Oleh :
132102127
MEDAN
2016
MEDAN
NIM : 132102127
MEDAN
NIM : 132102127
Medan, 2016
terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Dengan tujuan
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis program studi Diploma III Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Adapun
Tugas Akhir ini dengan judul “Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman Pada
Dalam penulisan tugas akhir ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan
baik tanpa ada bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih atas bantuan dan bimbingan
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
2. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA selaku Ketua Program Studi Diploma III
Utara serta dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tempat
Medan khususnya pada Bapak Yance Maramis dan juga bagian akuntansi
7. Untuk sahabat terbaik Chirps dan juga teman baik penulis lainnya Yolanda
Noviasari Maramis, dan Ayu Fitriah yang telah memberikan dukungan dan
Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan tugas
akhir ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas
Penulis
Halaman
A. Definisi .................................................................................. 21
C. Penggolongan ........................................................................ 23
E. Penyusutan ............................................................................. 26
A. Kesimpulan ............................................................................ 42
B. Saran ...................................................................................... 43
LAMPIRAN ................................................................................................. 45
Medan ............................................................................................. 11
PENDAHULUAN
kebutuhan akan informasi keuangan dari sebuah entitas oleh pihak – pihak
bagi setiap elemen laporan keuangan, perlakuan akuntansi juga berbeda bagi
biologis.
maka diperlukan pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut
Dan aset tetap merupakan salah satu pos dalam laporan keuangan
khususnya neraca. Investasi dalam aset tetap merupakan biaya jangka panjang
produksi dan dibebankan kedalam laporan rugi laba melalui pos biaya
rugi laba, biaya penyusutan tanaman yang akan menambah harga pokok yang
terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, oleh sebab itu
laporan keuangan tidak andal dan informasi yang disediakan tidak akurat.
B. Rumusan Masalah
akuntansi aset tetap tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
1. Tujuan Penelitian
Keuangan.
2. Manfaat Penelitian
Akuntansi Keuangan.
Akuntansi Keuangan.
D. Rencana Penulisan
1. Jadwal Survey/Observasi
Medan pada kantor direksi yang berada di Jalan Sei Batanghari No. 2
Medan.
Tabel 1.1.
Jadwal Survey/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir
Mei
April
No. Kegiatan
I II III IV I II III IV
2 Pengajuan Judul
4 Pengumpulan Proposal
2. Rencana Isi
Penulis akan memberikan gambaran rencana isi tugas akhir yang akan
Bab I : Pendahuluan
rencana isi.
A. Sejarah Ringkas
bergerak dalam bidang usaha Agro Bisnis dan Agro Industri Kelapa Sawit
dan Karet. PTPN III merupakan hasil peleburan dari PT. Perkebunan III, IV
terakhir dengan Akta No. 6 tanggal 3 Oktober 2014 dari Nanda Fauz Iwan,
maka PTPN I, II,IV s.d. XIV menjadi anak perusahaan PTPN III.
dengan total kapasitas 585 ton tandan buah segar per jam dan 8 Unit Pabrik
Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas 200 ton karet kering per hari.
1. Visi
Visi PTPN III adalah menjadi perusahaan agri bisnis kelas dunia dengan
2. Misi
berkesinambungan.
komunitas.
lingkungan.
Gambar 2.1
Logo PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Logo baru ini adalah lambang dari niat dan motivasi tinggi seluruh
personal PTPN III, untuk mewujudkan visi dan misi PTPN III yang telah
a. Gambar 12 helai daun kelapa sawit di sebelah kiri bola dunia dan tujuh
urat pada daun karet yang berwarna hijau di sebelah kanan bola dunia
usaha.
pasar dunia.
menggambarkan pola hubungan kerja antara dua bagian atau lebih dalam
yang telah ditentukan semula. Struktur organisasi pada PTPN III diatur sesuai
2. Dewan komisaris
3. Komite audit
4. Direktur utama
secara umum,
5. Direktur produksi
kebijaksanaan direksi,
7. Direktur keuangan
teknik.
pihak ketiga,
risiko.
jajarannya.
diteruskan ke direksi,
datim yang dijual melalui PT. KPBN dan bursa berjangka Jakarta,
dapat dicapai,
D. Jaringan Usaha
pendapatan perusahaan. Mutu produk minyak sawit dan inti sawit yang
Lebih dari 54.000 hektar lahan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
produk RSS-1, SIR-1-, SIR-20 dan lateks pekat mampu menembus pasar
Rubber Article, Rubber Cownaf, Coveyor Belt, Rubber Karlet dan Resin
Quality Certificate ISO 9001: 2000 dan ISO 14001 1996, TUV dan
OCOTEX.
sebelum PPh tahun 2014 sebesar Rp. 1.316.067 juta, bila dibanding tahun
2013 sebesar Rp. 2.070.498 juta mengalami penurunan Rp. 754.431 juta atau
36,44%. Hasil penjualan sebesar 6,89% berasal dari penjualan ekspor dan
Entitas Anak Per 31 Desember 2014 ditutup sebesar Rp. 65.675,91 milyar,
6,23%, hal ini disebabkan adanya penambahan modal disetor sebesar Rp.
F. Rencana Usaha
berikut:
bagian/kebun/unit,
harga,
2. Strategi pemasaran
Contract).
a. Program-program perusahaan
b. Periode kerja dan tahun awal dan akhir kerja yaitu rencana jangka
(PERSERO) MEDAN
A. Definisi
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
(dua) kelompok, yaitu aset tetap tanaman dan aset tetap non tanaman. Aset
tetap tanaman terbagi atas dua jenis, yaitu aset tanaman semusim, dan aset
memiliki karakteristik yang berbeda dengan aset lainnya karena aset biologis
B. Dasar Pengaturan
tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain,
terpulihkan. Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah
jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
dan nilai pakainya. Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus
Aset tanaman adalah aset tetap yang berupa tanaman perkebunan yang
Aset tanaman yang dimaksud adalah tanaman tahunan. Aset tanaman dapat
dibedakan menjadi :
sebagai berikut :
apabila telah berumur tiga tahun dan 60% dari jumlah seluruh pohon
per blok telah menghasilkan tandan buah atau dua lingkaran tandan
telah matang atau berat rata-rata buah per tandan telah mencapai tiga
berumuir lima tahun dan 60% dari jumlah seluruh pohon per blok sudah
D. Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap tanaman adalah jumlah kas atau setara kas
yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk
tanaman tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan
Seluruh aset tetap awalnya diakui sebesar biaya perolehan, yang terdiri
langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya
Paragraf 06 biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang
memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat
diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui
meliputi :
1. Biaya input
adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai
2. Biaya proses
menghasilkan.
3. Biaya lainnya
pinjaman.
Biaya umum dan administrasi di unit dan kebun, kantor pusat/kantor direksi
biaya perolehan dan harus dibebankan pada periode terjadinya. Contoh biaya-
E. Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang
administrasi.
sistematis.
tetap tanaman adalah Metode Garis Lurus (Straight Line Method), dengan
Tabel 3.1.
Taksiran Umur Manfaat TM
atau
adanya indikasi penurunan nilai aset tanaman tahunan. Jika terdapat indikasi
penurunan nilai aset tanaman tahunan, maka entitas harus menaksir jumlah
a. selama periode tertentu, nilai pasar aset telah turun secara signifikan
b. telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi dalam waktu dekat
ekonomi atau hukum tempat beroperasi, atau dalam pasar produk atau
b. telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan
ekonomi aset tidak memenuhi harapan atau akan lebih buruk dari yang
diperkirakan; dan
penurunan nilai aset. Pada periode selanjutnya, apabila jumlah yang dapat
nilai, tetapi tidak boleh menyebabkan nilai buku setelah pemulihan nilai
G. Penghentian Pengakuan
1. Dilepas; atau
2. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan
laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Keuntungan tidak
Nusantara III (Persero) Medan meliputi tanaman kelapa sawit, dan karet.
Gambar 3.1.
Pengakuan Aset Tanaman
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
didapatkan dari kapitalisasi biaya lagsung dan biaya tidak langsung yang
Tabel 3.2.
Pengakuan awal aset TBM
oleh pekerja lapangan diperoleh informasi bahwa lebih dari 60% tanaman
menghasilkan, maka semua nilai dari tanamaman sawit pada blok A harus
Tabel 3.3.
Reklasifikasi aset TBM ke TM (promosi tanaman)
akan berubah kecuali jika ada kondisi lain yang mengharuskan diadakannya
3. Penyusutan
Tabel 3.4.
Penyusutan
setiap periodenya didasarkan pada estimasi manfaat yang dipakai pada setiap
besar setiap periodenya sampai dengan masa manfaat dari tanaman telah
menghasilkan.
Pada saat terjadinya penurunan nilai aset tanaman pada PT. Perkebunan
Nusantara III, penurunan nilai aset tersebut diakui sebagai kerugian pada
III, yaitu ketika aset tanaman ditebang, dijual, diganti dengan tanaman lain,
atau dengan cara lainnya (proses dari TM sampai dengan tidak dicatat lagi di
ketika aset tanaman ditebang, dijual atau dengan cara lainnya. Jurnal dari
Tabel 3.5.
Penghentian pengakuan
Keuangan.
tanaman disajikan sebagai aset tidak lancar pada pos tersendiri dalam neraca
barang jadi dan produk agrikultur yang akan digunakan dalam proses
a. rincian jenis dan jumlah aset tanaman tahunan yaitu TBM dan TM;
tanaman tahunan;
e. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode;
Nusantara III di atas dibandingkan dengan IAS 41, maka dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3.6.
Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Aset Biologis
Menurut IAS 41 dan PTPN
IAS 41 PTPN
Aset Biologis diakui sebagai Aset Aset tanaman terbagi atas,
biologis belum dewasa, aset biologis Tanaman Belum Menghasilkan
dewasa, dan persediaan (TBM), Tanaman Menghasilkan
(TM), dan Persediaan hasil panen
Aset biologis belum dewasa Tanaman Belum Menghasilkan
diklasifikasikan aset lancar, aset (TBM) dan Tanaman
biologis dewasa diklasifikasikan Menghasilkan (TM )
aset tidak lancar, dan persediaan diklasifikasikan aset tetap, dan
diklasifikasikan aset lancar. Persediaan hasil panen sebagai aset
lancar.
Aset biologis berupa aset biologis TBM, dan TM diukur sebesar
belum dewasa dan aset biologis harga perolehan dikurangi
dewasa diukur sebesar nilai wajar akumulasi penyusutan sedangkan
dikurangi taksiran aset biologis berupa persediaan
diukur sebesar nilai yang lebih
rendah antara harga perolehan dan
nilai realisasi bersih
Tidak mengukur atau menghitung Mengukur atau menghitung
penyusutan penyusutan ketika aset biologis
telah dikategorikan sebagai TM
Penyusutan diakui ketika nilai wajar Penyusutan dihitung berdasarkan
tidak dapat ditentukan sehingga taksiran masa manfaat ekonomis
perusahaan menilai aset biologis aset tanaman dengan menggunakan
dengan biaya perolehan, dan metode metode garis lurus.
serta tarif penyusutannya sesuai
dengan kebijakan perusahaan
Sumber: Rani Dame Simanjorang, 2014. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis
Perusahaan Perkebunan (Persero) di Indonesia.”
PT. Perkebunan Nusantara III dan IAS 41 secara umum sama, perbedaannya
aset.
dimana aset biologis belum dewasa yang sudah memenuhi syarat diakui
titik panen sampai menjadi barang jadi, sedangkan IAS 41 hanya mengatur
standar aset biologis sampai persediaan pada titik panen saja. IAS 41
diterapkan pada produk agrikultur berupa hasil pertanian pada titik panen
tidak diatur di dalam IAS 41 tetapi diatur sendiri di dalam IAS 2 tentang
tentang persediaan.
Nusantara III, aset biologis menurut lingkup IAS 41 harus diukur pada
pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan berikutnya pada nilai wajar
berbasis harga pasar aktif setelah dikurangi dengan taksiran biaya untuk
menurut IAS 41 sulit diketahui. Ketika nilai wajar tidak dapat ditentukan
kemudian hari nilai wajar dapat ditentukan maka tanaman perkebunan yang
nilai wajar dikurangi taksiran biaya untuk menjual (IAS 41 paragraf 30).
pertanian menurut IAS 41 diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk
pada suatu periode terdapat kenaikan atau penurunan pada nilai wajar maka
menurut IAS 41 semua biaya yang berkaitan dengan aset biologis yang
diukur pada nilai wajar contohnya biaya pemupukan dan pemeliharaan diakui
nilai wajar tidak dapat ditentukan maka perusahaan menilai aset biologis
dengan biaya perolehan sehingga penyusutan tetap diakui dan metode serta
tanaman pada perusahaan tentu berdampak pada penurunan laba rugi pada
tahun berjalan.
disajikan sebagai aset tidak lancar, sedangkan persediaan pada titik panen
disajikan pada aset lancar. Secara umum penyajian aset biologis pada
diungkapkan.
rekonsiliasi perubahan dalam nilai tercatat pada aset biologis di antara awal
titik panen saja, tetapi juga menyajikan produk olahan dari hasil pada titik
sampai pada titik panen saja, pengolahan persediaan pada titik panen menjadi
barang jadi diatur sendiri dalam IAS 2 atau PSAK 14 mengenai pesediaan.
Tabel 3.7.
Perbandingan Pengungkapan Aset Biologis Menurut IAS 41 dan PTPN
IAS 41 PTPN
Mengungkapkan jenis dan jumlah Mengungkapkan jenis dan jumlah aset
aset biologis. Biologis
Hanya mengatur perlakuan Tidak hanya mengungkapkan aset
akuntansi dan hanya biologis pada aktivitas agrikultur saja
mengungkapkan aset biologis tetapi juga mengungkapkan
yang berhubungan dengan pengolahan produk agrikultur pada
kegiatan pertanian. Untuk titik panen menjadi produk jadi
pengolahan hasil panen menjadi
produk jadi tidak diungkapkan
Mengungkapkan kebijakan Mengungkapkan dasar pengukuran
akuntansi yang digunakan dalam yang digunakan dalam menentukan
pengukuran aset biologis jumlah tercatat aset biologis
biologis, maka pada laporan laba/rugi tidak ada beban depresiasi yang
A. Kesimpulan
1. Perlakuan akuntansi aset tetap tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III
tersebut menghasilkan.
B. Saran
melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu
biaya terkait dengan aset bioloigis berupa tanaman perkebunan harus segera
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2009. Bahan Ajar Aset Tetap
Perkebunan. Medan.
Tyas Esti Laras Aruming, 2013. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis dalam
Perspektif Standar Akuntansi Keuangan dan IFRSI”,Makalah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.