Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN BIOPORI DENGAN Eichornia crassipes UNTUK


PENANGANAN BANJIR LIMBAH BATIK DI KOTA
PEKALONGAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. PUTRI SABRINA ARSY ASDHINI (31)
2. RAFIF RABBANIZALY (32)
3. SEPTIAN NAUFAL PRAMUDYA (33)
4. SHAFIRA PUTRI EQUITA (34)
5. TIYAS RAHMAWATI (35)
6. TRASHA HANIATHA WIDODO (36)
7. WIHDAH NAFISATUL AZKIYAH (37)
8. ZAHROTUS SYIFA AR RIZQI (38)

KEMENTRIAN AGAMA

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
PROPOSAL PENELITIAN
PENERAPAN BIOPORI DENGAN Eichornia crassipes UNTUK
PENANGANAN BANJIR LIMBAH BATIK DI KOTA
PEKALONGAN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa tanah dan air sebagai
salah satu modal dasar pembangunan nasional, harus dilaksanakan sebaik-
baiknya berdasarkan azas kelestarian, keserasian dan azas pemanfaatan yang
optimal, yang dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial
secara seimbang. Penggunaan pemanfaatan tanah dan lahan yang tidak
sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi dan melampaui kemampuan daya
dukungnya, akan menyebabkan terjadinya lahan kritis. Disamping itu
perilaku masyarakat yang belum mendukung pelestarian tanah dan
lingkungan menyebabkan terjadinya bencana alam banjir pada musim
penghujan.

Dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam baik berupa tanah


dan air perlu direncanakan dan dikelola secara tepat melalui suatu sistem
pengelolaan Lubang Resapan Biopori (LRB). Salah satu upaya pokok dalam
pengelolaan LRB adalah berupa pengaturan keseimbangan pada lingkungan
yang kurang daerah peresapan. Teknologi resapan biopori mempunyai
fungsi ganda yaitu meresapkan air dan tempat pengomposan sampah
organik. Peresapan air membantu mengurangi air genangan dan sekaligus
meningkatkan ketersediaan air tanah. Pengomposan sampah organik
mengurangi sumber pencemaran lingkungan hidup dan komposnya
memperbaiki kualitas tanah. 

Teknologi resapan biopori dimulai dari pengeboran tanah dan


memasukkan pipa paralon ukuran 3 inchi.  Lubang resapan air ini dapat
dijadikan tempat pengomposan sampah organik.  Sampah organik dalam
lubang resapan biopori memicu kehadiran organisme tanah  seperti cacing,
semut dan rayap. Aktifitas organisme tanah menyebabkan terbentuknya
lubang (biopori) yang menjadi jalan air dan udara didalam tanah. Biopori
secara umum, dapat mengurangi resiko bahaya banjir di daerah yang kurang
lahan peresapan air. Tidak hanya sebagai pencegah banjir, penerapan
biopori yang secara rutin akan menghasilkan pupuk kompos yang sangat
bermanfaat.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah yang akan kami
teliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas Lubang Resapan Biopori terhadap banjir di Kota


Pekalongan?
2. Bagaimana prinsip kerja Lubang Resapan Biopori dengan Eichornia
crassipes?
3. Bagaimana cara kerja Lubang Resapan Biopori terhadap air limbah
batik?

1.3.Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, dapat diperoleh tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Dapat mengetahui efektivitas Lubang Resapan Biopori terhadap banjir di
Kota Pekalongan.
2. Dapat mengetahui prinsip kerja Lubang Resapan Biopori dengan
Eichornia crassipes.
3. Dapat mengetahui cara kerja Lubang Resapan Biopori terhadap air
limbah batik.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat diperoleh adalah
Lubang Resapan Biopori dengan penambahan Eichornia crassipes dapat
menangani banjir yang terkontaminasi dengan air limbah batik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Batik


Limbah batik merupakan zat-zat buangan dari hasil produksi suatu industri
batik yang menggunakan bahan baku alami maupun sintetis sebagai pewarna.
Apriyani (2018) menjelaskan bahwa limbah batik dengan pewarna alami berasal
dari tumbuhan maupun hewan dengan zat-zat seperti: indigofera (warna biru), Sp
Bixa orrellana (warna orange purple), Morinda citrifolia (warna kuning).
Kerang (Tyran purple), Insekta (Ceochikal), dan Insekta warna merah (Loe).
Sedangkan menurut Budiyono (2008), batik yang berbahan sintetis sebagai bahan
pewarna umumnya berbahan seperti: Napthol, Indigosol, Rapide, Ergan Soga,
KopelSoga, Chroom Soga, dan Procion. Senyawa-senyawa seperti ini dapat
menyebabkan naiknya parameter kualitas air limbah batik seperti BOD dan COD.
Sampai saat ini pun permasalahan limbah batik masih menjadi
permasalahan yang sering terjadi di Indonesia, terutama di kota-kota penghasil
batik seperti Kota Pekalongan. Menurut Mahfudloh dan Lestari (2017), Kota
Pekalongan adalah salah satu kota penghasil batik terbesaar di Indonesia yang
mengalami pencemaran sungai yang cukup parah. Peningkatan permintaan
produksi batik dari masyarakat di Kota Pekalongan mendorong industri-industri
batik untuk meningkatkan produksi batiknya. Dikarenakan banyaknya permintaan
produksi batik menandakan semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.

2.2 Curah Hujan


Data curah hujan diperoleh dari data pengukuran hujan pada stasiun hujan
yang ada di daerah penelitian yang mencakup seluruh daerah cakupan penelitian.
Sehubungan dengan hal tersebut dikembangkan faktor hujan infiltrasi yang
dihitung :

RD = 0,01.P.Hh ………………........
……………………....................................................... (3.1.)

Keterangan :
RD = faktor hujan infiltrasi
P = curah hujan tahunan
Hh = jumlah hari hujan tiap tahun
(Sumber : Mardi Wibowo.2006)
No Hujan Infiltrasi (mm/th) Infiltrasi Harkat Bobot
1. >5500 Besar 5 4
2. 4500-5500 Agak Besar 4 4
3. 3500-4500 Sedang 3 4
4. 2500-3500 Agak Kecil 2 4
5. <2500 Kecil 1 4

2.3 Jenis Tanah


Jenis tanah Kota Pekalongan secara keseluruhan adalah alluvial, dengan
pembagiannya yaitu alluvial kelabu tua, Alluvial Kelabu dan Alluvial Coklat
Kekelabuan serta alluvial hidromorf.

Kecamatan Jenis tanah Harkat Bobot Skor


Pekalongan Alluvial Kelabu dan Alluvial Coklat 4 5 20
Barat Kekelabuan
Pekalongan Alluvial Kelabu Tua 4 5 20
Barat
Pekalongan Alluvial Hidromarf 4 5 20
Barat
Pekalongan Alluvial Kelabu dan Alluvial Coklat 4 5 20
Selatan Kekelabuan
Pekalongan Alluvial Kelabu Tua 4 5 20
Selatan
2.4 Tinggi Tanah
Penurunan muka tanah di Kota Pekalongan terdapat nilai tertinggi yaitu di
Kecamatan Pekalongan Utara sebesar 27,51 cm/tahun. Rata-rata penurunan muka
tanah pada kecamatan Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan Timur,
dan Pekalongan Selatan secara berurutan sebesar 24,13 cm/tahun, 22,83 cm/tahun,
21,94 cm/tahun, dan 20,40 cm/tahun. Menutut hasil pengolahan spasial oleh
Ismanto et al. (2009) menyatakan bahwa semakin mendekati pantai laju
penurunan tanah semakin besar karena lapisan tanah di daerah pantai merupakan
lapisan tanah yang terus mengalami konsolidasi/pemampatan. Dari hasil
perhitungan juga diketahui bahwa persentase laju penurunan tanah tertinggi
adalah pada kelas penggunaan lahan untuk pemukiman dengan persentase
50,53%. Faktor penurunan muka tanah ini dapat mempengaruhi dalam luas
penggenangan banjir rob di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Pujiastuti, dkk (2015) bahwa luas genangan banjir rob pada kurun waktu
mendatang dengan adanya faktor penurunan muka tanah maka genangan banjir
rob terjadi peningkatan, dalam penelitiannya di Semarang Timur kontribusi faktor
penurunan muka tanah terhadap kenaikan genangan banjir rob sebesar 1,39% per
tahun. Laju penurunan muka tanah menyebabkan peningkatan yang cukup
signifikan dalam penambahan luas wilayah yang tergenang (Suhelmi, 2012).
Perubahan penggunaan lahan dengan penurunan tanah menurut Koch et al. (2019)
menunjukkan bahwa adanya korelasi wilayah perkotaan (kepadatan penduduk)
dan luas banjir dengan tingkat penurunan muka tanah.

2.5. Eichornia crassipes (Eceng Gondok)


Eichornia crassipes atau yang dikenal umum dengan Eceng Gondok
merupakan tanaman air apung dengan ciri memiliki ukuran 40-80 cm, struktur
daunnya oval dan licin, berbunga majemuk, dan berakar serabut. Tanaman ini
dapat tumbuh ditempat seperti di kolam, rawa, danau, dan sungai. Eceng Gondok
dapat tumbuh dengan sangat cepat dikarenakan air kaya akan zat-zat nitrogen,
fosfat, dan potasium, sehingga tanaman ini seringkali merusak lingkungan
perairan dan merugikan warga sekitar yang terdampak (Wikipedia, 2023).

Berdasarkan penelitian Suharto, dkk (2016) proses pengolahan limbah cair


batik dengan metode Fitoremediasi menggunakan tanaman Eichornia crassipes
terbukti dapat menurunkan kadar parameter kualitas air limbah batik BOD, COD,
dan TSS dengan perlakuan terbaik berdasarkan jumlah tanaman dan lama waktu
pemaparan perlakuan yang sama, yakni dengan lama waktu 12 hari dan jumlah
tanaman sebanyak 7 buah.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu penelitian
Pembuatan Lubang Resapan Biopori dengan
menggunakan Eichornia crassipes dilakukan di
lapangan bola Man 1 Kota Pekalongan. Pelaksanaan
akan dimulai pada 19 februari 2023.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian

No Nama Jumlah Keterangan


1. Bor 1
2. Sampah Organik Sampah berupa daun
kering
3. Pipa Paralon 1  Panjang 1 m
 Diameter 20 cm
 Jumlah lubang 28
3.3 Prosedur Penelitian
Proses pembuatan lubang resapan biopori menggunakan 5
tahapan antara lain:
1. Analysis
DAFTAR PUSTAKA
1. Apriyani, Nani. 2018. Industri Batik: Kandungan Limbah Cair dan
Metode Pengolahannya dalam MITL: Media Ilmiah Teknik Lingkungan
Volume 3. Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
2. Mahfudloh, dan Hesti Lestari. 2017. Strategi Penanganan Limbah
Industri Batik di Kota Pekalongan. Semarang: Universitas Diponegoro.
3. Wikipedia, 2023. Eceng Gondok. Diunduh dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok , pada tanggal 5 Februari
2022, jam 15.50 WIB.
4. Suharto, Bambang. 2016. Pengolahan Limbah Batik Tulis Dengan
Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Eceng Gondok (Eichornia
Crassipes) dalam Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan Volume 3.
Malang: Universitas Brawijaya.
5. Ismanto, Aris, dkk. 2012. Model Sebaran Tanah di Wilayah Pesisir
Semarang dalam Ilmu Kelautan: Indonesian Journal of Marine Sciences
volume 14 (hlm. 189-196). Semarang: Universitas Diponegoro.
6. Pujiastuti, Ratih, dkk. 2015. Pengaruh Land Subsidence terhadap
Genangan Banjir dan Rob di Semarang Timur dalam MKTS: Jurnal
Ilmu Terapan Teknik Sipil Volume 21. Semarang: Universitas
Diponegoro.
7. Iskandar, Syafrei Adi, dkk. 2020. Analisis Geospasial Area Genangan
Banjir Rob dan Dampaknya pada Penggunaan Lahan Tahun 2020 –
2025 di Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah dalam Indonesian
Journal of Oceanography volume 2. Semarang: Universitas Diponegoro.

8. Koch, Magaly, dkk. 2019. Estimating Land Subsidence in Relation to


Urban Expansion in Semarang City, Indonesia, Using inSAR and
Optical Change Detection Methods dalam International Geoscience and
Remote Sensing Symposium (IGARSS) volume .Semarang: Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai