Makalah Kelompok 2 - KONSEP INTERAKSI DAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN PASIEN IBU HAMIL-1
Makalah Kelompok 2 - KONSEP INTERAKSI DAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN PASIEN IBU HAMIL-1
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2B
REGULAR B 2022
DOSEN PEMBIMBING: NURNA NINGSIH, S.KP., M.KES
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kami. Shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah kami telah berhasil menyelesaikan makalah ini. Mengenai KONSEP
INTERAKSI DAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN PASIEN IBU HAMIL. Makalah
ini ditulis dari hasil yang diperoleh dari beberapa jurnal, dan tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu ibu NURNA NINGSIH, S.KP., M.KES pada mata kuliah
Komunikasi Dalam Keperawatan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Juga kepada teman-teman yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah
ini.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam
memahami materi tentang komunikasi dalam keperawatan. Kami menyadari dalam penulisan
makalah ini kami masih jauh dari sempuma. Maka kami mengharapkan adanya masukan,
pendapat, kritik maupun saran dari pembimbing, pembaca dan rekan- rekan sekalian demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik. Semoga hasil makalh ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan mendapatkan ridho Allah SWT. Aamiin
KELOMPOK 2 REGULAR B
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................4
BAB I......................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................5
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................5
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1 DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK.............................................................................................6
2.2 PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK..............................................................................................6
2.3 TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK...............................................................................................7
2.4 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA IBU HAMIL...............................................................10
2.5 KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN IBU HAMIL...........................................................................10
2.6 TAHAPAN INTERAKSI TERAPEUTIK DENGAN PASIEN IBU HAMIL...............................................11
2.7 MANFAAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK….…………………………………………………………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi.
Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya
melalui komunikasi. Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk berbicara dengan klien,
namun komunikasi antar perawat dan klien memiliki hubungan terapeutik yang bertujuan
untuk menumbuhkan motivasi dalam proses kesembuhan klien. Adanya motivasi akan
mampu mempengaruhi kesembuhan klien, jika tidak didukung adanya motivasi untuk
sembuh dari diri klien tersebut dipastikan akan menghambat proses kesembuhan. Perawat
yang memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik tidak saja akan mudah membina
hubungan saling percaya dengan klien, tetapi juga dapat mencegah terjadinya masalah legal
etik, serta dapat memeberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan,
meningkatkan citra profesi keperawatan dan citra rumah sakit dalam memberikan pelayanan.
Akibat dari kurangnya komunikasi terapeutik perawat terhadap klien dapat mempengaruhi
motivasi sembuh. Dimana motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan
aktifitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju
tujuan tertentu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah
yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua
komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.Komunikasi
terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.
2.2 PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik :
b. Menunjukkan penerimaan
Perilaku yang ditampilkan oleh klien dan keluhan yang disampaikan merupakan
masukan yang berharga bagi perawat, walaupun kadang apa yang diucapkan tidak
sesuai dengan penyakit yang diderita atau tanda dan gejala masalah yang dihadapi
klien. Perawat tidak perlu melakukan penolakan maupun keraguan terhadap apa yang
disampaikan klien yang membuat klien tidak bebas mengutarakan perasaannya. Unsur
yang harus dihindari adalah mengubah pikiran klien.
e. Klarifikasi
Klarifikasi adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau
meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya. Klarifikasi dapat diartikan
sebagai upaya untuk mendapatkan persamaan persepsi antara klien dan perawat
tentang perasaan yang dihadapi dalam rangka memperjelas masalah untuk
memfokuskan perhatian.
i. Diam
Tujuan tindakan yang dilakukan perawat untuk menunggu respon klien
mengungkapkan perasaannya. Ini merupakan teknik komunikasi yang memberikan
kesempatan pada klien untuk mengorganisir dan menyusun pikiran atau ide sebelum
diungkapkan kepada perawat.Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan
ketepatan waktu.
j. Meringkas
Meringkas berarti mengidentifikasi poin-poin penting selama diskusi ataupun
pembicaraan yang telah dilakukan sehingga terdapat kesatuan ide. Meringkas
pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya
sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
m. Refleksi
Teknik refleksi digunakan untuk mengembalikan ide, perasaan, dan pertanyaan
kepada klien. Hal yang dilakukan perawat bukan untuk menilai pikiran dan perasaan
klien, akan tetapi perawat mengembalikan lagi pikiran dan perasaanyang merupakan
bagian dari dirinya sendiri sehingga klien mencoba untuk menilai lagi pikiran dan
perasaan yang telah ada sebagai upaya untuk mengevaluasi dan menimbang-nimbang
keputusan yang akan diambil.
Kehamilan merupakan suatu masa dimana seorang wanita membawa embrio yang telah
dibuahi dalam tubuhnya. Kehamilan pada wanita terjadi selama 40 minggu antara waktu
menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Komunikasi terapeutik disini
dapat menciptakan suatu hubungan antara bidan atau perawat dengan pasien untuk
mengetahui tentang kebutuhan apa saja dan menentukan rencana tindakan untuk kedepannya.
Dalam proses komunikasi disini perawat dapat menggunakan langkah-langkah seperti :
- Mengarahkan pasien pada pokok permasalahan
- Perawat harus jadi pendengar yang baik
- Perawat harus bersikap empati
- Perawat harus bisa menentukan dan memecahkan masalah yang terjadi
- Perawat harus bisa menghindari hambatan dalam berkomunikasi
- Perawat harus bisa memberikan bimbingan bagi pasiennya
- Berpegang pada etika
- Tanggung jawab
- Perawat harus bisa memotivasi pasien
- Perawat harus jujur dan berkomunikasi secara terbuka
Adapun pada tahap persiapan saat kehamilan, komunikasi antara perawat dengan pasien
harus berjalan dengan baik agar tidak ada salah penafsiran informasi. Maka dari itu perawat
dan pasien harus bekerja sama dengan baik agar proses kehamilannya bisa berjalan dengan
lancar dan selamat. Adapun yang harus dilakukan oleh pasien adalah sebagai berikut :
- Memeriksakan kehamilannya secara rutin
- Selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, lingkungan, dll
- Selalu memperhatikan konsumsi gizi dan kehamilannya
- Istirahat dan tidur yang cukup
proses komunikasi terapeutik yang digunakan perawat dalam menghadapi pasien ibu hamil
dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Fase prainteraksi.
Fase penelitian ini adalah seorang perawat yang sudah berpengalaman selama 19 tahun
sehingga mengerti seluk beluk menghadapi pasien ibu hamil. Dalam proses komunikasi
terapeutik, ES menceritakan bagaimana ia membaca usia, pendidikan terakhir, frekwensi
kehamilan, usia kandungan dan pemeriksaan yang sudah dilakukan sebelum bertemu pasien.
AS, sebagai informan kedua dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun juga menceritakan
hal yang sama. Proses komunikasi yang dilakukannya diawali dengan membaca data
informasi mengenai pasien pada kartu/buku catatan pasien. Masing-masing pasien memiliki
catatan riwayat kesehatan dan riwayat kehamilan, karena pemeriksaaan kehamilan dilakukan
secara teratur sekali setiap bulan, mulai bulan pertama hingga bulan ke tujuh dan dua minggu
sekali pada bulan ke delapan, kemudian satu minggu sekali pada kehamilan sembilan bulan
atau mendekati persalinan.
2. Fase Orientasi.
Proses komunikasi terapeutik pada tahap kedua ini disebut fase orientasi atau pengenalan.
Dalam tahap ini bidan mengenalkan dirinya kepada pasiennya dan memberikan salam kepada
pasien lalu memulai percakapan awal dengan menanyakan nama pasien dan keluhan yang
dirasakan.
3. Fase terminasi.
Fase ini adalah fase terakhir dalam proses komunikasi terapeutik. Para informan penelitian ini
menggunakan tahap terminasi dengan cara menyimpulkan hasil konsultasi dan pemeriksaan
pasien dengan dirinya.
Penurunan isi dan mutu pesan dapat terjadi pada setiap tahap dalam proses komunikasi mulai
dari perumusan konsep gagasan didalam kata-kata sampai saat pemanfaatan yang diterima.
Lebih lanjut hambatan-hambatan ini secara umum dapat di klasifikasikan menjadi tiga
menurut Arni Muhammad (2009) yaitu :
1. Hambatan Pribadi (Psikologis) adalah gangguan komunikasi yang timbul dari emisi,
nilai dan kebiasaan menyimak yang tidak baik. Hambatan pribadi seringkali
mencakup jarak psikologi diantaranya orang-orang yang serupa dengan jarak fisik
sesungguhnya.
2. Hambatan Fisik adalah gangguan komunikasi yang terjadi di lingkungan tempat
berlangsungnya komunikasi.
3. Hambatan Semantik adalah hambatan ini berasal dari keterbatasan simbol-simbol itu
sendiri. Ada beberapa karakteristik dari bahasa yang menyebabkan proses decording
dalam bahasa semakin sulit antara lain :
a. Bahasa itu statis sedangkan realitasnya dinamis,
b. Bahasa itu terbatas sedangkan realitasnya tidak terbatas,
c. Bahasa itu bersifat abstrak.
Selain tahap-tahap dan akibat adanya hambatan dalam komunikasi, maka umpan balik sangat
diperlukan. Umpan balik merupakan arah yang utama bagi pengirim pesan untuk memonitor
apakah pesannya dimengerti dan dimanfaatkan oleh penerima sesuai dengan harapannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Tanpa komunikasi atau kurangnya komunikasi akan membuat
pekerjaan menjadi kurang maksimal dan akan terjadinya kesalahpahaman dalam menangkap
suatu informasi.
Ada beberapa hambatan komunikasi dari perspektif lain yang mungkin terjadi dalam
menjalin komunikasi dua arah.
1. Bahasa
Jika seorang komunikator atau komunikan berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda,
kemungkinan akan terjadi banyak kesalahpahaman bahkan terjadinya hubungan yang
tidak jelas.
2. Budaya
Hambatan budaya ini menjadi hal yang sangat penting. Satu pantangan bagi sang
komunikator untuk beranggapan, bahwa komunikan tumbuh dengan filosofi, gaya hidup,
adat istiadat yang sama.
3. Salah paham
Hambatan komunikasi yang paling utama pada awalnya bersumber dari dari satu hal,
yaitu kesalahpahaman. Interpretasi, respon, asumsi seseorang dalam menghadapi suatu
permasalahan berbeda-beda, komunikan akan memahami yang komunikator katakan.
Pada umumnya komunikator menjadikan filosofis dan pengalaman hidup masa lalu
sebagai rujukan komunikasi agar sang komunikan mengerti.
5. Mendominasi pembicaraan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada
dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada
tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting
yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.Komunikasi terapeuitk termasuk
komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas
kesehatan dengan pasien.
DAFTAR PUSTAKA