Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI KONSEP DALAM

MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI BARISAN DAN DERET


BERDASARKAN TEORI NEWMAN (NEWMAN ERROR ANALYSIS)

Erika Familani1, Jefri Marzal2, Nizlel Huda3


Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Jambi

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa dalam


mengkonstruksi konsep sehingga sering kali terdapat kesalahan siswa ketika
diberikan soal ataupun suatu permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan mendeskripsikan kesalahan konstruksi konsep siswa dalam
menyelesaikan soal materi barisan dan deret berdasarkan teori Newman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 10 Muaro Jambi. Calon subjek penelitian dari
kelas XI MIPA 4 ini terbagi menjadi 4 kelompok berdasarkan prosedur
pengerjaan di lembar jawaban, dimana dari tiap kelompok diambil 1 siswa yang
dijadikan sebagai subjek penelitian. Instrumen penelitian ini terdiri dari lembar tes
yang menggunakan metode think aloud dan wawancara. Peneliti melakukan
pengumpulan data, reduksi data, dan pemaparan data yang kemudian dianalisis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa S1 memenuhi indikator pseudo


construction “benar” berdasarkan kesalahan memahami, kesalahan transformasi
dan kesalahan keterampilan proses. S2 memenuhi indikator hole construction
(lubang konstruksi) berdasarkan kesalahan kesalahan memahami, kesalahan
transformasi dan kesalahan keterampilan proses. Sedangkan S3 dan S4 memenuhi
indikator mis-logical construction berdasarkan kesalahan memahami, kesalahan
transformasi, kesalahan keterampilan proses dan kesalahan penulisan jawaban.

Kata Kunci: Kesalahan Konstruksi Konsep, Teori Newman, Barisan dan Deret
Abstract

This research is motivated by the lack of students' ability in constructing concepts


so that students often make mistakes when given a question or a problem. This
study aims to analyze and describe students' conceptual construction errors in
solving problems of sequences and series based on Newman's theory. This type of
research is qualitative research. The subjects of this study were students of class
XI MIPA 4 SMA Negeri 10 Muaro Jambi. The prospective research subjects from
class XI MIPA 4 were divided into 4 groups based on the procedure for working
on the answer sheet, where from each group 1 student was taken as the research
subject. The research instrument consisted of a test sheet using the think aloud
method and interviews. Researchers conducted data collection, data reduction,
and data exposure which was then analyzed. The results of this study indicate that
S1, S2, and S3 meet three indicators of concept construction errors in completing
sequences and series materials based on Newman's theory, where S1 and S2 meet
the same indicators, namely S1 and S2 meet the "correct" pseudo construction
indicator based on process skill errors. , meet the mis-logical construction
indicator based on the transformation error, and meet the hole construction
indicator based on the process skill error. Meanwhile, S3 meets the mis-logical
construction indicator based on misunderstandings, meets the "true" pseudo
construction indicator based on the transformation error, and meets the "wrong"
pseudo construction indicator based on process skill errors. Meanwhile, S4 meets
the hole construction indicator based on process skill errors, and meets the mis-
logical construction indicator based on transformation errors.
The concept construction errors based on Newman's theory experienced by S1,
S2, S3, and S4 were caused by two factors, namely: 1) students only depended on
the teacher's explanation and only imitated the completion procedures taught by
the teacher so that the concept of sequence and series material did not well and
correctly constructed, 2) students are not careful in the process of understanding
the problem and the process of calculating the problem, 3) the teacher only
teaches the rules or concepts of moving segments without providing an
explanation of the actual concept.

Keywords: Conceptual Construction Errors, Newman's Theory, Sequences and


Series
PENDAHULUAN

Menurut Ni’mah dkk (2018) konstruksi konsep berasal dari dua kata yaitu

konstruksi dan konsep yang berarti bangunan konsep sehingga mengonstruksi

konsep berarti membangun konsep. Maksudnya adalah kegiatan aktif membentuk

suatu pengetahuan atau konsep baru. Menurut Hasan (2012) tahap konstruksi

adalah dimana siswa menggunakan rangkaian secara konsisten untuk

memecahkan masalah tersebut. siswa dikatakan melakukan aksi mengkonstruksi

apabila siswa mampu memilih beberapa struktur matematika sebelumnya yang

telah ia ketahui untuk digunakan dalam matematika yang lebih kompleks. Serta

menggunakannya secara konsisten dari rangkaian-rangkaian struktur yang pernah

ia gunakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa konstruksi konsep adalah upaya

untuk membangun konsep dimana pengetahuan terdahulu sangat berpengaruh

terhadap proses mengkonstruksi konsep selanjutnya.

Menurut Subanji (2015) dalam proses pembelajaran matematika, sering

dijumpai bahwa siswa hanya sekedar meniru prosedur yang sudah dilakukan oleh

guru. Akibatnya proses pembelajaran tidak mengembangkan berpikir siswa

sehingga penalaran tidak terkonstruksi secara baik. Selain itu pola pembelajaran

yang demikian dapat menyebabkan kegagalan konstruksi siswa dalam

menyelesaikan masalah. Kegagalan siswa dalam mengkonstruksi masalah

matematika dapat disebabkan karena kesalahan konstruksi konsep yang dilakukan

siswa (Khikmah, 2017). Hal ini dikarenakan siswa belum matang dalam

memahami konsep, mengabstraksi konsep, dan mengaitkan konsep. Kesalahan

umum yang dilakukan oleh siswa saat menyelesaikan masalah matematika antara

lain kesalahan dalam memahamai konsep, yaitu kesalahan siswa dalam


menggunakan rumus, kesalahan data merupakan kesalahan menentukan hal yang

diketahui dan ditanyakan, kesalahan operasi merupakan kesalahan perhitungan,

dan kesalahan karena kecerobohan, yaitu kesalahan karena siswa tidak memeriksa

kembali jawaban yang telah dikerjakan (Marpaung, 2018).

Subanji (2015) dalam bukunya, bentuk-bentuk kesalahan konstruksi

konsep matematika meliputi: 1) pseudo construction, 2) lubang konstruksi, 3) mis-

analogical construction, 4) mis-logical construction. Pseudo construction

merupakan kesalahan konstruksi konsep yang dilakukan siswa disebabkan oleh

hasil konstruksi konsep yang berbeda dengan apa yang dituliskan. Menurut

Subanji (2015) kesalahan pseudo construction yang dilakukan oleh siswa dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu pseudo construction “benar” dan pseudo

construction “salah”. Siswa seolah-olah memberikan jawaban yang benar , namun

ketika ditelusuri ternyata salah disebut sebagai pseudo construction “benar”.

Sedangkan pseudo construction “salah” adalah jawaban yang ditulis siswa salah,

namun setelah ditelusuri penyebab kesalahan yang dilakukan dengan melakukan

wawancara (refleksi) proses berpikir siswa benar, siswa dapat menuliskan

jawaban secara benar. Hole construction atau lubang konstruksi merupakan

kesalahan konstruksi konsep yang dialami siswa disebabkan oleh struktur berpikir

yang terbentuk dalam proses konstruksi konsep tidak utuh. Proses pembentukan

konsep ada bagian dari konsep yang tidak terkonstruksi. Mis-analogical

construction merupakan suatu kesalahan konstruksi konsep yang terjadi karena

siswa menyamakan konsep satu dengan konsep yang lain. Misalnya dalam

konstruksi akar dan pangkat, siswa menganggap bahwa operasi dalam bilangan

akar dan pangkat sama dengan operasi biasa. Mis-logical construction merupakan
suatu kesalahan yang terjadi karena terjadinya kesalahan dalam berpikir logis.

Kesalahan konstruksi konsep yang dialami siswa dikarenakan siswa kurang

paham terhadap soal yang diberikan.

Beberapa penelitian terdahulu dengan tema kesalahan konstruksi konsep

telah banyak dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni’mah dkk.

(2018) menunjukkan bahwa masih terdapat kesalahan dalam mengonstruksi

konsep yang dilakukan oleh siswa, oleh karena itu siswa diberikan scaffolding

untuk membantu dalam menyusun kerangka berpikir guna membentuk konstruksi

konsep yang benar.

Kesalahan siswa dalam belajar matematika khususnya dalam

mengonstruksi konsep perlu mendapatkan perhatian, jika tidak segera diatasi,

kesalahan tersebut akan berdampak terhadap pemahaman siswa pada konsep

matematika berikutnya. Sebagaimana dikatakan oleh Sulfriani dkk (2021) bahwa

dalam pembelajaran matematika, materi yang diberikan akan saling berkaitan dan

saling mendukung untik materi berikutnya. Teori kesalahan Newman ini

digunakan sebagai pendukung agar kesalahan konstruksi konsep yang dilakukan

oleh siswa lebih mudah untuk diidentifikasi dan ditemukan.

Prakitipong & Nakamura (2006) menyatakan bahwa teori Newman adalah

sebuah metode untuk menganalisis kesalahan dalam soal uraian. Menurut

Newman tahapan kesalahan dalam mengerjakan soal matematika dibedakan

menjadi 5 tipe kesalahan, yaitu: (1) kesalahan membaca, terjadi karena siswa

salah dalam membaca informasi utama sehingga siswa tidak menggunakan

informasi tersebut dalam mengerjakan soal dan membuat jawaban siswa tidak

sesuai dengan maksud soal, (2) kesalahan memahami, terjadi karena siswa kurang
memahami terutama di dalam konsep dan salah dalam menangkap informasi yang

ada pada soal sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan soal, (3) kesalahan dalam

transformasi, merupakan kesalahan yang terjadi karena siswa belum dapat

mengubah soal ke dalam bentuk matematika dengan benar serta salah dalam

menggunakan tanda operasi hitung, (4) kesalahan dalam keterampilan proses,

terjadi karena siswa belum terampil dalam melakukan perhitungan, (5) kesalahan

penulisan jawaban, merupakan kesalahan yang terjadi bila sudah dapat

mengerjakan sampai mendapatkan solusi dengan benar tetapi tidak dapat atau

salah dalam menarik kesimpulan.

Penelitian dengan menggunakan teori Newman telah banyak dilakukan,

diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Putri dkk. (2021). Penelitian tersebut

mengkaji serta mendeskripsikan jenis kesalahan yang dilakukan siswa

berdasarkan teori Newman yang ditinjau dari gaya kognitif.

Berdasarkan survey lapangan yang dilakukan penulis di SMA Negeri 10

Muaro Jambi, ditemukan fakta bahwa sebagian besar siswa masih mengalami

kesalahan konstruksi konsep matematis. Dalam hal ini penulis mengambil materi

barisan dan deret untuk dijadikan sebagai materi yang diujikan kepada siswa guna

melihat dan menganalisis kesalahan konstruksi konsep. Materi barisan dan deret

adalah salah satu materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan

biasanya dituangkan dalam bentuk soal cerita. Seringkali siswa sulit dalam

memahami soal cerita (bentuk soal aplikasi/penerapan) serta belum mampu

membedakan antara soal barisan aritmetika dan soal deret aritmetika, oleh karena

itu materi barisan dan deret ini menjadi pilihan untuk dijadikan bahan tes.
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa konstruksi konsep

merupakan hal dasar dalam belajar, terkhusus dalam proses pembelajaran

matematika karena dalam matematika ada banyak konsep yang saling berkaitan.

Sehingga proses konstruksi konsep diawal akan menjadi sangat berpengaruh

untuk proses mengkonstruksi dan memahami konsep selanjutnya. Oleh karena itu

jika masih banyak terjadi kesalahan konstruksi konsep yang dilakukan oleh siswa,

tentu harus segera diatasi. Oleh karena itu teori Newman (NEA) dipilih sebagai

metode untuk menganalisis kesalahan konstruksi konsep tersebut. NEA ini dipilih

dikarenakan soal tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan soal

cerita yang berbentuk uraian. Sebagaimana Newman (1983) mengatakan bahwa

teori Newman (NEA) dikembangkan untuk membantu guru ketika berhadapan

dengan siswa yang mengalami masalah dengan soal cerita matematis.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Menurut

Poerwandari (2005) penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang

bersifat deskriptif, seperti transkrips wawancara dan observasi. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Pendekatan

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau.

Teknik pemilihan subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Adapun penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI MIPA 4 di SMA Negeri 10

Muaro Jambi. Banyaknya calon subjek yang diberikan lembar tugas sebanyak 16

siswa, kemudian dipilih 4 siswa yang memenuhi indikator kesalahan konstruksi


konsep berdasarkan teori Newman. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan wawancara dan tes myelesaikan soal materi barisan dan deret

menggunakan metode think aloud. Adapun aktivitas dalam analisis data ada tiga

tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pseudo Construction “Benar”

Berdasarkan paparan data diatas, dapat diketahui bahwa S1 mengalami

Pseudo Construction “Benar”. S1 memberikan jawaban benar terhadap suatu

permasalahan, namun ketika ditelusuri, ternyata siswa salah dalam memberikan

klarifikasi. Hal ini terlihat pada saat S1 mengalami kesalahan pada saat merubah

atau mentransformasikan soal ke dalam bentuk atau kalimat matematika, dimana

yang diketahui dari soal adalah U 3=200dan menyatakan bahwa yang ditanyakan

dari soal adalah U 7 . Dalam hal ini S1 memenuhi indikator teori Newman yaitu

kesalahan transformasi (KT). Selain itu yang dituliskan S1 pada bagian diketahui

dan ditanya salah dan tidak bermakna sehingga ia memenuhi indikator teori

Nemwan yaitu kesalahan memahami (KM).

Selanjutnya pada saat menentukan nilai suku pertama (a), S1 mengalami

kesalahan dimana kesalahan ini disebabkan karena kesalahan dalam memasukkan

data yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Dalam menentukan nilai suku

pertama (a), S1 menggunakan patokan U 3=200. Sebagaimana diketahui bahwa

U 3=200 merupakan hasil transformasi yang salah, sehingga hal ini berpengaruh

terhadap menentukan nilai suku pertama (a). Dengan demikian S1 memenuhi

indikator teori Newman yaitu kesalahan keterampilan proses (KKP). Kesalahan


selanjutnya adalah pada saat S1 menentukan banyak bakteri setelah 35 menit.

Sebagaimana pada tahap awal S1 mengatakan bahwa untuk menentukan banyak

bakteri setelah 35 menit adalah dengan cara mencari suku ketujuh U 7 , hal ini pun

merupakan hasil kesalahan transformasi. Kemudian S1 memasukkan data nilai

suku pertama ¿) ke dalam rumus barisan geometri untuk menentukan banyak

bakteri setelah 35 menit. Dalam hal ini S1 salah dalam mentransformasikan U 7 dan

salah dalam memasukkan data nilai suku pertama (a), sehingga hal inilah yang

menyebabkan S1 memenuhi indikator kesalahan keterampilan proses (KKP).

Dari proses penyelesaian soal tersebut, maka S1 mengalami kesalahan

memahami (KM), kesalahan transformasi (KT), dan kesalahan keterampilan

proses (KKP) yang merupakan bagian dari indikator teori Newman. Dalam

kesimpulan akhir yang diberikan, S1 menyimpulkan bahwa banyak bakteri setelah

35 menit adalah 3200 buah. Kesimpulan yang diberikan oleh S1 adalah benar,

akan tetapi ketika dilakukan wawancara dan ditelusuri lebih mendalam ternyata

S1 salah dalam memberikan klarifikasi jawaban dan hal ini tercermin dalam

kesalahan penyelesaian soal diatas. Sehingga dengan demikian S1 memenuhi

indikator kesalahan konstruksi konsep yaitu pseudo construction “benar”.

Hole Construction

Berdasarkan paparan diatas, dapat diketahui bahwa S2 mengalami hole

construction (lubang konstruksi). Hole construction (lubang konstruksi) adalah

siswa memberikan jawaban benar, namun terdapat proses konstruksi konsep siswa

yang tidak sesuai, dimana konsep tidak terbentuk secara utuh dalam pikiran atau

struktur berpikir siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pengerjaan atau

penyelesaian soal yang dilakukan oleh S2.


Dalam langkah awal penyelesaian soal, S2 hanya menulis hal yang

diketahui dari soal tetapi tidak menulis hal yang ditanyakan dari soal tersebut,

sehingga ia memenuhi indikator teori Newman yaitu kesalahan memahami (KM).

Selain itu dalam menuliskan hal yang diketahui dari soal, S2 tidak merubah atau

mentransformasikannya ke dalam bentuk kalimat matematika, sehingga ia

memenuhi indikator teori Newman yaitu kesalahan transformasi (KT). Kemudian

pada saat menentukan banyak bakteri setelah 35 menit, S2 tidak menggunakan

rumus baku melainkan menggunakan cara logika. Hal ini dikarenakan S2

mengalami kesulitan untuk mentransformasikan soal cerita ke dalam bentuk

kalimat matematika dan menggunakan rumus baku, menurutnya cara logika lebih

mudah digunakan dan lebih efektif dalam segi waktu pengerjaan. Selain itu, dalam

wawancaranya S2 menggunakan cara logika dalam penyelesaian soal dikarenakan

ia mengalami kesulitan untuk memahami soal dan mengubahnya ke dalam bentuk

kalimat matematika serta kesulitan dalam menentukan rumus yang akan

digunakan dalam penyelesaian soal. Sehingga dengan demikian S2 memenuhi

indikator teori Newman yaitu kesalahan keterampilan proses (KKP).

Dari proses penyelesaian soal tersebut, maka S2 mengalami kesalahan

memahami (KM), kesalahan transformasi (KT), dan kesalahan keterampilan

proses (KKP) yang merupakan bagian dari indikator teori Newman. Dalam

kesimpulan akhir yang diberikan, S2 menyimpulkan bahwa banyak bakteri setelah

35 menit adalah 3200 buah. Kesimpulan yang diberikan oleh S2 adalah benar,

akan tetapi terdapat proses konstruksi konsep siswa yang tidak sesuai, dimana

konsep tidak terbentuk secara utuh dalam pikiran siswa. Dalam hal ini S2 belum

mampu mengimplementasikan konsep materi barisan dan deret serta belum


mampu menggunakan rumus baku yang sesuai dengan soal. Sehingga dengan

demikian, S2 memenuhi indikator kesalahan konstruksi konsep yaitu hole

construction (lubang konstruksi).

Mis-Logical Construction

Berdasarkan hasil paparan data diatas, diketahui bahwa S3 dan S4

mengalami mis-logical construction. Mis-logical construction merupakan suatu

kesalahan yang terjadi karena terjadinya kesalahan dalam berpikir logis.

Kesalahan konstruksi konsep yang dialami siswa dikarenakan siswa kurang

paham terhadap soal yang diberikan.

Dalam proses penyelesaian soal, S3 mengalami mis-logical construction

karena disebabkan beberapa kesalahan. Kesalahan pertama adalah pada saat S3

menentukan nilai suku pertama (a). Dalam menentukan nilai suku pertama (a) ini

S3 menggunakan cara logika dengan mengasumsikan bahwa a=50 kemudian

dikalikan dengan 2, begitu seterusnya hingga didapatkan bukti bahwa asumsi

a=50 adalah benar. Dari cara pengerjaan tersebut dapat dikatakan bahwa S3

memenuhi indikator teori Newman yaitu kesalahan memahami (KM) dan

kesalahan keterampilan proses (KKP). Selanjutnya dalam menentukan banyak

bakteri setelah 35 menit, S3 mengatakan bahwa yang akan dicari adalah U 8 .

Adapun dalam penentuan n=8, S3 memberikan alasan yang tidak logis, sehingga

dengan demikian S3 memenuhi indikator teori Newman yaitu kesalahan

transformasi (KT). Selanjutnya pada saat S3 menentukan U 8 , S3 memasukkan

data yang salah yaitu a=50 sehingga hal ini berdampak pada hasil akhir yang

didapatkan oleh S3. Maka dengan demikian S3 memenuhi indikator teori

Newman yaitu kesalahan keterampilan proses (KKP). Selain itu, S3 tidak


menuliskan atau memberikan kesimpulan jawaban pada lembar penyelesaian soal

sehingga ia mmenuhi indikator kesalahan penulisan jawaban (KPJ).

Dari proses penyelesaian soal tersebut, maka S1 mengalami kesalahan

memahami (KM), kesalahan transformasi (KT), kesalahan keterampilan proses

(KKP) dan kesalahan penulisan jawaban (KPJ) yang merupakan bagian dari

indikator teori Newman. Dari kesalahan penyelesaian jawaban seperti tersebut

diatas, maka S3 memberikan jawaban akhir yang salah. Selain itu dalam

wawancaranya S3 memberikan klarifikasi jawaban yang cenderung tidak logis.

Sehingga dengan demikian S3 memenuhi indikator kesalahan konstruksi konsep

yaitu mis-logical construction.

Sedangkan S4 dalam proses penyelesaian soal mengalami mis-logical

construction karena disebabkan beberapa kesalahan. Kesalahan pertama terjadi

pada saat S4 merubah atau mentransformasikan soal ke dalam bentuk kalimat

matematika, sehingga S4 memenuhi indikator teori Newman yaitu kesalahan

transformasi (KT). Selain itu yang diketahui (U 3=200) dan yang ditanyakan (U 7 )

sebagaimana dituliskan oleh S4 adalah salah dan tidak bermakna sehingga S4

memenuhi indikator teori Newman yaitu kesalahan memahami (KM). Kesalahan

selanjutnya terlihat pada saat menentukan nilai suku pertama (a). Dalam

menentukan nilai suku pertama (a), S4 memasukkan data atau patokan yang salah

yaitu (U 3=200). Sehingga akibat kesalahan pada tahap sebelumnya, hal ini

berdampak pada hasil suku pertama (a) yaang didapat. Dengan demikian S4

memenuhi indikator teori Newman yaitu kesalahan keterampilan proses (KKP).

Selain itu, kesalahan keterampilan proses juga terjadi pada saat S4 menentukan

banyak bakteri setelah 35 menit. Dalam hal ini, S4 juga salah memasukkan data,
kesalahan dalam memasukkan data ini disebabkan oleh kesalahan memahami dan

kesalahan transformasi yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

Dari proses penyelesaian soal tersebut, maka S1 mengalami kesalahan

memahami (KM), kesalahan transformasi (KT), kesalahan keterampilan proses

(KKP) dan kesalahan penulisan jawaban (KPJ) yang merupakan bagian dari

indikator teori Newman. Dari kesalahan penyelesaian jawaban seperti tersebut

diatas, maka S3 memberikan jawaban akhir yang salah. Kesalahan jawaban akhir

yang didapatkan oleh S4 ini diakrenakan kesalahan dalam proses pengerjaan atau

penyelesaian jawaban. Dalam proses penyelesaian jawaban dan hasil wawancara,

terlihat bahwa S4 belum memahami konsep materi barisan dan deret dengan baik.

S4 belum mampu membedakakan antara barisan dan deret, serta belum mampu

membedakan antara aritmetika dan geometri. Sehingga dengan demikian S4

memenuhi indikator kesalahan konstruksi konsep yaitu mis-logical construction.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat beberapa kesalahan

konstruksi konsep dalam menyelesaikan soal materi barisan dan deret berdasarkan

teori Newman yang dilakukan oleh siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa S1 memenuhi indikator pseudo construction “benar” berdasarkan

kesalahan memahami, kesalahan transformasi dan kesalahan keterampilan proses.

S2 memenuhi indikator hole construction (lubang konstruksi) berdasarkan

kesalahan kesalahan memahami, kesalahan transformasi dan kesalahan

keterampilan proses. Sedangkan S3 dan S4 memenuhi indikator mis-logical


construction berdasarkan kesalahan memahami, kesalahan transformasi,

kesalahan keterampilan proses dan kesalahan penulisan jawaban.

Adapun kesalahan-kesalahan konstruksi konsep berdasarkan teori

Newman yang dialami oleh S1, S2, S3, dan S4 dikarenakan oleh tiga faktor yaitu:

1) siswa hanya bergantung pada penjelasan guru dan hanya meniru prosedur

penyelesaian yang diajarkan oleh guru sehingga konsep materi barisan dan deret

tidak terkonstruksi secara baik dan benar, 2) siswa tidak teliti dalam proses

memahami soal dan proses perhitungan atau penyelesaian soal, 3) guru hanya

mengajarkan aturan atau konsep pindah ruas tanpa memberikan penjelasan

mengenai konsep yang sebenarnya.


DAFTAR PUSTAKA

Diana, R. F., Irawan, E. B., & Susiswo. (2017). Prooses Koneksi Matematis Siswa

Bergaya Kognitif Reflektif Dalam menyelesaikan Masalah Aljabar Berdasarkan

Taksonomi Solo. Jurnal Kajian Pembelajaran Matematika, Volume 1 N.

https://media.neliti.com/media/publications/102638-ID-proses-koneksi-

matematis-siswa-bergaya-k.pdf

Hasan, Q. A. (2012). Rekonstruksi Pemahaman Konsep pembagian Pada Siswa

berkemampuan Tinggi. Prosiding. https://eprints.uny.ac.id/10076/1/P - 73.pdf

Kastolan. (1992). Identifikasi Jenis-Jenis kesalahan Menyelesaikan Soal-Soal

Matematika yang Dilakukan Peserta Didik Kelas II Program A SMA Negeri Se-

Kotamadya Malang. IKIP Malang.

Khikmah, N. (2017). Profil Kegagalan Konstruksi Simbolik Siswa kelas VII Pada

Generalisasi Pola Melalui Taksonomi Solo. Simki-Techsin, Vol. 01 No.

Koem, S. W. (2014). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan soal-Soal

Matrikx Pada Siswa kelas XII SMA (Suatu penelitian di SMA Negeri 1

Sumalata Kelas XII IPA). Pendidikan Matematika.

https://repository.ung.ac.id/skripsi/show/411409095/analisis-kesalahan-siswa-

dalam-menyelesaikan-soal-soal-matriks-pada-siswa-kelas-xii-smasuatu-

penelitian-di-sma-negeri-1-sumalata-kelas-xii-ipa.html
Laja, Y. P. W. (2020). Sebuah Studi Fenomenologi Mengenai Aturan Pindah Ruas

Dalam Menyelesaikan Persamaan Linier Matematika. Mandalika Mathematich

and Educational Journal, 2 No.1.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29303/mandalika.v2i1.1809

Lestyanto, L. M., Nasution, S. H., Cahyowati, E. T. D., & Kahfi, M. S. (2019).

Kesalahan Konstruksi Konsep Mahasiswa pada Materi Himpunan dan

Defragmentasi Struktur Berpikirnya. Jurnal Review Pembelajaran Matematika,

4(2), 128–142. https://doi.org/10.15642/jrpm.2019.4.2.128-142

Marpaung, N. Q. R. (2018). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Matematika di MTs Swasta Aisyiyah Sumatera Utara. Doctoral Dissertation :

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

http://repository.uinsu.ac.id/5672/1/SKRIPSI.pdf

Newman, A. (1983). Strategies for Diagnosis and Remediation. Harcourt, Brace

Jovanovich.

Ni’mah, R., Sunismi, & Fathan, A. H. (2018). Kesalahn Konstruksi Konsep

Matematika dan Scaffoldingnya. 3.

Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Peelitian Perilaku Manusia.

Fakultas Psikologi UI.

Praktitipong, N., & Nakamura, S. (2006). Analysis of Mathematics Performance of

Grade Five Students in Thailand Using Newman Procedure. Journal of


International Cooperation in Education, 9(1), 111–112.

Putri, S., Husna, A., & Agustyaningrum, N. (2021). Analisis Kesalahan Siswa Dalam

Menyelesaikan Soal Barisan dan Deret Berdasarkan Teori Newman ditinjau dari

Gaya Kognitif. Jurnal Cendikia: Jurnal pendidikan Matematika, 05.

Subanji. (2015). Teori Kesalahan Konstruksi Konsep dan Pemecahan Masalah

Matematika. Universitas Negeri Malang.

Sulfriani, Ikram, M., & Jumarniati. (2021). Analisis Kesalahan Konstruksi Siswa

dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi Invers. Pendidikan Mtematika, 6 No.

https://doi.org/https://doi.org/10.30605/pedagogy.v6i2.1619

Anda mungkin juga menyukai