Anda di halaman 1dari 54

TUGAS AKHIR

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Oleh :

AILIN FIDIA ASRI SIMA

132102127

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : AILIN FIDIA ASRI SIMA

NIM : 132102127

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP

TANAMAN PADA PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Tanggal _________ 2016 Dosen Pembimbing Tugas Akhir

(Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak)


NIP. 19550914 198103 1 005

Tanggal _________ 2016 Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi

(Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA)


NIP. 19511114 198203 1 002

Tanggal _________ 2016 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

(Prof. Dr. Ramli, S.E, M.S)


NIP. 19580602 198803 1 001

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : AILIN FIDIA ASRI SIMA

NIM : 132102127

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP

TANAMAN PADA PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Medan, 2016

(AILIN FIDIA ASRI SIMA)


NIM. 132102127

Universitas Sumatera Utara


Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil’alamin, sebagai ungkapan rasa syukur yang tiada

terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan ridho-

Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Dengan tujuan

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis program studi Diploma III Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Adapun

Tugas Akhir ini dengan judul “Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman Pada

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.

Dalam penulisan tugas akhir ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan

baik tanpa ada bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih atas bantuan dan bimbingan

yang tiada terkira nilainya, kepada semua pihak yang terlibat.

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA selaku Ketua Program Studi Diploma III

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku Sekretaris Progam Studi

Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara serta dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tempat

untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Pimpinan dan seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Medan khususnya pada Bapak Yance Maramis dan juga bagian akuntansi

Universitas Sumatera Utara


yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan izin dan

menyediakan data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

5. Ucapan teristimewa kepada nenek tercinta yang telah membesarkan dengan

kasih sayang, dan telah memberikan dukungan dan semangat sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Untuk seluruh keluarga penulis yang telah banyak memberikan nasihat,

motivasi, dukungan, dan semangat dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

7. Untuk sahabat terbaik Chirps dan juga teman baik penulis lainnya Yolanda

Noviasari Maramis, dan Ayu Fitriah yang telah memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan tugas

akhir ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas

Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2016

Penulis

(Ailin Fidia Asri Sima)


NIM. 132102127

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 3

D. Rencana Penulisan ................................................................. 4

1. Jadwal Survey/Observasi .................................................. 4

2. Rencana Isi ........................................................................ 4

BAB II : PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN 7

A. Sejarah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan........ 7

B. Struktur Organisasi dan Personalia ....................................... 10

C. Job Description ..................................................................... 12

D. Jaringan Usaha ....................................................................... 17

E. Kinerja Usaha Terkini ........................................................... 18

F. Rencana Usaha ...................................................................... 19

Universitas Sumatera Utara


BAB III : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN 21

A. Definisi .................................................................................. 21

B. Dasar Pengaturan ................................................................... 22

C. Penggolongan ........................................................................ 23

D. Biaya Perolehan ..................................................................... 24

E. Penyusutan ............................................................................. 26

F. Penurunan Nilai ..................................................................... 28

G. Penghentian Pengakuan ......................................................... 29

H. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman ........................... 30

I. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Tanaman dalam

Laporan Keuangan ................................................................. 34

J. Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Aset Tanaman

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dengan

Perlakuan Akuntansi Aset Tanaman berdasarkan IAS 41 ..... 36

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 42

A. Kesimpulan ............................................................................ 42

B. Saran ...................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 44

LAMPIRAN ................................................................................................. 45

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1.1. Jadwal Survey/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir ................ 4

3.1. Taksiran Umur Manfaat Tanaman Menghasilkan .......................... 27

3.2. Jurnal Pengakuan awal aset TBM ................................................... 31

3.3. Jurnal Reklasifikasi aset TBM ke TM ............................................ 32

3.4. Jurnal Penyusutan ........................................................................... 33

3.5. Jurnal Penghentian Pengakuan ....................................................... 34

3.6. Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Aset Tanaman

Pada PTPN III dengan IAS 41 ........................................................ 36

3.7. Perbandingan Pengungkapan Aset Tanaman pada PTPN III

Dengan IAS 41 ................................................................................ 40

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Logo PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan .................... 8

2.2. Struktur Organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Medan ............................................................................................. 11

3.1. Pengakuan Aset Tetap Tanaman ..................................................... 30

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian PT. Perkebunan Nusantara

III (Persero) Medan ......................................................................... 45

2 Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan ........................................................ 47

3 Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan ........................................................ 48

4 Surat Izin Riset ................................................................................ 50

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perlakuan akuntansi adalah seluruh pemrosesan data dari

pengidentifikasian sampai dengan penyajian. Perlakuan akuntansi unsur

laporan keuangan berkaitan dengan proses untuk menyediakan informasi ke

dalam laporan keuangan. Adanya laporan keuangan adalah untuk memenuhi

kebutuhan akan informasi keuangan dari sebuah entitas oleh pihak – pihak

yang berkepentingan dalam hal untuk pengambilan keputusan bisnis.

Agar informasi yang diperoleh dari laporan keuangan dapat diandalkan,

maka laporan tersebut harus cukup terbebas dari kesalahan dan

penyimpangan, baik yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran,

penyajian, maupun pengungkapannya.

Pemilihan metode akuntansi yang tepat diperlukan untuk memastikan

setiap elemen–elemen dalam laporan keuangan telah diperlakukan sesuai

dengan perlakuan akuntansi yang berlaku. Perlakuan akuntansi berbeda–beda

bagi setiap elemen laporan keuangan, perlakuan akuntansi juga berbeda bagi

beberapa bidang usaha tertentu yang memiliki karakteristik khusus bila

dibandingkan dengan bidang usaha yang umum.

Pada umumnya, karena karakteristiknya yang unik, perusahaan yang

bergerak di bidang agrobisnis mempunyai kemungkinan untuk

menyampaikan informasi yang lebih bias dibandingkan dengan perusahaan

yang bergerak di bidang lain, terutama dalam hal mengukur, menyajikan,

Universitas Sumatera Utara


sekaligus mengungkapkan terutama mengenai aset tetapnya yang berupa aset

biologis.

Aset biologis adalah aset yang unik, karena mengalami transformasi

pertumbuhan bahkan setelah aset biologis menghasilkan output. Transformasi

biologis terdiri atas proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi

yang menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam

kehidupan tumbuhan tersebut. Karena mengalami transformasi biologis itu

maka diperlukan pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut

secara wajar sesuai dengan kontribusinya dalam menghasilkan aliran

keuntungan ekonomis bagi perusahaan.

Dan aset tetap merupakan salah satu pos dalam laporan keuangan

khususnya neraca. Investasi dalam aset tetap merupakan biaya jangka panjang

yang secara berangsur sesuai manfaatnya akan dialokasikan ke dalam proses

produksi dan dibebankan kedalam laporan rugi laba melalui pos biaya

penyusutan. Pengalokasian biaya aset tetap dan penggunaan metode

penyusutan merupakan hal penting karena mempengaruhi kewajaran laporan

keuangan yang dihasilkan perusahaan.

Selain berpengaruh pada neraca, dan juga berpengaruh terhadap laporan

rugi laba, biaya penyusutan tanaman yang akan menambah harga pokok yang

dihasilkan sebagai bahan baku dalam proses produksi di pabrik untuk

menentukan harga pokok produksi perusahaan.

Dengan berpengaruhnya pengeluaran-pengeluaran biaya kebun

terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, oleh sebab itu

Universitas Sumatera Utara


apabila tidak diterapkan perlakuan akuntansi yang tepat dapat menyebabkan

laporan keuangan tidak andal dan informasi yang disediakan tidak akurat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana

perlakuan akuntansi terhadap aset tetap tanaman di PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan, sehingga penulis memilih judul “Perlakuan Akuntansi Aset

Tetap Tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah perlakuan

akuntansi aset tetap tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Medan sudah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan

akuntansi aset tetap tanaman yang digunakan PT. Perkebunan Nusantara

III (Persero) Medan apakah telah sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, menambah wawasan pengetahuan dalam menerapkan

perlakuan akuntansi aset tetap tanaman yang sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan.

Universitas Sumatera Utara


b. Bagi perusahaan, sebagai masukan dan pertimbangan mengenai

perlakuan akuntansi aset tetap tanaman yang sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan.

c. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan masukan bagi penelitian

sejenis untuk menyempurnakan penelitian berikutnya dan

mengembangkan lebih lanjut.

D. Rencana Penulisan

1. Jadwal Survey/Observasi

Penilitian ini dilakukan pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

Medan pada kantor direksi yang berada di Jalan Sei Batanghari No. 2

Medan.

Tabel 1.1.
Jadwal Survey/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir

Mei
April
No. Kegiatan
I II III IV I II III IV

1 Pengesahan Tugas Akhir

2 Pengajuan Judul

3 Permohonan Izin Riset

4 Pengumpulan Proposal

5 Penunjukan Dosen Pembimbing


6 Pengumpulan Data

7 Penyusunan Tugas Akhir

8 Bimbingan Tugas Akhir

Universitas Sumatera Utara


9 Penyelesaian Tugas Akhir

2. Rencana Isi

Penulis akan memberikan gambaran rencana isi tugas akhir yang akan

mempermudah penulisan tugas akhir, maka penulis membaginya menjadi

empat (4) bab, yakni sebagai berikuts:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan rencana

penulisan yang terdiri dari jadwal survey/observasi dan

rencana isi.

Bab II : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai sejarah singkat PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan., visi dan misi,

struktur organisasi, job description, jaringan kegiatan, kinerja

kegiatan terkini, serta rencana kegiatan PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan.

Bab III : Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman Pada

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Pada bab ini, akan diuraikan pengertian perlakuan akuntansi aset

tetap tanaman, penggolongan aset tetap tanaman, biaya

perolehan aset tetap tanaman, penyusutan aset tetap tanaman,

penurunan nilai aset tetap tanaman, penghentian pengakuan aset

Universitas Sumatera Utara


tetap tanaman, perlakuan akuntansi aset tetap tanaman,

penyajian dan pengungkapan aset tetap tanaman dalam laporan

keuangan, dan perbandingan antara perlakuan akuntansi aset

tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan

perlakuan akuntansi aset biologis menurut IAS 41.

Bab IV : Kesimpulan dan Saran

Sebagaimana akhir dari tugas ini, maka akan diambil

kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di PT. Perkebunan

Nusantara III Medan dan beberapa saran yang mungkin akan

bermanfaat bagi PT. Perkebunan Nusantara III Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

A. Sejarah Ringkas

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), selanjutnya disebut PTPN III

atau Perusahaan, merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

bergerak dalam bidang usaha Agro Bisnis dan Agro Industri Kelapa Sawit

dan Karet. PTPN III merupakan hasil peleburan dari PT. Perkebunan III, IV

dan V sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996

tanggal 14 Pebruari 1996.

Perusahaan didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 dengan dasar hukum

pendirian merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 8 Tahun 1996.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,

terakhir dengan Akta No. 6 tanggal 3 Oktober 2014 dari Nanda Fauz Iwan,

S.H., M.Kn., notaris di Jakarta, mengenai Perubahan Struktur Permodalan

dan Perubahan Anggran Dasar.

Terhitung sejak tanggal 2 Oktober 2014 PT Perkebunan Nusantara III

(Persero) ditetapkan sebagai Induk Holding BUMN Perkebunan. Sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2014 tanggal 17 September 2014,

maka PTPN I, II,IV s.d. XIV menjadi anak perusahaan PTPN III.

Hingga saat ini, Perusahaan memiliki 12 Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

dengan total kapasitas 585 ton tandan buah segar per jam dan 8 Unit Pabrik

Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas 200 ton karet kering per hari.

Universitas Sumatera Utara


PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan memiliki visi dan misi,

tata nilai serta logo di bawah ini.

1. Visi

Visi PTPN III adalah menjadi perusahaan agri bisnis kelas dunia dengan

kinerja prima dan melaksanakan tata-kelola bisnis terbaik.

2. Misi

Adapun misi dari PTPN III, yaitu:

a. Mengembangkan industri hilir berbasis Perkebunan secara

berkesinambungan.

b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

c. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan

mengembangkannya secara optimal.

d. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan ‘imbal-hasil’ terbaik

bagi para investor.

e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

f. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan

komunitas.

g. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan

lingkungan.

3. Tata nilai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Tata nilai pada PTPN III Medan adalah sebagai berikut:

a. Proactivity − selalu bersikap proaktif dengan penuh inisiatif dan

mengevaluasi yang mungkin terjadi.

Universitas Sumatera Utara


b. Excellence − selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha

bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi.

c. Team Work − selalu mengutamakan kerjasama tim, agar mampu

menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.

d. Innovation − selalu menghargai kreatifitas dan menghasilkan inovasi

dalam metode dan produk baru.

e. Responsibility − selalu bertanggung jawab atas akibat keputusan yang

diambil dan tindakan yang dilakukan.

4. Makna logo PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Bentuk logo PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dapat

dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1
Logo PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Logo baru ini adalah lambang dari niat dan motivasi tinggi seluruh

personal PTPN III, untuk mewujudkan visi dan misi PTPN III yang telah

dicanangkan bersama. Logo PTPN III memiliki makna di bawah ini:

a. Gambar 12 helai daun kelapa sawit di sebelah kiri bola dunia dan tujuh

urat pada daun karet yang berwarna hijau di sebelah kanan bola dunia

melambangkan bahwa PTPN III memiliki 12 paradigma baru dan 7

Universitas Sumatera Utara


strategi bisnis yang saling mendukung agar tercapai tujuannya, yaitu

selalu menjadi perusahaan perkebunan terbaik dengan team work yang

solid dan inovatif, serta ditunjang dengan green technology, green

business dan ramah lingkungan.

b. Gambar 5 garis lintang horizontal dan vertikal yang berwarna biru

melingkari bola dunia melambangkan bahwa PTPN III memiliki lima

tata nilai dan harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi yang

berkembang agar selalu menjadi yang terdepan dalam peningkatan

usaha.

c. Gambar 2 meteor yang mengelilingi bumi sehingga membentuk angka

tiga melambangkan bahwa PTPN III bergerak dinamis dengan

semangat yang tinggi untuk menguasai pasar global. Meteor yang

berwarna putih bermakna produksi lateks dan produk turunannya,

sedangkan yang berwarna oranye bermakna produksi CPO beserta

turunannya yang memancar tanpa henti untuk memenuhi kebutuhan

pasar dunia.

B. Struktur Organisasi dan Personalia

Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu susunan yang

menggambarkan pola hubungan kerja antara dua bagian atau lebih dalam

suatu susunan hierarki serta pertanggungjawaban dalam mencapai tujuan

yang telah ditentukan semula. Struktur organisasi pada PTPN III diatur sesuai

dengan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III No.

3.08/SKPTS/15/2014 tanggal 26 Februari 2014.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2
Struktur Organisasi PT. Perbunan Nusantara III (Persero) Medan
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Universitas Sumatera Utara


C. Job Description

Untuk mengetahui lebih jelas terhadap fungsi tiap-tiap bagian pada

struktur organisasi perusahaan, maka penulis akan memaparkan lebih

terperinci mengenai tugas dan wewenang tiap-tiap bagian struktur.

1. Rapat umum pemegang saham (RUPS)

Tugas rapat umum pemegang saham (RUPS) adalah:

a. Mengangkat dan menghentikan dewan komisaris,

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal/aset

perusahaan sesuai dalam mencapai tujuan.

2. Dewan komisaris

Tugas dewan komisaris adalah:

a. Mengawasi direktur utama,

b. Membantu pimpinan menginvestasikan dana perusahaan.

3. Komite audit

Tugas komite audit adalah:

a. Melakukan seleksi Auditor Eksternal untuk memilih salah satu dari

calon auditor eksternal yang memenuhi kriteria yang ditetapkan,

b. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem

pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya.

4. Direktur utama

Tugas direktur utama adalah:

a. Mengkoordinasi pelaksanaan tugas para anggota direksi dan mengawasi

secara umum,

Universitas Sumatera Utara


b. Bertanggung jawab kepada melalui dewan komisaris.

5. Direktur produksi

Tugas direktur produksi adalah:

a. Menyusun perencanaan di bidang pekerjaan yang tercantum dalam

kebijaksanaan direksi,

b. Melaksanakan pemberian dan pengawasan terhadap kegiatan yang

tercantum dalam kebijaksanaan direksi.

6. Direktur sumber daya manusia dan umum

Tugas direktur sumber daya manusia/umum adalah:

a. Menyusun rencana, mengarahkan dan mengkoordinasi bidang

pengembangan SDM dan mengadakan pengkajian SDM,

b. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan penyelesaian hukum dan

agraria, kesempatan, kesehatan dan keamanan serta sosial umum.

7. Direktur keuangan

Tugas direktur keuangan adalah:

a. Merencanakan sumber dana yang diperoleh,

b. Mencari dan memanfaatkan dana.

8. Direktur pemasaran dan perencanaan pengembangan

Tugas direktur perencanaan dan pengembangan adalah:

a. Mengembangkan pemasaran produksi baik dalam maupun luar negeri,

b. Melakukan riset pasar dan mengumpulkan informasi pasar.

9. Kepala bagian SPI

Tugas pokok bagian SPI adalah:

Universitas Sumatera Utara


a. Mengevaluasi program pelaksanaan audit rutin,

b. Mengevaluasi laporan hasil audit rutin dan menyampaikan kepada

direktur utama, komite audit dan audit.

10. Kepala bagian tanaman

Tugas pokok bagian tanaman adalah:

a. Mengevaluasi perencanaan strategis perusahaan di bidang tanaman

jangka pendek dan jangka panjang,

b. Mengevaluasi implementasi inovasi di bidang tanaman.

11. Kepala bagian teknik

Tugas pokok bagian teknik adalah:

a. Mengevaluasi pengusulan sarana dan metode baru bidang teknik,

b. Menjamin dan mengevaluasi pengujian sarana dan metode baru bidang

teknik.

12. Kepala bagian teknologi

Tugas pokok bagian teknologi adalah:

a. Menjamin dan mengevaluasi pelaksanaan titip olah inti sawit dengan

pihak ketiga,

b. Mengevaluasi dan melaporkan kepada direksi perihal produksi

pengolahan kelapa sawit dan karet setiap hari.

13. Kepala bagian sumber daya manusia

Tugas pokok bagian sumber daya manusia adalah:

a. Mengevaluasi dan menyetujui kontrak tenaga kerja outsourcing yang

dipekerjakan di unit PTPN III,

Universitas Sumatera Utara


b. Menjamin bahwa seluruh kegiatan sudah menerapkan manajemen

risiko.

14. Kepala bagian umum

Tugas pokok bagian umum adalah:

a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan sosial, keagamaan, olahraga,

EBTA madrasah dan kepramukaan di kandir, kebun/unit,

b. Mengevaluasi ketersediaan dan pengadaan/perawatan alat-alat APAR,

Hydrant, APD di seluruh Bagian, kebun/unit PTPN III.

15. Kepala bagian PKBL

Tugas pokok bagian PKBL adalah:

a. Menjamin SMPN3 dipahami, diterapkan dan dipelihara oleh seluruh

jajarannya.

b. Mengevaluasi penyaluran dana PKBL dengan mempedomani Permen

No.: PER-05/MBU/2007 agar dana yang dimaksud tepat sasaran.

16. Kepala bagian hukum

Tugas pokok bagian hukum adalah:

a. Mengawasi dan memastikan legalisasi terhadap surat perjanjian telah

terlaksana sesuai dengan prosedur dan peraturan hukum yang berlaku,

b. Mengawasi dan memastikan inventarisasi peraturan perundang-

undangan telah terlaksana dengan baik.

17. Kepala bagian keuangan

Tugas pokok bagian keuangan adalah:

Universitas Sumatera Utara


a. Mengevaluasi keuangan perusahaan secara cost effectivenes untuk

menjaga kondisi keuangan perusahaan yang sehat,

b. Menyetujui dan memenuhi uang kerja kebun/unit dengan cara screening

uang kerja yang diajukan sesuai kebutuhan.

18. Kepala bagian akuntansi

Tugas pokok bagian akuntansi adalah:

a. Mengevaluasi usulan RKAP dan RKO bagian akuntansi untuk

diteruskan ke direksi,

b. Menjamin dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan verifikasi dengan

cara memeriksa aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban.

19. Kepala bagian pelelangan

Tugas pokok bagian pelelangan adalah:

a. Mengevaluasi kebutuhan barang dan bahan yang diperlukan untuk

kelancaran operasional bagian pelelangan,

b. Mengevaluasi RKAP untuk kebutuhan operasional bagian pelelangan

dan selanjutnya diajukan ke bagian keuangan.

20. Kepala bagian komersil

Tugas pokok bagian komersil adalah:

a. Mengevaluasi dan menjamin penjualan komoditi termasuk produk

datim yang dijual melalui PT. KPBN dan bursa berjangka Jakarta,

b. Menjamin terlaksananya program transformasi bisnis di PTPN III.

21. Kepala bagian TI/TB dan manajemen resiko (CMR)

Tugas pokok bagian TI/TB dan manajemen resiko adalah:

Universitas Sumatera Utara


a. Menganalisa risiko terhadap usulan Feasibility Study investasi yang

diajukan oleh bagian teknis terkait,

b. Memantau ketersedia sumber daya hardware dan software dan

infrastruktur jaringan intranet (LAN) dan internet (WAN)

22. Kepala bagian perencanaan dan pengembangan

Tugas pokok bagian pengembangan adalah:

a. Merencanakan dan menyusun kebutuhan dan sumberdaya dalam

melaksanakan pengembangan areal, bisnis dan industri,

b. Memantau pelaksanaan pengembangan areal, bisnis dan industri.

23. Kepala bagian sekretariat perusahaan

Tugas pokok bagian sekretariat perusahaan adalah:

a. Mengevaluasi RKAP/RKO dan RJP agar target kinerja yang ditentukan

dapat dicapai,

b. Melaksanakan koordinasi, komunikasi dan konsultasi (3K).

D. Jaringan Usaha

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan bergerak dalam jaringan

kegiatan kelapa sawit, karet, dan industri hilir karet.

1. Kelapa sawit – minyak sawit dan inti sawit

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadikan minyak sawit dan

inti sawit sebagai komoditi yang memberikan kontribusi besar bagi

pendapatan perusahaan. Mutu produk minyak sawit dan inti sawit yang

dihasilkan perusahaan sudah dikenal di pasar lokal dan internasional

dengan pasokan yang tepat waktu kepada pembeli.

Universitas Sumatera Utara


2. Karet – lateks, crumb tubber dan rubber smoke sheet

Lebih dari 54.000 hektar lahan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

diusahakan untuk menghasilkan karet berkualitas terbaik di dunia. Mutu

produk RSS-1, SIR-1-, SIR-20 dan lateks pekat mampu menembus pasar

internasional, disejumlah pabrik ban terbesar seperti Bridgestone, Good

Year, Firestone, Hankook dan lainnya.

3. Industri hilir karet

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sekarang ini memiliki 3 fasilitas

pengolahan yang disebut dengan Rubber Threads, Rubber Dockfender,

Rubber Article, Rubber Cownaf, Coveyor Belt, Rubber Karlet dan Resin

adalah produk utama pabrik-pabrik tersebut. Produk perusahaan telah

menerima Indonesian Industries Standard (SII) Certificate, International

Quality Certificate ISO 9001: 2000 dan ISO 14001 1996, TUV dan

OCOTEX.

E. Kinerja Usaha Terkini

Pada tahun 2014, PT. Perkebunan Nusantara III menghasilkan laba

sebelum PPh tahun 2014 sebesar Rp. 1.316.067 juta, bila dibanding tahun

2013 sebesar Rp. 2.070.498 juta mengalami penurunan Rp. 754.431 juta atau

36,44%. Hasil penjualan sebesar 6,89% berasal dari penjualan ekspor dan

sisanya sebesar 93,11% merupakan hasil penjualan lokal.

Laporan Posisi Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan

Entitas Anak Per 31 Desember 2014 ditutup sebesar Rp. 65.675,91 milyar,

dibanding Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2013 sebesar Rp.

Universitas Sumatera Utara


61.827,05 milyar mengalami peningkatan sebesar Rp. 3.848,86 milyar atau

6,23%, hal ini disebabkan adanya penambahan modal disetor sebesar Rp.

10.190,38 milyar, sesuai Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No. 468/KMK.06/2014 tanggal 01 Oktober 2014.

Penilaian kinerja perusahaan tahun 2014 berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 tanggal 04

Juni 2002 yaitu dengan rincian:

1. Nilai Skor Aspek Keuangan = 45,50

2. Nilai Skor Aspek Operasional = 11,10

3. Nilai Skor Aspek Administrasi = 15,00

Total Nilai Skor = 71,60

Berdasarkan hasil diatas, tingkat kesehatan perusahaan untuk tahun

2014 dikategorikan Sehat – A (Single A) dengan total nilai skor 71,60.

F. Rencana Usaha

Rencana kegiatan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan untuk

periode tahun 2014 yaitu sebagai berikut:

1. Strategi pengadaan barang

Strategi yang dapat menjadi pedoman untuk memperoleh peningkatan

efektivitas dan efisiensi dalam proses pengadaan barang diuraikan sebagai

berikut:

a. Melakukan efisiensi pengadaan barang melalui pemeriksaan kebutuhan

fisik dan koreksi harga terhadap barang/bahan yang diminta oleh

bagian/kebun/unit,

Universitas Sumatera Utara


b. Meningkatkan survey pasar untuk mendukung kebijakan penetapan

harga,

c. Menghindari sistem monopoli dalam penngadaan baranguntuk

memperoleh harga dan mutu barang yang bersaing.

2. Strategi pemasaran

Seluruh produk dipasarkan oleh Kantor Pemasaran Bersama dengan

sistem penjualan yang fleksibel, untuk mendapat harga yang optimal

dilaksanakan dengan cara Tender, Bid/offer dan LTC (Long Term

Contract).

a. Menerapkan paradigma bahwa “Kepuasan Pelanggan menjadi prioritas

utama untuk memenangkan persaingan”,

b. Menjaga kobsistensi mutu dan mempertahankan ISO 9002 dan 14000,

c. Mampu bersaing secara kualitas dan kuantitas.

3. Program rencana kerja jangka panjang

Program rencana kerja jangka panjang terdiri dari:

a. Program-program perusahaan

1) pengembangan areal baru,

2) pembangunan dan pengembangan Kawasan Industri Sei Mangkei,

3) pembangunan dan pengembangan Industri Hilir Berbasis Sawit,

b. Periode kerja dan tahun awal dan akhir kerja yaitu rencana jangka

panjang periode 2009 – 2013, company bank data/data warehouse, dan

blueprint/master plan periode 2014 - 2025.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

(PERSERO) MEDAN

A. Definisi

Perlakuan akuntansi adalah seluruh pemrosesan data dari

pengidentifikasian sampai dengan penyajian. Perlakuan akuntansi

melibatkan: pendefinisian (definition), pengukuran (measurement), penilaian

(valuation), penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosure).

Menurut Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan aset tetap adalah aset

berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan

barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan

administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Dalam perusahaan perkebunan, aset tetap diklasifikasikan ke dalam 2

(dua) kelompok, yaitu aset tetap tanaman dan aset tetap non tanaman. Aset

tetap tanaman terbagi atas dua jenis, yaitu aset tanaman semusim, dan aset

tanaman tahunan. Aset tanaman semusim adalah aset tanaman perkebunan

semusim yang belum menghasilkan (aset pembibitan). Aset tanaman tahunan

adalah aset tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman belum

menghasilkan (TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM). Aset tanaman

memiliki karakteristik yang berbeda dengan aset lainnya karena aset biologis

mengalami transformasi biologis.

Universitas Sumatera Utara


Perlakuan akuntansi aset tetap tanaman dimulai dari pengakuan dan

pengukuran awal (tanaman belum menghasilkan), pengukuran selanjutnya

(reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman menghasilkan),

penyusutan (tanaman menghasilkan), penurunan nilai (tanaman belum

menghasilkan dan tanaman menghasilkan), penghentian pengakuan (tanaman

belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan), penyajian dan

pengungkapan aset tanaman dalam laporan keuangan.

B. Dasar Pengaturan

Dasar pengaturan aset tetap tanaman berdasarkan Pedoman Akuntansi

BUMN Perkebunan, yaitu sebagai berikut:

1. PSAK 16: Aset Tetap (Revisi 2011)

Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 16 (2011:16.2) Paragraf 06 Aset

tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi

atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain,

atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama

lebih dari satu periode.

2. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset

Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 48 menjelaskan suatu aset

mengalami penurunan nilai jika jumlah tercatatnya melebihi jumlah

terpulihkan. Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah

jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual

dan nilai pakainya. Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus

menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai.

Universitas Sumatera Utara


C. Penggolongan

Aset tanaman adalah aset tetap yang berupa tanaman perkebunan yang

terdiri dari tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan.

Aset tanaman yang dimaksud adalah tanaman tahunan. Aset tanaman dapat

dibedakan menjadi :

1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman belum menghasilkan dinyatakan sebesar biaya perolehannya

yang meliputi biaya persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan

dan pemeliharaan termasuk kapitasi biaya pinjaman yang digunakan untuk

membiayai pengembangan tanaman belum menghasilkan dan biaya tidak

langsung lainnya yang dialokasi berdasarkan luas hektar tertanam. Pada

saat tanaman sudah menghasilkan, akumulasi biaya perolehan tersebut

akan direklasifikasi ke tanaman menghasilkan. Tanaman Belum

Menghasilkan terdiri dari karet, kelapa sawit,

jarak/jabon/mahoni/jati/akasia, dan buah–buahan dengan nomor akun 002.

2. Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman menghasilkan digolongkan dengan nomor akun 001. Biaya

perolehan tanaman belum menghasilkan direklasifikasi ke akun tanaman

telah menghasilkan pada saat tanaman tersebut mulai menghasilkan.

Jangka waktu suatu tanaman dinyatakan mulai menghasilkan ditentukan

oleh pertumbuhan vegetatif dan penilaian manajemen, dengan ketentuan

sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


a. Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan

apabila telah berumur tiga tahun dan 60% dari jumlah seluruh pohon

per blok telah menghasilkan tandan buah atau dua lingkaran tandan

telah matang atau berat rata-rata buah per tandan telah mencapai tiga

kilogram atau lebih;

b. Tanaman karet dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila telah

berumuir lima tahun dan 60% dari jumlah seluruh pohon per blok sudah

dapat dideres dan mempunyai ukuran lilit batang 45 cm yang diukur

pada ketinggian satu meter dari pertautan okulasi.

D. Biaya Perolehan

Biaya perolehan aset tetap tanaman adalah jumlah kas atau setara kas

yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk

memperoleh atau membudidayakan aset tanaman sampai dengan aset

tanaman tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan

sesuai dengan tujuan.

Seluruh aset tetap awalnya diakui sebesar biaya perolehan, yang terdiri

atas harga perolehan dan biaya-biaya tambahan yang dapat didistribusikan

langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya

aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Setelah

pengakuan awal, aset tetap dinyatakan pada biaya perolehan dikurangi

akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 16 (2011:16.2)

Paragraf 06 biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang

Universitas Sumatera Utara


dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk

memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat

diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui

sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.

Biaya perolehan awal tanaman belum menghasilkan (TBM) awal, yaitu

meliputi :

1. Biaya input

adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai

dengan bibit tersebut siap tanam.

2. Biaya proses

adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sampai menjadi tanaman

menghasilkan.

3. Biaya lainnya

adalah biaya yang dapat diatribusikan langsung aset tanaman, contohnya

biaya penyiapan lahan (land clearing)

4. Alokasi biaya tidak langsung

adalah biaya tidak langsung dapat dikapitalisasi ke TBM, contohnya biaya

pinjaman.

Biaya penyisipan suatu aset tanaman dalam areal Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) diakui sebagai penambah jumlah tercatat aset TBM.

Biaya umum dan administrasi di unit dan kebun, kantor pusat/kantor direksi

adalah biaya-biaya yang tidak dapat dikapitalisasi ke aset tanaman. Biaya

tersebut diakui sebagai beban periode terjadinya.

Universitas Sumatera Utara


Biaya perolehan Tanaman Menghasilkan (TM) sebesar nilai tercatat

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang direklasifikasi ke Tanaman

Menghasilkan (TM). Biaya-biaya yang terjadi setelah Tanaman

Menghasilkan (TM), diakui sebagai beban periode terjadinya, kecuali biaya-

biaya yang memenuhi syarat untuk dikapitalisasi ke aset tanaman. Biaya-

biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset tanaman yang tidak

menambah manfaat ekonomis aset tanaman, atau biaya-biaya yang

mengembalikan aset tanaman ke kondisi normalnya, maka biaya-biaya

tersebut dibebankan pada periode terjadinya. Biaya-biaya yang tidak terkait

secara langsung dengan pembudidayaan tanaman tidak dapat diakui sebagai

biaya perolehan dan harus dibebankan pada periode terjadinya. Contoh biaya-

biaya tersebut antara lain:

1. Biaya tenaga kerja yang tidak terkait secara langsung dengan

pembudidayaan aset tanaman seperti bonus, tunjangan, dsb.

2. Biaya pembukaan fasilitas baru

3. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan

baru, termasuk biaya pelatihan staf

4. Biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya

5. Biaya umum dan administrasi di unit/kebun kantor pusat/kantor direksi.

E. Penyusutan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 17 Paragraf 02

Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang

masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi

Universitas Sumatera Utara


dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aset

yang dapat disusutkan adalah aset yang:

1. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi,

2. memiliki suatu masa manfaat yang terbatas, dan

3. ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau

memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan

administrasi.

Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 17 Paragraf 08 dan 09

menjelaskan bahwa jumlah yang dapat disusutkan dialokasi ke setiap periode

akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang

sistematis.

Penyusutan aset tanaman dimulai ketika Tanaman Belum Menghasilkan

(TBM) direklasifikasikan ke Tanaman Menghasilkan (TM). Metode

penyusutan yang dipakai oleh perusahaan dalam menghitung penyusutan aset

tetap tanaman adalah Metode Garis Lurus (Straight Line Method), dengan

taksiran umur manfaat (setelah TM) sebagai berikut :

Tabel 3.1.
Taksiran Umur Manfaat TM

Jenis aset tanaman Tarif penyusutan per


tahun
Tanaman menghasilkan - kelapa sawit 4%
Tanaman menghasilkan – karet 4%
Tanaman menghasilkan – lainnya 2% - 6,6%
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Ilustrasi perhitungan penyusutan aset tanaman, dengan metode garis

lurus adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


TM Kelapa Sawit, dengan nilai perolehan Rp. 5,6 milyar, dan umur manfaat

25 tahun, maka penyusutannya:

Rp.5,6 milyar / 25 tahun = Rp.224 juta per tahun

atau

Rp.5,6 milyar x 4% = Rp.224 juta per tahun

F. Penurunan dan Pemulihan Nilai

Pada setiap tanggal laporan keuangan harus dilakukan review atas

adanya indikasi penurunan nilai aset tanaman tahunan. Jika terdapat indikasi

penurunan nilai aset tanaman tahunan, maka entitas harus menaksir jumlah

yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut. Dalam mengidentifikasi

terdapat atau tidaknya penurunan nilai aset tetap tanaman, harus

mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

1. Informasi dari luar:

a. selama periode tertentu, nilai pasar aset telah turun secara signifikan

melebihi penurunan akibat proses normal depresiasi;

b. telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi dalam waktu dekat

perubahan memburuk yang signifikan dalam teknologi, pasar, kondisi

ekonomi atau hukum tempat beroperasi, atau dalam pasar produk atau

jasa yang dihasilkan dari aset tersebut;

c. selama periode tertentu, tarif diskonto pasar atau tingkat kembalian

investasi pasar telah meningkat, dan peningkatan ini cenderung akan

menurunkan nilai aset yang dapat diperoleh kembali secara material.

2. Informasi dari dalam:

Universitas Sumatera Utara


a. terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset;

b. telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan

yang bersifat merugikan sehubungan dengan cara penggunaan aset;

c. terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan bahwa kinerja

ekonomi aset tidak memenuhi harapan atau akan lebih buruk dari yang

diperkirakan; dan

d. aset yang pada tahun terakhir sebelumnya disajikan sebesar nilai

pakainya, dimana aliran kas sesungguhnya secara material lebih kecil

dari aliran kas taksiran, sebelum diperhitungkan diskonto.

Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih rendah

dibandingkan dengan jumlah tercatat, maka entitas mengakui kerugian

penurunan nilai aset. Pada periode selanjutnya, apabila jumlah yang dapat

diperoleh kembali meningkat, maka entitas mengakui keuntungan pemulihan

nilai, tetapi tidak boleh menyebabkan nilai buku setelah pemulihan nilai

melebihi nilai buku seumpama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.

G. Penghentian Pengakuan

Menurut standar akuntansi keuangan PSAK 16 (2011:16.20) paragraph

67 menyatakan bahwa jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan

pengakuannya pada saat:

1. Dilepas; atau

2. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan

dari penggunaan atau pelepasannya.

Universitas Sumatera Utara


Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian aset tetap

menurut IAI dalam PSAK 16 (2011:16.20) paragraph 68 dimasukkan dalam

laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Keuntungan tidak

boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.

Penghentian pengakuan aset tanaman tahunan dilakukan saat aset

tanaman tahunan tersebut ditebang, dijual, atau dengan cara lainnya.

H. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman

1. Pengakuan dan pengukuran awal

Aset tanaman berupa tanaman perkebunan pada PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan meliputi tanaman kelapa sawit, dan karet.

Dalam laporan keuangan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

pengakuan aset tanaman berupa tanaman perkebunan dikelompokkan

menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu tanaman belum menghasilkan dan tanaman

telah menghasilkan seperti dijelaskan singkat dalam bagan berikut:

Gambar 3.1.
Pengakuan Aset Tanaman
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Universitas Sumatera Utara


Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa pengukuran

tanaman belum menghasilkan diakui sebesar harga perolehannya yang

didapatkan dari kapitalisasi biaya lagsung dan biaya tidak langsung yang

berkaitan dengan perkembangan tanaman belum menghasilkan. Jurnalnya

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2.
Pengakuan awal aset TBM

Uraian Debet Kredit


Aset tanaman belum menghasilkan (TBM) Rp. xxx
Biaya yang dibebankan atas biaya tenaga kerja Rp. xxx
Bahan Kimia dan Pupuk Rp. xxx
Alat - alat pertanian Rp. xxx
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Penjurnalan ini dilakukan setiap kali terjadi transaksi kas yang

dibayarkan untuk biaya yang dikapitalisasi ke dalam tanaman belum

menghasilkan sampai dengan tanaman belum menghasilkan tersebut telah

memenuhi kriteria untuk berubah menjadi tanaman telah menghasilkan.

2. Pengukuran selanjutnya (reklasifikasi TBM ke TM)

Setelah tanaman belum menghasilkan telah memenuhi kriteria untuk

diakui menjadi tanaman telah menghasilkan berdasarkan tingkat

pertumbuhan vegetatif dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh manajemen,

maka tanaman belum menghasilkan harus segera direklasifikasi ke dalam

tanaman telah menghasilkan. Misalkan, setelah dilakukan oleh pengecekan

oleh pekerja lapangan diperoleh informasi bahwa lebih dari 60% tanaman

sawit belum menghasilkan pada blok A dapat dikategorikan sebagai tanaman

menghasilkan, maka semua nilai dari tanamaman sawit pada blok A harus

Universitas Sumatera Utara


direklasifikasi menjadi tanaman telah menghasilkan, jurnal reklasifikasi dari

kejadian tersebut adalah:

Tabel 3.3.
Reklasifikasi aset TBM ke TM (promosi tanaman)

Uraian Debet Kredit


Aset tanaman belum menghasilkan (TM) Rp. xxx
Aset tanaman belum menghasilkan (TBM) Rp. xxx
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Tanaman telah menghasilkan dinilai berdasarkan nilai tanaman belum

menghasilkan yang direklasifikasi ke dalam tanaman telah menghasilkan.

Proses kapitalisasi biaya-biaya yang berhubungan langsung maupun tidak

langsung dengan tanaman perkebunan tidak lagi dilakukan seperti pada

tanaman belum menghasilkan, maka nilai tanaman belum menghasilkan tidak

akan berubah kecuali jika ada kondisi lain yang mengharuskan diadakannya

perubahan nilai tersebut, misalnya terjadi penghapusan tanaman telah

menghasilkan karena alasan yang dapat diterima.

3. Penyusutan

Tanaman telah menghasilkan karena telah mampu memberikan

kontribusi manfaat ke dalam perusahaan berupa kemampuan untuk

menghasilkan produk agrikultur, maka perlu diadakan pengakuan terhadap

pemakaian manfaat tersebut ke dalam setiap periode dimana manfaat tersebut

dipakai. Cara untuk mengakui pemakaian manfaat dari tanaman telah

menghasilkan adalah dengan mengadakan penyusutan terhadap nilai tanaman

telah menghasilkan yang dimanfaatkan ke dalam setiap periodenya. PT

Universitas Sumatera Utara


Perkebunan Nusantara III melakukan penyusutan terhadap tanaman telah

menghasilkan menggunakan metode garis lurus.

Penyusutan aset tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III diakui

sebagai beban produksi atau penambah biaya perolehan persediaan yang

dihasilkannya. Akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan sebagai pos

pengurang jumlah tercatatnya. Jurnal dari kejadian tersebut adalah:

Tabel 3.4.
Penyusutan

Uraian Debet Kredit


Penyusutan aset tanaman menghasilkan (TM) Rp. xxx
Akumulasi aset tanaman menghasilkan (TM) Rp. xxx
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Nilai dari pembebanan penyusutan tanaman telah menghasilkan pada

setiap periodenya didasarkan pada estimasi manfaat yang dipakai pada setiap

periodenya, dalam hal ini PT Perkebunan Nusantara III mengakui penyusutan

tanaman telah menghasilkan dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu

dengan membagi manfaat ekonomi dari tanaman telah menghasilkan sama

besar setiap periodenya sampai dengan masa manfaat dari tanaman telah

menghasilkan dapat digunakan. Masa manfaat dari tanaman telah

menghasilkan diperoleh dari estimasi pihak manajemen dengan

mempertimbangkan proses pertumbuhan vegetatif dari tanaman telah

menghasilkan.

4. Penurunan dan pemulihan nilai

Pada saat terjadinya penurunan nilai aset tanaman pada PT. Perkebunan

Nusantara III, penurunan nilai aset tersebut diakui sebagai kerugian pada

Universitas Sumatera Utara


periode terjadinya. Dan akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman

disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya.

5. Penghentian pengakuan aset

Penghentian pengakuan aset tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara

III, yaitu ketika aset tanaman ditebang, dijual, diganti dengan tanaman lain,

atau dengan cara lainnya (proses dari TM sampai dengan tidak dicatat lagi di

neraca). Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada periode

terjadinya dan keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai

pendapatan atau beban non usaha. Penghentian-pengakuan aset tanaman

ketika aset tanaman ditebang, dijual atau dengan cara lainnya. Jurnal dari

kejadian - kejadian tersebut adalah:

Tabel 3.5.
Penghentian pengakuan

Uraian Debet Kredit


Pengunduran asset
Aset non produktif Rp. xxx
Aset tanaman menghasilkan ( TM ) Rp. xxx
Akum. penystn aset tanaman menghasilkan (TM) Rp. xxx
Akum. penyusutan aset non produktif Rp.xxx
Penghapusan asset
Beban atas penghapusan aset tetap Rp. xxx
Akumulasi penyusutan aset non produktif Rp. xxx
Aset non produktif Rp. xxx
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

I. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Tanaman dalam Laporan

Keuangan.

Aset tetap disajikan berdasarkan nilai perolehan aset tersebut dikurangi

akumulasi penyusutan. Dalam neraca, aset tetap dirinci menurut jenisnya.

Universitas Sumatera Utara


Akumulasi penyusutan disajikan sebagai pengurang terhadap aset tetap, baik

secara sendiri-sendiri menurut jenisnya atau secara keseluruhan.

Dalam Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III aset tetap

tanaman disajikan sebagai aset tidak lancar pada pos tersendiri dalam neraca

perusahaan. Aset tetap tanaman yang disajikan pada neraca perusahaan

merupakan aset tetap bersih, setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Aset

tetap tanaman yang disajikan dalam neraca adalah Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM). Sedangkan produk

agrikultur yang diakui sebagai persediaan disajikan dalam kelompok aset

lancar, produk agrikultur yang siap dijual ditampilkan sebagai persediaan

barang jadi dan produk agrikultur yang akan digunakan dalam proses

produksi berikutnya ditampilkan sebagai persediaan bahan baku/pelengkap.

Dan hal-hal yang harus diungkapkan pada catatan atas laporan

keuangan antara lain:

a. rincian jenis dan jumlah aset tanaman tahunan yaitu TBM dan TM;

b. dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset

tanaman tahunan;

c. metode penyusutan yang digunakan;

d. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

e. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode;

Penyajian aset tanaman berupa tanaman perkebunan dalam laporan

keuangan dan pengungkapannya pada catatan atas laporan keuangan dapat

dilihat pada lembar lampiran.

Universitas Sumatera Utara


J. Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Aset Tanaman PT.

Perkebunan Nusantara III dengan Perlakuan Akuntansi atas Aset

Biologis bedasarkan International Accounting Standards 41 (IAS 41)

Jika pengakuan dan pengukuran aset biologis menurut PT Perkebunan

Nusantara III di atas dibandingkan dengan IAS 41, maka dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 3.6.
Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Aset Biologis
Menurut IAS 41 dan PTPN

IAS 41 PTPN
Aset Biologis diakui sebagai Aset Aset tanaman terbagi atas,
biologis belum dewasa, aset biologis Tanaman Belum Menghasilkan
dewasa, dan persediaan (TBM), Tanaman Menghasilkan
(TM), dan Persediaan hasil panen
Aset biologis belum dewasa Tanaman Belum Menghasilkan
diklasifikasikan aset lancar, aset (TBM) dan Tanaman
biologis dewasa diklasifikasikan Menghasilkan (TM )
aset tidak lancar, dan persediaan diklasifikasikan aset tetap, dan
diklasifikasikan aset lancar. Persediaan hasil panen sebagai aset
lancar.
Aset biologis berupa aset biologis TBM, dan TM diukur sebesar
belum dewasa dan aset biologis harga perolehan dikurangi
dewasa diukur sebesar nilai wajar akumulasi penyusutan sedangkan
dikurangi taksiran aset biologis berupa persediaan
diukur sebesar nilai yang lebih
rendah antara harga perolehan dan
nilai realisasi bersih
Tidak mengukur atau menghitung Mengukur atau menghitung
penyusutan penyusutan ketika aset biologis
telah dikategorikan sebagai TM
Penyusutan diakui ketika nilai wajar Penyusutan dihitung berdasarkan
tidak dapat ditentukan sehingga taksiran masa manfaat ekonomis
perusahaan menilai aset biologis aset tanaman dengan menggunakan
dengan biaya perolehan, dan metode metode garis lurus.
serta tarif penyusutannya sesuai
dengan kebijakan perusahaan
Sumber: Rani Dame Simanjorang, 2014. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis
Perusahaan Perkebunan (Persero) di Indonesia.”

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel di atas, pengakuan atas tanaman perkebunan menurut

PT. Perkebunan Nusantara III dan IAS 41 secara umum sama, perbedaannya

hanya terletak pada istilah aset biologis, namun keduanya sama-sama

mengklasifikasikan aset tersebut mengikuti transformasi atau pertumbuhan

aset.

Aset biologis belum dewasa menurut IAS 41 sama halnya tanaman

belum menghasilkan di PT Perkebunan Nusantara III, sementara aset biologis

dewasa merupakan tanaman menghasilkan di PT Perkebunan Nusantara III,

dimana aset biologis belum dewasa yang sudah memenuhi syarat diakui

sebagai aset biologis dewasa direklasifikasi menjadi aset biologis dewasa.

Selanjutnya produk agrikultur pada titik panen diakui sebagai

persediaan, dimana PT. Perkebunan Nusantara III mengakui persediaan dari

titik panen sampai menjadi barang jadi, sedangkan IAS 41 hanya mengatur

standar aset biologis sampai persediaan pada titik panen saja. IAS 41

diterapkan pada produk agrikultur berupa hasil pertanian pada titik panen

namun untuk pengolahan produk agrikultur menjadi persediaan barang jadi

tidak diatur di dalam IAS 41 tetapi diatur sendiri di dalam IAS 2 tentang

inventory (IAS 41 paragraf 3) atau jika di Indonesia menggunakan PSAK 14

tentang persediaan.

Berbeda dengan pengukuran aset tanaman menurut PT Perkebunan

Nusantara III, aset biologis menurut lingkup IAS 41 harus diukur pada

pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan berikutnya pada nilai wajar

berbasis harga pasar aktif setelah dikurangi dengan taksiran biaya untuk

Universitas Sumatera Utara


menjual, kecuali nilai wajar tidak dapat diukur secara andal. Harga pasar aktif

menurut IAS 41 sulit diketahui. Ketika nilai wajar tidak dapat ditentukan

maka perusahaan dianjurkan menggunakan biaya perolehan dikurangi

akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai, tetapi apabila di

kemudian hari nilai wajar dapat ditentukan maka tanaman perkebunan yang

telah dinilai menggunakan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan

dan akumulasi penurunan nilai tersebut harus dinilai kembali menggunakan

nilai wajar dikurangi taksiran biaya untuk menjual (IAS 41 paragraf 30).

Begitu juga dengan pengukuran persediaan yang merupakan hasil

pertanian menurut IAS 41 diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk

menjual pada titik panen.

Menurut PT Perkebunan Nusantara III pada saat TBM direklasifikasi

ke TM yang diukur dengan akumulasi biaya perolehan sebelumnya PT

Perkebunan Nusantara III tidak mengakui adanya keuntungan maupun

kerugian. Namun menurut IAS 41 apabila pada saat dilakukan pengukuran

pada suatu periode terdapat kenaikan atau penurunan pada nilai wajar maka

harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian dan dimasukkan kedalam

laporan laba rugi (IAS 41 paragraf 28).

Pada PT Perkebunan Nusantara III harga perolehan dari aset tanaman

diperoleh dari biaya-biaya yang dikapitalisasi ke dalam aset biologis, tetapi

menurut IAS 41 semua biaya yang berkaitan dengan aset biologis yang

diukur pada nilai wajar contohnya biaya pemupukan dan pemeliharaan diakui

Universitas Sumatera Utara


sebagai beban pada saat terjadinya, selain biaya untuk membeli aset biologis

yaitu biaya pembibitan atau biaya untuk membeli bibit.

Sementara itu terkait penyusutan, menurut IAS 41 bagi perusahaan

yang melakukan penilaian terhadap aset biologis menggunakan nilai wajar,

seharusnya tidak mengakui adanya akumulasi penyusutan, kecuali ketika

nilai wajar tidak dapat ditentukan maka perusahaan menilai aset biologis

dengan biaya perolehan sehingga penyusutan tetap diakui dan metode serta

tarif penyusutannya sesuai dengan kebijakan perusahaan. Sedangkan PT

Perkebunan Nusantara III mengakui adanya penyusutan secara berkala

berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tanaman dengan

menggunakan metode garis lurus. Adanya pengakuan penyusutan aset

tanaman pada perusahaan tentu berdampak pada penurunan laba rugi pada

tahun berjalan.

Menurut IAS 41, di dalam laporan keuangan, aset biologis dewasa

disajikan sebagai aset tidak lancar, sedangkan persediaan pada titik panen

disajikan pada aset lancar. Secara umum penyajian aset biologis pada

aktivitas agrikultur menurut PT Perkebunan Nusantara III dan menurut IAS

41 adalah sama, perbedaannya terletak pada jenis aset biologis yang

diungkapkan.

Pada PT Perkebunan Nusantara III dan juga menurut IAS 41 suatu

perusahaan yang bergerak di bidang agrikultur harus menyajikan daftar

rekonsiliasi perubahan dalam nilai tercatat pada aset biologis di antara awal

dan akhir periode berjalan. Pada PT Perkebunan Nusantara III perusahaan

Universitas Sumatera Utara


tidak hanya mengungkapkan aset tanaman pada aktivitas agrikultur sampai

titik panen saja, tetapi juga menyajikan produk olahan dari hasil pada titik

panen. Namun menurut IAS 41 perusahaan hanya mengatur perlakuan

akuntansi dan pengungkapan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian

sampai pada titik panen saja, pengolahan persediaan pada titik panen menjadi

barang jadi diatur sendiri dalam IAS 2 atau PSAK 14 mengenai pesediaan.

Pengungkapan aset biologis menurut PT Perkebunan Nusantara III

dengan IAS 41 memiliki persamaan serta perbedaan dalam beberapa hal.

Perbandingan pengungkapan aset biologis menurut PT Perkebunan Nusantara

III dengan IAS 41 ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 3.7.
Perbandingan Pengungkapan Aset Biologis Menurut IAS 41 dan PTPN

IAS 41 PTPN
Mengungkapkan jenis dan jumlah Mengungkapkan jenis dan jumlah aset
aset biologis. Biologis
Hanya mengatur perlakuan Tidak hanya mengungkapkan aset
akuntansi dan hanya biologis pada aktivitas agrikultur saja
mengungkapkan aset biologis tetapi juga mengungkapkan
yang berhubungan dengan pengolahan produk agrikultur pada
kegiatan pertanian. Untuk titik panen menjadi produk jadi
pengolahan hasil panen menjadi
produk jadi tidak diungkapkan
Mengungkapkan kebijakan Mengungkapkan dasar pengukuran
akuntansi yang digunakan dalam yang digunakan dalam menentukan
pengukuran aset biologis jumlah tercatat aset biologis

Tidak mengungkapkan adanya Mengungkapkan adanya depresiasi


penyusutan aset biologis, maka yang berdampak pada penurunan laba
pada laporan laba/rugi tidak ada–rugi pada tahun berjalan, serta
beban depresiasi yang berakibat mengungkapkan metode penyusutan
adanya kenaikan pada laporan yang digunakan, umur, manfaat
laba/rugi. ekonomi, dan tarif penyusutan yang
digunakan.
Sumber: Rani Dame Simanjorang, 2014. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis
Perusahaan Perkebunan (Persero) di Indonesia.”

Universitas Sumatera Utara


Penyajian dan pengungkapan aset biologis menurut IAS 41 dengan

menurut PT Perkebunan Nusantara III mempunyai kesamaan dalam hal

pengungkapan jumlah dan jenis aset serta sama-sama mengungkapkan dasar

pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat aset biologis.

Sedangkan perbedaannya yaitu IAS 41 hanya mengatur dan

mengungkapkan aset biologis sampai pada titik panen saja, sedangkan PT

Perkebunan Nusantara III mengungkapkan aset biologis berupa pengolahan

produk agrikultur pada titik panen menjadi produk jadi.

Selain itu, IAS 41 tidak mengungkapkan adanya penyusutan aset

biologis, maka pada laporan laba/rugi tidak ada beban depresiasi yang

berakibat adanya kenaikan pada laporan laba/rugi sedangkan PT Perkebunan

Nusantara III mengungkapkan adanya depresiasi yang berdampak pada

penurunan laba – rugi pada tahun berjalan sehingga PT Perkebunan

Nusantara III mengungkapkan metode penyusutan yang digunakan, umur,

manfaat ekonomi, dan tarif penyusutan yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT. Perkebunan

Nusantara III, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan akuntansi aset tetap tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III

telah dilakukan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di

Indonesia, yaitu prinsip akuntansi yang didasarkan pada Standar

Akuntansi Keuangan (SAK), peraturan Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam) serta peraturan pemerintah yang lain yang berlaku dalam

penyajian laporan keuangan perusahaan.

2. Aset tanaman berupa tanaman perkebunan pada PT. Perkebunan Nusantara

III diukur berdasarkan harga perolehannya karena didasarkan pada

pertimbangan bahwa nilai ini lebih terukur sehingga mampu memberikan

informasi yang lebih andal.

3. Dalam menentukan perolehan tanaman, biaya-biaya yang dikeluarkan

merupakan hasil dari kapitalisasi biaya biaya yang dikeluarkan yang

dimasukkan dalam kelompok Tanaman Belum Menghasilkan, dan

tanaman tersebut berubah kedalam kelompok Tanaman Menghasilkan

yakni, ketika tanaman tersebut telah mencapai waktu dimana tanaman

tersebut menghasilkan.

Universitas Sumatera Utara


4. Tanaman belum menghasilkan diakui sebagai aset tetap, walaupun belum

memberikan sesuatu sebagai komponen operasional perusahaan, sehingga

tanaman belum menghasilkan belum dapat disusutkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta beberapa kesimpulan

dan keterbatasan pada penelitian ini, saran-saran yang dapat diberikan

melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu

kelemahan yang berkaitan dengan kesulitan untuk mengidentifikasi biaya-

biaya terkait dengan aset bioloigis berupa tanaman perkebunan harus segera

diatasi agar informasi yang dihasilkan tidak mengalami salah saji.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Handoko, 2011. Overview IAS 41: Agriculture. Surabaya. Available at


https://rogonyowosukmo.wordpress.com/2011.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

PT. Perkebunan Nusantara I-XIV (Persero) dan PT. Rajawali Nusantara


Indonesia, 2011. Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis
IFRS. Jakarta.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2009. Bahan Ajar Aset Tetap
Perkebunan. Medan.

Ridwan Achmad, 2011. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT. Perkebunan


Nusantara XIV Makassar (Persero)”,Skripsi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Simanjorang Rani Dame, 2014. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Perusahaan


Perkebunan (Persero) di Indonesia”,Skripsi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Kristen Satya Kencana, Salatiga.

Tyas Esti Laras Aruming, 2013. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis dalam
Perspektif Standar Akuntansi Keuangan dan IFRSI”,Makalah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.

Uli Pangestu Esti Fitra, 2010. “Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap


Perkebunan (Tanaman) Karet”,Skripsi, Informasi Manajemen dan
Bisnis, Universitas Darmajaya, Bandar Lampung.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai