NIM : 0221147
Kode
No Nama Mata Kuliah SKS Smt Hari Ruang Waktu Dosen Tanda Tangan
Mtk
FUZI
1 BU.M311 Bahasa Inggris Bisnis 3 3 :-: ARIANTO,
S.S., M.Pd
DEDEN
2 BU.M312 Statistika Eko & Bisnis I 3 3 :-:
ANWAR,
MM
TOHA
3 BU.M313 Komunikasi Bisnis 3 3 :-: RIANTO
AGUS
4 BU.M319 Manajemen UMKM dan 3 3 :-:
SOBAR, SE.,
Koperasi
MM.
EKO DWI
5 BU.M320 Perekonomian Indonesia 3 3 :-:
PRAMONO,
SE. MM.
DARMO H
6 DU.M301 Eko & Bisnis Internasional 3 3 :-: SUWIRYO
AGUS
7 DU.M302 Ekonomi Syariah 3 3 :-: LESMANA,
SE,.MM
Total Keseluruhan 2
SKS Ambil 1
NB. .....................................
Sukabumi, 17 Desember
2022
Mengetah
ui
(PANITIA
UJIAN)
1. Apa yang anda ketahui tentang perekonomian Indonesia ?
Seperti dikemukakan oleh Partadiredja (1983), seorang pakar ekonomi dari
Universitas Gadjah Mada, sebagian besar negara-negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia, menganut sistem ekonomi campuran. Terdapat pemilikan
swasta perseorangan atas alatalat produksi yang berdampingan dengan
pemilikan negara, dan bahkan pemilikan kelompok-kelompok persekutuan
adat. Mekanisme harga dan pasar bebas, hidup berdampingan dengan
perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagian besar harga barang
dan jasa dan faktor produksi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran. Pemerintah juga mempengaruhi kekuatan permintaan dan
penawaran tersebut melalui kebijaksanaan harga, termasuk penetapan upah
minimum. Mengenai turut campurnya pemerintah dalam kehidupan ekonomi,
dapat dilihat ketentuan pada ayat 2 dan 3 pasal 33 UUD 1945. Ayat 2 tersebut
berbunyi “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara“. Menurut Mohammad Hatta,
yang merumuskan pasal 33 tersebut, dikuasai oleh negara tidak berarti negara
sendiri yang menjadi pengusaha, usahawan atau ondenemer. Selanjutnya
dikatakan bahwa kekuasaan negara terdapat pada membuat peraturan-
peraturan guna kelancaran jalan ekonomi, peraturan yang melarang
penghisapan orang lemah oleh orang yang bermodal. Demikian pula negara
mempunyai kewajiban supaya ketentuan yang termuat pada pasal 27 ayat 2
dapat terlaksana. Ketentuan itu berbunyi “ tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “. Dalam dokumen
GBHN pada masa Orde Baru, sistem ekonomi Indonesia dinamakan sebagai
demokrasi ekonomi yang memiliki ciriciri positif sebagai berikut.
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan memenuhi hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan
permufakatan Lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat serta
pengawasan terhadap kebijakannya ada pada Lembaga-lembaga
Perwakilan Rakyat pula
Warga negara memiliki kebebasan dalam memiliki kebebasan dalam
memilih pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan
pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Hak milik perorangan diakui sedangkan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan
sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan
umum.
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Sebaliknya dalam demokrasi ekonomi harus dihindarkan timbulnya ciri-ciri
negatif berikut ini.
Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap
manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah
menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktural poisisi
Indonesia dalam ekonomi dunia.
Sistem etatisme dalam mana negara beserta aparatur ekonomi negara
mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi
di luar sektor negara.
Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk
monopoli yang merugikan masyarakat.
Pada dekade 1980-an terdapat suatu polemik dari para pakar ekonomi tentang
sistem ekonomi yang diinginkan (ideal) untuk masyarakat Indonesia. Sistem
ekonomi tersebut kemudian dinamai Sistem Perekonomian Pancasila (SPP).
Menurut Mubyarto, salah seorang penggagasnya, Sistem Perekonomian
Pancasila tersebut memiliki 5 ciri pokok sebagai berikut.
1) Koperasi sebagai soko guru perekonomian, karena koperasi
merupakan bentuk yang paling kongkrit dari sebuah usaha bersama.
2) Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomis, sosial dan
moral. Rangsangan (dorongan) sosial dan moral ini sangat ditekankan,
karena rangsanganrangsangan inilah yang membedakan Sistem
Perekonomian Pancasila dengan sistem ekonomi kapitalis yang
menekankan rangsangan ekonomi semata.
3) Adanya kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah kemerataan
sosial. Hal ini berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang hanya
punya rasa individual dalam mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya bagi dirinya dalam kegiatan ekonomi.
4) Nasionalisme menjiwai setiap kebijakan ekonomi
5) Adanya keseimbangan yang jelas antara perencanaan di tingkat
nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi.
2. Sebutkan dan jelaskan kebijakan pemeritah dalam mengatasi krisis
ekonomi!
dapun kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, yaitu kebijakan fiskal, kebijakan
moneter, kebijakan keuangan internasional, dan kebijakan perdagangan
internasional. Berikut uraiannya:
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah jenis kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
mana kebijakan ini berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran negara.
Kebijakan ini juga berhubungan dengan anggaran pendapatan dan anggaran
belanja negara.
Contoh kebijakan fiskal ialah pengalokasian APBN untuk sektor kesehatan,
relaksasi pajak, tax amnesty, dan sebagainya.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi selanjutnya ialah kebijakan moneter.
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk
mengontrol dan mengatur peredaran uang.
Kebijakan moneter juga bertujuan untuk menjamin kestabilan dari nilai uang
untuk menghindari inflasi. Contoh kebijakan moneter adalah menaikkan tingkat
suku bunga, memperjualbelikan surat-surat berharga, dan sebagainya.ar
Contoh kebijakan pemerintah di bidang ekonomi adalah kebijakan moneter, suatu
kebijakan yang mengendalikan nilai uang. Foto: Pexels.com
3. Kebijakan Keuangan Internasional
Kebijakan selanjutnya adalah kebijakan keuangan internasional. Kebijakan
keuangan internasional adalah jenis kebijakan ekonomi yang ditetapkan oleh
pemerintah yang berhubungan dengan keuangan.
Kebijakan ini berisikan langkah-langkah atau tindakan yang diambil pemerintah
di bidang keuangan dalam hubungannya dengan dunia internasional, baik
perdagangan internasional, maupun kerja sama ekonomi internasional.
4. Kebijakan Perdagangan Internasional
Kebijakan perdagangan internasional adalah kebijakan yang diambil oleh
pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung dapat memengaruhi
kegiatan perdagangan internasional.
Contoh kebijakan ini adalah penetapan tarif, larangan impor, kuota, dumping dan
berbagai kebijakan lainnya.
4. Mekanisme transmisi kredit dan suku bunga cenderung terdistorsi selama krisis
perbankan. Jalur kredit menjadi kurang efektif sehingga permintaan kredit
menjadi lebih inelsatik karena pengurangan masalah moral hazard terhadap
pinjaman yang buruk di bank. Jalur suku bunga akan terintangi karena
ketidakmampuan bank untuk menyesuaikan pinjamannya sebagai respon atas
kebijakan moneter.Mekanisme transmisi cenderung berubah setelah krisis
karena perubahan struktur sistem perbankan, dalam bentuk jumlah bank dan
konsentrasi aset dan liabilitias
5. Krisis perbankan secara umum memiliki dampak negatif ke sistem
pembayaran. Hal ini bisa disebabkan karena hilangnya kepercayaan terhadap
commercial paper dari bank yang biasanya digunakan sebagai alat tukar
Dari bagan di atas secara garis besar dapat dijelaskan terdapat dua penyelesaian
utama yaitu tanpa asistensi dan dengan asistensi:
1. Penyelesaian tanpa bantuan. Penyelesaian krisis perbankan dapat dilakukan oleh sektor
swasta sendiri, yang berarti tidak menggunakan bantuan pihak pemerintah. Bentuk
penyelesaian ini adalah dengan menambahkan dana dari pemilik yang ada atau dari pihak
lain. Kondisi ini sebenarnya merupakan solusi paling baik, karena akan mengembalikan ke
posisi semula dan tidak terdapat biaya langsung terhadap pembayar pajak. Namun solusi dari
sektor swasta sendiri terkadang sulit dilakukan karena ukuran perusahaan terhadap sistem
keuangan secara keseluruhan juga mempengaruhi kemampuan mencapai solusi sektor
swasta. Dalam kondisi ini status bank tidak mengalami perubahan. Penyelesaian tanpa
bantuan tetapi menyebabkan status bank berubah dapat dilakukan melalui merger dengan
sektor swasta, atau di take-over oleh pihak swasta yang lebih sehat kondisinya. Bila merger
dengan pihak swasta tidak mungkin dilakukan maka pilihan berikutnya adalah likuidasi. Dalam
likuidasi bank dinyatakan insolvent atau tidak mampu membayar hutang-hutangnya, tutup dan
deposan diberi kompensasi. Likudiasi dilakukan bagi seluruh aset yang dimiliki bank. Dalam
sebagian besar kasus, deposan berada dalam posisi yang tidak aman dan kreditor hanya
membayar selama masih terdapat dana setelah terjadinya likuidasi.
2. Penyelesaian dengan bantuan. Campur tangan pemerintah melalui bank sentral
sebagai lender of last resort (LOLR) biasanya dilakukan untuk situasi yang bersifat
sistemik dalam periode yang terbatas. Restriksi ini dilakukan karena pada dasarnya
LOLR merupakan bank yang tidak likuid tetapi secara fundamental mampu
membayar hutang. Bentuk yang lain adalah asistensi bank terbuka dalam bentuk
provisi kapital atau melalui pembelian aset non-performing dari bank. Asistensi
bank terbuka sering membutuhkan suntikan modal sebelum masalah krisis
terselesaikan, akibat biaya fiskal yang besar. Hal lain yang dapat dilakukan adalah
melakukan asistensi untuk merger atau akuisisi. Merger menyediakan kontinuitas
bisnis bagi peminjam dan deposan. Merger dapat distrukturkan dalam berbagai
bentuk, tergantung pada ukuran dan kompleksitas kerusakan bank. Bank juga
dapat dipecah, dimana deposito, cabang dan aset dijual secara terpisah. Pilihan lain
adalah melakukan bridge bank, yaitu bentuk kepemilikan bank oleh pemerintah
secara temporer. Dalam kondisi ini untuk sementara pemerintah dapat menjaga
jalannya bisnis perbankan, sampai dengan bank siap untuk dijual. Nasionalisasi
juga merupakan bentuk penyelesaian krisis perbankan. Pemerintah akan
mengambil alih peran dan otoritas, biasanya melalui pengurangan kepentingan
stakeholder dan perlindungan bagi deposan dan kreditur. Permasalahan dalam
nasionalisasi adalah
(i) biasanya manajer pemerintah tidak mendapat insentif yang sama dengan
manajer swasta, (ii) alokasi kredit menjadi tidak efisieni karena banyaknya pinjaman
non-performing, (iii) biaya operasi yang menjadi relatif tinggi.
Dari berbagai strategi penyelesaian krisis perbankan yang dikemukakan oleh Hoggarth
(2003) maka muncul pertanyaan siapa yang akan menanggung kerugian? Ringkasan berikut akan
menunjukkan dampak penyelesaian krisis perbankan bagi shareholders, manajer, kreditur dan
pekerja
Indonesia menunjukkan penurunan yang antara lain tercermin dar menurunnya PDB riil dan
meningkatnya kredit non lancar perbankan. Sebagai akibatnya, banyak investor asing yang
kembali menarik dana yang semula diinvestasikannya dan apabila hal ini terjadi secara besar-
besaran dan dalam waktu singkat akan menyebabkan terjadinya tekanan luar biasa pada mata
uang domestik sehingga menimbulkan depresiasi tajam pada nilai tukar.
Dampak selanjutnya, depresiasi ini akan mengakibatkan turunnya repayment capacity
perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang memiliki kewajiban dalam valuta asing yang cukup
tinggi. Kombinasi faktor-faktor negatif dari sektor riil, perbankan, maupun shocks diatas secara
bersama-sama akan memberikan tekanan pada industri perbankan yang pada pada gilirannya
dapat menimbulkan permasalahan berat maupun krisis perbankan. Oleh karena itu,
perkembangan indikator-indikator tertentu dari setiap sektor diatas dapat digunakan sebagai
indikator awal adanya potensi permasalahan pada industri perbankan yang apabila tidak segera
ditangani akan dapat mengakibatkan terjadinya krisis perbankan
Penelitian Santor (2003) mengenai prediksi terjadi tidaknya krisis perbankan dipandang
sebagai sesuatu yang berguna. Motivasi utamanya adalah bila kondisi krisis perbankan dapat
diprediksikan maka akan dapat dilakukan tindakan preventif yang memadai. Data yang
digunakan dalam penelitian berasal dari data base IMF, IFS dan WEO (World economic outlook)
untuk lebih dari 90 negara dengan tahun 1975-1998. Variabel penjelas yang digunakan untuk
memprediksi krisis perbankan adalah pertumbuhan GDP, surplus Current Account, depresiasi
mata uang, suku bunga riil, tingkat inflasi, defisit anggaran pemerintah, rasio M2 terhdapa
cadangan, rasio kredit swasta terhadap GDP, pertumbuhan kredit swasta riil, pendapatan
perkapita,keberadaan asuransi deposito.
Hipotesis yang digunakan untuk memprediksi arah hubungan adalah sebagai berikut:
Kondisi fundamental makro yang buruk akan memberikan pengaruh negative
terhadap neraca bank, penurunan neraca CA dan suku bunga yang tinggi akan
memberikan pengaruh positif terhadap krisis.
Inflasi yang tinggi dan depresiasi mata uang akan menaikkan krisis perbankan dan
defisit anggaran pemerintah.
4. Berikut ini menunjukan pendapatan nasional dari Negara x pada tahun 2020 dan
2021. Hitunglah besar GDP negeara x tersebut dengan data:
2020 2021
Konsumsi $ 69.000.000 91.000.000
masyarakat
Pengeluaran tak $ 193.000.000
terduga 156.000.000
Pengeluaran investasi $ 70.000.000 104.000.000
Hasil bunga bank $ 85.000.000 176.000.000
Pengeluaran Negara $ 319.000.000
280.000.000
Pendapatan sewa $ 42.000.000 83.000.000
Pendapatan laba $ 60.000.000 98.000.000
usaha
Ekspo $ 177.000.000
105.000.000
Impor $ 63.000.000 58.000.000
Dari data sederhana tersebut, berapa persen tingkat pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2021?
GDP = C+I+G+(X-M)
GDP 2020 = 69.000.000 + 70.000.000 + 280.000.000 + (105.000.000 -
63.000.000)
= 461.000.000
= 633.000.000
PDBs – PDBk
G= 𝑥 100%
PDBK
633.000.000−461.000.000
G= x 100%
461.000.000
172.000.000
G = 461.000.000 x 100%
G = 37,31%