net/publication/313058147
CITATIONS READS
2 2,670
3 authors:
Hery Susanto
State University of Malang
66 PUBLICATIONS 89 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hery Susanto on 30 January 2017.
Abstrak
PENDAHULUAN
485
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui, menganalisis dan mendiskripsikan jenis-jenis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat serta merumuskannya ke
dalam profil kesalahan siswa. Profil kesalahan merupakan deskripsi tertulis mengenai jenis–
jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal operasi hitung bilangan bulat. Jenis–jenis
kesalahan siswa pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis-jenis kesalahan siswa
yang dikemukakan oleh Nolting (2012: 116-118). Namun karena keterbatasan peneliti, maka
jenis kesalahan dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Careless errors atau kesalahan kecerobohan yaitu kesalahan yang disebabkan kecerobohan
siswa ketika menyelesaikan soal, kesalahan kecerobohan dapat berupa: keceroboh dalam
mengoperasikan algoritma, kecerobohan dalam menyederhanakan persamaan, kecerobohan
menuliskan hasil atau jawaban soal dan lain-lain,
2. Concept errors atau kesalahan konsep yaitu kesalahan yang dilakukan siswa ketika siswa
tidak memahami sifat, konsep, definisi atau prinsip matematika yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan soal,
3. Concept errors dan Careless errors (Ca and Co) yaitu kesalahan siswa yang berkaitan
dengan ketelitian dan penggunaan konsep bilangan bulat dalam menyelesaikan soal.
METODE
486
dalam operasi hitung bilangan bulat.
Setelah proses pengumpulan data, proses reduksi data atau memilah–milah data dilakukan
untuk menghindari penumpukan data atau informasi yang sama dari siswa. Reduksi data
dilakukan dengan cara menghitung jumlah siswa yang menjawab benar dan menjawab salah
pada tiap butir soal. Data yang dipakai hanya jawaban siswa yang salah. Kemudian jawaban
siswa yang salah disortir dan diseleksi kembali dengan menganalisis cara siswa menjawab. Cara
atau model jawaban siswa yang memiliki kesamaan hanya akan diwakilkan satu saja dari
jawaban tersebut. Data hasil reduksi disajikan dengan mendeskripsikan profil kesalahan yang
dilakukan siswa.
Analisis dilakukan pada lembar jawaban siswa yang berisi langkah kerja siswa dalam
menyelesaikan paper and pencil test. Fokus utama pada proses analisis adalah mengidentifikasi
kesalahan dan jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan setiap item tes
yang diberikan. Dari hasil analisis lembar jawaban siswa, diketahui jumlah dan persentase
jumlah siswa yang melakukan kesalahan serta jenis-jenis kesalahannya. Persentase jumlah siswa
yang melakukan kesalahan terhadap masing-masing item soal di paparkan sebagai berikut:
Tabel 1 menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat. Persentase kesalahan siswa berkisar antara 5% -
85%. Jumlah siswa yang melakukan kesalahan terbanyak adalah pada pengerjaan soal 5 yaitu
sebanyak 35 siswa, ini menunjukkan bahwa item soal 5 yang berupa operasi pengurangan
bilangan bulat negatif memiliki beban kognitif yang berat bagi siswa. Beban kognitif muncul
akibat penggunaan dua fungsi yang berbeda dari lambang “-“ pada soal tersebut, yaitu sebagai
lambang bilangan negatif dan sebagai lambang operasi pengurangan (Liebenberg, 1997 dan
Gallardo, 2003). Herscovics dan Linchevski (1995), Ayres (2001) dan Gallardo (2003)
mengungkapkan bahwa operasi pengurangan yang melibatkan bilangan bulat negatif
memberikan kesulitan tersendiri bagi siswa dalam menyelesaikan masalah matematis seperti
pada materi aritmatika dan aljabar.
Banyaknya siswa yang melakukan kesalahan dalam mengoperasikan bilangan bulat
terutama pada operasi hitung bilangan bulat yang melibatkan bilangan bulat negatif,
mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa belum memahami dan menguasai konsep operasi
hitung bilangan bulat negatif (Liebenberg, 1997). Maka perlu diperhatikan dalam mempelajari
konsep bilangan bulat, siswa harus memahami perbedaan antara lambang bilangan dan lambang
operasi bilangan (Gallardo, 1995), karena keduanya memiliki fungsi dan sifat yang berbeda.
Berdasarkan hasil analisis kesalahan siswa, diperoleh 3 jenis kesalahan yaitu: Careless
errors (Ca), Concept errors(Co) dan kombinasi dari kedua jenis kesalahan Careless errors dan
Concept errors (Ca and Co). Persentase jumlah siswa pada masing-masing jenis kesalahan
487
dijabarkan dalam tabel 2.
Pada tabel 2, terlihat bahwa 59% siswa melakukan Careless errors (Ca) ketika
menyelesaikan operasi hitung pada item soal 2 yang berupa soal operasi pengurangan dua
bilangan bulat sejenis ( dua bilangan negatif). Nolting (2012) menjelaskan bahwa, semua siswa
berpeluang melakukan Careless errors (Ca) dan kesalahan Jenis ini dapat dengan mudah kita
temukan ketika mengulas hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan suatu soal. Bentuk
Careless errors (Ca) yang dilakukan siswa adalah: (1) ceroboh menuliskan kembali soal
sebelum menyelesaikan soal tersebut, seperti mengganti lambang operasi hitung dari “+”
(lambang operasi penjumlahan) menjadi “-“ (lambang operasi pengurangan) atau sebaliknya,
mengganti lambang bilangan dari bilangan positif menjadi bilangan negatif atau sebaliknya dan
mengganti bilangan yang terdapat pada soal. (2) ceroboh menuliskan lambang bilangan pada
jawaban.
Careless errors (Ca) yang dilakukan siswa, dapat kita amati dari runtutan jawaban yang
diberikan oleh siswa tersebut. Gambar 1 menunjukkan bagaimana siswa A melakukan Careless
errors (Ca) dengan salah menuliskan kembali bilangan yang terdapat dalam soal, bilangan yang
seharusnya dia operasikan adalah bilangan (-15) namun dia menuliskan kembali bilangan
tersebut menjadi 15 sehingga jawaban yang dia berikan tidak tepat untuk menyelesaikan soal
tersebut. Ini menunjukkan kecerobohan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung bilangan
bulat. Liebenberg (1997) menyatakan bahwa siswa yang kurang memahami operasi hitung
bilangan bulat seringkali mengabaikan lambang “-“ pada bilangan negatif sehingga siswa
menuliskannya sebagai bilangan positif kemudian mengoperasikannya, akibatnya siswa
memberikan jawaban yang tidak tepat untuk soal yang diberikan.
Young dan Booth (2015:41) menyebutkan “Children’s magnitude knowledge, or
representations of negative numbers, are less well understood”. Hérold (2014) dan Willis
(2010:54) menambahakan, rendahnya pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap prosedur,
sifat dan konsep bilangan bulat dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan serta melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan suatu soal. Kesalahan yang dilakukan siswa ketika siswa tidak
memahami sifat, konsep, definisi atau prinsip matematika yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan soal disebut Concept errors (Nolting, 2012:117). Analisis terhadap kesalahan
488
siswa menunjukkan bahwa 83% siswa melakukan Concept errors (Co) ketika menyelesaikan
soal operasi hitung campuran bilangan bulat (item soal 7). Ini menunjukkan bahwa banyak
siswa yang tidak memahami dan menguasai konsep bilangan bulat.
Terdapat 5 bentuk Concept errors (Co) yang dilakukan siswa yaitu: (1) kesalahan dalam
menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat ( a + b atau (-a) + (-b)), (2) kesalahan dalam
menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat berbeda jenis ((-a) + b), (3) kesalahan dalam
menyelesaikan operasi pengurangan bilangan bulat sejenis (a – b, untuk a < b atau (-a) – (-b)),
(4) kesalahan dalam menyelesaikan operasi pengurangan bilangan bulat berbeda jenis ((-a) - b)
atau (a – (-b)), dan (5) kesalahan dalam menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan bulat.
Pada jawaban item soal 7, siswa B melakukan Concept errors (Co) dengan memberikan
hasil operasi yang tidak tepat. Pada operasi tambah 10 dan (-7), siswa B memberikan jawban 17,
hal ini menunjukkan siswa B tidak memahami aturan tambah antar bilangan positif dan bilangan
negatif. Kemudian siswa B kembali melakukan Concept errors (Co) dengan menuliskan (-21)
sebagai hasil pengurangan 6 dari (-17), hal ini menunjukkan bahwa siswa B juga tidak
memahami aturan pengurangan bilangan positif dari bilangan negatif, selanjutnya
ketidakpahaman siswa B terhadap aturan penjumlahan antara bilangan negatif dan bilangan
positif di tunjukkan dengan kesalahan yang dia lakukan dengan menuliskan 29 sebagai hasil
dari (-21) + 8.
Careless errors dan Concept errors dapat dilakukan siswa ketika menyelesaikan suatu
soal, hal ini terlihat pada tabel 2 bahwa persentase jumlah siswa yang melakukan kesalahan
kombinasi kedua kesalahan tersebut atau Careless errors dan Concept errors ( Ca and Co)
sebesar 39%, yaitu ketika siswa menyelesaikan item soal 5 berupa soal operasi pengurangan
bilangan bulat sejenis.
Gambar 3 menunjukkan kesalahan Careless errors dan Concept errors ( Ca and Co) yang
dilakukan siswa C. Careless errors (Ce) atau kecerobohan siswa lakukan dengan menuliskan
kembali bilangan yang terdapat pada soal pada tahapan jawaban yang dia berikan, bilangan (-
21) dia tuliskan kembali menjadi (-11) hal ini mempengaruhi hasil atau jawaban yang dia
berikan selanjutnya. Kesalahan Concept errors(Co) dilakukan siswa dengan menuliskan 18
sebagai hasil operasi kurang antara (-11) dan (-7). Banyaknya siswa yang melakukan kesalahan
jenis ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang ceroboh dan juga belum memahami
konsep bilangan bulat negatif yang dapat digunakan untuk menentukan jawaban yang sesuai
dengan soal yang diberikan.
Terdapat tiga jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat
yaitu Careless errors (Ca), Concept errors(Co) dan kombinasi dari kedua jenis kesalahan
Careless errors dan Concept errors (Ca and Co). Persentase tertinggi dari jumlah siswa yang
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal operasi hitung bilangan bulat adalah sebesar
83% ( 34 siswa ). Jenis kesalahan yang dilakukan adalah Concept errors (Co) yaitu kesalahan
489
yang dilakukan siswa ketika siswa tidak memahami aturan dan prinsip operasi hitung bilangan
bulat yang dapat digunakan dalam menyelesaikan soal. Kesalahan konsep dilakukan siswa
ketika menyelesaikan operasi yang melibatkan operasi kurang dan tambah bilangan bulat positif
maupun negatif. Ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum menguasai dan
memahami konsep bilangan bulat.
Persentase jumlah siswa yang melakukan Careless errors (Ca) adalah sebesar 59% (24
siswa). Kesalahan keceobohan merupakan kesalahan yang dilakukan siswa ketika siswa tidak
hati-hati atau tidak teliti dalam menuliskan kembali komponen-komponen soal sebelum mereka
menyelesaikan soal tersebut. Ini menyebabkan siswa tidak dapat memberikan jawaban yang
tepat untuk masalah yang diberikan. Careless errors (Ca) dilakukan siswa ketika menyelesaikan
soal operasi pengurangan dua bilangan bulat sejenis ( dua bilangan negatif). Sebanyak 39% (16
siswa) melakukan kesalahan jenis ke-3 yaitu Careless errors dan Concept errors (Ca and Co).
Kesalahan kombinasi antara kecerobohan dan kesalahan konsep dilakukan siswa ketika siswa
menyelesaikan soal operasi pengurangan bilangan bulat sejenis.
Konsep bilangan bulat merupakan landasan yang harus dimiliki siswa sebelum
mempelajari materi matematika di jenjang selanjutnya, sehingga menjadi modal utama bagi
siswa untuk menyelesaikan masalah matematis yang siswa hadapi di sekolah maupun di
lingkungannya. Penting bagi guru untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai
konsep, sifat dan prosedur yang terkait dengan bilangan bulat agar mereka tidak melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan masalah yang melibatkan penggunaan operasi hitung bilangan
bulat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selayaknya guru mulai mengambil langkah dengan cara menciptakan inovasi
pembelajaran matematika pada materi pokok bilangan bulat untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap konsep bilangan bulat. Guru juga harus mampu mempersiapkan, menyediakan
dan menciptakan aktivitas serta pengalaman belajar yang dapat meningkatkan pemahaman
konsep bilangan bulat. Analisis dan refleksi terhadap kesalahan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah juga dapat dilakukan, agar guru dapat mengetahui kesalahan yang kerap kali
dilakukan siswa serta dapat menentukan tindak lanjut yang sesuai, sehingga guru dapat
memotivasi dan mendukung siswa untuk memperbaiki atau menghindari kesalahan dalam
menyelesaikan soal. Jenis-jenis kesalahan yang ditemukan dalam penelitian ini juga harus dikaji
lebih lanjut agar dapat ditentukan tindak lanjut yang tepat bagi masing-masing jenis kesalahan.
DAFTAR RUJUKAN
Akyüz, D., Stephan, M., & Dixon, J. K. 2012. The Role of the Teacher in Supporting Imagery in
Understanding Integers. Education and Science , 37(163): 268-282.
Ayres, P., L. 2001. Systematic Mathematical Errors and Cognitive Load. Contemporary
Educational Psychology, 26: 227–248.
Clements & Ellerton. 1995. Assessing the Effectiveness of Pencil-and-Paper Tests for School
Mathematics. Educational Studies in Mathematics, 27(1): 59–78.
Cox, L. S. 1974. Analysis, Classification, and Frequency of Systematic Error Computational
Patterns in the Addition,Subtraction, Multiplication, and Division Vertical
Algorithms for Grades 2-6 and Special Education Classes. Working Paper, Bureau
of Child Research, University of Kansas, (Submitted For publication).
Gallardo, A. 1995. Negative Numbers in the Teaching of Arithmetic. Repercussions in
Elementary Algebra. A Paper Presented at the SeventeenthAnnual Meeting for the
Psychology of Mathematics Education (North American Chapter). Oktober 21-24.
Gallardo, A. 2003."It is possible to die before being born". Negative integers subtraction: A case
study. In N. A. Pateman, B. J. Dougherty, & J. T. Zilliox (Eds.), Proceedings of the
490
Joint Meeting of PME 27 and PME-NA 25 (2: 4051–411). Honolulu, HI.
Hérold, J. 2014. A Cognitive Analysis of Students' Activity: An Example in Mathematics.
Australian Journal of Teacher Education, 39(1): 136-158.
Herscovics, N., & Linchevski, L. 1995. A cognitive gap between arithmetic and algebra.
(Online) http://www.merga.net.au/documents/RP_Clements_Ellerton_1995.pdf.
diakses 21-07-2016.
Liebenberg, R. 1997. The usefulness of an intensive diagnostic test. In P. Kelsall & M. de
Villiers (Eds.), Proceedings of the Third National Congress of the Association for
Mathematics Education of South Africa: 2: 72-79. Durban: Natal University.
Moleong, L. J. 2012. Metodologi Penelitian Kuaitatif:Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muslimin., Putri, R.I., & Somakin. 2012. Desain Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat
Melalui Permainan Tradisional Congklak Berbasis Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Kreano, 3(2): 100-112.
NCTM. 2000. Principle and Standart for School Mathematics. USA: The National Council of
Teachers of Mathematics, Inc.
Nolting, P., D. 2012. Math Study Skills Workbook, Fourth Edition. Canada: Nelson Education,
Ltd.
Nool, N. L. 2012. Effectiveness of an Improvised Abacus in Teaching Addition of Integers.
International Conference on Education and Management Innovation (IPEDR).
vol.30. Singapore: IACSIT Press.
Permendiknas. 2006. Standar Kompetensi Lulusan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Kemendikbud.
Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Thomson, D. R. & Kaur, B. 2011. Using a Multi-Dimensional Approach to Understanding to
Assess Students’ Mathematical Knowledge. Dalam Kaur, B & Yoong, W. K. (Eds.).
Assessment in The Mathematics Classroom: Yearbook 2011. Association Of
Mathematics Educators (hlm. 17-31). Singapore: World Scientific Publishing Co.
Pte. Ltd.
Willis, J. 2010. Learning to Love Math : Teaching Strategies that Change Student Attitudes and
Get Results. USA: ASCD.
Young, L. K. & Booth, J. L. 2015. Student Magnitude Knowledge of Negative Numbers.
Journal of Numerical Cognition, 1(1): 38–55.
491