Anda di halaman 1dari 5

Kepada Yth,

Ketua Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen


Propinsi DKI Jakarta
Di Jakarta

Perihal: MOHON PENYELESAIAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN LISTRIK NEGARA

Dengan hormat,
Sebelum kami menguraikan perihal tersebut diatas, perkenankan kami untuk menyampaikan selamat
menjalankan aktifitas keseharian yang penuh dengan kemuliaan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberikan hidayah, kesehatan dan kesuksesan kepada seluruh jajaran di Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Propinsi DKI Jakarta. Amin

Sehubungan dengan perihal tersebut diatas, kami selaku konsumen (pengguna/pelanggan) Listrik
Negara hendak mengajukan gugatan sengketa dan permohoan perlindungan yang kami uraian sebagai
berikut dibawah ini:

I. Indentitas Para Pihak


A. Nama : Musrianto
TTL : Jakarta, 20 Agustus 1976
Alamat : Jl. Ancol Selatan Rt 003 Rw 003 No. 16, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas

Bertindak untuk dan atas nama Suryanti pelanggan PLN dengan Nomor ID 542200252499,
selaku Ibu (mertua) yang beralamat di Jl. Ancol Selatan Rt 001 Rw 003 No. 53 B, Sunter Agung,
Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON

B. Nama : PT. Perusahaan Lisrik Negara (Persero) Distribusi Jakarta Raya Area Bandengan
Alamat : Jl. Bandengan Utara Raya No. 79, RT. 7 / RW. 16, Penjaringan, Jakarta Utara.

Selanjutnya disebut sebagai TERMOHON

II. Peristiwa/Fakta Kejadian


1. Bahwa, pada mulanya Ibu Mertua saya bukan sebagai pelanggan Listrik Negara dan dalam hal
penerangan rumah yang sangat sederhananya menyambung listrik kepada tetangga. Karena
dalam keseharian ibu mertua saya hanya tinggal bersama seorang nenek-nenek yang dapat
dikatakan sudah jompo, tidak memiliki penghasilan tetap dan untuk dapat bertahan hidup
bekerja serabutan dan mengumpulkan botol plastic bekas (pemulung).
2. Bahwa kemudian setelah saya tinggal bersama dengan Ibu mertua, sekira Tahun 2010 saya
berusaha mengumpulkan uang dikit demi sedikit guna memasang listrik langsung kepada PLN.
Dan sekira akhir Tahun 2010 keinginan kami untuk memasang listrik sendiri baru dapat terwujud
sekira bulan Desember, itupun pemasangan listrik yang menggunakan mesin/meteran TOKEN
(Pra Bayar) mengingat dan kami sadar akan kemampuan kami.
3. Bahwa, pemasangan listrik sebagaimana dimaksud dilakukan oleh pihak PLN (seingat kami dari
Area Gunung Sahari). Dan sejak pemasangan listrik pra bayar tersebut dan seterusnya, kami
hanya melakukan pengisian pulsa listrik melalui voucer yang kami beli baik itu counter yang
khusus melayani voucer listrik maupun membeli di toko modern seperti indomart. Setiap selesai
pengisian voucer listrik dengan memencet beberapa digit nomor yang tertera di mesin/meteran,
lalu struk-struknya dibuang (tidak pernah dikumpulkan).
4. Bahwa, jadi pada saat pemasangan baru dan setelah pemasangan listrik (prabayar) baru
tersebut. Kami tidak pernah memperhatikan kondisi fisik dari meteran, tidak pernah mengutak-
ngatik meteran, tidak pernah memindahkan meteran dan tidak pernah menyentuh bagian-
bagian lain, kecualI angka-angka dan symbol yang terdapat pada meteran terebut pada saat
hendak pengisian (pulsa).
5. Bahwa, pada Sabtu 21 Januari 2017. Menurut penuturan/kesaksian istri saya sebagai berikut:
“ Hari sabtu kira-kira jam 11.00 wib siang ada 3 (tiga) orang pakai seragam yang sama, pikir saya
biasalah tukang ngontrol-ngontrol meteran. Sebelah rumah (tetangga samping kanan) sempat di
lihat-lihat meterannya, kabelnya, lalu dipasangin stiker. Yang 2 (dua) orang tadinya nanya rumah
depan (tetangga depan rumah) mungkin mau diperiksa juga, tapi sepertinya tidak jadi diperiksa
karena tidak dipasang stiker.

Lalu yang 2 (dua) orang itu masih tetap disitu dan yang 1 (satu) orang nanya: Ibu pakai voucer
ya. Saya jawab Iya. Langsung dilihat-lihat, yang 1 (satu) orang bilang Bu meterannya bagus
segelnya juga ada. Sebelumnya dia bilang Ibu pasang 900 ya, jawab Iya. Lalu menanyakan
alamat. Lanjut dia sibuk lihat-lihat lagi sambil bilang sama temannya: di videoin ya, kalau gua
yang meriksa harus kelihatan gua-nya. Dia bilang begitu dengan temannya.

Lanjut dia bilang lagi Bu ini meteran masih bagus segel juga ada tapi ada ganjelan hitam. Masih
sambil di lihat-lihat, terus nanya lagi: Ibu kalau beli pulsa berapa?, saya jawab Ya Rp.20.000,-. Ke
kepakai berapa hari? Ada seminggu atau lebih?. Saya jawab, Ya paling 4 (empat) hari, kalau gak
di isi ya mati. Terus diperiksa lagi, yang satu cari alamat sama nama Ibu saya. Sambil masih
dilihat-lihat lagi, gak lama yang meriksa itu bilang Bu ini ada ganjelan hitam memang meteran
masih bagus segelnya juga ada tapi bu ini ada ganjalan hitam, Dia bilang ini harus dibawa dulu
(dicabut) ke PLN buat diperiksa lebih lanjut.

Tapi dia tidak nunjukin surat pencabutan dari PLN, tidak menunjukan surat tugas atau
memperkenalkan diri. Dia langsung bilang harus diperiksa lebih lanjut, untuk sementara
meteran saya bawa. Sempat saya Tanya: Kalau nanti saya isi pulsa gimana. Jawabnya: Ya gak
usah di isilah Bu, kan saya los dulu. Lalu dia bilang ini saya kasih surat Bu, ibu datang langsung ke
Kantor PLN, tapi jangan yang di Gunung Sahari karena sudah tidak ada, datangnya langsung ke
Bandengan. Dia bilang tunjukin aja suratnya, hari Senin atau Hari Selasa.
6. Bahwa pada Senin 23 Januari 2017, Ibu saya (mertua) mendatangai Kantor PLN Area Bandengan
Utara. Menurut ibu saya harus membayar sejumlah uang sebagai denda sebesar Rp. 3.861.228,-,
apakah hendak dibayar tunai atau dengan mencicil berapapun sesuai dengan kemampuan, apa
bila tidak dibayar maka listrik akan diputus/dicabut.
7. Bahwa pada Senin 23 Januari 2017, pada pukul 19.34 wib. Saya melayangkan surat eletronik
(email) perihal Mohon Keadilan Pelanggan Token. Surat di tujukan kepada Pimpinan PLN,
kemudian sekira jam 21.31 wib mendapat jawaban dari pihak PLN yang pada pokoknya akan
ditindaklanjuti. (terlampir)
8. Bahwa pada Selasa 24 Januari 2017, saya mendatangi Kantor PLN Area Bandengan Utara.
Kemudian diruangan P2TL (Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik), diterima oleh seseorang (tidak
ingat namanya). Tujuan saya hendak melakukan klarifikasi, namun klarifikasi yang saya dapatkan
kurang lebih sama dengan Ibu (mertua) saya. Yaitu penjelasan-penjelasan mengenai perincian
dan perhitungan denda, dimana dalam perincian tersebut terdapat pula biaya pemasangan baru
dan biaya penerangan jalan. Pada pokonya, klarfikasi tersebut tidak terdapat penyelesaian.
9. Bahwa, sampai dengan pengaduan dan permohonan ini disampaikan. Belum juga ada
pertemuan atau pemanggilan dari pihak PLN dalam rangka kepastian hak kami sebagai
pelanggan.

III. Pendapat
Memperhatikan dan berdasarkan uraian yang saya sampaikan tersebut diatas, bahwa telah
terjadi kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pihak PLN terhadap kami selaku pelanggan
(konsumen). Pengenaan denda yang wajib dan harus kami bayarkan tersebut, seolah-olah kami
telah melakukan tindakan yang merugikan Negara dan telah mevonis kami bersalah dengan
adanya sejumlah nominal yang harus dibayar sebagai pengenaan denda.

Namun pada faktanya, hal-hal yang dilakukan oleh para petugas dari PLN Area Bandengan
tersebut telah mengabaikan hak-hak kami sebagai konsumen yang dilindungi oleh perundang-
undangan dan tidak dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang berlaku.
SOP atau Standar Operasional Prosedur yang kami maksud adalah sebagai berikut;

Keputusan Direksi PT PLN Nomor 1486 K / DIR / 2011 Tentang Penertiban Pemakaian Tenaga
Listrik
- Pasal 10 ayat 2a: Pada saat memasuki persil Pemakai Tenaga Listrik harus bersikap sopan,
menunjukkan surat tugas dan menjelaskan maksud serta tujuan pelaksanaan P2TL kepada
Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili.

Ketika petugas PLN mendatangi rumah kami, mereka hanya melihat-lihat meteran kami,
mengatakan meteran kami bagus, segelnya ada dan hanya mengatakan ada ganjalan
hitam. Namun tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan adanya ganjalan hitam.
Tentu saja kami tidak terlalu mengawasi.
Kalau saja sejak awal mereka bilang dari tim P2TL dan menunjukan surat tugas kepada
kami, kemudian menjelaskan tugasnya untuk melakukan penertiban terhadap meteran
kami, seandainya ditemukan pelanggaran, dan kalau ditemukan  pelanggaran, kami bisa
didenda sekian juta rupiah. Tentu perlakuannya akan berbeda. Bahkan petugas tersebut
akan kami pantau dengan seksama. Walaupun pahit, dan mungkin akan menyulitkan tim
P2TL tapi tentu ini harus disampaikan kepada pelanggan yang dikunjungi tim P2TL.

Artinya bahwa karena sejak awal petugas PLN dimaksud tidak menunjukan surat tugas,
tidak menjelaskan maksud serta tujuannya, maka dengan demikian tindakan yang
dilakukannya terhadap kami melanggar SOP.

- Pasal 10 ayat 3a butir (3): Sebelum dan sesudah pemeriksaan dilakukan, petugas melakukan
dokumentasi dengan kamera dan/atau video kamera.

Kami menyadari bahwa dokumentasi cukup penting. Tentu harus ada dokumentasi ketika
Meteran sebelum dibongkar, ketika dibongkar dan setelah dibongkar. Apabila tidak
terdapat segel, ya harus ada foto meteran sebelum dibongkar tidak ada segel. Oleh karena
sejak awal petugas PLN dimakud tidak menunjukan surat tugas, tidak menjelaskan
maksud serta tujuannya, dan selalu menyampaikan meteran kami bagus serta segelnya
ada. Kami tidak ikut serta melakukan pendokumentasian (memfoto-foto), untuk
memastikan benar bahwa yang disampaikan petugas PLN meteran kami bagus-bagus saja
dan seluruh segel ada.

- Pasal 10 ayat 6a: Sebelum meninggalkan lokasi, Petugas Pelaksana P2TL menjelaskan hasil
pelaksanaan P2TL kepada Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili.

Dalam perkara ini, setelah selesai melakukan pemeriksaan, petugas PLN hanya
mengatakan, ibu datang langsung ke Kantor PLN, tapi jangan yang di Gunung Sahari
karena sudah tidak ada, datangnya langsung ke Bandengan. Dia bilang tunjukin aja
suratnya, hari Senin atau Hari Selasa. Tanpa menjelaskan pelanggaran apa yang kami
lakukan. Makanya, Ibu (mertua) saya datang ke kantor PLN tanpa menaruh curiga apa-
apa, dan shock ketika di kantor PLN dinyatakan kena denda Rp. 3.861.228,-,.

- Pasal 12 ayat 1 huruf b: Dalam hal P2TL dilaksanakan tidak bersama penyidik, pengambilan
barang bukti dilakukan sebagai berikut:
1) dilakukan oleh Petugas P2TL, disaksikan oleh Pengurus RT/RT/Aparat Desa/Kelurahan,
dst, kemudian disegel.
2) dibuatkan Berita Acara pengambilan barang bukti, dst.

Pada perkara ini, Pemeriksaan dilakukan tanpa penyidik. Tidak ada tanda tangan penyidik
di berita acara. Tetapi juga tidak disaksikan oleh Pengurus RT/RW/Aparat setempat.
Sehingga dari sisi prosedur pengambilan barang bukti, sudah tidak sesuai SOP. Kemudian
barang bukti (meteran) yang seharusnya disimpan petugas P2TL dan disegel, kami tidak
mengetahui disegel atau tidak karena tidak ada penjelasan/keterangan lisan dan tidak
diperlihatkan oleh petugas PLN. Seandainya barang bukti tidak disegel, tentu sudah tidak
dapat lagi digunakan sebagai barang bukti, karena ada kemungkinan ketika disimpan oleh
pihak PLN, mengalami perubahan keadaan.

IV. Permohonan
1. PT. PLN AREA BANDENGAN UTARA MEMASANGKAN KEMBALI METERAN PRABAYAR SECARA
BAIK DAN LENGKAP ATAS NAMA SURYANTI (ID PELANGGAN 542200252499)
2. PT. PLN AREA BANDENGAN UTARA MENYAMBUNGKAN KEMBALI ARUS LISTRIK
SEBAGAIMANA MESTINYA.
3. PT. PLN AREA BANDENGAN UTARA MEMBEBASKAN PELANGGAN ATAS NAMA SURYANTI (ID
PELANGGAN 542200252499) DARI DENDA YANG DIBEBANKAN SEBESAR RP. 3.861.228,-
SERTA BIAYA-BIAYA YANG LAINNYA

Anda mungkin juga menyukai