Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PENETAPAN PARAMETER HASIL KRITIS LABORATORIUM


DI RUMAH SAKIT

2.1 Definisi Hasil Kritis


Hasil kritis laboratorium adalah hasil pemeriksaan laboratorium pasien
di luar rentang nilai normal yang menunjukkan adanya kondisi patologis dan
berisiko tinggi atau mengancam nyawa, yang dianggap gawat atau darurat,
dan mungkin memerlukan tindakan medis segera untuk menyelamatkan
nyawa atau mencegah kejadian yang tidak diinginkan. Oleh karena itu hasil
kritis harus segera dilaporkan kepada dokter yang merawat pasien tersebut,
paling lambat kurang dari 30 menit sejak hasil dikeluarkan. Hasil kritis tidak
hanya dijumpai di IGD dan rawat inap, namun juga dapat ditemui pada rawat
jalan. Rumah sakit harus menentukan mekanisme pelaporan hasil kritis di
IGD, rawat inap dan rawat jalan6.
Pada tahun 1972, pertama kalinya konsep hasil kritis laboratorium
dicetuskan oleh Lundberg dan rekan kerjanya di laboratorium klinik
University of Southern California Medical Center. Mereka mempelopori
pendekatan secara sistematis dalam identifikasi dan komunikasi hasil tes
abnormal yang mengindikasikan keadaan berbahaya. Istilah "Critical Limits"
mengacu pada batasan analisis spesifik yang mendefinisikan hasil
pemeriksaan sebagai "Hasil Kritis". Hasil kritis pada waktu itu mengacu pada
hasil pemeriksaan laboratorium yang menyimpang jauh dari nilai normal dan
dapat membahayakan pasien sehingga jika terlambat atau tidak ditangani
segera maka pasien dapat tidak tertolong 7. Maka dari itu, perlunya ditetapkan
parameter hasil kritis sebagai acuan petugas laboratorium dan klinisi agar
lebih waspada dan memberikan perhatian khusus terhadap hasil laboratorium
yang kritis. Parameter nilai kritis untuk rumah sakit dapat berbeda dengan
laboratorium klinik dan puskesmas.

2.2 Penetapan Hasil Kritis


Penetapan hasil kritis dituang dalam KMK nomor HK.01.07 tahun 2022
tentang Standar Akreditasi Laboratorium Kesehatan, disebutkan bahwa hasil
pemeriksaan yang termasuk kategori hasil kritis ditetapkan sesuai kebijakan
laboratorium kesehatan dengan berdasarkan pada regulasi pemerintah dan
rekomendasi organisasi profesi, serta menyesuaikan kemampuan sumber daya
laboratorium kesehatan yang bersangkutan8. Maka dari itu, untuk menetapkan
kategori hasil kritis di suatu laboratorium, perlunya diperhatikan hal – hal
sebagai berikut, yaitu:
1. Hasil kritis dibuat dan disusun berdasarkan atas kesepakatan bersama
antara pihak laboratorium dan klinisi. Penyusunan hasil kritis
laboratorium di rumah sakit melibatkan minimal: analis laboratorium 2
orang, dokter spesialis patologi klinik, dokter spesialis penyakit dalam,
dokter spesialis anak, dan dokter IGD.
2. Sebagai bahan referensi untuk penetapan hasil kritis dapat diambil dari
literatur, jurnal, atau konsensus yang sudah ada.
3. Perumusan hasil kritis hanya mencantumkan parameter – parameter
yang dapat diperiksa di laboratorium tersebut.
4. Parameter yang didahulukan dalam penyusunan hasil kritis adalah
hematologi dan kimia klinik, lalu menyusul parameter lain.
5. Berita acara rapat merupakan bukti keputusan bersama dalam
menentukan hasil kritis, juga sebagai salah satu bukti untuk akreditasi..
6. Hasil kritis dilaporkan segera setelah hasil didapatkan, dengan tata cara
sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) Pelaporan Nilai Kritis.
7. Dibuat SK Kebijakan Pimpinan / Kepala Rumah Sakit, lampiran SK
keputusan, SOP, alur dan daftar nilai kritis
8. Monitoring pelaporan hasil kritis dilakukan melalui pelaporan
Indikator Keselamatan Pasien yang berlaku di semua unit dan
laboratorium

2.3 Kategori Hasil Kritis Laboratorium


Hasil kritis laboratorium dapat dibagi berdasarkan jenis
pemeriksaannya, yaitu hematologi, koagulasi, kimia klinik, LCS, bank darah,
mikrobiologi dan patologi anatomi. Penetapan hasil kritis pada tiap rumah
sakit dapat berbeda sesuai dengan tipe RS dan jenis pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan.

A. Hasil Kritis Hematologi

Pemeriksaan hematologi dapat digunakan untuk pemeriksaan rutin


ataupun kondisi klinis pasien saat kritis misalnya saat infeksi berat,
dehidrasi berat, anemia berat, perdarahan dan sebagainya, yang
memerlukan terapi atau intervensi segera. Sehingga diperlukan adanya
parameter untuk hasil kritis hematologi. Berikut merupakan contoh hasil
kritis dari hematologi.

Tabel 1. Hasil Kritis Hematologi

No. NAMA TEST KURANG DARI LEBIH DARI


1. Hematokrit < 20 vol% > 60 vol%
2. Hemoglobin < 7.0 g/dl > 20 g/dl
3. Trombosit (dewasa) < 50.000 /ul > 1.000.000 /ul
4. Trombosit (anak) < 20.000 /ul > 1.000.000 /ul
5. APTT - > 100 detik
6. PT - > 30 detik atau >3 kali kontrol
7. Fibrinogen < 100 mg/dl > 700 mg/dl
8. Lekosit < 500 /ul > 30.000 /ul
9. INR - > 3.6
10. Masa Perdarahan - > 30 menit
11. Trombin time - > 60 detik
12. Feritin < 10 ng/ml -

B. Hasil Kritis Kimia Darah

Pemeriksaan kimia darah berfungsi untuk mengukur kadar zat kimia


yang terdapat di dalam darah. Sehingga apabila kadarnya di dalam darah
melampaui jauh dari rentang nilai normal, maka akan berdampak pada
tubuh. Berikut beberapa hasil kritis dari pemeriksaan kimia darah.

Tabel 2. Hasil Kritis Kimia Darah


No NAMA TEST KURANG DARI LEBIH DARI
1. Amonia - > 40 umol/L
2. Amilase - >200 U/L
3. Arterial PCO2 < 20 mmHg > 75 mmHg
4. Arterial PH < 7,10 > 7,59
5. Arterial PO2 (dewasa) < 40 mmHg -
6. Arterial PO2 (bayi baru lahir) < 37 mmHg > 92 mmHg
7. Bicarbonat - > 20 mg/dl
8. Calsium < 6,5 mg/dl > 14 mg/dl
9. CO2 < 11 meq/L > 40 meq/L
10. Troponin T - > 50 ug/L
11. Chlorida - > 115 meq/l
12. CK - > 3-5 kali batas atas normal
13. CKMB - > 5 % atau >= 10 ug/L
14. Creatinin - > 5,0 mg/dl
15. Glukosa < 45 mg/dl > 500 mg/dl
16. Glukosa (bayi baru lahir) < 30 mg/dl > 300 mg/dl
17. Magnesium < 1 mg/dl > 4,7 mg/dl
18. Phosfor < 1,1 mg/dl -
19. Kalium < 2,8 meq/l > 6,2 meg/l
20. Kalium (bayi baru lahir) < 2,5 meq/l > 8,0 meq/l
21. Natrium < 120 meq/l > 160 meq/l
22 Ureum < 2 mg/dl > 80 mg/dl
23. Bilirubin total (dewasa) - > 12 mg/dl
24. Bilirubin total (bayi) - > 15 mg/dl
25. Albumin < 1,5 g/dl
26. Kreatinin - >= 10 mg/dl
27. Laktat > 4,0 meq/l

C. Hasil Kritis LCS


LCS (Liquor Cerebrospinalis) merupakan cairan jernih yang
menyelimuti susunan saraf pusat, yang menggenangi otak dan medula
spinalis. LCS dapat diambil melalui punksi lumbal dan pemeriksaan dari LCS
dapat digunakan untuk menentukan penyebab dari penyakit yang menyerang
susunan saraf pusat, dapat bersifat akut maupun kronis. Berikut merupakan
hasil kritis dari LCS.

Tabel 3. Hasil Kritis LCS


NO NAMA TEST KURANG DARI LEBIH DARI
1. Glukosa < 80% dari darah -
2. Protein total - > 45 mg/dl
3. Leukosit - > 10 /ul

D. Bank Darah
Bank darah merupakan suatu unit pelayanan rumah sakit yang
bertanggung jawab atas tersedianya pasokan darah untuk transfusi yang aman,
bermutu dan dalam jumlah yang cukup. Tidak semua rumah sakit mempunyai
fasilitas ini, sehingga rumah sakit yang mempunyai fasilitas bank darah
sebaiknya mempunyai parameter hasil kritis bank darah untuk mengantisipasi
apabila terjadi kesalahan dalam pemeriksaan darah untuk transfusi.
Berikut merupakan hasil kritis dari bank darah:
1. Adanya kesalahan label
2. Hasil uji cocok serasi inkompatibel

E. Hasil Kritis Pemeriksaan Mikrobiologi


Pemeriksaan mikrobiologi merupakan pemeriksaan terhadap sampel
darah, urin, feses, serta sekret dan kerokan kulit yang dapat dilakukan melalui
pemeriksaan mikroskopis, pengecatan maupun pembiakan. Pemeriksaan ini
sangat penting dalam menunjang penegakkan diagnosis serta terapi untuk
infeksi. Namun, beberapa hasil pemeriksaan mikrobiologi dapat bersifat kritis,
diantaranya adalah

Tabel 4. Hasil Kritis Pemeriksaan Mikrobiologi


No. Hasil Pemeriksaan
1. Jika hasil kutur positif pada cairan tubuh yang seharusnya steril seperti :
LCS, cairan pericardial, cairan pleura, cairan peritoneal.
2. Hasil kultur darah positif
3. Hasil rotavirus positif
4. Pasien telah mengkonsumsi antibiotik namun uji sensitifitas hasilnya resisten
5. Jika pada hasil kultur ditemukan C Perfingens (spesimen luka), Listeria
monocytogenes, Clostridium difteri, E.Coli 0157.
6. Pada kultur spesimen darah dan mata ditemukan bakteri N. Meningitidis.
7. Pada anak < 1 tahun ditemukan Neisseria gonorrhoe
8. Ditemukan bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA)
atau hasil skrining MRSA positif.
9. Hasil uji sensitifitas karbapenem resisten

F. Hasil Kritis Pemeriksaan Patologi Anatomi


Pemeriksaan patologi anatomi selain untuk penegakkan diagnosis, juga
diperlukan untuk menentukan penyebab dan tingkat keparahan dari suatu
penyakit, memutuskan langkah pencegahan dan pengobatan yang tepat, serta
memantau efektivitas pengobatan yang telah diberikan. Berikut merupakan hasil
kritis dari pemeriksaan patologi anatomi:
1.  Hasil potong beku (VC)
2.  Hasil patologi anatomi dengan kesimpulan adanya tanda keganasan

2.3 SOP Hasil Kritis

SOP (Standar Operasional Prosedur) adalah panduan atau langkah – langkah


yang dibuat dan wajib dilakukan untuk menyelesaikan proses kerja agar
terlaksana dengan efisien, efektif dan konsisten sehingga mencapai suatu tujuan
yaitu keselamatan pasien. Dalam hal ini penyusunan SOP hasil kritis
laboratorium, yang didalamnya juga dimuat alur pelaporan hasil kritis bertujuan
agar penyampaian pelaporan nilai kritis berjalan efektif, akurat, lengkap dan
informasi segera tersampaikan ke dokter atau DPJP. SOP pada setiap rumah sakit
dapat berbeda, menyesuaikan kondisi dan tipe dari rumah sakit.

2.3.1 Prosedur Penyusunan SOP

Dalam penyusunan suatu SOP, perlunya diperhatikan hal – hal sebagai


berikut:
a. SOP dibuat oleh laboratorium sesuai format baku
b. SOP ditandatangani oleh direktur atau kepala rumah sakit
c. Nilai kritis yang dicantumkan sesuai dengan parameter yang dapat
diperiksa di laboratorium.
d. SOP dapat direvisi bila ada tambahan, dicantumkan nomor revisi dan
tanggalnya.
e. SOP harus disosialisasikan dengan staf laboratorium
f. Dapat disertai dengan mencantumkan alur dan nilai kritis laboratorium

2.3.2 Tujuan SOP


a. Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien dan berorientasi kepada
keselamatan pasien.
b. Mencegah terjadinya keterlambatan dan kesalahan dalam pelaporan
hasil pemeriksaan medis.
c. Memastikan keakuratan pelaporan hasil pemeriksaan medis

2.3.3 Manfaat SOP


a. Sebagai syarat akreditasi rumah sakit
b. Standar pelayanan Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu rumah sakit.
c. Untuk memastikan bahwa staf rumah sakit telah bekerja sesuai dengan
prosedur, serta serta paham bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan

Tabel 2. Contoh SOP Nilai Kritis Laboratorium

PENETAPAN NILAI KRITIS


LABORATORIUM Ditetapkan Oleh
Logo dan nama Direktur RS
No. Dokumen :
Rumah Sakit
Terbitan :

SOP No Revisi :
Tgl Berlaku : ________________________
Halaman : NIP.

Pengertian Nilai kritis merupakan nilai dari hasil pemeriksaan laboratorium yang apabila tidak
ditangani segera dapat menyebabkan pasien dalam kondisi yang serius atau mengancam
nyawa.

Tujuan 1. Meningkatkan mutu pelayanan pasien yang berorientasi kepada keselamatan pasien.
2. Mencegah terjadinya kesalahan dalam melaporkan hasil kritis
3. Memastikan keakuratan pelaporan hasil pemeriksaan medis

Kebijakan 1. Surat Keputusan Direktur Nomor /SK-Dir/ / tentang Pemberlakuan Nilai Kritis
laboratorium dan Panduan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Kritis di Rumah Sakit.
2. Sk Direktur Utama Nomor :
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2022 tentang
Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 11 tahun 2017 tentang


Referensi Keselamatan Pasien.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
No.HK.02.02/I/1130/2022 tentang Pedoman Survei Akreditasi Rumah
Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.HK.01/07/MENKES/ 2022 tentang Standar Akreditasi Laboratorium
Kesehatan.

Prosedur KRITERIA LAPORAN HASIL KRITIS


1. Tiap hasil pemeriksaan laboratorium yang termasuk kategori kritis
2. Dipastikan tidak ada kesalahan praanalitik dan analitik
3. Hasil pemeriksaan kritis yang dilaporkan hanya pemeriksaan yang diminta
CARA PELAPORAN
1. Petugas lab yang menyampaikan hasil kritis ke DPJP. Bila DPJP tidak bisa dihubungi,
Petugas lab langsung menghubungi dokter jaga / perawat ruangan.
2. Petugas lab yang melaporkan hasil kritis mencatat TANGGAL dan WAKTU menelpon,
NAMA LENGKAP PETUGAS KESEHATAN YANG DIHUBUNGI dan NAMA
LENGKAP YANG MENELEPON.
3. Dokter jaga / perawat ruangan yang menerima hasil kritis menggunakan teknik
komunikasi verbal Tulis (write back), Baca (read back) , Konfirmasi (Confirmation),
proses pelaporan ini ditulis di dalam rekam medis (form catatan perkembangan
terintegrasi).
4. Dokter jaga / perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis langsung
menghubungi DPJP yang merawat pasien dan mencatat tindakan yang diambil untuk
pasien atau informasi lain terkait klinis.
5. Semua nilai kritis/ interpretasi selanjutnya disampaikan melalui formulir hasil
pemeriksaan sesuai dengan SPO Penyerahan Hasil.
6. Untuk unit RAWAT JALAN, hasil kritis harus dilaporkan kepada dokter yang meminta
pemeriksaan dan hasil kritis harus disampaikan ke pasien.
7. Dokter jaga / perawat di ruangan yang menerima hasil kritis menerapkan
mekanisme pelaporan hasil kritis sebagai berikut:
a. 5 menit pertama: harus segera melapor pada DPJP, bila belum berhasil
menghubungi, ke langkah berikut:
b. 5 menit ke dua: harus melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil menghubungi, ke
langkah berikut:
c. 5 menit ke tiga: Bila hari kerja dapat menghubungi: unit divisi terkait.
Bila di luar jam kerja/hari libur menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila
belum berhasil menghubungi ke langkah berikut:
d. 5 menit ke empat: menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum
berhasil juga, maka dapat menghubungi urutan pimpinan sebagai berikut:
1. Kepala IGD, jika tidak dapat dihubungi
2. Kepala ICU, jika tidak dapat dihubungi
3. Direktur Medik Keperawatan
e. Dokter yang dilaporkan tentang hasil kritis, wajib bertanggungjawab dan segera
mengambil tindakan atau penanganan pasien

WAKTU PELAPORAN
Hasil laboratorium yang masuk kategori nilai kritis dilaporkan ke DPJP / perawat
selambatnya 30 menit setelah hasil kritis dikeluarkan.
Unit Terkait 1. Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap dan IGD
2. Dokter, perawat dan petugas laboratorium
3. Instalasi laboratorium klinik

2.4 Kebijakan Pimpinan Tentang Nilai Kritis


Kebijakan tentang nilai kritis merupakan suatu aturan tertulis yang
dibuat oleh pimpinan atau kepala rumah sakit, tertuang dalam SK (Surat
Keputusan) dan dibuat sebagai legalitas SPO (Standar Prosedur Operasional).
Kebijakan pimpinan dirumuskan oleh pihak laboratorium, dapat dengan atau
tanpa lampiran.
Dibuatnya kebijakan, prosedur, dokumen dan lainnya bertujuan agar
pelaksanaan penyampaian nilai kritis secara keseluruhan dapat tercapai dan
terkendali secara terus menerus. Kebijakan, proses kerja, program, prosedur
dan instruksi harus didokumentasikan (berupa dokumen tertulis) dan

dikomunikasikan kepada semua petugas yang terkait


9
.

Tabel 3. Contoh Surat Keputusan Tentang Kebijakan Pelaporan Nilai Kritis


2.5 Peletakkan SOP, Alur dan Daftar Hasil Kritis Laboratorium

Setelah ditetapkannya daftar hasil kritis laboratorium, maka perlunya


diperhatikan hal – hal tersebut diantaranya adalah :

1. SOP, alur dan daftar nilai kritis diletakkan di


tempat ruang pemeriksaan.
2. Letakkan ditempat yang mudah dibaca.
3. Letakkan juga di meja administrasi
pengolahan data.
4. Upayakan di dekat alat, terutama hematologi
dan kimia klinik
5. Berilah pewarna (stabilo) nilai kritis yang
paling sering dilaporkan
6. Buku pelaporan nilai kritis juga diletakkan
tidak jauh dari SOP
Gambar 1.

Anda mungkin juga menyukai