dapat terjadi. Hasil ini menunjukkan bahwa hidran yang terpasang di
gedung kantor PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan cukup memadai ketika
terjadi kebakaran, akan tetapi masih ada sebagian kecil hal yang belum sesuai
dengan standar yang berlaku.
Di PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan telah dilakukan pemeriksaan
secara berkala, tes dan survei untuk membuktikan bahwa sistem hydrant
dapat bekerja dengan baik. Sistem hydrant harus diperiksa secara
menyeluruh untuk memastikan bahwa alat-alat serta komponen pendukung
lainnya dapat berfungsi sebagaimana mestinya untuk memenuhi tujuan
utamanya yaitu keselamatan dalam memadamkan kebakaran. Adapun hal-
hal yang harus dilakukan pemeriksaan menurut PT. PJB UBJ O&M PLTU
Pacitan, meliputi:
1. Tempat penyimpanan air
2. Pump set
3. Pipa dan valve
4. Hydrant valve dan coupling
5. Fire hose dan nozzle
Upaya agar mendapatkan hasil yang baik, maka seluruh kriteria di atas
harus dilakukan pengecekan secara rutin dan berkelanjutan agar sewaktu-
waktu ditemukan keanehan atau kerusakan dapat segera ditanggulangi agar
sistem hydrant dapat dipergunakan sebagaimana mestinya ketika terjadinya
ancaman bahaya kebakaran.
Selain itu, tempat penyimpanan air harus selalu dipastikan penuh dan
bersih, pompa harus hidup secara otomatis dengan tahapan pertama Jockey
Pump kemudian pompa utama (electrical pump) serta pompa cadangan
(diesel pump) apabila tidak adanya arus listrik. Jaringan pipa dan valve tidak
boleh terdapat kebocoran hydrant valve dan coupling berfungsi dengan baik
serta selang pemancar dan nozzle harus ada dalam box agar sistem hydrant
selalu siap digunakan kapan saja dibutuhkan.
101

4.4.6 Tingkat Pemenuhan Sistem Pipa Tegak


Sistem pipa tegak diperlukan untuk menanggulangi bahaya kebakaran
apabila alat pemadam api ringan (APAR) sudah tidak mampu memadamkan
api yang berada di luar ruangan atau halaman kantor atau di akses jalanraya.
Berikut ini adalah tabel kesesuaian Sistem pipa tegak dengan PERMEN PU
No. 26/PRT/M/2008 sebagai Berikut:

Tabel 4. 18 Lembar Hasil Observasi Sistem Pipa Tegak di PT. PJB


UBJ O&M PLTU Pacitan

No Persyaratan Kondisi Sesuai/


Aktual Tidak
Sesuai
1 Sambungan pemadam Sambungan Sesuai
kebakaran minimal dua buah p
emadam
kebakaran 2 buah
2 Sambungan pemadam kebakaran Sambungan Sesuai
harus dipasang dengan penutup p
untuk melindungi sistem dari emadam
kotoran-kotoran yang masuk. Kebakaran
dipasang penutup
3 Dilakukan pemeliharaan Dilakukan Sesuai
terhadap sistem pipa tegak pemeliharaan
setiap 6 bulan
sekali oleh tim
engineering dan
diawasi oleh unit
K3

4 Sambungan pemadam kebakaran Sambungan Sesuai


harus pada sisi jalan dari pemadam
bangunan, mudah terlihat dan kebakaran berada
dikenal dari jalan atau terdekat pada sisi jalan,
dari titik jalan masuk peralatan dan mudah
pemadam kebakaran terlihat
102

5 Setiap sambungan pemadam Tidak terdapat Tidak


kebakaran harus dirancang penandaan khusus sesuai
dengan suatu penandaan dengan terhadap pipa
huruf besar, tidak kurang 25 mm tegak
(1 inci) tingginya, di tulis pada
plat yang terbaca : “PIPA
TEGAK”.

6 Suatu penandaan juga harus Tidak terdapat Tidak


menunjukkan tekanan yang penandaan khusus sesuai
dipersyaratkan pada inlet untuk tekanan pada pipa
penyaluran kebutuhan sistem. tegak
7 Katup pembuangan dengan Katup Sesuai
pemipaannya dipasang pada titik pembuangan
terendah dari pipa tegak dan dipasang di titik
harus diatur untuk dapat terendah dan
membuang air pada tempat yang sarana
disetujui pembuangan air
adalah selokan
yang ada di dekat
pipa tegak
Sumber: Data primer tahun 2019
Dari tabel di atas sistem pipa tegak memiliki tingkat pemenuhan
dalam kategori yang cukup, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
sistem pipa tegak berfungsi dengan baik, tetapi terdapat sebagian lain
komponen utilitas yang berfungsi kurang sempurna atau kapasitasnya kurang
dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari 7 elemen yang diperiksa terdapat
5 elemen yang telah sesuai, dan 2 elemen yang tidak sesuai dengan
persyaratan dalam standar acuan.
103

Gambar 4.4.6 Sistem Pipa Tegak


Sumber: Dokumen Peneliti
Untuk 2 elemen yang memiliki ketidaksesuaian dalam sistem pipa
tegak ini adalah penandaan yang tidak dimiliki pipa tegak itu sendiri dan
tidak memiliki pressure atau penandaan tekanan air yang dimiliki oleh pipa
tegak itu. Pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan adalah tidak merubah
dan menambahkan design apapun tetapi yang dilakukan adalah perbaikan
dan pengawasan apabila komponen memilki kerusakan dan berakibat
merusak jalan operasi pipa tegak.

4.5 Sistem Proteksi Kebakaran Pasif


4.5.1 Konstruksi Tahan Api

Sebagai upaya mencegah perluasan kebakaran PT. PJB UBJ O&M PLTU
Pacitan menggunakan penyekat berupa dinding dengan konstruksi yang tahan
api sebagai proteksi pasif. Dengan ini, PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan
cukup memenuhi peraturan yang ada, karena PT. PJB UBJ O&M PLTU
Pacitan memiliki kompartemenisasi sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang No. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung, bahwa setiap gedung
harus mempunyai kemampuan dalam mencegah dan menanggulangi bahaya
kebakaran yang meliputi kemampuan stabilitas struktur dan elemennya,
konstruksi tahan api, kompartemenisasi.
104

Tabel 4. 19 Lembar Hasil Observasi Konstruksi Tahan Api di PT. PJB


UBJO&M PLTU Pacitan

No Persyaratan Kondisi Sesuai/


Aktual Tidak
Sesuai
1 Terdapat dinding penghalang Terdapat dinding Sesuai
api untuk membagi bangunan penghalang api yang
gedung untuk mencegah membagi ruangan
penyebaran api. utama menjadi 3
bagian, yakni unit
proses, unit production,
dan unit transmisi
2 Terdapat pintu tahan api Terdapat pintu tahan api Sesuai
disetiap sarana jalan
keluar
3 Dilakukan pemeliharaan Tidak dilakukan Tidak
konstruksi tahan api pemeliharaan terhadap sesuai
konstruksi tahan api dan
pintu tahan api.
4 Pintu tahan api harus Pintu tahan api Sesuai
mempunyai perlengkapan dapat menutup secara
menutup sendiri atau menutup otomatis+
secara otomatis.
Sumber: Data primer tahun 2019

Dari tabel tersebut sub komponen konstruksi tahan api memiliki tingkat
pemenuhan ini termasuk dalam kondisi baik. Maka dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar komponen sistem proteksi kebakaran pasif berfungsi atau
kapasitasnya jauh dibawah dari yang ditetapkan dalam spesifikasi. Dari empat
elemen yang diperiksa dan yang telah sesuai 4 elemen dan 1 elemen yang tidak
sesuai dengan persyaratan.
105

Gambar 4.5.1 Konstruksi Tahan Api


Sumber: Dokumen Peneliti

Elemen yang memiliki ketidaksesuaian ini adalah tidak dilakukannya


pemeliharaan konstruksi tahan api dikarena masalah konstruksi sendiri di
perusahaan memiliki dinding kokoh jadi apabila ingin mengadakan
pemeliharaan maka konstruksi tersebut memang benar rusak dan harus segera
di perbaiki. Maka dari itu jarang sekali ada pemeliharaan konstruksi tahan api.

4.6 Sarana Penyelamatan jiwa


Komponen sarana penyelamatan jiwa terdiri dari sub komponen sarana
jalan keluar, pintu darurat, dan tanda petunjuk arah evakuasi. Berikut adalah hasil
penelitian pada masing-masing sub komponen tersebut.
4.6.1 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar
Sarana jalan keluar diperlukan untuk menanggulangi bahaya
kebakaran apabila akses utama terputus dan sudah tidak dapat dilalui apabila
berada di dalam gedung atau area. Berikut ini adalah tabel kesesuaian Sarana
jalan keluar dengan PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008 sebagai Berikut:
106

Tabel 4. 20 Lembar Hasil Observasi Sarana Jalan Keluar di PT. PJB


UBJ O&M PLTU Pacitan
No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/
Tidak
Sesuai
1 Terdapat koridor yang Terdapat 6 koridor EXIT Sesuai
digunakan sebagai akses EXIT yang digunakan sebagai
EXIT pelepasan

2 Sarana jalan keluar dipelihara terus Terdapat perabot Tidak


menerus bebas dari segala hambatan atau dipinggiran pada jalur sesuai
rintangan evakuasi yang
menutupi/melewati garis
pembatas jalur evakuasi.
Hal ini dapat
menghambat jalannya
kegiatan evakuasi seperti
tersandung, terjatuh, dan
menabrak barang. Sarana
jalan keluar yang tidak
terdapat rintangan ini
berjumlah 2 dari total 6
sarana jalan keluar.
3 Perabot, dekorasi atau benda- benda lain Seluruh akses menuju sesuai
tidak diletakkan sehingga menggangu pintu exit tanpa halangan
EXIT, akses ke sana, jalan ke luar dari
sana atau mengganggu pandangan

4 Tidak ada cermin yang dipasang di Tidak terdapat cermin di Sesuai


dalam atau dekat EXIT manapun sekitar akses EXIT
sedemikian rupa yang manapun
dapat membingungkan

5 Lebar akses EXIT ≥ 71 cm Lebar akses exit di bagian Sesuai


sisi depan berupa pintu
utama dengan lebar 6,5 m
dan bagian sisi belakang
dengan lebar 6,2 m,
bagian sisi samping
dengan lebar
masing-masing 1,3 m
6 Jumlah sarana jalan keluar ≥ 2 Terdapat sarana jalan Sesuai
keluar yang masing-
masing menuju exit
pelepasan/akhir exit
107

7 EXIT berakhir pada jalan umum atau Seluruh exit pelepasan Sesuai
bagian luar dari EXIT pelepasan. berakhir pada bagian luar
gedung berupa jalan
perkerasan yang ada
Didalam lingkungan
bangunan gedung
Sumber: Data primer tahun 2019

Dari tabel diatas sub komponen sarana jalan keluar memiliki tingkat
pemenuhan yang termsuk dalam kondisi baik dengan dibandingkan
PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008. Hasil wawancara serta observasi dari 7
elemen terdapat 6 elemen yang telah sesuai, dan 1 elemen yang tidak sesuai
dengan persyaratan.

Gambar 4.6.1 Sarana Jalan Keluar


Sumber: Dokumen Penelitian
Elemen yang memiliki ketidaksesuaian ini adalah jalan keluar yang
dimana sering terhalang oleh beberapa material, seperti adanya selang hidran
yang tidak dilipat kembali, adanya konstriksi seperti penyangga alat yang
menghalangi jalan keluar tersebut.
108

4.6.2 Tingkat pemenuhan sarana pintu darurat


Sarana pintu darurat diperlukan untuk menanggulangi bahaya
kebakaran apabila akses utama terputus dan sudah tidak dapat dilalui apabila
berada di dalam gedung atau area. Berikut ini adalah tabel kesesuaian Sarana
pintu darurat dengan PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008 sebagai Berikut:

Tabel 4. 21 Lembar Hasil Observasi Pintu Darurat di PT. PJB UBJ


O&M PLTU Pacitan
No Persyaratan Kondisi Sesuai/
Aktual Tidak
Sesuai
1 Pintu pada sarana jalan keluar dari Seluruh pintu Sesuai
jenis engsel atau pintu ayun darurat berupa
jenis engsel atau
pintu ayun

2 Pintu dirancang dan dipasang Seluruh pintu Sesuai


sehingga mampu berayun dari posisi darurat dapat
manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh
terbuka penuh

3 Pintu darurat membuka ke arah jalur Seluruh arah Sesuai


jalan keluar bukaan pintu
darurat adalah ke
arah jalur jalan
keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan Seluruh pintu Sesuai


sebuah anak kunci, alat atau darurat tidak
pengetahuan khusus atau upaya membutuhkan
tindakan untuk membukanya dari suatu alat apapun
dalam Gedung

5 Grendel pintu darurat ditempatkan Seluruh grendel Sesuai


87-120 cm di atas lantai pintu darurat
berada pada 95
cm dari atas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam posisi Seluruh pintu Sesuai


terbuka setiap saat darurat tidak
dalam posisi
terbuka karena
dapat berayun
otomatis
109

7 Pintu darurat menutup sendiri atau Seluruh pintu Sesuai


menutup otomatis darurat dapat
berayun otomatis
atau menutup
sendiri

Sumber: Data primer tahun 2019


Dari tabel tersebut sub komponen pintu darurat memiliki tingkat
pemenuhan yang termasuk dalam kondisi baik. Maka dapat disimpulkan
bahwa secara keseluruhan sub komponen pintu darurat berfungsi sempurna
atau kapasitasnya sesuai dengan dengan PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008
dalam spesifikasi yang berarti seluruh elemen yang diperiksa telah sesuai
dengan persyaratan.

4.6.3 Tanda Arah Evakuasi.


Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. 11/M/B/1997
tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran, Kepmenaker
No. 186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja, dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
PT. UBJ O&M PLTU Pacitan telah mengadakan jalur evakuasi dengan
jarak tempuh tidak melebihi 30 meter dan bebas hambatan.

Tabel 4. 22 Lembar Hasil Observasi Tanda Arah Evakuasi di PT. PJB


UBJ O&M PLTU Pacitan Tahun 2019
No Persyaratan Kondisi Aktual Sesuai/
Tidak
Sesuai
1 Terdapat tanda petunjuk Terdapat tanda petunjuk Sesuai
arah pada sarana jalan arah diseluruh sarana jalan
keluar keluar

2 Warna tanda petunjuk Warna tanda petunjuk arah Sesuai


arah nyata dan kontras adalah hijau dengan tulisan
berwarna putih
110

3 Di setiap lokasi terdapat Di setiap lokasi terdapat Sesuai


tanda arah dengan tanda arah dengan indikator
indikator arah arah

4 Tanda arah dengan Tanda arah berupa Sesuai


iluminasi eksternal dan iluminasi internal dapat
internal harus dapat dibaca pada kedua mode
dibaca pada kedua mode pencahayaan normal dan
pencahayaan normal dan darurat
darurat.

5 Tanda petunjuk arah Tanda arah evakuasi pada Sesuai


terbaca “EXIT” atau kata sarana jalan keluar
lain yang tepat dan berukuran 12 cm,
berukuran ≥ 10 cm. sedangkan tanda EXIT
pada pintu keluar atau
EXIT pelepasan berukuran
15 cm

6 Setiap tanda arah Terdapat 14 tanda arah Tidak


diiluminasi terus menerus yang tidak diiluminasi, 11 sesuai
iluminasi tanda arah sudah
mati, dari jumlah
keseluruhan sebanyak 41
tanda arah

7 Lebar huruf pada kata Lebar huruf EXIT pada Sesuai


EXIT ≥ 5 cm kecuali tanda arah adalah 6 cm
huruf “I”

8 Spasi minimum antara Spasi antara huruf pada Sesuai


huruf pada kata “EXIT” kata EXIT adalah 2 cm
≥ 1 cm

Sumber: Data primer tahun 2019

Dari tabel di atas sub komponen tanda arah evakuasi telah di


bandingakan dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung memiliki tingkat pemenuhan yang termasuk dalam
kategori CUKUP, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sub
komponen tanda arah evakuasi berfungsi sempurna atau kapasitasnya sesuai
dengan ketetapan dalam spesifikasi. Dari 8 elemen yang diperiksa terdapat
111

5 elemen yang telah sesuai, dan 1 elemen yang tidak sesuai dengan
persyaratan.

Gambar 4.6.3 Tanda Arah Evakuasi


Sumber: Dokumen Peneliti

Elemen yang memiliki ketidaksesuaian adalah ilumninasi untuk


tanda arah evakuasi secara terus menerus di karenakan ada beberapa yang
sudah mati dan ada yang sudah redup, untuk pengelolaan ini yang dilakukan
oleh perusahaan ada mendata berapa tanda arah yang rusak atau tidak hidup
kemudian di perbaiki.
Berdasarkan pemaparan masing-masing sub komponen diatas,
dikiatkan dengan bahwa komponen sarana penyelamatan jiwa yang terdiri
dari sarana jalan , pintu darurat, tanda arah evakuasi memiliki tingkat
pemenuhan yang termasuk dalam berkondisi baik .
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Tingkat pemenuhan sistem proteksi aktif ketentuan PERMEN PU 26 Tahun
2008 tentang teknis sistem proteksi kebakaran adalah yang termasuk dalam
kategori “baik”. Sistem proteksi aktif terdiri dari detektor kebakaran, alarm
kebakaran, titik panggil manual, springkler otomatik, sistem hidran, sistem
pipa tegak, dan APAR termasuk dalam kategori “baik”.
2. Tingkat pemenuhan sistem proteksi pasif berdasarkan PERMEN PU 26
Tahun 2008 tentang teknis sistem proteksi kebakaran adalah yang termasuk
dalam kategori “cukup”. Sistem proteksi pasif yang diperiksa terdiri dari
konstruksi tahan api termasuk dalam kategori “cukup”.
3. Sarana penyelamatan jiwa berdasarkan PERMEN PU 26 Tahun 2008
tentang teknis sistem proteksi kebakaran terdiri dari sarana jalan keluar,
pintu darurat, dan tanda arah evakuasi termasuk dalam kategori “cukup”.

5.2 Saran
1. Perencanaan anggaran terkait pengadaan hydrant nozzle yang sudah tidak
layak agar hydrant box tetap dalam keadaan stabil.
2. Perlu adanya pelatihan terkait pengoprasian sistem proteksi kebakaran agar
kesalahan-kesalahan yang sebelumnya terjadi dapat berkurang.
3. Perusahaan sebaiknya berupaya mengganti iluminasi tanda arah yang telah
mati atau redup agar saat terjadi keadaan darurat penghuni gedung dapat
dengan jelas melihat kemana arah yang harus ditempuh untuk
menyelamatkan diri.
4. Perusahaan sebaiknya memindahkan perabotan yang menutupi atau melewati
garis pembatas jalur evakuasi, dikarenakan hal ini dapat mengganggu proses
evakuasi diantaranya tersandung, menabrak, terjatuh, akibat keberadaan
perabotan tersebut di jalur evakuasi.

112
113

5. Perusahaan mengadakan pengecekan rutin untuk Panel Control pada alarm


yang sering mengalami kerusakan dalam jangka waktu 6 bulan sekali.
6. Mengadakan Safety Sign serta poster yang lebih mengarah ke pencenggahan
kebakaran di area pabrik.
114

DAFTAR PUSTAKA

Agatha. 2015. Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (Apar) Dan Jalur Evakuasi
Serta Penanggulangan Kebakaran Di Rsud Dr.R.Soetijono Kabupaten Blora,
Nhk. Universitas Negeri Semarang. doi: 10.1145/3132847.3132886.

Diannita, Rindang. 2019. Analisis Terjadinya Kecelakaan Kerja di RSU


Muhammadiyah Ponorogo. Tesis. Kediri STIKES Surya Mitra Husada.

Departemen Hukum dan Perundang-undangan. 1970. Undang-undang Nomor 1


Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Jakarta : Departemen Hukum dan
Perundang-undangan.

Departemen Hukum dan Perundang-undangan. 2002. Undang-undang No. 28


Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Jakarta : Departemen Hukum dan
Perundang-undangan.

Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta :
Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.

Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen
Proteksi Kebakaran di Perkotaan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum
Republik Indonesia.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 1980. Peraturan Menteri Tenaga


Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Jakarta :
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. 1983. Peraturan Menteri Tenaga


Kerja No. 02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.
Jakarta : Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. 1999. Keputusan Menteri Tenaga


Kerja Republik Indonesia No. KEP.186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. Jakarta : Departemen Tenaga
Kerja Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. : Kep.186/Men/1999


Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja Menteri.

Putri. 2012. Analisis Manajemen Dan Sistem Proteksi Kebakaran Di Pt .


115

Bridgestone Tire Indonesia Analisis Manajemen Dan Sistem Proteksi


Kebakaran Di Pt . Bridgestone Tire Indonesia. Universitas Indonesia
Analisis.

Putri, R. 2017. ‘Perencanaan Dan Analisa Sistem Sprinkler Otomatis Dan


Kebutuhan Air Pemadaman Fire Fighting Hotel Xx’, Jurnal Teknik Mesin, 6,
p. 6. doi: 10.22441/jtm.v6i1.1199.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/Prt/M/2008 Tentang persyaratan


Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja,
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat

Saptaria, Erry. 2010. Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung.


Jakarta: Pusat Penelitian Bangunan Departemen Pekerjaan Umum.

Subhan. 2016 Gambaran Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Di


Pabrik Personal Wash Pt Unilever Indonesia Tbk Rungkut, Journal Of
Chemical Information And Modeling. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif Untuk


Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan
Gedung (Acuan Building Code Of Australia, 1996).

Tri, A. (2018). Program Tanggap Darurat Oleh Petugas Pemadam Kebakaran


(Fire Fighters) DI PT. PJB UBJOM PLTU PACITAN JAWA TIMUR‫ب‬. doi:
10.1051/matecconf/201712107005.

Uyun, A. (2018). Implementasi Fire Risk Assessment ( Nfpa 551 ) Dan Simulasi
Desain Sistem Proteksi Kebakaran Aktif Pada Ruang Panel Ecsl ( Studi
Kasus : CropScience Company ). PPNS.
116

LAMPIRAN

1. Surat panggilan Praktek kerja lapangan serta melakukan penelitian


117

2. Lembar Observasi

A. Sistem Proteksi Aktif


a) Sistem Alarm Kebakaran
Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian
Terdapat alarm kebakaran
Sinyal suara alarm kebakaran berbeda dari sinyal suara
yang dipakai untuk penggunaan lain.
Tingkat Pemenuhan Alarm kebakaran

b) Springkler Otomatis
Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian
Terpasang springkler otomatis
Springkler tidak diberi ornament, cat, atau diberi
pelapisan
Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang
dapat menyebabkan korosi, tidak mengandung
serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya
springkler
Setiap sistem springkler otomatis harus dilengkapi satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis,
bertekanan dan berkapasitas cukup, dan harus dibawah
penguasaan pemilik gedung
Jarak minimum antara dua kepala springkler ≤ 2 m
Kepala springkler yang terpasang merupakan kepala
springkler yang tahan korosi
Kotak penyimpanan kepala springkler cadangan dan kunci
kepala springkler ruangan ditempatkan di ruangan
≤ 38 ˚C.
Springkler cadangan sesuai baik tipe maupun
temperature rating dengan semua springkler yang telah
dipasang
Jumlah persedian kepala springkler cadangan ≥ 36
Tersedia sebuah kunci khusus untuk springkler (special
springkler wrench)
Tingkat Pemenuhan Springkler otomatik
118

c) Detektor Kebakaran
Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian
Detektor kebakaran ada di seluruh ruangan.
Setiap detektor yang terpasang dapat dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik
Detektor diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena
gangguan mekanis.
Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan.
Rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan
pemeliharaan, harus disimpan untuk jangka waktu 5 tahun
untuk pengecekan oleh instansi yang berwenang
Tingkat Pemenuhan Detektor kebakaran

d) Hidrant
Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian
Lemari hidran hanya digunakan untuk menempatkan
peralatan kebakaran.
Setiap lemari hidran dicat dengan warna yang menyolok
Sambungan slang dan kotak hidran tidak boleh terhalang
Slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk digunakan
Terdapat nozel
Terdapat hidran halaman
Hidran halaman dilekatkan di sepanjang jalur akses
mobil pemadam kebakaran
e. Sistem Pipa Tegak
Tingkat Pemenuhan Hidran

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesua


ian
Sambungan pemadam kebakaran minimal dua buah
Sambungan pemadam kebakaran harus dipasang dengan
penutup untuk melindungi sistem dari kotoran-kotoran yang
masuk.
Dilakukan pemeliharaan terhadap sistem pipa tegak
Sambungan pemadam kebakaran harus pada sisi jalan dari
bangunan, mudah terlihat dan dikenal dari jalan atau terdekat dari
titik jalan masuk peralatan pemadam
kebakaran
119

Setiap sambungan pemadam kebakaran harus dirancang dengan


suatu penandaan dengan huruf besar, tidak kurang 25 mm (1
inci) tingginya, di tulis pada plat yang
terbaca : “PIPA TEGAK”.
Suatu penandaan juga harus menunjukkan tekanan yang
dipersyaratkan pada inlet untuk penyaluran kebutuhan sistem.

Setiap pipa tegak harus dilengkapi dengan sarana saluran


pembuangan.
Katup pembuangan dengan pemipaannya dipasang pada titik
terendah dari pipa tegak dan harus diatur untuk
dapat membuang air pada tempat yang disetujui

f. APAR (Alat Pemadam Api Ringan )


Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian
Tersedia Alat Pemadam Api Ringan
Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api di mana alat pemadam api terbukti
efektif, didahului dengan angka (hanya kelas A dan kelas
B) yang menunjukkan efektifitas pemadaman
relatif yang ditempelkan pada APAR.
APAR diletakkan di tempat yang terlihat mata, mudah
dijangkau dan siap dipakai.
APAR selain jenis APAR beroda dipasang kokoh pada
penggantung, atau pengikat buatan manufaktur APAR, atau
pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan
tersebut, atau ditempatkan dalam lemari atau dinding yang
konstruksinya masuk ke dalam.
Jarak antara APAR dengan lantai ≥ 10 cm
Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian
depan dari APAR dan harus terlihat jelas
Label sistem identifikasi bahan berbahaya, label
pemeliharaan enam tahun, label uji hidrostatik, atau label lain
harus tidak boleh ditempatkan pada bagian depan
dari APAR atau ditempelkan pada bagian depan APAR.
APAR harus mempunyai label yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama manufaktur atau nama
agennya, alamat surat dan nomor telepon
APAR diinspeksi secara manual atau dimonitor secara
elektronik
APAR diinspeksi pada setiap interval waktu kira-kira 30
hari
Arsip dari semua APAR yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang dilakukan) disimpan
120

Dilakukan pemeliharaan terhadap APAR pada jangka


waktu ≤ 1 tahun
Setiap APAR mempunyai kartu atau label yang dilekatkan
dengan kokoh yang menunjukkan bulan dan
tahun dilakukannya pemeliharaan
Pada label pemeliharaan terdapat identifikasi petugas
yang melakukan pemeliharaan.

B. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif


a) Konstruksi Tahan Api
Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian
Terdapat dinding penghalang api untuk membagi
bangunan gedung untuk mencegah penyebaran api.
Terdapat pintu tahan api
Dilakukan pemeliharaan konstruksi tahan api
Pintu tahan api harus mempunyai perlengkapan menutup
sendiri atau menutup secara otomatis.
Tingkat Pemenuhan Konstruksi Tahan Api

C. Sarana Pemyelamatan jiwa


a) Sarana Jalan Keluar
Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian
Terdapat koridor yang digunakan sebagai akses EXIT
Sarana jalan keluar dipelihara terus menerus bebas dari
segala hambatan atau rintangan
Perabot, dekorasi atau benda-benda lain tidak diletakkan
sehingga menggangu EXIT, akses ke sana, jalan ke luar
dari sana atau mengganggu pandangan
Tidak ada cermin yang dipasang di dalam atau dekat
EXIT manapun sedemikian rupa yang dapat membingungkan
arah jalan ke luar
Lebar akses EXIT ≥ 71 cm
Jumlah sarana jalan keluar ≥ dua
EXIT berakhir pada jalan umum atau bagian luar dari
EXIT pelepasan.
Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar
121

b) Pintu Darurat
Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaian

Pintu pada sarana jalan keluar dari jenis engsel atau


pintu ayun

Pintu dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun


dari posisi manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh

Pintu darurat membuka ke arah jalur jalan keluar

Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci,


alat atau pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk
membukanya dari dalam gedung

Grendel pintu darurat ditempatkan 87-120 di atas lantai

Pintu darurat tidak dalam posisi terbuka setiap saat

Pintu darurat menutup sendiri atau menutup otomatis

Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat

c) Tanda Arah Evakuasi

Daftar Periksa (Permen PU No. 26 Tahun 2008) Keterangan Kesesuaia


n
Terdapat tanda petunjuk arah pada sarana jalan keluar
Warna tanda petunjuk arah nyata dan kontras
Pada setiap lokasi ditempatkan tanda arah dengan
indikator arah
Tanda arah dengan iluminasi eksternal dan internal harus
dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal dan
darurat.
122

Tanda petunjuk arah terbaca “EXIT” atau kata lain yang


tepat dan berukuran ≥ 10 cm.
Setiap tanda arah diiluminasi terus menerus
Lebar huruf pada kata EXIT ≥ 5 cm kecuali huruf “I”
Spasi minimum antara huruf pada kata “EXIT” ≥ 1 cm
Tingkat Pemenuhan Tanda Arah Evakuasi
123

3. Dokumetasi kegiatan

PT. PJB UBJ O&M PLTU Pacitan

Kegiatan Coal Handling


124

4. Dokumentasi komponen proteksi kebakaran

Sistem Springkler kebakaran

Detektor Kebakaran
125

Sistem Alarm Otomatis

Hidran
126

Sistem Pipa Tegak

Pintu Darurat

Tanda Arah Evakuasi

Anda mungkin juga menyukai