Anda di halaman 1dari 14

KONSEP INTERAKSI DAN KOMUNIKASI (TERAPEUTIK) PERAWAT

DENGAN PASIEN IBU HAMIL

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2B

1. Vira Apriliani (04021382227104)


2. Amalia Amanda (04021382227122)
3. Tasya Fathona Cahayani (04021382227120)
4. Fadli  (04021382227095)
5. Nira Rinanda (04021382227081)
6. Tiara Ramadhanti (04021382227097)
7. Karolina Wan Desta (04021382227103)

REGULAR B 2022
DOSEN PEMBIMBING: NURNA NINGSIH, S.KP., M.KES

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kami. Shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah kami telah berhasil menyelesaikan makalah ini. Mengenai KONSEP
INTERAKSI DAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN PASIEN IBU HAMIL. Makalah
ini ditulis dari hasil yang diperoleh dari beberapa jurnal, dan tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu ibu NURNA NINGSIH, S.KP., M.KES pada mata kuliah
Komunikasi Dalam Keperawatan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Juga kepada teman-teman yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah
ini.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam
memahami materi tentang komunikasi dalam keperawatan. Kami menyadari dalam penulisan
makalah ini kami masih jauh dari sempuma. Maka kami mengharapkan adanya masukan,
pendapat, kritik maupun saran dari pembimbing, pembaca dan rekan- rekan sekalian demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik. Semoga hasil makalh ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan mendapatkan ridho Allah SWT. Aamiin

INDRALAYA, 7 FEBRUARI 2023

KELOMPOK 2 REGULAR B

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................4
BAB I......................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................5
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................5
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1 DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK.............................................................................................6
2.2 PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK..............................................................................................6
2.3 TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK...............................................................................................7
2.4 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA IBU HAMIL...............................................................10
2.5 KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN IBU HAMIL...........................................................................10
2.6 TAHAPAN INTERAKSI TERAPEUTIK DENGAN PASIEN IBU HAMIL...............................................11
2.7 MANFAAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK….…………………………………………………………………………………12

2.8 FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN IBU HAMIL....................12


BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi.
Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya
melalui komunikasi. Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk berbicara dengan klien,
namun komunikasi antar perawat dan klien memiliki hubungan terapeutik yang bertujuan
untuk menumbuhkan motivasi dalam proses kesembuhan klien. Adanya motivasi akan
mampu mempengaruhi kesembuhan klien, jika tidak didukung adanya motivasi untuk
sembuh dari diri klien tersebut dipastikan akan menghambat proses kesembuhan. Perawat
yang memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik tidak saja akan mudah membina
hubungan saling percaya dengan klien, tetapi juga dapat mencegah terjadinya masalah legal
etik, serta dapat memeberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan,
meningkatkan citra profesi keperawatan dan citra rumah sakit dalam memberikan pelayanan.
Akibat dari kurangnya komunikasi terapeutik perawat terhadap klien dapat mempengaruhi
motivasi sembuh. Dimana motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan
aktifitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju
tujuan tertentu.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu komunikasi Terapeutik?


2. Apa prinsip dalam komunikasi Teraupetik?
3. Bagaimana Teknik komunikasi Terapeutik?
4. Apa tujuan dari komunikasi Terapeutik?
5. Bagaimana komunikasi perawat dengan ibu hamil?
6. Bagaimana tahapan komunikasi Terapeutik?
7. Apa saja faktor-faktor penghambat komunikasi Teraupetik?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui apa itu komunikasi Terapeutik


2. Mengetahui prinsip dalam komunikasi Terapeutik
3. Mengetahui Teknik dalam komunikasi Terapeutik
4. Mengetahui tujuan dalam komunikasi Terapeutik
5. Mengetahui cara bagaimana perawat berkomunikasi dengan ibu hamil
6. Mengetahui tahapan dalam komunikasi Teraupetik
7. Mengetahui faktor-faktor penghambat dalam komunikasi Terapeutik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar utnuk


melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada saat petugas
kesehatan melakukan pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan.
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan
antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan
rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah
yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua
komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.Komunikasi
terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.
2.2 PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik :

1. Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,


didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and Clients”.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang keluarga,
budaya dan keunikan tiap individu.
3. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan harga
diri klien.
4. Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih
dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan
masalahnya.

Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998)


adalah :

1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.


2. Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik
3. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4. Kerahasiaan klien harus dijaga.
5. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
6. memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang
tingkah laku klien dan memberi nasehat.
7. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secara
rasional.
8. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan
subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik
klien.
9. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10. Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan
terapeutik.
2.3 TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Teknik-teknik komunikasi terapeutik dilakukan dengan cara:

a. Mendengarkan dengan Penuh Perhatian


Kesan pertama ketika perawat mau mendengarkan keluhan klien dengan seksama
adalah perawat akan memperhatikan klien. Keluhan yang disampaikan menjadi lebih
lengkap dan lebih terperinci, serta sistematis sehingga memudahkan perawat
mengelompokkan data sebagai sarana untuk menentukan diagnosis keperawatan.

b. Menunjukkan penerimaan
Perilaku yang ditampilkan oleh klien dan keluhan yang disampaikan merupakan
masukan yang berharga bagi perawat, walaupun kadang apa yang diucapkan tidak
sesuai dengan penyakit yang diderita atau tanda dan gejala masalah yang dihadapi
klien. Perawat tidak perlu melakukan penolakan maupun keraguan terhadap apa yang
disampaikan klien yang membuat klien tidak bebas mengutarakan perasaannya. Unsur
yang harus dihindari adalah mengubah pikiran klien.

c. Mengajukan Pertanyaan yang berkaitan


Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai kondisi dengan
menggali penyebab klien datang ke tempat pelayanan kesehatan. Pertanyaan terbuka
memberikan peluang maupun kesempatan klien untuk menyusun dan mengorganisir
pikirannya dalam menggungkapkan keluhannya sesuai dengan apa yang dirasakan.
Kesan yang didapatkan adalah tidak menginterogasi atau menyelidiki sehingga data
yang diperoleh dapat dipakai menjadi acuan dasar untuk melaksanakan asuhan
keperawatan.

d. Mengulang Ucapan Klien dengan Menggunakan Kata-kata Sendiri Stuart dan


Sundeen mendefinisikan pengulangan
adalah pengulangan pikiran utama yang diekspresikan klien. Pengulangan pikiran
utama yang dimaksud bisa dimaknai sebagai pengulangan apa yang diucapkan dan
pengulangan apa yang dimaksud. Tujuannya adalah memberikan penguatan dan
memperjelas pada pokok bahasan atau isi pesan yang telah disampaikan oleh klien
sebagai umpan balik.Perawat harus mengklarifikasi, validasi ataupun pengulangan
kata yang disampaikan sesuai dengan maksud dan tujuan.

e. Klarifikasi
Klarifikasi adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau
meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya. Klarifikasi dapat diartikan
sebagai upaya untuk mendapatkan persamaan persepsi antara klien dan perawat
tentang perasaan yang dihadapi dalam rangka memperjelas masalah untuk
memfokuskan perhatian.

f. Memfokuskan Tujuannya untuk membatasi bahan pembicaraan


sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang penting adalah konsisten dan
berkesinambungan serta tidak menyimpang dari topik pembicaraan guna mencapai
keseriusan dan pemaknaan yang kuat.

g. Menyampaikan Hasil Observasi


Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien untuk menyatakan
pemahamannya. Tindakan ini dianjurkan apabila terdapat konflik antara verbal dan
nonverbal klien, serta saat tingkah laku verbal dan nonverbal nyata dan tidak biasa ada
pada klien.Penyampaian hasil pengamatan perawat sering membuat klien
berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi
pesan.

h. Menawarkan Informasi Tindakan


ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaannya.
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Klien
akan lebih percaya kepada perawat yang menguasai ilmu pengetahuan yang memadai
tentang masalah yang dihadapi klien. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter,
perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberi nasihat kepada
klien ketika memberi informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

i. Diam
Tujuan tindakan yang dilakukan perawat untuk menunggu respon klien
mengungkapkan perasaannya. Ini merupakan teknik komunikasi yang memberikan
kesempatan pada klien untuk mengorganisir dan menyusun pikiran atau ide sebelum
diungkapkan kepada perawat.Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan
ketepatan waktu.

j. Meringkas
Meringkas berarti mengidentifikasi poin-poin penting selama diskusi ataupun
pembicaraan yang telah dilakukan sehingga terdapat kesatuan ide. Meringkas
pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya
sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.

k. Memberikan Penguatan Tindakan


ini berupa pemberian penghargaan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi
kepada klien untuk berbuat yang lebih baik lagi. Penghargaan dalam pelayanan
keperawatan juga dapat berupa memberi salam sambil menyebut namanya.

l. Menganjurkan Klien untuk Menguraikan Persepsinya.


Perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien. Klien harus merasa
bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Perawat harus waspada akan
gejala kecemasan ketika klien menceritakan pengalamannya.

m. Refleksi
Teknik refleksi digunakan untuk mengembalikan ide, perasaan, dan pertanyaan
kepada klien. Hal yang dilakukan perawat bukan untuk menilai pikiran dan perasaan
klien, akan tetapi perawat mengembalikan lagi pikiran dan perasaanyang merupakan
bagian dari dirinya sendiri sehingga klien mencoba untuk menilai lagi pikiran dan
perasaan yang telah ada sebagai upaya untuk mengevaluasi dan menimbang-nimbang
keputusan yang akan diambil.

2.4 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA IBU HAMIL


Menurut Purwanto dalam Damayanti (2010:18) komunikasi terapeutik memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yg ada bila pasien percaya
pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal pengambilan tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3. Lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Sedangkan menurut Stuart,Hunter,dan Kruswezki dalam Uripni (2011:42) tujuan komunikasi


terapeutik yang diarahkan kepada pertumbuhan klien meliput:
1. 1.Realisasi dini, penerimaan diri, dan rasa hormat tinggi.
2. Indentitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
3. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan
mencintai.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan.

2.5 KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN IBU HAMIL

Kehamilan merupakan suatu masa dimana seorang wanita membawa embrio yang telah
dibuahi dalam tubuhnya. Kehamilan pada wanita terjadi selama 40 minggu antara waktu
menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Komunikasi terapeutik disini
dapat menciptakan suatu hubungan antara bidan atau perawat dengan pasien untuk
mengetahui tentang kebutuhan apa saja dan menentukan rencana tindakan untuk kedepannya.
Dalam proses komunikasi disini perawat dapat menggunakan langkah-langkah seperti :
- Mengarahkan pasien pada pokok permasalahan
- Perawat harus jadi pendengar yang baik
- Perawat harus bersikap empati
- Perawat harus bisa menentukan dan memecahkan masalah yang terjadi
- Perawat harus bisa menghindari hambatan dalam berkomunikasi
- Perawat harus bisa memberikan bimbingan bagi pasiennya
- Berpegang pada etika
- Tanggung jawab
- Perawat harus bisa memotivasi pasien
- Perawat harus jujur dan berkomunikasi secara terbuka

Adapun pada tahap persiapan saat kehamilan, komunikasi antara perawat dengan pasien
harus berjalan dengan baik agar tidak ada salah penafsiran informasi. Maka dari itu perawat
dan pasien harus bekerja sama dengan baik agar proses kehamilannya bisa berjalan dengan
lancar dan selamat. Adapun yang harus dilakukan oleh pasien adalah sebagai berikut :
- Memeriksakan kehamilannya secara rutin
- Selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, lingkungan, dll
- Selalu memperhatikan konsumsi gizi dan kehamilannya
- Istirahat dan tidur yang cukup

2.6 TAHAPAN INTERAKSI TERAPEUTIK

proses komunikasi terapeutik yang digunakan perawat dalam menghadapi pasien ibu hamil
dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Fase prainteraksi.
Fase penelitian ini adalah seorang perawat yang sudah berpengalaman selama 19 tahun
sehingga mengerti seluk beluk menghadapi pasien ibu hamil. Dalam proses komunikasi
terapeutik, ES menceritakan bagaimana ia membaca usia, pendidikan terakhir, frekwensi
kehamilan, usia kandungan dan pemeriksaan yang sudah dilakukan sebelum bertemu pasien.
AS, sebagai informan kedua dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun juga menceritakan
hal yang sama. Proses komunikasi yang dilakukannya diawali dengan membaca data
informasi mengenai pasien pada kartu/buku catatan pasien. Masing-masing pasien memiliki
catatan riwayat kesehatan dan riwayat kehamilan, karena pemeriksaaan kehamilan dilakukan
secara teratur sekali setiap bulan, mulai bulan pertama hingga bulan ke tujuh dan dua minggu
sekali pada bulan ke delapan, kemudian satu minggu sekali pada kehamilan sembilan bulan
atau mendekati persalinan.
2. Fase Orientasi.
Proses komunikasi terapeutik pada tahap kedua ini disebut fase orientasi atau pengenalan.
Dalam tahap ini bidan mengenalkan dirinya kepada pasiennya dan memberikan salam kepada
pasien lalu memulai percakapan awal dengan menanyakan nama pasien dan keluhan yang
dirasakan.
3. Fase terminasi.
Fase ini adalah fase terakhir dalam proses komunikasi terapeutik. Para informan penelitian ini
menggunakan tahap terminasi dengan cara menyimpulkan hasil konsultasi dan pemeriksaan
pasien dengan dirinya.

2.7 MANFAAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkankerja sama antara
perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.Mengidentifikasi. mengungkap
perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat
(Indrawati, 2003 ; 50).

2.8 FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN


PASIEN IBU HAMIL

Penurunan isi dan mutu pesan dapat terjadi pada setiap tahap dalam proses komunikasi mulai
dari perumusan konsep gagasan didalam kata-kata sampai saat pemanfaatan yang diterima.
Lebih lanjut hambatan-hambatan ini secara umum dapat di klasifikasikan menjadi tiga
menurut Arni Muhammad (2009) yaitu :

1. Hambatan Pribadi (Psikologis) adalah gangguan komunikasi yang timbul dari emisi,
nilai dan kebiasaan menyimak yang tidak baik. Hambatan pribadi seringkali
mencakup jarak psikologi diantaranya orang-orang yang serupa dengan jarak fisik
sesungguhnya.
2. Hambatan Fisik adalah gangguan komunikasi yang terjadi di lingkungan tempat
berlangsungnya komunikasi.
3. Hambatan Semantik adalah hambatan ini berasal dari keterbatasan simbol-simbol itu
sendiri. Ada beberapa karakteristik dari bahasa yang menyebabkan proses decording
dalam bahasa semakin sulit antara lain :
a. Bahasa itu statis sedangkan realitasnya dinamis,
b. Bahasa itu terbatas sedangkan realitasnya tidak terbatas,
c. Bahasa itu bersifat abstrak.

Selain tahap-tahap dan akibat adanya hambatan dalam komunikasi, maka umpan balik sangat
diperlukan. Umpan balik merupakan arah yang utama bagi pengirim pesan untuk memonitor
apakah pesannya dimengerti dan dimanfaatkan oleh penerima sesuai dengan harapannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Tanpa komunikasi atau kurangnya komunikasi akan membuat
pekerjaan menjadi kurang maksimal dan akan terjadinya kesalahpahaman dalam menangkap
suatu informasi.

Ada beberapa hambatan komunikasi dari perspektif lain yang mungkin terjadi dalam
menjalin komunikasi dua arah.

1. Bahasa
Jika seorang komunikator atau komunikan berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda,
kemungkinan akan terjadi banyak kesalahpahaman bahkan terjadinya hubungan yang
tidak jelas.

2. Budaya

Hambatan budaya ini menjadi hal yang sangat penting. Satu pantangan bagi sang
komunikator untuk beranggapan, bahwa komunikan tumbuh dengan filosofi, gaya hidup,
adat istiadat yang sama.

3. Salah paham

Hambatan komunikasi yang paling utama pada awalnya bersumber dari dari satu hal,
yaitu kesalahpahaman. Interpretasi, respon, asumsi seseorang dalam menghadapi suatu
permasalahan berbeda-beda, komunikan akan memahami yang komunikator katakan.

4. Sisi historis atau pengalaman

Pada umumnya komunikator menjadikan filosofis dan pengalaman hidup masa lalu
sebagai rujukan komunikasi agar sang komunikan mengerti.

5. Mendominasi pembicaraan

Mendominasi pembicaraan, hal ini sering terjadi.Seorang komunikator merasa


pendapatnya paling benar sehingga tidak memberikan kesempatan komunikan untuk
berbicara.

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar utnuk melakukan wawancara


dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan
pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan. Komunikasi dalam
bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan
dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta
kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Ada beberapa Teknik dalam berkomunikasi

komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada
dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada
tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting
yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.Komunikasi terapeuitk termasuk
komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas
kesehatan dengan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan.


Bandung: Rifika Aditama.Cetakan Kedua Effendy, Onong Uchjana. 1998. Ilmu
Komunikasi, Teori, dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya
https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/n/article/download/606/315
Abdul Muhith, S. S. (2018). Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing & Health. Yogyakarta:
ANDI. Brent D Ruben, L. P. (2013). Komunikasi dan Peilaku Manusia. Depok: PT.
RAJAGRAFINDO PERSADA
Irfan Rafani Akhyar.Komunikasi Terapeutik Pada Ibu Hamil.
https://www.academia.edu/11581516/komunikasi_terapeutik_pada_ibu_hamil. Accessed
11 Februari 2023.
Savitri,Ade Nabila.(2022). AKTIVITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK BIDAN
TERHADAP IBU HAMIL SELAMA MASA MENGANDUNG DI RUMAH SAKIT
KASIH IBU RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU, RIAU,11-12,
https://repository.uir.ac.id/12003/1/179110220.pdf, diakses 11 Februari 2023
Setianti Yanti,komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien, Jatinangor : 2007,
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/komunikasi_terapeutik.pdf,
diakses pukul 13.50, 11 Februari 2023.
Universitas Muhammadiyah Gorontalo, 2017., Konsep dasar komunikasi keperawatan
http://eprints.umg.ac.id/4164/3/BAB%202.pdf, ( Accessed 11 Febuari 2023)
http://repository.helvetia.ac.id/1028/2/BAB%20I-III.pdf Diakses pada 11 februari 2023

Anda mungkin juga menyukai