Anda di halaman 1dari 45

Kuliah ke 13

KELEMBAGAAN
PENDUKUNG AGRIBISNIS
Sistem organisasi dari hubungan sosial yang terwujud dari
beberapa nilai umum dan cara dalam menyatukan
beberapa kebutuhan dasar masyarakat.
Bentuk formal budaya yang terdiri dari kumpulan kebutuhan
kebutuhan sosial yang mendasar atau pokok.
• Kelembagaan Agribisnis: Lembaga-lembaga yang
mendukung kegiatan agribisnis yang dimulai dari
subsistem sarana dan prasarana produksi, subsistem
budidaya, subsistem pengolahan, dan subsistem
pemasaran
• Kelembagaan Peternak: organisasi yang tumbuh dari,
oleh, dan untuk masyarakat sendiri yang didasari atas
kesamaan kepentingan di bidang peternakan dan
memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
secara tertulis
1. Contoh Kelembagaan Pertanian
Koperasi
2. BPPTAIP
3. Penyuluhan PertanianPenelitian dan
Pengembangan Pertanian
4. Gotong royong
5. BRI Unit Desa
1. Pemerintah
2. Lembaga Pembiayaan
3. Lembaga Pemasaran & Distribusi
4. Koperasi
5. Lembaga Pendidikan Formal & Informal
6. Lembaga Penyuluhan Pertanian
Lapangan
7. Lembaga Riset
 Pembinaan pengembangan & informasi
pasar
 Pengembangan usaha & hubungan
kelembagaan
 Pengembangan & pembinaan akreditasi
& standarisasi
 Sinkronisasi program/kegiatan
 Pengembangan SDM agribisnis
1.Memperbaiki iklim usaha melalui:
 Meningkatkan posisi petani dlm
pembentukan harga melalui asosiasi,
koperasi, dll
 Mendorong terciptanya struktur pasar yg
kompetitif,
 Menciptakan pusat-pusat produksi - asas
skala ekonomi,
 Menurunkan biaya pemasaran
2. Meningkatkan cakupan daerah pemasaran:
 Menyediakan fasilitas & Sarana promosi
 Memperbaharui produk-produk lokal yang
sudah diterima masyarakat
 Memperluas dan mempermudah jaringan
transportasi antar pulau & antar negara
 Mengembangkan sistem penyidikan (market
intelligence) dan informasi pasar (market
information) yang kuat untuk pasar domestik
& internasional
 Adaptasi agribisnis yang menyebar di
pedesaan terhadap tantangan global
 Rekayasa organisasi usaha agribisnis
melalui kemitraan
 Percepatan rekayasa kelembagaan
pertanian mengimbangi pengembangan
agroindustri di pedesaan
 Redistribusi manfaat ekonomi
PENGERTIAN OVOP

• Satu Desa Satu Product atau One Village One product


adalah pendekatan pengembangan Potensi daerah di
satu wilayah unuk menghasilkan satu produk kelas
global yang unik khas daerah denga memanfatkan
sumber daya lokal.
• Satu desa sebagaimana dmaksud dapat diperluas
menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun
kesatuan wilayah lainnya sesuai dengan potensi dan
skala usaha secara ekonomis.
• OVOP adalah pendekatan pengembangan potensi
daerah untuk menghasilkan satu produk kelas global
yang unik dan khas dengan memanfaatkan sumber
daya lokal.
TUJUAN OVOP
Untuk menggali dan mempromosikan
produk inovatif dan kreatif lokal, dari
sumber daya, yang bersifat unik khas
daerah, bernilai tambah tinggi, dengan
tetap menjaga kelestarian lingkungan,
memiliki image dan daya saing yang
tinggi.
Pengembangan IKM yang berdaya saing
tinggi di pasar domestik dan global dan
Mencari komoditas potensial di satu
sentra yang memanfaatkan Potensi
Lokal.
Daerah yang menjadi pengembangan program
OVOP harus ada keseragaman jenis
usaha, memiliki tata ruang yang jelas, serta
memiliki infrastruktur yang bagus.

Menurut Mr. Hiramatsu Morihiko dalam seminar


OVOP di Bali,2009. Dalam mengadopsi program
OVOP ini, ada 3 aspek dasar yang harus dipenuhi
yaitu :
Lokalitas produk mampu memenuhi pasar global
Masyarakatnya mampu bekerja secara mandiri
SDM memiliki mental siap dididik dan dibina.
Meningkatkan mutu hasil pertanian melalui:
 Pembakuan standar dan sistem
 Perbaikan sistem produksi
 Perbaikan sistem panen
 Perbaikan sistem pasca panen
 Akreditasi laboratorium / lembaga penelitian
 Pengawasan mutu
 Peningkatan kesadaran & pemahaman
konsumen
 Pengembangan sistem intensif dan penalti
yang jelas
Diterbitkannya Permentan No. 67 Tahun 2014 tentang
Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao

http://standardisasipphp.blogspot.com/2014/06/diterbitkannya-permentan-no-67-
tahun.html
 Iklim investasi disesuaikan degan
pengembangan kebutuhan diversifikasi
pertanian dan agribisnis di daerah
 Tersedianya fasilitas dan prasarana publik
& iklim usaha yang baik di harapkan
mendorong pihak swasta berinvestasi
 Pembangunan pertanian berwawasan
lingkungan
 Pegendalian pencemaran lingkungan
 Sinkronisasi mekanisme kerja antar
program dari berbagai subsektor yang
mendorong tumbuh dan
berkembangnya investasi agribisnis
 Dukungan SDM yang handal
(pemanfaatan tenaga-tenaga
perekayasa profesional) dan fasilitas
yang memadai.
 Adanya kesenjangan di antara pelaku ekonomi
dalam hal: Permodalan; Teknologi, Manajerial
 Banyaknya pengusaha kecil akibat:
 Kalah bersaing dengan pengusaha besar swasta &
BUMN karena biaya tinggi
 Tidak memiliki modal usaha yang cukup
 Kurangnya dukungan tenaga terampil & profesional
 Bargaining position masih lemah
 Kurang mampu menyerap teknologi secara cepat
 Penyediaan modal investasi & modal kerja
dari hilir sampai hulu.
 Sulitnya petani mendapat akses modal
karena:
1.Minimnya informasi & buruknya komunikasi
antara sektor pertanian dgn lembaga
keuangan perbankan & non perbankan.
2.Perhatian sektor perbankan masih terfokus
pada agribisnis modern
 Adalah institusi yg terlibat dalam
penyampaian barang, jasa, & ide dari
produsen ke konsumen
 Fungsi dlm pengembangan agri:
1. Sebagai fasilitator yg menghubungkan
antara produsen & konsumen
2. Memperkuat integrasi antar subsistm
agribisnis
 Fungsi: penyalur input2 pertanian
& lembaga pemasaran hasil2
pertanian
 Ex: KUD; koperasi susu; koperasi
nelayan; koperasi tahu tempe, dll
 KUD banyak dibentuk u/ memenuhi keinginan
pemerintah, bukan kesadaran anggota
tidak ada senses of belonging dr anggota
 Modal terbatas
 Banyak KUD yg membawa slogan ekonomi
rakyat tp dalam praktiknya tidak
 Para pengurus dan pegawai KUD tidak
profesional
Fungsi:
1.Transfer teknologi
2. Fasilitasi
3.Penasehat
 PPL di lapangan kurang berfungsi,
semangat kerja petugas kurang
 Jumlah PPL kurang mencukupi baik dari
segi kuantitas maupun kualitas
 Ketersediaan & dukungan info pertanian yg
ada di BPP masih kurang
 Makin merosotnya kapasitas dan
kemampuan manajerial penyuluh
SEKOLAH LAPANGAN PENGOLAHAN DAN
PEMASARAN HASIL PERTANIAN (SL-PPHP)”
1. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Agroindustri -
BPPT
P3TA - BPPT
2. Pusat Penelitian Biologi - LIPI
P2BIOLOGI - LIPI
3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Puslitbangtan
crifc1@indo.net.id; crifc2@indo.net.id; crifc3@ind Jl.
Merdeka 147, Bogor 16111;
4. Puslitbanghorti
pushor@rad.net.id; agusmhrm@yahoo.com Jl.
Ragunan No. 19 Pasar Minggu Jakarta 12520; Tlp.
(021)7890990, 78057683 Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan
Menyusun Perencanaan Pengembangan Kelembagaan
Penumbuhan kelembagaan maupun lembaga
sebagai elemen sistem agribsisnis dilaksanakan
dengan 10 prinsip dasar,
yaitu:
1. bertolak atas kenyataan yang ada,
2. sesuai kebutuhan,
3. berpikir dalam kesisteman,
4.menggunakan pendekatan partisipatif,
5. efektifitas,
6. efisiensi, fleksibilitas,
7. berorientasi pada nilai tambah dan 8
keuntungan,
9.desentralisasi, dan
10. mempertimbangkan keberlanjutan.
Peran Asosiasi Petani
1. Memperkuat Posisi Tawar Petani
2. Meningkatkan Nilai Tambah
3. Membuka Akses Terhadap Kredit
Perbankan
4. Sebagai ”Pintu Masuk” Bagi Skema
Bantuan Pemerintah
5. Katalisator Pemicu Perbaikan Tata
Niaga Produk Pertanian

42
 Asosiasi perusahaan perkebunan
◦ Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO)
◦ Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
◦ Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI)
◦ Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI)
◦ Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI)
◦ Asosiasi Eksportir Pala Indonesia (AEPA)
◦ Asosiasi Eksportir Panili Indonesia (AEPI)
◦ Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia (AECI)
◦ Asosiasi Teh Indonesia (ATI)
◦ Asosiasi Pala Indonesia (API)
◦ Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO)
◦ Asosiasi Gula Indonesia (AGI)
◦ Indonesian Tobacco Association (ITA)
◦ Asosiasi Industri Mete Indonesia (AIMI)
◦ Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI)
 Asosiasi petani perkebunan
 Asosiasi Petani Lada Indonesia (APLI)
 Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI)
 Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI)
 Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI)
 Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI)
 Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO)
 Asosiasi Petani Karet Indonesia (APKARINDO)
 Asosiasi Petani Kapas Indonesia (ASPEKINDO)
 Asosiasi Petani Jambu Mete Indonesia (APJMI)
 Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI)
 Asosiasi Petani Teh Indonesia (APTEH)
 Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI)
 Badan Koordinasi Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia
(BKAPTRI)
 Masyarakat Perkelapaan Indonesia (MAPI)
 Gabungan Induk Koperasi Perkebunan Nusantara (GIKPN)
 Gabungan asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (GAPERINDO)
 Masyarakat Rempah Indonesia (MARI)

Anda mungkin juga menyukai