Anda di halaman 1dari 68

TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG


DAN PENGHAMBAT BISNIS SALON
DI PASAR PRINGGAN MEDAN

OLEH :

DEWI MEIKE

142103078

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEKRETARIATAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

NAMA : DEWI MEIKE

NIM : 142103078

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KESEKRETARIATAN

JUDUL : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN

PENGHAMBAT BISNIS SALON DI PASAR


PRINGGAN MEDAN

Tanggal : Juni 2017 KETUA PROGRAM STUDI


DIPLOMA III KESEKRETARIATAN

(Dra. Marhayanie, M.si)


NIP. 19580427 198503 2 002

Tanggal : Juni 2017 DEKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(Prof. Dr. Ramli, SE, MS)


NIP. 19580602 198803 1 001

Universitas Sumatera Utara


PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : DEWI MEIKE

NIM : 142103078

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KESEKRETARIATAN

JUDUL : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN

PENGHAMBAT BISNIS

SALON DI PASAR PRINGGAN MEDAN

Medan, Juni 2017

Menyetujui

Dosen Pembimbing

(Dra. Marhayanie, M.si)

NIP. 19580427 198503 2 002

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

memberikan mujizat, kebaikan, kemurahan, sukacita, penghiburan, kasih setia

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BISNIS SALON DI

PASAR PRINGGAN MEDAN” yang merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma III Program Studi DIII Kesekretariatan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki

menjadi kendala dalam penulisan ini. Namun, berkat doa, bantuan dan bimbingan

yang diberikan kepada penulis, maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas

bantuan, baik moral maupun material, bimbingan, dan petunjuk serta semangat dan

doa kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum , selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS , selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si , selaku Ketua Program Studi Diploma III

Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

sekaligus Dosen Pembimbing penulis.

4. Ibu Inneke Qomariah, SE, M.Si , selaku Sekretaris Program Studi

Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik penulis selama perkuliahan

serta seluruh pegawai dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universias

Sumatera Utara.

6. Ayahanda tercinta Ferry Sinurat dan Ibunda tersayang Rasarih br.

Sinulingga dan saudara-saudari terkasih Harvan Riski Putra Sinurat,

Yunanda Angelia Sinurat, dan Yediza Frans Dhika Sinurat

7. Buat Pagit Debby Epidonta dan Alexander Sitepu orang yang selalu

memberikan motivasi dan doanya kepada penulis

8. Untuk teman-teman yang menemani dan memberi motivasi kepada

penulis Angela Femia, Edi Gunanta Tarigan, Ropita, dan Natalia Bonita

Dan untuk semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

penulis minta maaf sebab tidak semua menyebutkan satu persatu nama-nama

semuanya dan penulis berjanji akan selalu menyimpan nama kalian didalam memori,

dan penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam penyelesaian Tugas

Akhir ini.

ii

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih memiliki banyak kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan. Namun harapan penulis semoga Tugas Akhir ini bermanfaat

kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yesus selalu memberkati dan

menyertai kita semua.Amin.

Medan, Juni 2017

Penulis

Dewi Meike

142103078

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
1.5 Sistematika Penelitian ........................................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10


2.1 Pengertian Wirausaha ........................................................................... 10
2.2 Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha Salon ..................... 19
2.3 Peluang Usaha Salon ............................................................................. 20
2.4 Analisis SWOT ..................................................................................... 25

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 29


3.1 Gambaran Umum Usaha Salon ............................................................. 29
3.2 Sejarah Usaha Salon ............................................................................. 31
3.3 Pendapat Responden terhadap
3.3.1 Faktor-faktor pendukung ................................................................... 46
3.3.2 Faktor-faktor penghambat .................................................................. 52

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 57


4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 57
4.2 Saran ..................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 60

iv

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan

pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat

dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan

masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewujudkan

stabillitas nasional.

Usaha mikro atau usaha kecil bisa juga dikatakan sebagai kegiatan usaha

yang mempunyai modal awal yang kecil, atau nilai kekayaan (asset) yang kecil

dan jumlah pekerja juga kecil. Nilai modal awal, aset atau jumlah pekerja itu

bergantung kepada definisi yang diberikan oleh pemerintah atau institusi lain

dengan tujuan-tujuan tertentu. Misalnya Indonesia mendefinisikan usaha kecil

sebagai perusahaan yang mempunyai pekerja kurang dari 20 orang atau nilai aset

yang kurang dari Rp 200.000.000.

Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa usaha kecil adalah penyumbang

besar kepada kekuatan ekonomi negara dan telah terbukti terutama di saat resesi

ekonomi telah dibantu diatasi oleh kehadiran usaha-usaha kecil. Mereka yang di

PHK dari perusahaan besar turut aktif menjadi pengusaha kecil untuk

meneruskan kehidupan. Menilai sumbangan usaha kecil kepada perekonomian

negara di setiap tempat di dunia, era perdagangan yang akan datang dikatakan

sebagai pemilik usaha kecil. Era usaha kecil mungkin adalah era keempat atau

Universitas Sumatera Utara


kelima dalam evolusi perdagangan setelah era-era produksi, penjualan dan

pemasaran.

Saat ini usaha kecil menjadi semakin penting. Ratusan usaha kecil dibuka

setiap bulannya oleh orang-orang diberhentikan dari perusahaan akibat

“pengurangan karyawan” (downsizing) atau yang berhenti secara sukarela dari

dunia perusahaan untuk menemukan laju yang lebih lambat dan keseimbangan

hidup yang lebih sehat antara pekerjaan dan keluarga. Banyak usaha kecil dibuka

oleh kaum wanita dan minoritas yang menghadapi kesempatan terbatas untuk

maju di dalam perusahaan besar.

Di era serba modern seperti sekarang ini, peran wanita di dunia usaha

ternyata semakin hari semakin terlihat nyata. Bila dulunya seorang wanita hanya

bisa berdiam diri di dalam rumah dan mengurusi segala urusan rumah tangga,

sekarang ini kesetaraan gender telah memberikan peluang besar bagi kaum hawa

untuk bisa mencetak prestasi dalam bidang yang mereka geluti. Salah satunya saja

seperti peran mereka di dunia usaha.

Keberadaan wanita dalam dunia usaha memang terbilang cukup penting.

Banyaknya bakat alami yang mereka miliki serta kemampuannya untuk bisa

multitasking, memudahkan kaum hawa dalam mengembangkan peluang

bisnisnya. Sehingga tidak heran bila menurut hasil survey yang di lakukan oleh

Credit Suisse Research Institute terhadap beberapa perusahaan yang memiliki

kapitalisasi pasar diatas USD 10 milyar, diperoleh hasil bila perusahaan-

perusahaan yang dikendalikan oleh kalangan wanita memiliki kinerja yang lebih

baik dibandingkan beberapa perusahaan lainnya yang dikendalikan seluruhnya

oleh kaum pria.

Universitas Sumatera Utara


Tidak hanya itu saja, sejak beberapa tahun terakhir di Amerika Serikat

sedikitnya ada 10,1 juta wanita yang telah sukses memiliki sebuah usaha. Dari

bisnis wanita yang mereka rintis, sedikitnya mereka telah mampu mendatangkan

omzet penjualan hingga mencapai $1,9 triliun dan memberikan peluang kerja bagi

13 juta warga di negara tersebut (Daft, 2007 : 256).

Sedangkan di Indonesia sendiri, dalam beberapa tahun belakangan ini,

terutama sejak terjadinya krisis ekonomi di tahun 1997 perhatian terhadap

pemberdayaan perempuan dalam kegiatan berwirausaha pun mulai bermunculan.

Perhatian tersebut tidak hanya muncul dari dunia akademisi tetapi juga dari para

pengambil kebijakan praktisi, dan lembaga-lembaga masyarakat non

pemerintahan. Di pedesaan pun sangat membantu pemerintah dalam

menanggulangi masalah kemiskinan. Oleh karena itu Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) merupakan suatu mobilitas bagi perempuan dalam

mengembangkan usahanya, selain itu UMKM merupakan sebagai tempat

pengujian dan pengembangan kemampuan kewirausahaan wanita.

Dari data diatas menunjukan bahwa jumlah wanita pengusaha di

Indonesia, terutama di UMKM mengalami peningkatan sejak tahun 1980-an

bersama dengan era pertumbuhan ekonomi tinggi yang mendorong peningkatan

pendapatan masyarakat per capital yang pesat (Agustina, 2015 : 27).

Salah satu contoh UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yaitu salon.

Salon adalah sebuah usaha perseorangan yang bergerak di bidang jasa kecantikan

baik itu berupa kecantikan wajah, kecantikan rambut dan kecantikan badan . Salon

adalah tempat yang sering didatangi para kaum hawa sebagai tempat

mempercantik diri sekaligus meningkatkan suasana hati. Di sinilah para wanita

Universitas Sumatera Utara


biasa dimanjakan dan diberi layanan yang memuaskan mereka tanpa membuat

mereka repot. Dewasa kini, salon tidak lagi identik dengan sosok wanita saja,

anak kecil bahkan pria dewasa pun kini gemar pergi ke salon. Kebanyakan kaum

hawa menggunakan salon sebagai tempat untuk memperindah dan mempercantik

tubuh, dengan perawatan yang baik dan bersih, maka dengan sendirinya terbentuk

tubuh yang sehat. Jenis jasa yang ditawarkan sangat variatif mengingat kebutuhan

akan kecantikan merupakan idaman bagi setiap wanita. Salon merupakan salah

satu wadah untuk mewujudkan hal tersebut. Selain itu, pelayanan yang baik

menjadi andalan salon tersebut untuk meningkatkan mutu pelayanan bagi

pengunjung salon sehingga tidak akan mengecewakan pelanggan.

Wanita dulu biasa melakukan perawatan tubuhnya sendiri di rumah

dengan ramuan kecantikan tradisional yang diolah sendiri. Jaman sekarang yang

serba praktis ini, wanita tidak lagi membuat ramuan kecantikan sendiri namun

bisa membelinya dalam kemasan siap pakai di toko-toko. Namun, walau banyak

alternatif perawatan tubuh yang dapat dilakukan sendiri di rumah, namun

beberapa hal tetap harus dibantu orang lain misalnya gunting rambut dan blow.

Lagi pula pada dasarnya wanita senang dimanjakan, sehingga walaupun bisa

mencuci rambut sendiri, luluran, creambath, facial atau gunting kuku mereka tetap

saja jika orang lain yang mengerjakannya. Layaknya putri raja yang dilayani para

dayang, begitulah perasaan wanita di salon.

Wanita juga berharap penampilan menjadi lebih cantik dengan rambut

yang tertata, baik cuma di-blow biasa, blow variasi, pengeritingan, rebonding atau

disanggul, alis yang dibentuk bak bulan sabit, kuku tangan dan kaki yang lentik

dan berkilat, semua hal tersebut membutuhkan jasa salon sebab sulit dilakukan

Universitas Sumatera Utara


sendiri. Datang ke salon juga menjadi lebih menyenangkan sebab jasa perawatan

kecantikannya semakin variatif misalnya pelangsingan, pemutihan kulit, bahkan

perawatan kesehatan seperti refleksi kaki dan back therapy juga ditawarkan. Jasa

salon sudah menjadi bagian hidup wanita, ibaratnya tidak mungkin wanita tidak

ke salon.

Pangsa pasar usaha salon kecantikan masih sangatlah besar karena jumlah

orang yang tidak punya waktu untuk merawat sendiri kecantikannya akan semakin

besar. Mereka inilah yang membuat potensi pasar usaha salon kecantikan terus

meningkat dari waktu ke waktu.

Dalam menjalankan suatu usaha, termasuk usaha salon kecantikan,

pengusaha wanita perlu untuk memperhatikan bagaimana bisnis tersebut berjalan

dengan lancar dan bagaimana bisnis tersebut dapat maju.

Bisnis dapat berjalan dengan lancar apabila pengusaha wanita dapat

memperhatikan faktor-faktor pendukung keberhasilan usaha dan faktor-faktor

penghambat usaha.

Faktor-faktor pendukung keberhasilan usaha antara lain faktor

kemandirian dimana wanita dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, faktor

modal untuk memulai usaha baik dengan modal usaha kecil maupun besar, faktor

emosional yang dimiliki wanita yang dapat mempengaruhi dirinya untuk

melakukan sesuatu yang berguna baginya maupun keluarga, faktor pendidikan

yang memotivasi wanita untuk berwirausaha.

Faktor-faktor penghambat usaha antara lain faktor kewanitaan, faktor

sosial budaya dan faktor administrasi. Faktor kewanitaan dimana sebagai seorang

ibu rumah tangga, ada masa hamil dan menyusui yang akan sedikit mengganggu

Universitas Sumatera Utara


jalannya bisnis. Faktor sosial budaya karena kebiasaan dalam rumah tangga

bahwa suami lah yang bekerja dan memberi nafkah, maka sulit juga suatu usaha

berkembang menjadi usaha yang besar karena kurang mendapatkan dukungan dari

suami untuk wanita dalam mencari nafkah. Faktor administrasi yang berbelit

dalam pengurusan surat izin pendirian usaha dan tidak memiliki izin usaha

menjadi penghambat wanita dalam membuka suatu usaha.

Selain itu, bisnis yang dapat berjalan dengan lancar atau sukses apabila

pengusaha melihat peluang usaha, mencari lokasi yang strategis, mempunyai

tenaga kerja yang terampil, mampu untuk mengeloladan mengembangkan usaha.

Berdasarkan uraian ini, maka penulis tertarik untuk meneliti dan

mengetahui lebih dalam faktor-faktor pendorong dan penghambat setiap bisnis

salon sehingga penulis melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-

faktor Pendukung dan Penghambat Usaha Salon di Pasar Pringgan Medan”

Penulis memilih di Pasar Pringgan Medan karena terdapat banyak usaha

salon yang saling bersebelahan atau berdekatan sehingga penulis dapat meneliti

faktor-faktor pendukung dan penghambat usaha salon.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan seblumnya,

maka penulis menetapkan masalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah faktor yang mendorong pengusaha wanita dalam mendirikan

usaha salon?

2. Apa sajakah faktor yang menghambat pengusaha wanita dalam mendirikan

usaha salon?

1.3 Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Tujuan penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

a. Mengetahui apa sajakah faktor yang mendorong pengusaha wanita untuk

mendirikan usaha kecil atau mikro seperti salon.

b. Mengetahui apa sajakah faktor yang menghambat pengusaha wanita untuk

mendirikan usaha kecil atau mikro seperti salon.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Bagi Responden pengusaha salon. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat kepada pendiri salon yang data digunakan sebagai bahan

evaluasi terhadap upaya-upaya dalam merancang strategi dan untuk mengetahui

analisis SWOT yang telah mereka lakukan.

2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi akademis dalam memperkaya pengetahuan mengenai faktor-faktor

pendorong dan penghambat pengusaha wanita dalam membuka usaha salon

kecantikan, serta dapat dijadikan sebagai perbandingan bagi peneliti lain yang

berkaitan dengan penelitian ini.

3. Bagi penulis. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kesempatan

untuk menambah dan memperluas wawasan peneliti sehingga dapat menambah

cakrawala pemikiran dalam bidang usaha kecil.

1.5 Sistematika Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian dan pengumpulan data pada Penelitian di

lakukan di beberapa salon kecantikan di jalan Pasar Pringgan Medan.

Universitas Sumatera Utara


Terdapat 16 salon di Pasar Pringgan Medan. Peneliti hanya memperoleh 13

responden yang bersedia diwawancarai.

Dari 13 responden tersebut, peneliti mengambil sampel pada 3 responden

saja. Peneliti memfokuskan pada 3 responden tersebut yaitu Salon Timur, Salon

Ramayana, dan Salon Ramayana Baru dengan alasan ketiga salon tersebut adalah

salon yang paling ramai didatangi oleh konsumen.

1.5.2 Waktu Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis membuat rencana jadwal

penelitian yang dimulai dnegan tahap persiapan sampai ke tahap akhir yaitu hasil

penelitian. Penelitian dimulai dari bulan Mei 2017.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini, membahas latar belakang penelitian, perumusan masalah,

tujuan, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi uraian tentang landasan teori yang berkenaan dengan

masalah dan permasalahan yang diangkat. Kutipan-kutipan dari penelitian-

penelitian yang terdahulu yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

BAB III : PEMBAHASAN

Dalam bab ini, membahas tentang penelitian yang dilakukan penulis.

Penelitian tersebut dilakukan pada usaha salon-salon yang ada disekitar Jalan

Pasar Pringgan Medan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat

pengusaha wanita untuk membuka bisnis salon.

Universitas Sumatera Utara


Penulis melakukan wawancara secara mendalam kepada tiga salon seperti

Salon Timur, Salon Ramayana, dan Salon Ramayana Baru. Penulis juga meneliti

SWOT dari ketiga salon tersebut.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Bab ini, menjelaskan tentang kesimpulan yang merupakan inti dari

pembahasan penelitian dan saran yang merupakan masukan yang membangun

dalam berwirausaha.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Wanita potensial untuk melakukan berbagai kegiatan produktif yang

menghasilkan dan dapat membentuk ekonomi keluarga dan lebih luas lagi

ekonomi nasional, apalagi potensi tersebut menyebar di berbagai bidang maupun

sektor. Dengan potensi tersebut wanita potensial berperan aktif dalam proses

recovery ekonomi yang masih diselimuti berbagai permasalahan ini. Dalam

kondisi demikian kajian wanita dalam usaha bisnis termasuk usaha salon relevan

untuk dianalisis. Disamping wanita sangat potensial dan memiliki kompetensi

dalam pengembangan usaha kecil, menengah maupun koperasi, baik wanita

tersebut sebagai pelaku bisnis, pengelola, ataupun sebagai tenaga kerja. Tentu saja

masih terus ditingkatkan kualitas dan profesionalismenya dengan peningkatan

kemampuan dan keterampilannya.

2.1 Wirausaha (entrepreneur)

Usaha kecil tidak dapat dipisahkan dengan kewirausahaan. Kegiatan

seorang wirausaha sering dikaitkan dengan perusahaan kecil, dan hal itu

disebabkan karena ciri yang ada pada seorang wirausahawan yang dikatakan tidak

dapat bekerja di dalam organisasi besar.

Seorang wirausaha (entrepreneur) bekerja dan mengembangkan

perusahaan setapak demi setapak, mengenali kelemahan dan kekuatan diri

sebelum melangkah memasuki dunia usaha yang lebih besar dan penuh tantangan.

Istilah entrepreneur sudah dikenal orang dalam sejarah ilmu ekonomi

sebagai ilmu pengetahuan sejak tahun 1755. Seorang Prancis yang bernama

10

Universitas Sumatera Utara


Richard Cantillon, ahli ekonomi Perancis sebagai orang pertama yang

menggunakan istilah entrepreneur dan entrepreneurship.

Cantillon menyatakan seorang entrepreneur sebagai seorang yang

membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan

harga yang tidak pasti (an Uncertain Price), sambil membuat keputusan-

keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber daya, dan

menerima risiko berusaha (The Risk of Enterprise) (Karyoto, 2016 : 103).

Wirausaha istilahnya berasal dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yang

kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau

go-between. Sebagai contoh dari pengertian go-between atau perantara yang di

maksudkan dalam istilah bahasa Perancis, entrepreneur adalah pada saat

Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran ke timur jauh. Dia setuju untuk

menandatangani kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha. Kontrak

ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan 14 bagian

keuntungan sebesar 22,5% termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung

risiko apapun.

Sedangkan si pedagang yang berlayar menanggung risiko besar. Pada saat

pelayaran tiba ditujuan dan barang dagangan djual maka si pemilik modal

menerima keuntungan lebih dari 75% sedangkan si pedagang menerima

keuntungan yang lebih kecil.

11

Universitas Sumatera Utara


Perkembangan teori dan istilah entrepreneur adalah sebagai berikut

(Daryanto, 2012 : 4) :

1. Abad pertengahan diartikan sebagai aktor atau orang yang bertanggung jawab

dalam proyek produksi besar.

2. Abad 17 di artikan sebagai orang yang menanggung risiko untung rugi dalam

mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed

price (harga tetap).

3. Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan wirausaha sebagai orang yang

menanggung risiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal.

4. Tahun 1797, Bedeau menyatakan wirausaha adalah orang yang menanggung

resiko, merencanakan, supervisor, mengorganisasi dan memiliki.

Menurut Zimmerer (Zakiyudin, 2013 : 113) seorang wirausaha adalah

seseorang yang menciptakan sebuah bisnis dengan mengambil risiko dan

ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara

mengindentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan

untuk mendirikannya. Para peneliti telah menghabiskan banyak waktu dan usaha

dalam dasawarsa terakhir ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

kepribadian kewirausahaan.

Seorang Entrepreneur adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis

baru, dengan menghadapi risiko dan ketidakpastian, dan yang bertujuan untuk

mencapai laba serta pertumbuhan melalui pengidentifikasian peluang-peluang

melalui kombinasi sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mendapatkan

manfaatnya.

12

Universitas Sumatera Utara


Dalam kenyataan, cukup banyak orang memunculkan ide-ide muluk

sehubungan dengan aneka macam bisnis, tetapi kebanyakan di antara mereka

tidak pernah merealisasinya. Justru para entrepreneur melaksanakan ide-ide

mereka. Banyak periset telah melakukan penelitian-penelitian guna mendapatkan

gambaran jelas tentang kepribadian entreprenurial.

Profil entrepreneurial (Alifuddin dan Razak, 2015 : 6) :

a. Tanggung jawab.

Para entrepreneur memiliki tanggung jawab mendalam terhadap hasil

usaha yang dibentuk mereka. Mereka sangat berkeinginan untuk mampu

mengendalikan sumber-sumber daya mereka sendiri, dan memanfaatkannya untuk

mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan mereka.

b. Preferensi untuk menghadapi risiko moderat.

Para entrepreneur bukanlah pihak yang bersedia menerima risiko apapun

juga, tetapi mereka justru merupakan penerima risiko yang telah diperhitungkan

dengan matang (calculated risk takers).

c. Keyakinan dalam kemampuan mereka untuk meraih keberhasilan.

Para entrepreneur secara tipikal memiliki keyakinan besar terhadap

kemampuan mereka untuk mencapai keberhasilan. Mereka cenderung bersikap

optimistik, sehubungan dengan kemungkinan-kemungkinan mereka mencapai

sukses, dan biasanya optimisme mereka berlandaskan realita.

d. Keinginan untuk mencapai umpan balik (feedback) segera.

Para entrepreneur menikmati tantangan-tantangan sehubungan dengan

uupaya mengelola sebuah bisnis, dan mereka ingin mengetahui bagaimana hasil-

13

Universitas Sumatera Utara


hasil yang dicapai mereka, dan secara konstan mereka mencari (informasi) umpan

balik.

e. Energi tingkat tinggi.

Energi tersebut mungkin meruperja keras sudah merupakan akan faktor

kritikal. Jam kerja lama, dan upaya kerja keras sudah merupakan peraturan bagi

para entrepreneur.

f. Orientasi ke depan.

Para entrepreneur memiliki naluri kuat untuk mencari serta menemukan

peluang-peluang. Mereka melihat ke depan, dan mereka kurang begitu

memperhatikan apa saja yang telah dilakukan kemarin, dibandingkan dengan apa

yang akan dilakukan besok. Para entrepreneur melihat adanya potensi-potensi, di

mana orang lain hanya melihat adanya masalah-masalah atau tidak melihat apa-

apa.

Menurut Hornaday (Solihin dan Ismail, 2014 : 214). Ciri-ciri Entrepreneur yang

berhasil yaitu :

a. Kepercayaan pada diri sendiri (self-confidence).

b. Penuh energi dan bekerja dengan cermat.

c. Kemampuan untuk menerima risiko yang diperhitungkan.

d. Memiliki kreativitas.

e. Memiliki fleksibilitas.

f. Memiliki reaksi positif terhadap tantangan yang dihadapi.

g. Memiliki jiwa dinamis dan kepemimpinan.

h. Memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang-orang.

i. Memiliki pengetahuan pasar.

14

Universitas Sumatera Utara


j. Memiliki keuletan dan kebulatan tekad untuk mencapai sasaran-sasaran.

k. Memiliki rangsangan atau kebutuhan akan akan prestasi dan pengetahuan.

l. Memiliki jiwa optimis.

m. Memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri.

n. Memiliki pandangan tentang masa depan yang akan datang.

o. Berorientasi pada laba.

p. Berfikiran tunggal dan memiliki suatu visi dan misi yang jelas.

Ciri-ciri umum wirausaha yang berhasil (Echdar, 2013 : 80 ).

Seorang wirausaha yang efektif dan sukses – menurut pandangan para

peneliti, mempunyai beberapa sifat dan ciri kepribadian berikut : percaya diri,

berorientasikan kemanusiaan, berorientasikan tugas dan keputusan, keaslian ide

kreatif, berorientasi masa depan, berorientasi perencanaan, kemampuan

mengendalikan perusahaan, dan kemampuan manajemen.

Ciri-ciri tersebut diterangkan lebih lanjut dalam uraian berikut :

a. Selalu mencari peluang. Seorang Wirausaha sejati mampu melihat sesuatu

dalam perspektif atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan, ia

juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu.

Kemampuan inilah yang membuatnya piawai dalam menangani berbagai

persoalan yang dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi kemampuan

seorang wirausaha dalam mengerjakan berbagai tugas sekaligus, semakin

besar pula kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber daya

produktif. Seorang wirausaha senantiasa belajar, belajar, dan belajar.

15

Universitas Sumatera Utara


Kehidupan ini penuh dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk

maju, bertumbuh, dan berkembang.

b. Percaya diri. Wirausaha bersikap independen. Ia senantiasa bersifat

optimis terhadap ramalan dan pandangan masa depan. Berkaitan dengan

kepercayaan diri, seorang wirausaha mempunyai mutu kepemimpinan dan

sifat dinamis yang pada umumnya mempunyai sikap, kepribadian dan

sifat yang positif terhadap diri sendiri di masa depannya. Seorang

wirausaha yang berhasil, bila berbicara mempunyai kepercayaan diri yang

kuat.

c. Berorientasi kemanusiaan. Seorang wirausaha mempunyai hati yang

lembut, mudah bergaul dan berkawan dengan orang-orang di

sekelilingnya, tidak membedakan apakah orang tersebut klien atau

pelanggan, pesaing atau pegawainya. Seorang wirausaha juga adalah

individu yang mudah diajak berbincang dan bertimbang rasa dengan selalu

menerima masukan dan teguran yang membangun dari semua pihak. Pada

umumnya seorang wirausaha mempunyai sikap yang positif terhadap

orang lain dan menghormati mereka. Karakter ini membawa mereka

menjadi orang yang fleksibel dan menimba banyak ide-ide dari sekeliling.

Cetusan ide orang dapat dibinanya menjadi mangkuk emas yang

menghasillkan batangan-batangan emas yang lain.

d. Berorientasi tugas dan keputusan. Seseorang wirausaha akan terus bekerja

keras dan mempunyai keinginan dan semangat baja untuk terus bekerja

dan berusaha, selain tahan banting dan bersungguh-sungguh dalam daya

usahanya. Di samping itu, setiap wirausaha mempunyai orientasi

16

Universitas Sumatera Utara


keuntungan dan sangat mementingkan pencapaian objektif, tujuan dan

hasil dari daya upayanya guna mencapai keberhasilan yang pada umumnya

selalu berusaha sepenuh tenaga untuk mencapai kesuksesan. Ini

menggambarkan bahwa wirausaha memiliki visi yang jelas mengenai arah

dan tujuan hidupnya, serta karir mereka sebagai wirausaha.

e. Berorientasi masa depan. Seorang wirausaha senantiasa memandang ke

depan dan tidak menoleh ke belakang dalam kegiatannya, serta

mempunyai pandangan meluas tentang masa depan dan kesempatan yang

ada. Sikap dan pandangannya juga selalu positif terhadap kemungkinan

masa depan. Seorang wirausaha memandang masa depan dengan penuh

harapan dan penuh dengan kesempatan-kesempatan yang tidak boleh

dilepaskan. Wirausaha membina visi dan misi yang jelas. Meletakkan

tujuan yang fokus dan mampu untuk dicapai dalam waktu yang telah

ditetapkan.

f. Bersedia mengambil risiko. Wirausaha merupakan orang yang senantiasa

bersedia menghadapi dan menanggung risiko dan menganggap bahwa

lebih tinggi risikonya maka lebih tinggilah kemungkinan untung yang

akan diperoleh perusahaan. Jadi risiko bertindak sebagai tantangan dan

bukan halangan bagi seorang wirausaha. Pada umumnya seorang

wirausaha selalu bersedia menanggung risiko berkaitan dengan perusahaan

yang dijalankan.

g. Kemampuan membuat keputusan. Seorang wirausaha merupakan seorang

yang pandai membuat keputusan. Dia tahu masalah yang bakal

17

Universitas Sumatera Utara


dihadapinya di masa depan. Dia juga dapat mengetahui berbagai informasi

yang diperlukan untuk membuat keputusan.

h. Kemampuan Manajemen. Seorang wirausaha juga dikatakan mempunyai

kemampuan yang alamiah untuk memimpin dan mengelola organisasi dan

perusahaan. Ia dapat mewujudkan kerja secara tim/kelompok dan dapat

memberikan efek yang menyeluruh dalam manajemen dan menjamin

keberhasilan perusahaan.

Terdapat tiga macam tipe jenis bisnis :

a. Usaha yang mencerminkan gaya hidup (lifesyle ventures) independensi,

otonomi, dan kontrol merupakan tujuan-tujuan utama.

b. Usaha-usaha kecil yang lebih menguntungkan (smaller profitable

ventures) . Cash flow dan laba merupakan tujuan-tujuan penting selama mereka

tidak mempengauhi kemampuan sang pemilik untuk mengendalikan perusahaan

yang bersangkutan.

c. Usaha-usaha yang tumbuh dengan cepat (high-growth ventures)

Penjualan dan laba tingkat tinggi menjadi tujuan, dengan bantuan investasi dari

pihak luar, dan eventuil pada saatnya perusahaan tersebut dijual kepada pihak

luar.

Dari tiga macam tipe jenis bisnis diatas, salon merupakan tipe usaha yang

mencerminkan gaya hidup.

18

Universitas Sumatera Utara


2.2 Faktor-faktor pendukung dan penghambat bisnis salon

Faktor-faktor yang mendorong pengusaha wanita dalam membuka usaha:

1. Faktor kemandirian.

Sebagai seorang, wanita ada kalanya wanita ini dapat berdiri sendiri tanpa

bantuan oang lain. Hal ini karena wanita ingin menunjukkan jika tanpa laki-laki

dia dapat bertahan hidup dengan keahlian yang dia punya yang direalisasikan

menjadi suatu usaha yang dapat menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan

hidupnya.

2. Faktor modal

Dalam pembuatan usaha maka wanita biasanya melihat berapa modal yang

mereka punya untuk membuat suatu usaha. Biasanya semakin banyak modal yang

mereka miliki untuk pembuatan suatu usaha maka semakin terencana dan

matanglah pemikiran untuk pembuatan usaha ini.

3. Faktor emosional

Faktor emosional yang dimiliki wanita, dapat mempengaruhi dirinya untuk

melakukan sesuatu yang berguna baginya maupun keluarga. Hal ini karena dalam

diri seorang wanita meemiliki keinginan untuk berdiri sendiri maupun untuk bisa

mempraktekkan teori-teori yang diikutinya melalui pendidikan formal maupun

informal yang diinginkannya. Selain itu wanita juga mempunyai keinginan untuk

membantu keuangan keluarga yaitu dengan membuka usaha.

4. Faktor pendidikan.

Faktor pendidikan dapat menjadi salah satu faktor yang memotivasi wanita

untuk berwirausaha karena banyak wanita-wanita yang mengikuti pendidikan

informal seperti kursus-kursus yang dapat mengasah keterampilan mereka.

19

Universitas Sumatera Utara


Faktor-faktor yang menghambat pengusaha wanita dalam membuka usaha:

1. Faktor kewanitaan.

Sebagai seorang ibu rumah tangga ada masa hamil dan menyusui sehingga

agak menggangu jalannnya bisnis. Hal ini dapat diatasi dengan mendelegasikan

wewenang tugas kepada karyawan atau pekerja. Tentunya pendelegasian ini

mempunyai keuntungan dan kerugian. Jalannya usaha tidak persis sama apabila di

pimpin oleh pemilik sendiri. Jadi, ada dua kemungkinan yaitu lebih baik atau

lebih buruk.

2. Faktor sosial budaya.

Wanita sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab penuh dengan urusan

rumah tangga. Bila anak atau suami sakit, ia harus memberikan perhatian penuh

dan ini akan menggangu aktivitas usahanya. Jalannya bisnis yang dilakukan oleh

seorang wanita tidak sebebas yang dilakukan laki-laki. Karena ada anggapan

umum dan kebiasaan dalam rumah tangga bahwa suami lah yang memberi nafkah,

suami yang bekerja, maka sulit juga suatu usaha berkembang menjadi usaha yang

besar.

3. Faktor administrasi

Faktor administrasi yang berbelit merupakan suatu faktor yang sangat

menghambat wanita dalam membuka suatu usaha.

2.3 Peluang Usaha Salon

Peluang usaha salon kecantikan dikatakan menjanjikan karena hampir

sebagian besar kaum wanita cenderung melakukan perawatan, terutama pada

tangan-tangan profesional.

20

Universitas Sumatera Utara


Alasan kaum wanita melakukan perawatan adalah untuk bisa tampil lebih

mempesona, baik dihadapan suami, pacar atau rekan kerja. Dan biasanya, kaum

wanita akan lebih memilih perawatan tubuh ini meskipun hanya memiliki biaya

pas-pasan.

Bagi kaum wanita, perawatan tubuh jauh lebih penting dari kebutuhan

apapun. Makanya, penyediaan salon kecantikan ini jelas merupakan peluang besar

untuk memperoleh keuntungan.

Meskipun peluangnya besar, anda tidak bisa langsung mengupayakan

untuk membukanya secara langsung. Tapi anda sebaiknya mempersiapkan

beberapa hal penting yang akan menunjang bisnis tersebut.

Berikut beberapa cara yang bisa dijalankan jika ingin membuka salon yang

baik :

1. Perencanaan.

Duduklah di suatu tempat yang membuat Anda nyaman, lalu gambarkan

rencana bisnis yang diinginkan. Tulislah objek sasaran bisnis Anda, prospek ke

depannya serta bagaimana cara menangani bisnis tersebut. Buat spesifikasi

rencana bisnis Anda dengan penulisan poin-poin penting yang diperlukan.

Lanjutkan dengan mendata barang-barang yang dibutuhkan untuk membuka

salon.

Kelompokkan barang mana saja yang sudah dimiliki dan tidak perlu

membeli lagi dan barang mana saja yang harus dibeli untuk melengkapinya.

Tentukan pula pelayanan seperti apa yang ingin diberikan pada para pelanggan.

Pusatkan konsentrasi pada pangsa pasar yang dituju serta target yang ingin dicapai

21

Universitas Sumatera Utara


dalam pendapatan. Pikirkan sebuah strategi yang lain dari kebanyakan salon pada

umumnya, hal itu akan memberi nilai tambah pada salon Anda.

2. Cari lokasi.

Temukan sebuah lokasi yang ideal untuk konsep salon yang ingin dibuka

nantinya. Tempat yang akan dijadikan salon haruslah yang kelihatan dan mudah

didatangi. Pengusaha bisa mencari lokasi yang dekat dengan tempat-tempat umum

seperti sekolah, kampus, kantor, supermarket atau dimana saja yang banyak orang

melewatinya.

Pengusaha bisa merancang salon di pusat-pusat perbelanjaan dimana para

wanita yang berbelanja bisa menata rambut mereka setelah melakukan kegiatan

mereka. Sekarang ini masyarakat cenderung lebih suka melakukan kegiatan

mereka di satu tempat untuk alasan kepraktisan. Anda bisa mendapatkan banyak

pelanggan dengan berada di dekat mereka.

3. Pelayanan.

Satu hal yang disukai pelanggan adalah keramahan dan kecepatan. Anda

bisa menggunakan hal sederhana ini sebagai modal. Sebagian besar dari mereka

datang kembali ke tempat yang sama karena nyaman dengan pelayanan yang

diberikan. Pastikan hasil yang mereka dapat sebagus mungkin, walaupun dengan

alat yang sederhana. Pengusaha bisa memasukkan hal ini dalam strategi

pemasaran salon baru.

Bisa jadi salon tersebut terus berkembang dan membutuhkan karyawan

baru. Buatlah semacam training singkat pada para karyawan baru untuk

mengajarkan komitmen serta identitas salon Anda pada para pelanggan. Pastikan

mereka siap untuk menghadapi apapun yang bisa terjadi.

22

Universitas Sumatera Utara


4. Organisasi bisnis.

Jadilah anggota dalam organisasi atau komunitas bisnis, dimana orang-

orang yang memiliki ide dalam pengembangan usaha berkumpul menjadi satu.

Komunitas ini akan menambah pengetahuan Anda mengenai bisnis apapun, yang

bisa memberi inspirasi untuk semakin mengembangkan usaha yang sedang

dibangun. Merekapun juga dapat memberi saran mengenai pinjaman dana segar

untuk menambah modal salon. Selain itu Anda akan mendapat referensi mengenai

apa saja yang bermanfaat untuk dicoba.

5. Taksir keadaan keuangan.

Saat Anda mengatakan akan memulai bisnis ini tanpa uang yang

maksudnya adalah dengan modal seminimal mungkin, Anda tidak harus

menghadapi tuntutan pengeluaran yang besar. Karena itu, buatlah perhitungan

untuk presentasi dana dan hitunglah berapa banyak yang disimpan untuk

pembukaan tempat usaha yang baru.

Jika tidak ingin terlilit beban atau hutang nantinya, Anda bisa

mengandalkan modal sedikit yang Anda punya. Tidak perlu meminjam, jika bisa

dengan cerdik memanfaatkan semaksimal mungkin yang ada di sekeliling. Jika

terpaksa harus beli, maka Anda bisa membelinya di toko yang mengadakan

diskon, atau cuci gudang. Semua cara bisa dilakukan, asalkan bisa memanfaatkan

setiap peluang yang ada.

6. Buat permohonan suntikan dana.

Jika Anda benar-benar tidak memiliki modal sama sekali untuk membuka

usaha, bisa mengajukan permohonan suntikan dana pada bank ataupun komunitas

23

Universitas Sumatera Utara


tertentu yang bertujuan untuk membantu orang-orang yang tidak memiliki modal,

namun ingin membuka tempat usaha.

Tunjukkan dan yakinkan kualitas Anda sebagai pebisnis dalam sebuah

proposal atau presentasi dan Anda benar-benar tidak mempunyai modal untuk

memulainya. Uraikan dengan jelas bisnis yang ingin Anda mulai serta berbagai

rincian anggaran dan pendapatan.

7. Atur dan rincikan keuangan.

Buat pengaturan dan rincian keuangan. Simpan pula data-data mengenai

pinjaman. Anda tidak boleh menghabiskan modal di luar kemampuan dan hindari

pinjaman yang berlebihan. Dalam mengeluarkan dana untuk keperluan apapun

harus hemat dan bijaksana, karena Anda baru saja memulainya.

Jika dari awal mula Anda sudah berlebihan dalam belanja kebutuhan dan

alat yang diperlukan, kemungkinan besar pendapatan yang akan diperoleh

nantinya akan dialokasikan untuk pembayaran utang sepenuhnya, padahal Anda

juga harus memenuhi kebutuhan sendiri, biaya operasional, bahkan karyawan

Anda yang bisa saja menimbulkan masalah baru nantinya.

Untuk memulai bisnis salon tanpa uang, Anda harus cerdik dan memiliki

motivasi yang tinggi. Rencanakan semuanya dengan matang, karena bisa terjadi

pembengkakan biaya tak terduga yang disebabkan adanya barang atau kebutuhan

salon yang belum terdata. Anda juga bisa meminta saran dari wanita atau pria

yang punya rutinitas ke salon. Mereka akan memberi pandangan sebagai

konsumen atau pelanggan hal seperti apa yang diinginkan saat mereka ke salon.

Datalah saran, keinginan, dan harapan mereka tentang sebuah salon, yang dimana

hal tersebut memberi inspirasi yang harus ditambahkan.

24

Universitas Sumatera Utara


2.4 Analisis SWOT.

Menjalankan sebuah organisasi dengan sebuah tujuan, maka tidak dapat

dilepaskan dari memikirkan strategi-strategi untuk memajukan organisasi tersebut

dalam pencapaian tujuan organisasi. Banyak pemimpin organisasi menjalankan

organisasi hanya dengan rutinitas administratif, serta plagiasi kegiatan

kepemimpinan organisasi sebelumnya guna pemenuhan kewajiban menjalankan

program, tanpa melihat capaian dalam organisasi tersebut. Pemimpin seperti ini,

merupakan pemimpin yang kurang peka terhadap organisasi dan tidak tahu

strategi yang efektif dan tepat untuk dipakai dalam kepemimpinannya.

Strategi dalam pencapian tujuan organisasi dapat dirumuskan sebelumnya

dengan melakukan suatu analisis terhadap keseluruan indikasi dalam organisasi

tersebut. Dengan mengadakan analisis maka sang pemimpin mampu menemukan

formula atau strategi yang baik untuk mengarahkan seluruh potensi organisasi,

guna pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin seperti inilah yang cerdas dalam

memimpin serta mengarahkan organisasi maju kedepan, dan bukan pada hanya

rutinitas organisasi.

Selain itu, kegiatan analisis organisasi juga dapat digunakan dalam

pengambilan keputusan dan pemecahan suatu masalah. Dengan menggunakan

analisis yang menyeluruh dan tepat, maka sang pemimpin akan tepat dalam

mengambil keputusan serta lebih memberdayakan pelaku-pelaku organisasi.

Melihat paparan di atas dapat disimpulkan analisis sangat penting

dalam kehidupan organisasi. Salah satu contoh analisis yang sangat mudah dan

sangat efisien untuk digunakan adalah analisis SWOT (Strength, Weaknesses,

25

Universitas Sumatera Utara


Opportunities dan Threats), atau analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

Ancaman.

Dengan menggunakan SWOT, organisasi akan lebih mudah memetakan

berbagai potensi internal dan eksternal, organisasi akan mengembangkan kekuatan

potensial dengan memanfaatkan peluang, menekan pengaruh dari kelemahan yang

dapat menjadi ancaman bagi organisasi, serta menemukan strategi yang tepat

untuk pengembangan selanjutnya atau pencapaian tujuan tertentu organisasi

tersebut.

Apa Itu Analisis SWOT ?

Definisi Analisis SWOT menurut Gitosudarmo (Yunus, 2016 : 115)

SWOT merupakan terjemahan dari Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

atau disingkat oleh beliau dengan "KEKEPAN". Metode ini diharapkan dapat

mengetahui kekuatan apa saja yang telah dimiliki oleh perusahaan, kelemahan apa

saja yang masih melekat pada diri perusahaan, kemudian pengusaha juga harus

mampu melihat kesempatan atau opportunity yang terbuka bagi kita dan akhirnya

kita harus mampu untuk mengetahui ancaman, hambatan, gangguan, serta

tantangan yang menghadang di depan perusahaan.

Analisis SWOT Menurut Freddy Rangkuti (2009 : 18)

Analisis SWOT adalah proses identifikasi berbagai faktor secara sistematis guna

menentukan rumusan yang tepat dan melakukan strategi perusahaan yang terbaik.

Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses

pengambilan keputusan strategis perusahaan selalu berkaitan erat dengan

26

Universitas Sumatera Utara


pengembangan misi, visi, tujuan, strategi serta kebijakan perusahaan. Oleh

karenanya perencanaan yang strategis sangat memerlukan analisa-analisa dari

masing masing SWOT ini (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) di

lingkungan perusahaan saat ini.

Pengertian Analisis SWOT menurut Kotler (2009 : 51)

adalah sebuah cara yang ditempuh oleh perusahaan dalam upaya mengamati

lingkungan pemasaran internal maupun eksternal.

Arti Analisis SWOT Menurut David, Fred R. (2007 : 11)

Berikut penjelasan lengkap mengenai SWOT akan di rinci satu persatu.

1. Strengths (Kekuatan).

Pengertian Strenght (kekuatan) adalah segala sumber daya yang dimiliki

perusahaan baik sumber daya manusia, keterampilan, soft skill, maupun

keunggulan lain yang dimiliki perusahaan yang mana dihubungkan dengan para

pesaing perusahaan serta kebutuhan pasar. Kekuatan adalah sebuah persaingan

khusus yang mampu memberikan keunggulan daripada perusahaan lain dalam hal

kompetisi.

2. Weakness (Kelemahan).

Weakness (kelemahan) merupakan suatu keterbatasan serta kekurangan

dalam sebuah perusahaan (dalam hal sumber dayanya, kapabilitas karyawannya,

serta penguasaan keterampilan dimana nantinya akan menghambat kinerja

perusahaan ke depannya. Keterbatasan lain yang dapat menghambat jalannya

perusahaan antara lain : fasilitas, tunjangan, sumber daya keuangan perusahaan,

kapabilitas manajemen, serta kelihaian bagian pemasaran.

3. Opportunities (Peluang).

27

Universitas Sumatera Utara


Peluang merupakan suatu kesempatan yang sangat penting yang sangat

ditunggu oleh masing-masing perusahaan. Peluang-peluang yang datang ini pada

umumnya bersifat akan menguntungkan perusahaan. Namun terkadang peluang

yang datang ini belum tentu langsung bisa disambut oleh perusahaan tersebut

dikarenakan kendala-kendala tertentu. Contoh peluang yang kedepannya bisa

mendatangkan keuntungan kepada perusahaan antara lain perubahan teknologi,

peningkatan hubungan dengan pembeli maupun supplier dan lainnya.

4. Threats (Ancaman).

Kebalikannya dengan peluang, ancaman adalah situasi penting yang tidak

menguntungkan perusahaan. Hal ini menjadi pengganggu jalannya roda bisnis

perusahaan dan mengancam posisi perusahaan di dalam pasar, maupun

mengganggu tujuan perusahaan. Contoh ancaman yang sering dihadapi

perusahaan yaitu aturan-aturan baru dari pemerintah yang sangat merugikan

pengusaha.

Manfaat analisis SWOT adalah menjadi metode analisis paling dasar untuk

melihat suatu permasalahan di dalam perusahaan dilihat dari empat sisi berbeda.

Hasil analisis SWOT ini berupa rekomendasi atau arahan antara lain seperti

mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada

serta mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman. Analisis SWOT ini

akan berguna dengan baik jika digunakan dengan benar. Dimana banyak sisi-sisi

terlupakan dan tidak terlihat dalam perusahaan akan muncul dalam analisis

SWOT ini. Sehingga analisis SWOT ini sangat bermanfaat sebagai analisis

strategi untuk meminimalisis kelemahan perusahaan atau organisasi dan dapat

menekan dampak ancaman yang muncul.

28

Universitas Sumatera Utara


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Usaha Salon.

Kebutuhan seseorang agar dapat memiliki penampilan yang menarik

membuat suatu bisnis jasa dalam bidang fashion terus berkembang dan

berinovasi. Salah satunya adalah bisnis salon kecantikan. Saat ini, salon

kecantikan bukan lagi menawarkan jasa potong rambut. Tetapi salon kecantikan

telah berkembang dengan menawarkan berbagai jasa seperti perawatan tubuh

dengan berbagai metode perawatan yang ditawarkan. Bahkan paradigma terhadap

salon kecantikan saat ini telah berubah dari dulunya yang hanya sebagai tempat

perawatan tubuh menjadi tempat wisata untuk melakukan refreshing dan

melepaskan kepenatan dari kesibukan kegiatan yang dilakukan sehari-hari.

Karena arus informasi digital, berpenampilan yang fashionable mulai

mendapat perhatian besar, karena pada dasarnya semua orang ingin tampil di

depan umum dengan impresif. Konsumen pun semakin cerdas dalam menetapkan

kriteria dan kualitas terhadap penyedia barang dan jasa yang dibutuhkan, termasuk

urusan perawatan diri dan kecantikan tersebut. Tentunya bisnis salon kecantikan

harus dapat memahami kebutuhan konsumen ditengah-tengah persaingan yang

sangat ketat. Tidak hanya wanita yang memakai jasa salon kecantikan, pria

sebagai orang yang dulunya terlihat cuek akan penampilan juga telah

menggunakan jasa calon kecantikan agar berpenampilan lebih menarik. Sehingga

saat ini tidak sedikit salon kecantikan yang memodifikasikan pelayanannya

29

Universitas Sumatera Utara


sebagai contoh salon muslimah yang menawarkan jasa untuk muslimah seperti

jasa hijab.

Salon kecantikan merupakan perusahaan jasa yang mudah ditemukan.

Tuntutan akan penampilan menarik yang tinggi, menjadikan tingkat persaingan

dalam bisnis ini meningkat sehingga perusahaan harus terus melakukan inovasi

untuk dapat menarik pelanggan terhadap jasa yang ditawarkan dan yang dapat

menghasilkan jasa yang berkualitaslah yang mampu bersaing.

Salah satu contoh tempat usaha salon kecantikan yaitu berada di lokasi

Pasar Pringgan Medan. Terdapat banyak pengusaha salon membuka usaha

salonnya di lokasi Pasar Pringgan Medan bahkan di sekitar Pasar Pringgan Medan

juga terdapat banyak salon. Mengapa terdapat banyak usaha salon di Pasar

Pringgan Medan? karena Pasar Pringgan Medan merupakan tempat yang strategis

bagi pengusaha yang ingin membuka usaha nya di lokasi ini.

Pasar Pringgan Medan dikatakan sebagai lokasi atau tempat yang strategis

karena dalam teori wirausaha strategis ditafsirkan sebagai lokasi di mana banyak

ada calon pembeli, dalam artian lokasi ini mudah dijangkau, gampang dilihat

konsumen, dan lokasi yang banyak dilalui atau dihuni target konsumen yang

berpotensi membeli produk atau jasa yang dijual. Lokasi seperti ini cocok untuk

usaha perdagangan barang atau jasa yang harus berhubungan langsung dengan

pelanggan. Itu sebabnya pasar, pusat pertokoan, atau pusat perbelanjaan menjadi

lokasi-lokasi usaha perdagangan yang paling diincar orang. Usaha-usaha yang

sangat tergantung dengan lokasi strategis misalnya; apotek, rumah makan, mini

market, bengkel, toko pakaian, juga salon kecantikan.

30

Universitas Sumatera Utara


3.2 Sejarah Usaha Salon.

Peneliti melakukan analisis sebanyak tiga belas responden dan peneliti

hanya menampilkan tiga sejarah salon yang berada di Pasar Pringgan Medan yaitu

Salon Timur, Salon Ramayana, dan Salon Ramayana Baru. Ketiga salon ini

merupakan salon yang mendominasi di Pasar Pringgan Medan.

Berikut ini adalah ketiga salon tersebut :

1. Salon Timur.

Salon Timur merupakan sebuah usaha yang bergerak di bidang jasa salon

yang merupakan salon pertama yang berada di Jalan Pasar Pringgan No. 24

Medan sehingga salon timur tidak memiliki saingan dan menjadi unggul di

bidang usaha salon.. Salon Timur berdiri sejak 54 tahun yang lalu, tepatnya pada

tahun 1967. Salon Timur didirikan oleh Ibu Achuan yang berumur 71 tahun. Ibu

Achuan memiliki keterampilan salon karena les keterampilan salon selama empat

bulan.

Awalnya Salon Timur berlokasi di Jalan Kampung Keling Medan selama

37 tahun dan membuka cabangnya di Pasar Pringgan Medan yang sudah berumur

17 tahun.

Salon Timur yang berlokasi di Pasar Pringgan beroperasi setiap hari mulai

dari jam 06.00 sampai dengan jam 18.00 dan apabila ada pelanggan mem-booking

make up untuk pengantin dan wisuda pada subuh hari, maka Salon Timur

beroperasi lebih cepat biasanya mulai dari jam 04.00.

Dahulu usaha ini dimulai dari kecil-kecilan sehingga semakin lama

semakin bertumbuh dan menjadi besar seperti saat ini. Ibu Achuan berkata ,

“usaha itu harus dimulai dari kecil-kecilan sehingga semakin lama semakin

31

Universitas Sumatera Utara


menjadi besar. Apabila suatu usaha langsung beranjak ke besar maka

kemungkinan risiko usaha yang akan terjadi semakin besar. Dan apabila sudah

mempunyai pengalaman di usaha kecil, maka usaha bisa dikembangkan semakin

besar”.

Visi dari Salon Timur adalah menjadi salon yang memberikan mutu dan

pelayanan terbaik. Sementara misinya adalah menjaga kualitas pelayanan dan

menjaga kepuasan pelanggan. Latar belakang berdirinya usaha ini adalah untuk

menambah pendapatan Ibu Achuan.

Salon Timur memiliki enam orang karyawan saat ini. Salon Timur

memiliki beberapa inventoris dalam mengelola usahanya antara lain 15 buah

kursi untuk pelanggan potong rambut dan melakukan perawatan rambut lainnya, 2

buah kaca yang memanjang diantaranya 1 buah kaca untuk 5 kursi dan 1 buah

kaca untuk 10 kursi, kursi tunggu untuk pelanggan menunggu dilayani, 2 buah

tempat untuk mencuci rambut, tiga tempat tidur untuk facial, lima steamer, dan

alat-alat lainnya.

Dari hasil analisis lingkungan internal ditemukan beberapa kekuatan yang

dimiliki oleh Salon Timur, antara lain yaitu selalu memberikan pelayanan yang

terbaik untuk memuaskan pelanggan seperti memberikan pelayanan tepat waktu

apabila ada booking make up wisuda dan pengantin saat subuh dan bersikap

ramah kepada pelanggan. Apabila pelanggan puas maka pelanggan tersebut akan

cenderung lebih loyal kepada Salon Timur. Dengan adanya pelanggan loyal

kepada Salon Timur, akan menjaga Salon Timur tetap tetap bertahan dalam

industri ini. Salon Timur juga memiliki manajemen keuangan yang baik untuk

mengelola keuangan. Dengan adanya pengelolaan keuangan yang baik, Salon

32

Universitas Sumatera Utara


Timur dapat memanfaatkan keuangannya untuk uang perputaran salonnya sehari-

hari.

Kekuatan Salon Timur yang lain adalah jumlah karyawan yang cukup dan

jarang terjadinya pergantian karyawan. Sehingga menjadikan karyawan tersebut

selalu berkompetensi dan membuat performa sehingga Salon Timur tetap

bertahan. Salon Timur juga unggul di bidang make up dan sanggul pengantin

daerah.

Dari hasil analisis lingkungan internal, juga ditemukan beberapa

kelemahan yang dimiliki oleh Salon Timur yaitu minimnya usaha dalam aspek

pemasaran. Pemasaran hanya dilakukan dari mulut ke mulut yang merupakan cara

yang kurang efektif tanpa memanfaatkan perkembangan teknologi dan tanpa

menggunakan aplikasi sosial media. Apalagi sekarang ini sosial media sangat

berpengaruh terhadap tingkat konsumen yang menjadi pengunjung salon. Seiring

berkembangnya zaman yang semakin modern, pengusaha salon di bidang

kecantikan banyak memanfaatkan sosial media sebagai alat untuk memasarkan

atau mempromosikan usaha nya dan tanpa mengeluarkan biaya yang besar untuk

melakukan kegiatan pemasaran.

Kelemahan yang lainnya yang dimiliki oleh Salon Timur adalah fasilitas

yang kurang nyaman karena masih menggunakan kipas dan tidak menggunakan

AC.

Peluang yang didapatkan oleh Salon Timur adalah lokasi yang strategis,

banyaknya variasi pelanggan yang berminat ke salon demi urusan kecantikan.

Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Dengan peluang seperti itu, Salon

Timur dapat menambah jumlah pelanggan yang loyal pada salonnya.

33

Universitas Sumatera Utara


Daya tawar menawar pelanggan yang tidak terlalu tinggi juga dapat

menjadi peluang bagi Salon Timur untuk memaksimalkan keuntungannya melalui

harga. Meskipun Salon Timur mempunyai kesempatan untuk memaksimalkan

keuntungannya, Salon Timur juga harus realistis dalam menetapkan harga. Harga

yang terlalu tinggi dapat membuat pelanggannya tidak loyal lagi dengan Salon

Timur.

Ancaman yang dimiliki Salon Timur salah satunya adalah adanya

persaingan yang ketat. Banyaknya salon sejenis yang bersampingan langsung

dengan Salon Timur yang berjarak beberapa pintu rumah dari Salon Timur.

Banyaknya pesaing baru yang muncul dalam jasa salon ini juga menjadi

ancaman bagi Salon Timur. Salon Timur harus selalu mempertahannya

pelayanannya dan meningkatkan kualitas pelayanan untuk dapat selalu menarik

perhatian pelanggan dan membuat pelanggan tetap loyal. Salah satu contoh yang

akan dilakukan Salon Timur untuk meningkatkan kualitas pelayanannya yaitu

akan menyediakan jasa pelayanan tatto alis atau sulam alis.

34

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1

SWOT Salon Timur

Strength (Kekuatan)  a. Selalu memberikan pelayanan yang


terbaik untuk memuaskan pelanggan
seperti memberikan pelayanan tepat
waktu.
 b. Memiliki manajemen keuangan
yang baik untuk mengelola keuangan.
 c. Jumlah karyawan yang cukup dan
jarang terjadinya pergantian
karyawan.
Weakness (Kelemahan)  a. Minimnya usaha dalam aspek
pemasaran. Pemasaran hanya
dilakukan dari mulut ke mulut.
 b. Fasilitas yang kurang nyaman
karena masih menggunakan kipas dan
tidak menggunakan AC.
Opportunities (Peluang)  a. Lokasi yang strategis
 b. Banyaknya variasi pelanggan yang
berminat ke salon.
Threats (Ancaman)  a. Adanya persaingan yang ketat.
 b. Banyaknya pesaing baru.

2. Salon Ramayana.

Salon Ramayana merupakan usaha salon yang bergerak di bidang jasa

perawatan kecantikan yang terlatak di Jalan Pasar Pringgan No. 14 Medan. Usaha

Salon Ramayana ini didirikan oleh Ibu Jeni Wasia yang berumur 60 tahun. Usaha

ini sudah beroperasi selama lebih dari 30 tahun. Awalnya, Ibu Jeni Wasia belajar

keterampilan salon melalui keluarga nya karena keluarga nya memiliki salon. Ibu

Jeni Wasia belajar keterampilan salon di salon keluarganya yang berada di

kampung keling.

Setelah belajar salon di kampung keling, Ibu Jeni Wasia bekerjasama dengan

Salon Ramayana Baru yang merupakan keluarga dari Ibu Jeni Wasia sendiri. Ibu

Jeni Wasia bekerjasama dengan Salon Ramayana selama beberapa tahun.

35

Universitas Sumatera Utara


Setelah beberapa tahun bekerjasama dan Ibu Jeni Wasia merasa sudah

mandiri dan memiliki pengetahuan yang baik di bidang salon, akhirnya Ibu Jeni

Wasia membuka usaha salon nya sendiri yang bernama Salon Ramayana.

Jam operasional Salon Ramayana setiap harinya dibuka jam 06.00 sampai

jam 18.00 dan apabila ada pelanggan booking make up untuk pengantin dan

wisuda pada subuh hari, maka Salon Ramayana beroperasi lebih cepat biasanya

mulai dari jam 04.00.

Visi dan Misi Salon Ramayana.

Visi :

Menjadikan salon ini menjadi berkembang dan menjadi usaha salon yang

unggul dibandingkan dengan salon yang berada di sekitar salon ini.

Misi :

a. Mengutamakan kepuasan pelanggan.

b. Memberikan fasilitas yang terbaik.

Salon Ramayana memiliki lima pegawai saat ini. Salon Ramayana

memiliki beberapa inventoris dalam mengelola usahanya antara lain 9 buah kursi

untuk pelanggan potong rambut, 7 buah kaca, 2 buah tempat untuk mencuci

rambut atau creambath, 2 buah tempat tidur untuk facial, 3 buah steamer, dan alat-

alat lainnya.

Dari hasil analisis lingkungan internal ditemukan kekuatan yang dimiliki

oleh Salon Ramayana, antara lain yaitu memberikan fasilitas yang nyaman dan

tenang dengan menggunakan fasilitas AC. Sumber daya manusia yang profesional

dan ahli dibidangnya sehingga tetap terjaganya kualitas pelayanan di salon ini.

36

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil analisis lingkungan internal, juga terdapat beberapa kelemahan

yang dimiliki oleh Salon Ramayana yaitu harga yang ditawarkan sedikit lebih

mahal dibandingkan dengan salon-salon yang terdapat di Pasar Pringgan Medan.

Kurang nya pengetahuan tentang marketing (pemasaran) sehingga pemasaran

hanya dilakukan dari mulut ke mulut. Turn over atau keluar masuk nya pelanggan

sering terjadi.

Kelemahan yang lainnya yang dimiliki Salon Ramayana adalah Ibu Ahun

jarang langsung terjun untuk melayani pelanggan dikarenakan sekarang Ibu Ahun

sedang fokus untuk mengontrol salon cabang nya yang sedang berjalan enam

bulan di Jalan Darusalam Medan.

Peluang yang terdapat di Salon Ramayana adalah lokasi yang strategis

yang dapat memperlancar bisnis salon tersebut.

Ancaman yang dimiliki oleh Salon Ramayana salah satunya adalah adanya

persaingan yang ketat. Banyaknya salon sejenis yang bersampingan langsung

dengan Salon Ramayana yang berjarak beberapa pintu rumah dari Salon

Ramayana. Banyaknya pesaing baru yang muncul dalam jasa salon ini juga

menjadi ancaman bagi Salon Ramayana.

37

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.2

SWOT Salon Ramayana

Strength (Kekuatan)  a. Memberikan fasilitas


yang nyaman dan tenang
dengan menggunakan
fasilitas AC.
 b. Sumber daya manusia
yang profesional dan ahli
dibidangnya.
Weakness (Kelemahan)  a. Harga yang ditawarkan
sedikit lebih mahal.
 b. Kurang nya pengetahuan
tentang marketing
(pemasaran).
 c. Turn over atau keluar
masuk nya pelanggan sering
terjadi.
Opportunity (Peluang)  a. Lokasi yang strategis.
Threats (Ancaman)  a. Adanya persaingan yang
ketat.
 b. Banyaknya pesaing baru
yang muncul.

3. Salon Ramayana Baru

Salon Ramayana Baru merupakan Salon yang bergerak di bidang jasa

kecantikan yang terletak di Jalan Pasar Pringgan No. 2E Medan. Salon Ramayana

Baru ini mempunyai hubungan keluarga dengan Salon Ramayana dan Salon

Timur, namun pemiliknya berbeda. Salon Ramayana Baru didirikan oleh Ibu

Wong Tshio Sia yang berusia 61 tahun. Letak Salon Ramayana Baru ini

bersebelahan dengan Salon Ramayana hanya berjarak tiga pintu dengan Salon

Ramayana Baru. Salon ini sudah beroperasi selama lebih dari 30 tahun dan sudah

lebih lama dibandingkan dengan Salon Ramayana.

38

Universitas Sumatera Utara


Awalnya Ibu Wong Tshio Sia mengikuti kursus kecantikan selama 6

bulan, kemudian Ibu Wong Tshio Sia menjadi karyawan terlebih dahulu di Salon

Timur bersamaan dengan Ibu Jeni yang merupakan pemilik Salon Ramayana.

Jam operasional Salon Ramayana Baru ini setiap hari biasa nya mulai jam

06.00 sampai jam 19.00.

Visi dan Misi Salon Ramayana Baru.

Visi :

Membuat wanita tampil lebih cantik setelah keluar dari salon, make over

wanita.

Misi :

a. Merawat rambut pelanggan Salon Ramayana Baru secara sempurna.

b. Menggunakan produk-produk berkualitas dan aman dalam

memberikan pelayanan atau perawatan.

c. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan secara terus-

menerus.

d. Ramah kepada pelanggan.

Salon Ramayana Baru memiliki delapan pegawai saat ini. Salon Ramayana

Baru memiliki beberapa inventoris dalam mengelola usahanya antara lain 14

buah kursi, 7 buah kaca, 2 buah kursi untuk mencuci rambut, 4 buah steamer, 2

buah kursi facial, dan alat-alat lainnya.

Dari hasil analisis lingkungan internal ditemukan kekuatan yang dimiliki

oleh Salon Ramayana Baru, antara lain yaitu tenaga kerja yang cukup dan ahli di

bidang nya dan jumlah tenaga kerja yang banyak.

39

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil analisis lingkungan internal, juga terdapat beberapa kelemahan

yang dimiliki oleh Salon Ramayana Baru yaitu harga yang ditawarkan sedikit

lebih mahal. Kurang nya pengetahuan tentang marketing (pemasaran) sehingga

pemasaran hanya dilakukan dari mulut ke mulut.

Kelemahan Salon Ramayana Baru yang lainnya yaitu ada beberapa

pegawai di Salon Ramayana Baru yang tidak ramah dan kurang bergaul dengan

pelanggan. Salon Ramayana Baru awalnya agak pesimis dikarenakan banyak

pesaing yang berdekatan dengan Salon Ramayana Baru. Kelemahan lainnya yaitu

Salon Ramayana Baru hanya menggunakan fasilitas kipas angin dan tidak

menggunakan fasilitas AC.

Peluang yang dimiliki Salon Ramayana Baru ini yaitu lokasi yang

strategis. Ada nya potensi cukup besar karena wanita menyukai berias diri atau

mempercantik diri.

Ancaman yang dimiliki oleh Salon Ramayana Baru salah satunya adalah

adanya persaingan yang ketat. Banyaknya salon sejenis yang bersampingan

langsung dengan Salon Ramayana yang berjarak beberapa pintu rumah dari Salon

Ramayana Baru. Banyaknya pesaing baru yang muncul dalam jasa salon ini juga

menjadi ancaman bagi Salon Ramayana Baru.

Tabel 3.3

SWOT Salon Ramayana Baru.

Strength (Kekuatan)  a. Jumlah tenaga kerja yang


banyak
 b. Tenaga kerja yang cukup
dan ahli di bidang nya.
Weakness (Kelemahan)  a. Beberapa pegawai di Salon
Ramayana Baru yang tidak
ramah dan kurang bergaul
dengan pelanggan.

40

Universitas Sumatera Utara


 b. Salon Ramayana Baru
awalnya agak pesimis
dikarenakan banyak pesaing
yang berdekatan dengan
Salon Ramayana Baru.
 c. Fasilitas yang kurang
karena tidak memakai AC.
Opportunity (Peluang)  a. Lokasi yang strategis.
 b. Ada nya potensi cukup
besar karena wanita
menyukai berias diri atau
mempercantik diri.
Threats (Ancaman)  a. Adanya persaingan yang
ketat.
 b. Banyaknya salon sejenis.

a. Gambaran Umum Pengusaha Wanita.

Para pengusaha salon di Jalan Pasar Pringgan Medan memiliki latar

belakang yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan status, usia,

dan pendidikan. Secara umum gambarannya dapat di lihat pada hasil penyebaran

kuesioner, wawancara dan observasi yang dilakukan untuk penulisan tugas akhir

ini. Seperti dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 3.4

Data pribadi wanita pengusaha usaha salon kecantikan di Jalan Pasar

Pringgan Medan.

No Nama Responden Umur Status Pendidikan


Terakhir
1 Achuan 68 Menikah SMP
2 Wong Tshio Sia 61 Menikah SMA
3 Jeni Wasia 60 Menikah SMP
4 Achen 48 Janda SMA
5 Vivi 44 Menikah SMA
6 Achien 48 Menikah SMA
7 Sri Linda 60 Menikah SMP
8 Cory 37 Janda SMP
9 Alyn 36 Menikah SMA
10 Lisa 34 Menikah SMA

41

Universitas Sumatera Utara


11 Yuli 30 Menikah SMA
12 Ika Jeges 35 Menikah SMA
13 Ros 50 Menikah SMA

Pengusaha wanita di Jalan Pasar Pringgan Medan ini didominasi

pengusaha yang berumur di atas 25 tahun. Pendidikan terakhir mereka sebagian

besar adalah tamat SMA dan ada yang beberapa tamat SMP. Sebelum membuka

usaha ini, pada umum nya si pengusaha melakukan kursus kencantikan dan

bekerja pada salon orang lain untuk menambah keterampilan dan pengalaman di

dunia kecantikan.

b. Gambaran umum dan karakteristik pelanggan Salon Kecantikan di

Jalan Pasar Pringgan Medan.

Pelanggan yang datang ke salon kecantikan di Jalan Pasar Pringgan Medan

ini beraneka ragam. Pelanggan yang paling utama datang adalah masyarakat

umum dari berbagai tempat, tidak hanya masyarakat yang tinggal di sekitaran

pasar pringgan namun masyarakat yang berasal dari lokasi yang berbeda.

Pelanggan yang datang ke salon biasanya memotong rambut, creambath, facial,

cat rambut dan melakuan perawatan kecantikan lainnya. Mahasiswa juga menjadi

pelanggan kedua utama yang datang ke salon kecantikan yang berlokasi di Pasar

Pringgan Medan.

Pelanggan di beri kebebasan untuk melakukan booking di acara-acara

tertentu seperti make up dan sanggul untuk wisuda dan acara pernikahan. Biasa

nya pelanggan yang melakukan booking bebas menetapkan tanggal dan waktu

untuk booking di subuh hari selama jadwal booking tersebut masih tersedia atau

tidak ada pelanggan yang lain yang booking di tanggal dan waktu tersebut.

42

Universitas Sumatera Utara


Pelanggan melakukan booking melalui via telepon atau dapat datang

langsung ke salon. Pelanggan yang booking untuk acara wisuda biasanya di subuh

hari mulai dari jam 03.00. Pelanggan yang booking untuk acara pernikahan juga

biasanya di subuh hari mulai dari jam 04.00.

Karakteristik pelanggan yang datang ke salon untuk melakukan perawatan

kecantikan berbeda-beda. Karakteristik pertama yaitu pelanggan yang datang ke

salon dan mengungkap kan perasaan nya kepada karyawan misal nya pelanggan

tersebut sedang dalam suatu masalah. Sehingga diperlukan sikap ramah karyawan

kepada pelanggan dan karyawan menjadi good listener saat pelanggan tersebut

sedang dilayani. Pelanggan yang sudah nyaman dengan salah satu karyawan

biasanya dengan mudah mengungkapkan perasaan nya kepada karyawan tersebut

dan kondisi ini akan membuat pelanggan lebih lama di salon untuk melakukan

perawatan kecantikan.

Karakteristik kedua yaitu pelanggan datang tidak hanya sendiri melainkan

membawa orang lain untuk menemaninya berada di salah satu salon. Karakteristik

pelanggan seperti ini biasanya dilakukan oleh mahasiswa. Apalagi setelah pulang

dari kegiatan kampus.

Karakteristik ketiga yaitu pelanggan yang tidak sabar menunggu giliran.

Saat kondisi salon sedang ramai pelanggan, ada beberapa pelanggan yang tidak

sabar untuk antri dan tidak melakukan booking sebelumnya sehingga pelanggan

tersebut tidak dapat dilayani. Pelanggan dengan kriteria seperti ini biasanya

langsung pindah ke salon sebelah yang tidak ramai sehingga pelanggan tersebut

dapat dilayani.

43

Universitas Sumatera Utara


Karakteristik pelanggan keempat yaitu pelanggan yang menginginkan

dilayani oleh pemilik usaha karena pemilik usaha lebih profesional dibandingkan

dengan karyawan lainnyaa. Pelanggan yang seperti ini biasanya sabar untuk

menunggu giliran nya dan memberikan request sebelum ia dilayani.

Karakteristik pelanggan kelima yaitu pelanggan yang selektif terhadap

karyawan. Pelanggan yang selektif ini yaitu pelanggan yang lebih memilih

karyawan mana yang sudah sering melayani nya karena pelanggan tersebut lebih

nyaman dengan nya. Pelanggan yang seperti ini dikatakan sebagai pelanggan yang

loyal dengan salon tersebut karena merasa sangat puas dengan pelayanan yang

diberikan oleh karyawan yang dipilihnya.

Karakteristik pelanggan keenam yaitu pelanggan yang mempunyai banyak

permintaan. Pelanggan yang seperti ini mempunyai kepribadian yang perfeksionis

dan sangat detail terhadap produk apa saja yang dipakai dalam perawatan

kecantikan.

Karakteristik pelanggan keenam yaitu pelanggan yang supel. Pelanggan yang

seperti ini mempunyai karakter yang santai, tidak perfeksionis, dan tidak selektif

terhadap karyawan. Sehingga karyawan mana saja dapat melayani tipe pelanggan

seperti ini dan tidak buru-buru atau bersedia menunggu giliran nya untuk dilayani.

a. Karakteristik Responden.

Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis menggunakan

kuesioner dan analisis wawancara untuk peneliti dapat memperoleh faktor-faktor

yang pendorong dan penghambat pengusaha wanita dalam membuka usaha salon.

Peneliti tidak hanya mendapatkan faktor-faktor tersebut, melainkan dapat

44

Universitas Sumatera Utara


mengetahui bahwa responden pengusaha wanita salon kecantikan di Pasar

Pringgan hampir 80% suku Tionghoa.

a. Data pribadi responden.

Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha wanita salon kecantikan

Jalan Pasar Pringgan Medan. Hal-hal yang dianalisis dari responden adalah data

pribadi responden yang terdiri dari usia, status, dan pendidikan terakhir.

Tabel 3.5

Data Pribadi Responden.

No Uraian Keterangan Jumlah


(orang)
1 Dibawah 20 -
tahun
Usia 21-30 tahun 1
31-40 tahun 4
Diatas 40 tahun 8
2 Menikah 11
Status
Janda 2
3 SD -
SMP 4
Pendidikan Terakhir SMA/SMK 9
Diploma -
Sarjana -

b. Profil responden.

45

Universitas Sumatera Utara


Profil responden ini memberikan gambaran mengenai daya tahan

responden untuk dapat tetap bersaing dan berkembang di antara pesaing lainnya

serta jumlah perkerja yang dimiliki oleh responden.

Tabel 3.6

Profil Responden.

No Keterangan Kategori Jumlah


responden
(orang)
1 Tidak punya 2
1 orang 2
2 orang 5
Jumlah pekerja 3 orang 1
4 orang 1
6 orang 1
8 orang 1
2 1-5 tahun 4
6-10 tahun 5
Lama beroperasi
11-15 tahun 1
>15 tahun 3

3.3 Analisis kepada responden terhadap faktor-faktor pendukung dan

faktor-faktor penghambat.

Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat

bisnis salon di Pasar Pringgan Medan, di dalam kuesioner telah diajukan

pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada para responden. Hasil wawancara dan

penyebaran kuesioner kemudian disajikan dalam tabel sebagaimana diuraikan

berikut ini.

3.3.1 Faktor-faktor pendukung.

1. Faktor Kemandirian.

Sesuai dengan apa yang dikemukakan sebelumnya bahwa untuk melihat

apakah faktor kemandirian merupakan salah satu fakor pendukung bisnis salon,

46

Universitas Sumatera Utara


maka penulis akan menggunakan beberapa indikator. Dalam hal ini terdapat tiga

indikator yang akan digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah

responden merasa bahwa faktor kemandirian seperti keinginan untuk mandiri

secara finansial, sumber utama penghasilan, dan mandiri dalam menangani

keluhan pelanggan menjadi pendukung responden dalam berwirausaha.

Tabel 3.7

Hasil Data Kuesioner Terhadap Faktor Kemandirian.

Pertanyaan Jumlah Jumlah


Jawaban Jawaban
“Ya” “Tidak”
Keinginan untuk mandiri secara finansial. 13 -
Sumber utama penghasilan. 10 2
Mandiri dalam menangani keluhan 13 -
pelanggan.

Pada Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki

keinginan untuk mandiri secara finansial yaitu 13 responden, salon merupakan

sumber utama penghasilan terdapat 10 responden, dan mandiri dalam menangani

keluahan pelanggan sebanyak 13 responden. Terdapat 2 responden yang salon

bukan merupakan sumber penghasilan utama.

Faktor kemandirian pada Salon Timur berpendapat bahwa keinginan untuk

mandiri secara finansial menjadi alasan untuk membuka usaha salon, usaha salon

ini merupakan sumber penghasilan utama, dan responden cukup mandiri dalam

menangani keluhan pelanggan.

Faktor kemandirian pada Salon Ramayana berpendapat bahwa keinginan

untuk mandiri secara finansial menjadi alasan untuk membuka usaha salon, usaha

salon ini merupakan sumber penghasilan utama walaupun suami tetap memberi

nafkah, dan responden cukup mandiri dalam menangani keluhan pelanggan.

47

Universitas Sumatera Utara


Faktor Kemandirian pada Salon Ramayana Baru berpendapat bahwa

keinginan untuk mandiri secara finansial menajdi alasan untuk membuka usaha

salon, usaha salon ini merupakan sumber penghasilan utama, dan responden

cukup mandiri dalam menangani keluhan pelanggan.

2. Faktor Modal.

Untuk melihat apakah faktor modal merupakan faktor yang mendukung

responden dalam menjalankan usaha salon, maka penulis menggunakan beberapa

indikator sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah faktor modal menjadi

pendukung responden dalam menjalankan usaha salon. Terdapat tiga indikator

yaitu memiliki modal yang cukup untuk membuka usaha salon, modal usaha

berasal dari tabungan pribadi, dan modal usaha berasal dari pinjaman bank atau

keluarga.

Tabel 3.8

Hasil Data Kuesioner terhadap Faktor Modal.

Pertanyaan Jumlah Jumlah


Jawaban Jawaban
“Ya” “Tidak”
Memiliki modal yang cukup untuk membuka 9 4
usaha
Modal berasal dari tabungan pribadi 8 5
Modal usaha berasal dari pinjaman bank atau 6 7
keluarga

Pada Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki modal yang

cukup untuk membuka usaha sebanyak 9 responden, modal berasal dari tabungan

pribadi sebanyak 8 responden, dan modal usaha berasal dari pinjaman bank atau

anggota keluarga sebanyak 6 responden.

48

Universitas Sumatera Utara


Faktor modal pada Salon Timur berpendapat bahwa memiliki modal yang

cukup saat ingin membuka salon dan modal tersebut hanya berasal dari pinjaman

dari keluarga.

Faktor modal pada Salon Ramayana berpendapat bahwa memiliki modal

yang cukup saat ingin membuka salon dan modal tersebut hanya berasal dari

pinjaman dari keluarga.

Faktor modal pada Salon Ramayana Baru berpendapat bahwa memiliki

modal yang cukup saat ingin membuka usaha salon dan modal tersebut berasal

dari tabungan pribadi dan pinjaman dari keluarga.

3. Faktor Emosional.

Faktor Emosional merupakan salah satu faktor pendukung bisnis salon.

Terdapat empat indikator yang menjadi faktor emosional dalam mendukung

bisnis salon, seperti memiliki motivasi pribadi dalam menjalankan usaha salon,

keluarga memberikan motivasi untuk usaha ini, bersifat rasional dalam

mengambil keputusan, dan suami memberikan tanggapan positif untuk usaha ini.

Tabel 3.9

Hasil Data Responden terhadap Faktor Emosional.

Pertanyaan Jumlah Jumlah


Jawaban Jawaban
“Ya” “Tidak”
Memiliki motivasi pribadi dalam 13 -
menjalankan usaha salon
Keluarga memberikan motivasi untuk 13 -
usaha ini
Bersifat rasional dalam mengambil 11 2
keputusan
Suami memberikan anggapan positif 12 1
untuk usaha ini

49

Universitas Sumatera Utara


Pada Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki motivasi

pribadi dalam menjalankan usaha sebanyak 13 responden, keluarga memberikan

motivasi untuk usaha sebanyak 13 responden, dan bersifat rasional dalam

mengambil keputusan sebanyak 11 responden.

Faktor emosional pada Salon Timur berpendapat bahwa memiliki motivasi

pribadi dalam menjalankan usaha ini, keluarga memberikan motivasi untuk usaha

ini, selalu bersifat rasional dalam mengambil keputusan, dan suami memberikan

tanggapan positif untuk usaha ini.

Faktor emosional pada Salon Ramayana berpendapat bahwa memiliki

motivasi pribadi dalam menjalankan usaha ini, keluarga memberikan motivasi

untuk usaha ini, selalu bersifat rasional dalam mengambil keputusan, dan suami

memberikan tanggapan positif untuk usaha ini.

Faktor emosional pada Salon Ramayana Baru berpendapat bahwa

memiliki motivasi pribadi dalam menjalankan usaha ini, keluarga memberikan

motivasi unuk usaha ini, selalu bersifat rasional dalam mengambil keputusan, dan

suami memberikan tanggapan positif untuk usaha ini.

4. Faktor Pendidikan.

Untuk melihat apakah faktor pendidikan merupakan faktor pendukung

usaha salon, maka penulis akan menggunakan beberapa indikator yang akan

digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah responden yang akan

diwawancarai dan yang diberikan kuesioner merasa bahwa faktor pendidikan

seperti mengikuti kursus-kursus yang mengasah keterampilan salon, kemampuan

di bidang kewirausahaan dan manajemen keuangan, melakukan kegiatan promosi

seperti diskon, melakukan kegiatan pemasaran terhadap salon, memberikan

50

Universitas Sumatera Utara


pelatihan tambahan kepada karyawan, dan memiliki keterampilan dan

pengetahuan tentang salon merupakan faktor pendukung usaha salon.

Tabel 3.10

Hasil Data Responden terhadap Faktor Pendidikan.

Pertanyaan Jumlah Jumlah


Jawaban Jawaban
“Ya” “Tidak”
Mengikuti kursus-kursus yang 13 -
mengasah keterampilan salon
Kemampuan di bidang kewirausahaan 12 1
dan manajemen keuangan
Melakukan kegiatan promosi seperti 9 4
diskon
Melakukan kegiatan pemasaran 10 3
terhadap salon
Memberikan pelatihan tambahan 10 3
kepada karyawan
Memiliki keterampilan dan 13 -
pengetahuan tentang salon merupakan
faktor pendukung usaha salon

Pada Tabel 3.10 dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti kursus-

kursus yang mengasah keterampilan salon sebanyak 13 responden, kemampuan di

bidang kewirausahaan dan manajemen keuangan sebanyak 12 responden,

melakukan kegiatan promosi seperti diskon sebanyak 9 responden, melakukan

kegiatan pemasaran terhadap salon sebanyak 10 responden, memberikan pelatihan

tambahan kepada karyawan sebanyak 10 responden, dan memiliki keterampilan

dan pengetahuan tentang usaha salon sebanyak 13 responden.

Faktor pendidikan pada Salon Timur berpendapat bahwa mengikuti

kursus-kursus yang dapat mengasah keterampilan tentang salon, memiliki

kemampuan di bidang kewirausahaan dan manajemen keuangan, melakukan

kegiatan promosi seperti diskon kepada pelanggan untuk pelayana terbaru yang

akan dilakukan seperti memberikan diskon untuk sulam alis, kegiatan pemasaran

51

Universitas Sumatera Utara


yang dilakukan hanya dari mulut ke mulut sehingga tidak adanya kegiatan

pemasaran yang dilakukan, mampu memberikan pelatihan tambahan kepada

karyawan, dan memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang salon.

Faktor emosional pada Salon Ramayana berpendapat bahwa mengikuti

kursus-kursus yang dapat mengasah keterampilan seperti kursus salon di salon

keluarga, memiliki kemampuan di bidang kewirausahaan dan manajemen

keuangan, tidak melakukan kegiatan promosi seperti diskon kepada pelanggan,

kegiatan pemasaran yang dilakukan hanya dari mulut ke mulut sehingga tidak ada

kegiatan pemasaran yang dilakukan, mampu memberikan pelatihan tambahan

kepada karyawan, dan memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang salon.

Faktor emosional pada Salon Ramayana Baru berpendapat bahwa

mengikuti kursus-kursus yang dapat mengasah keterampilan seperti kursus salon

di salon keluarga, memiliki kemampuan di bidang kewirausahaan dan manajemen

keuangan, tidak melakukan kegiatan promosi seperti diskon kepada pelanggan,

kegiatan pemasaran yang dilakukan hanya dari mulut ke mulut sehingga tidak ada

kegiatan pemasaran yang dilakukan, mampu memberikan pelatihan tambahan

kepada karyawan, dan memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang salon.

3.3.2 Faktor-faktor penghambat.

1. Faktor Kewanitaan.

Sesuai dengan apa yang telah dilampirkan sebelumnya bahwa untuk

melihat apakah faktor kewanitaan merupakan salah satu penghambat responden

dalam menjalankan usaha salon, maka penulis akan menggunakan beberapa

indikator. Dalam hal ini terdapat tiga indikator yang akan digunakan sebagai

petunjuk untuk mengetahui apakan responden yang akan diberikan kuesioner

52

Universitas Sumatera Utara


yaitu merasa bahwa faktor kewanitaan seperti masa kehamilan, menyusui, dan

PMS (Pre Menstruatuion Syndrome) menjadi penghambat dalam usaha salon.

Tabel 3.11

Hasil Data Responden terhadap Faktor Kewanitaan.

Pertanyaan Jumlah Jumlah


Jawaban Jawaban
“Ya” “Tidak”
Masalah kehamilan adalah hal yang akan - 13
mengganggu kelancaran bisnis.
Menyusui hal yang sangat mengganggu. 3 10
Perilaku atau mood akan berubah-ubah bila 4 9
sedang PMS (Pre Menstruation Syndrome)

Pada Tabel 3.11 dapat dilihat 13 responden menjawab masa kehamilan

bukan merupakan masa yang menjadi penghambat bisnis salon, 10 responden

menjawab masa menyusui merupakan hal yang tidak mengganggu usaha salon,

dan 9 responden menjawab tidak terhadap perilaku atau mood berubah-ubah

apabila sedang PMS.

Faktor kewanitaan pada Salon Timur berpendapat bahwa masalah

kehamilan dan menyusui bukan merupakan hal yang akan mengganggu

kelancaran bisnis, perilaku atau mood tidak akan berubah-ubah apabila sedang

PMS (Pre Mentruation Syndrome).

Faktor kewanitaan pada Salon Ramayana berpendapat bahwa masalah

kehamilan dan menyusui bukan merupakan hal yang akan mengganggu

kelancaran bisnis karena apabila saat sedang dalam masa kehamilan dan

menyusui, harus dapat membagi-bagi waktu antara pekerjaan dan situasi ini.

Perilaku atau mood tidak akan berubah-ubah apabila sedang PMS (Pre

Mentruation Syndrome).

53

Universitas Sumatera Utara


Faktor kewanitaan pada Salon Ramayana Baru berpendapat bahwa

masalah kehamilan dan meyusui bukan merupakan hal yang akan mengganggu

kelancaran bisnis, perilaku atau mood akan berubah-ubah apabila sedang PMS

(Pre Mentruation Syndrome).

2. Faktor Sosial Budaya.

Untuk melihat apakah sosial budaya merupakan faktor penghambat bagi

responden dalam menjalankan usaha salon, maka penulis menggunakan beberapa

indikator. Dalam hal ini terdapat empat indikator yang akan digunakan sebagai

petunjuk untuk mengetahui apakah responden yang akan diberikan kuesioner

merasa bahwa faktor sosial budaya seperti aktivitas usaha mengganggu urusan

rumah tangga, rumah tangga merupakan tanggung jawab responden atau wanita,

responden atau wanita harus mencurahkan segenap kekuatan untuk membereskan

urusan rumah tangga sebelum menjalankan usaha, dan suami lah yang seharusnya

memberi nafkah untuk keluarga.

Tabel 3.12

Hasil Data Responden Terhadap Faktor Sosial Budaya.

Pertanyaan Jumlah Jumlah


Jawaban Jawaban
“Ya” “Tidak”
Aktivitas usaha ini mengganggu urusan - 13
rumah tangga.
Urusan rumah tangga merupakan 11 2
tanggung jawab Anda.
Mencurahkan segenap kekuatan untuk 10 3
membereskan urusan rumah tangga.
Suami lah yang seharusnya memberi 5 8
nafkah.

Pada Tabel 3.12 dapat dilihat bahwa aktivitas usaha mengganggu urusan

rumah tangga terdapat 13 responden yang menjawab tidak, 11 responden yang

54

Universitas Sumatera Utara


menjawab bahwa urusan rumah tangga merupakan tanggung jawab responden, 10

responden menjawab mencurahkan segenap kekuatan untuk membereskn urusan

rumah tangga, dan 5 responden menjawab suami lah yang seharusnya memberi

nafkah.

Faktor sosial budaya pada Salon Timur berpendapat bahwa aktivitas usaha

ini tidak mengganggu urusan rumah tangga, urusan rumah tangga merupakan

tanggung jawab pemilik usaha, mencurahkan segenap kekuatan untuk

membereskan urusan rumah tangga, dan suami lah yang seharusnya memberi

nafkah.

Faktor sosial budaya pada Salon Ramayana berpendapat bahwa aktivitas

usaha ini tidak mengganggu urusan rumah tangga, urusan rumah tangga

merupakan tanggung jawab pemilik usaha, mencurahkan segenap kekuatan untuk

membereskan urusah rumah tangga, dan suami lah yang seharusnya memberi

nafkah. Walaupun demikian, suami dan istri bekerjasama dalam mencari nafkah

untuk keluarga dengan alasan untuk menambah penghasilan keluarga.

Faktor sosial budaya pada Salon Ramayana Baru berpendapat bahwa

aktiviatas usaha ini tidak mengganggu urusan rumah tangga, urusan rumah

tanggag merupakan tanggung jawab pemilik usaha, mencurahkan segenap

kekuatan unuk membereskan urusan rumah tangga, dan suami lah yang

seharusnya memberi nafkah untuk keluarga.

3. Faktor Administrasi.

Untuk melihat apakah faktor administrasi merupakan faktor penghambat

responden dalam menjalakan usaha salon, maka penulis akan menggunakan

beberapa indikator. Dalam hal ini terdapat tiga indikator yang akan digunakan

55

Universitas Sumatera Utara


sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah responden yang akan diberikan

kuesioner merasa bahwa faktor administrasi seperti mengurus administrasi untuk

membuka usaha yang berbelit, apakah memiliki izin usaha, dan apakah memiliki

masalah dalam kebijakan atau peraturan lokal di sekitar tempat usaha merupakan

faktor penghambat responden dalam menjalankan usaha salon.

Tabel 3.12

Hasil Data Responden Terhadap Faktor Administrasi.

Pertanyaan Jumah Jumlah


Jawaban Jawaban
“Ya” “Tidak”
Mengurus administrasi untuk 3 10
membuka usaha yang berbelit.
Memiliki izin usaha. 11 2
Apakah memiliki masalah dalam - 13
kebijakan atau peraturan lokal di
sekitar tempat usaha.

Tabel 3.12 dapat dilihat bahwa mengurus administrasi untuk membuka

usaha yang berbelit terdapat 5 responden yang menjawab ya, 11 responden

memiliki izin usaha, dan seluruh responden yang tidak memiliki masalah terhadap

kebijakan atau peraturan lokal di sekitar tempat usaha.

Faktor administrasi pada Salon Timur berpendapat bahwa mengurus

administrasi untuk membuka usaha tidak berbelit, memiliki izin usaha, dan tidak

memiliki masalah dengan kebijakan atau peraturan lokal.

Faktor administrasi pada Salon Ramayana berpendapat bahwa mengurus

administrasi untuk membuka usaha tidak berbelit, memiliki izin usaha, dan tidak

memiliki masalah dengan kebijakan atau peraturan lokal.

56

Universitas Sumatera Utara


Faktor administrasi pada Salon Ramayana Baru berpendapat baha

mengurus administrasi untuk membuka usaha tidak berbelit, memiliki izin usaha,

dan tidak memiliki masalah dengan kebijakan atau peraturan lokal.

57

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Analisis Faktor-faktor

Pendukung dan Penghambat Bisnis Salon di Pasar Pringgan Medan menghasilkan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner

ke 13 salon yang terletak di Pasar Pringgan Medan, maka faktor-faktor

yang menjadi pendukung bisnis salon yaitu faktor kemandirian, faktor

modal, faktor emosional, dan faktor pendidikan.

2. Berdasarkan faktor modal melalui penyebaran kuesioner, maka modal

yang dimiliki untuk membuka usaha salon tidak hanya berasal dari

tabungan pribadi, melainkan berasal dari pinjaman dari anggota keluarga.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner

ke 13 salon yang terletak di Pasar Pringgan Medan, maka faktor

kewanitaan seperti masa kehamilan, menyusui, dan PMS (Pre

Menstruatuion Syndrome) tidak menjadi penghambat dalam menjalankan

usaha. Hal ini dikarenakan, terdapat lebih dari 70% responden yang

menjawab bahwa faktor kewanitaan bukan menjadi penghambat usaha.

4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner

ke 13 salon yang terletak di Pasar Pringgan Medan, maka faktor

administrasi tidak menjadi penghambat usaha salon karena lebih dari 80%

58

Universitas Sumatera Utara


responden memiliki izin usaha dan seluruh responden tidak memiliki

masalah dalam kebijakan atau peraturan lokal di sekitar tempat usaha.

4.2 Saran

Berikut ini adalah saran yang diberikan oleh penulis :

1. Para pengusaha salon di Pasar Pringgan Medan yang tidak memiliki izin

usaha sebaiknya memiliki izin usaha untuk menjalankan bisnis salon.

2. Para pengusaha salon di Pasar Pringgan Medan sebaiknya memiliki tenaga

kerja sehingga dapat membuat usaha tersebut menjadi lebih berkembang

dan mempekerjakan tenaga kerja yang terampil di bidang salon.

3. Para pengusaha salon di Pasar Pringgan Medan sebaiknya meningkatkan

strategi pemasaran dan memanfaatkan teknologi informasi seperti sosial

media untuk meningkatkan jumlah pelanggan yang datang ke salon.

4. Para pengusaha salon di Pasar Pringgan Medan sebaiknya selalu

berinovasi untuk memajukan usaha salon dan menghadapi persaingan

yang semakin kompetitif. Seperti memberikan diskon atau promo untuk

menarik pelanggan.

5. Sesuai dengan Analisis SWOT Salon Ramayana hendaknya menjaga

hubungan yang baik dengan karyawan agar turn over karyawan tidak

sering terjadi sehingga pengusaha tidak mengalami kesulitan dalam

mencari karyawan yang baru.

6. Sesuai dengan Analisis SWOT Salon Timur dan Salon Ramayana

sebaiknya menyediakan fasilitas AC untuk mendukung jalan nya bisnis.

7. Faktor sosial budaya, sebaiknya pengusaha tidak hanya mengharapkan

suamilah yang seharusnya memberi nafkah untuk keluarga. Pengusaha

59

Universitas Sumatera Utara


wanita dengan kompetensi yang dimilikinya dapat membantu suami dalam

memberi nafkah untuk keluarga.

60

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Tri. 2015. Kewirausahaan, Teori dan Penerapan pada Wirausaha

dan UKM di Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Alifuddin H., Razak H. 2015. Kewirausahaan Teori dan Aplikasi. Jakarta :

Magna Script Publishing.

Daft, Richard L. 2007. Manajemen. Edisi Keenam, Jakarta : Salemba Empat.

Daryanto. 2012. Pendidikan Kewirausahaan. Malang : Gava Media.

David, Fred R. 2007. Analisis SWOT Bisnis. Edisi Kesepuluh, Jakarta : Salemba

Empat.

Echdar, Saban. 2013. Manajemen Entrepreneurship Kiat Sukses menjadi

Wirausaha. Yogyakarta : Andi.

Karyato. 2016. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : Andi.

Kotler, Philip. 2009. Analisis SWOT. Yogyakarta : Andi.

Rangkuti, Freddy. 2009. Personal SWOT Analysis. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Solihin, Ismail. 2014. Pengantar Bisnis. Jakarta : Erlangga.

Yunus, Eddy. 2016. Manajemen Strategis. Yogyakarta : Andi.

Zakiyudin, Ais. 2013. Teori dan Praktek Manajemen. Jakarta : Mitra Wacana

Media.

61

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai