Anda di halaman 1dari 20

Volume 1, Isu 1, November 2021, ISSN: 2808-7089 (Online), doi: 10.

21274
SOSEBI: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial,
Ekonomi, dan Bisnis Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Jl. Mayor Sujadi Timur No. 46 Tulungagung Jawa Timur 66221 Indonesia
Website: http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi

POTENSI NELAYAN DI KAWASAN PESISIR PANTAI PRIGI


TRENGGALEK UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN

Ainur Rohmah1, Diana Hanum D.A2, Ela Rahmawati3, Siti Nur Rohmah4, Uswatun
Khasanah5
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Karya ini dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

Abstrak: Pesisir identik dengan permukiman kumuh dan masyarakatnya masih


sangat bergantung pada sistem kerja patriarki. Begitu banyak orang yang
bermata pencaharian sebagai nelayan. Seperti halnya Pantai Prigi yang
merupakan salah satu daya tarik Kabupaten Trenggalek yang dimanfaatkan oleh
warga setempat yang berprofesi sebagai nelayan untuk meningkatkan
perekonomiannya. Saat ini Pantai Prigi juga memiliki pelabuhan perikanan
(PPN) terbesar nusantara di Jawa Timur yang juga dilengkapi dengan tempat
pelelangan ikan (TPI) yaitu TPI bagian barat (940 m2) yang digunakan untuk
membongkar kapal melebihi kapasitasnya. 15 GT dan TPI timur (400 m2) untuk
kapal bongkar muat dengan kapasitas kurang dari 15 GT. PPN Prigi
diberlakukan pada tahun 2004, yang berdampak pada kehidupan sosial ekonomi
nelayan Pantai Prigi saat itu. Dari hasil tersebut terlihat bahwa industri
perikanan memiliki keunggulan yang tidak memiliki keterkaitan ke belakang,
sehingga perlu adanya kepemimpinan dan investasi yang lebih dalam industri
tersebut.
Kata Kunci: Pesisir pantai, Pelabuhan Perikanan

Abstract: The coast is synonymous with slum settlements and the people are still
very dependent on the patriarchal work system. So many people make a living as
fishermen. As is the case with Prigi Beach which is one of the attractions of
Trenggalek Regency which is used by local residents who work as fishermen to
improve their economy. At present Prigi Beach also has the archipelago's largest
fishing port (PPN) in East Java which is also equipped with a fish auction site
(TPI), namely the western part of TPI (940 m2) which is used to unload ships
exceeding its capacity. 15 GT and East TPI (400 m2) for loading and unloading
1

|1
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

vessels with a capacity of less than 15 GT. Prigi VAT was imposed in 2004,
which had an impact on the socio-economic life of Prigi Beach fishermen at that
time. From these results it can be seen that the fishing industry has advantages
that have no backward linkages, so there is a need for more leadership and
investment in the industry.
Keywords: The coast, Fishing port

PENDAHULUAN
Pemberdayaan ialah konstruksi interdisipliner bersumber pada teori psikologi sosial.
Walaupun pemberdayaan mempunyai bawah pemikiran yang kokoh, sekian banyak
penelitian kuantitatif. Khusus konteks sudah dibesarkan guna memperkirakan kelompok.
Analisis aspek eksplorasi mengenali 3 factor pemberdayaan psikologisnya yang terpaut erat
dengan konseptualisasi lebih dahulu, ialah: pemahaman diri, pengetahuan serta berbagi
sumber energi. Strategi pemberdayaan berfokus pada partisipasi aktif warga dalam daya
guna, efisiensi, serta perilaku kemandirian. Pemberdayaan serta partisipasi merupakan
strategi dengan kemampuan besar buat mendesak pergantian ekonomi, sosial, serta budaya.
Proses ini pada kesimpulannya bisa menuju pada pembangunan yang lebih berpusat pada
manusia.
Pemberdayaan umumnya menyasar orang- orang yang tidak berdaya sebab
marginalisasi, serta maupun ketidakadilan sosial. Pemberdayaan warga pesisir ialah salah
satu upaya yang bisa dicoba buat membangun warga yang berdaya serta mandiri. Perihal ini
mengingat daerah pesisir mempunyai kemampuan dari kekayaan sumberdaya yang bisa
membagikan donasi yang signifikan untuk pembangunan ekonomi nasional yang mandiri.
Daerah pesisir mempunyai kemampuan yang besar buat tingkatkan perekonomian negeri
spesialnya Indonesia. Keanekaragaman biologi serta hewani laut Indonesia merupakan sangat
berharga apabila dikelola dengan baik. Apalagi, Menteri Perikanan serta Kelautan dikala ini,
Susi Pudjiastuti melaporkan kalau dekat 80 persen dari sumber energi di zona kelautan serta
perikanan belum terjamah serta belum dimanfaatkan semaksimal bisa jadi buat inovasi ilmu
pengetahuan serta teknologi. Tetapi kebalikannya, dikala ini daerah pesisir belum
membagikan akibat yang signifikan terhadap perekonomian serta masih terletak di dasar garis
kemiskinan.
Keadaan ini diakibatkan oleh rendahnya mutu sumber energi manusia paling utama di
daerah pesisir. Beberapa kajian baik dari novel, harian, literatur ataupun sumber yang lain
menampilkan kalau dibutuhkan terdapatnya pemberdayaan dari bermacam pihak semacam
pemerintah ataupun akademi besar supaya daerah pesisir bisa berfungsi maksimal jadi salah

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 2
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

satu motor penggerak perekonomian. Dengan terdapatnya sinergi antara pihak terpaut serta
warga bisa membangun warga pesisir yang berdaya serta mandiri. Pada kesimpulannya
diharapkan ekonomi pesisir bisa membagikan donasi yang signifikan buat pembangunan
ekonomi nasional mengarah kemandirian. Oleh sebab itu, diperlukan terdapatnya
pemberdayaan untuk warga pesisir, supaya bisa mengoptimalkan kemampuan tersebut.
Perikanan rasio kecil merupakan bagian yang amat bernilai dari sector perikanan.
Tidak cukup berfungsi bernilai dalam kenaikan ketahanan pangan dengan sediakan sumber
protein hewani terhadap lebih dari satu juta orang, namun pula jadi penyerap daya operasi
dan juga selaku salah satu opsi lain pengentasan kepapaan. aktor dalam perikanan rasio kecil
merupakan para nelayan yang menjalankan konstruksi ikan guna memadati keinginan hidup
perhari – hari yang mengenakan kapal perikanan berformat setidaknya besar 5 (lima ) Gross
Tonage (GT).
Jumlah kapal motor di dasar 5 GT ditambah dengan jumlah perahu tanpa motor dan
juga perahu motor tempel mendekati 88,43% dari seluruhnya jumlah armada pemahaman di
segala Indonesia. eksklusif di selatan Jawa Timur jumlah ketiga elemen di karena menyentuh
78,01% dari seluruhnya totalitas armada pemahaman bersumber pada data Statistik Perikanan
sergap Indonesia tahun 2013 (PPN Prigi 2015). Jumlah itu di karena membuktikan apabila
tampak dominion yang besar perikanan rasio kecil di Indonesia. penguasaan yang besar
perikanan rasio kecil dengan cara langsung atau tidak langsung bakal memberikan akibat
untuk eksistensi sumberenergi di perairan laut Indonesia.Dampak itu akan jadi makin besar
apabila ditambah dengan kenyataan penyusutan daya buat ekosistem, kemajuan populasi
individu, serta bertambahnya jumlah perkakas ambil dari periode ke periode.
Kegiatan perikanan rasio kecil berubah-ubah dari satu gerakan ke gerakan yang ada.
pergantian gerakan ini tidak cukup dipengaruhi oleh sebab biologi serta situasi area saja
namun serta sebab social, ekonomi dan sebab sejarah dalam area dimana para nelayan
bermukim.
Perikanan rasio kecil memiliki berperan yang besar dalam keberlanjutan hidup publik
ialah melingkupi pencukupan sumber makanan serta perolehan buat keluarga nelayan
sendiri, hingga dengan pelampiasan keperluan gizi ikan dan jadi penopang perekonomian
buat publik luas . Perikanan rasio kecil serta yakni perantara berarti antara publik dengan
sumberdaya ikan, dimana publik perikanan rasio kecil sungguh menggantungkan hidupnya
pada kesehatan serta kelimpahan sumberdaya ikan di ekosistem.
Kedudukan perikanan rasio kecil yang sungguh besar cukup umur ini sudah diketahui
oleh banyak pihak paling utama pihak negara serta akademisi. Riset perihal seluruh tentang

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 3
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

yang berhubungan dengan kesuksesan serta keberlanjutan perikanan rasio kecil jadi serupa
pembahasan yang berguna buat dikeluarkan di tengah-tengah publik. pemeriksaan tentang
gerak sebab sosial serta sebab ilmu lingkungan yang bersinggungan dengan perikanan rasio
kecil sepanjang sebagian saat bakal memberikan data tentang apa saja imbas area yang
ditimbulkan oleh perikanan rasio kecil. Prigi yaitu salah satu area perikanan tangkap yang
besar di jawa Timur yang memiliki jumlah armada konstruksi ikan rasio kecil lebih dari 80%
akibatnya tempat ini diseleksi guna dijadikan tempat riset, dengan tujuan hasil riset mampu
memberikan utilitas buat kesuksesan perikanan rasio kecil disitu.
Riset ini ada tujuan buat memaknakan jalinan antara factor sosial (individu ), bagian
bagian ilmu lingkungan (sumberdaya ikan), dan interphase aspect (wawasan nelayan perihal
ilmu lingkungan, ketertarikan stakeholder, serta money lender) perikanan rasio kecil di Teluk
Prigi Trenggalek.

KAJIAN PUSTAKA
Dengan penelusuran yang sudah dilakukan terhadap penelitian yang telah ada
sebelumnya, dapat ditemukan beberapa karya ilmiah (jurnal) terdahulu yqang dimana se alur
dengan apa yang akan kami paparkan saat ini.
Dengan tema kajian penelitian yang akan di bahas saat ini. Berikut adalah hasil usaha
penelusuran tentang jurnal yang berkaitan dengan tema penelitian yang akan kita bahas saat
ini adalah :
1. Jurnal yang berjudul “Perkembangan Pelabuhan Perikanan prigi dan Dampaknya
Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Desa Tasikmadu, Kabupaten Trenggalek”.
Oleh Khoirun Nikmah, Sutejo K, Widodo, Alamsyah, jurusan program Magister Ilmu
Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro 2018. dari hasil penelitiannya berisi
perkembangan pada Pelabuhan Perikanan Prigi mulai dari tahun 1978 sampai dengan tahun
2004 didukung oleh faktor geografis, sarana prasarana, dan peningkatan pendapatan pada
pelabuhan. Adapun faktor lain pada perkembangan Pelabuhan yaitu adanya sarana prasarana
yang dibangun di pelabuhan.
Dengan perkembangnya Pelabuhan Prigi sepanjang tahun 1978 sampai dengan 2004,
mulai dari masih menjadi PPP sampai pada akhirnya menjadi PPN, telah memberikan
dampak yang sangat positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan pada
Desa Tasikmadu, diantaranya adalah dengan semakin membuka kesempatan kerja,
penyerapan tenaga kerja, dan peluang usaha yang semakin luas untuk penduduk sekitar.

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 4
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

2. Skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Perempuan Nelayan Dalam Menunjang


Pendapatan Keluarga Desa Prigi, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek”. Oleh Rizka
Marta Rachmaningtyas, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,
Universitas Muhammadiyah Malang 2015. Di dalam hasil penelitiannya berisi dengan
upayanya dalam memberdayakan perempuan dalam pembangunan ke lautan dan perikanan
sulit dikembangkan, karena kurangnya IPTEK dan faktor kemiskinan yang selalu mendukung
mereka agar tidak mau berkembang. Misalnya dengan rendahnya tingkat pendidikan, dimana
tenaga wanita yang selalu tidak dinilai atau justru sering direndahkan, masih berlakunya atau
masih adanya nilai-nilai sosial budaya masyarakat sebagai penghambat berperan sertanya
wanita nelayan secara aktif, sedangkan beban kerja wanita dalam keluarga dapat dibilang
cukup tinggi.
Dengan begitu pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompuk rentan dan lemah seperti wanita sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
dalam mengemukakan pendapat mereka, kebebasan dari kelaparan, bebas dari kebodohan,
bebas dari kesakitan, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka
dapat meningkatkan pendapatan mereka dan memperoleh barang-barang dan jasa yang
mereka perlukan dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka, kemampuan melakukan sesuatu atau bertindak
mendayagunakan berarti mengusahakan agar mampu mendatangkan hasil.

3. Jurnal yang berjudul “Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di Pantai Prigi


Desa prigi, Kecamatan Watumulyo, Kabupaten Trenggalek”. Oleh Slamet Hariyanto,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tulungagung 2014. penelitinnya tersebut
berisi mengenai rendahnya pendapatan nelayan di prigi salah satunya dipengaruhi oleh faktor
kondisi alam. Sehingga proses penangkapan ikan tidak berlangsung sepanjang tahun . pada
periode tertentu nelayan tidak melaut karena angin kencang, gelombang besar, dan air laut
yang kuat. Lalu dengan keadaan tersebut untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat
nelayan di pesisir prigi yang demikian, diperlukan program pemberdayaan yang dilakukan
harus mampu menjawab semua masalah yang dihadapi oleh masyarakat nelayan di perigi,
selain itu program yang dilakukan harus melibatkan masyarakat sebagai peran utama dalam
pemberdayaaan masyarakat nelayan di Prigi. Keberhasilan program pemberdayaan
bergantung pada stakeholders yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat nelayan dengan
menempatkan masyarakat nelayan sebagai subyek dan objek pembangunan. Dengan adanya

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 5
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

pendekatan pembangunan yang berpusat pada masyarkat nelayan, baik fisik maupun non
fisik.

METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian, data merupakan faktor paling penting dalam sebuah penelitian.
Jenis
penelitian yang kami ambil adalah deskriptif kualitatif.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang kami teliti adalah Pantai Prigi. Berdasarkan informasi, kami
mendapatkan informasi dari berbagai sumber yakni, sosial media, internet, dan
pengamatan.
3. Fokus Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang kami dapat, maka kami ingin berfokus pada
potensi-potensi yang berpeluang tinggi di pesisir pantai, pengelolaan dan pemanfaatan
potensi yang dilakukan masyarakat pesisir, bagaimana upaya yang di lakukan
masyarakat pesisir dalam meningkatkan pendapatan keluarganya di pesisir pantai.
4. Analisis Data
Berdasarkan analisis data yang kami lakukan, maka dapat disimpulkan yakni;
a. Pemerintah Kota berperan penting dalam mendukung adanya pengelolaan
peluang potensi yang ada di pesisir pantai guna bisa di jadikan ikon kota
karena banyaknya tradisi-tadisi kebudayaan juga dapat menarik wisatawan
untuk berkunjung hanya sekedar melihat. Selain itu, ini dapat dijadikan
sebagai pundi-pundi rupiah untuk menambah pemasukan desa maupun kota
serta dapat meningkatkan akreditasi kota dan menjadikan kota Prigi sebagai
kota pariwisata.
b. Untuk mengembangkan potensi di pesisir pantai, masyarakat juga ikut adil
dalam meingkakan potensi yang ada dengan bekerjasama dengan
pemerintahaan desa maupun pemerintahan kota. Begitupun juga sebaliknya,
pemerintah kota maupun desa juga harus bekerjasama dengan tujuan
menjadikan kota sebagai kota pariwisata.
c. Hasil Pemberdayaan yang kita ketahui adalah masyarakat pesisir pantai Prigi
mayoritas bekerja sebagai nelayan, dalam hal ini hasil tangkapan ikan yang
lumayan banyak dengan harga jual yang lumayan menjadikan masyarakat

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 6
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

pesisir memilih menjadi nelayan. Pemanfaatan pesisir pantai sebagian juga


dijadikan sebagai penangkaran budidaya ikan laut dengan kata lain tambak
ikan. Rumah-rumah makan serta toko minuman banyak yang bejejer di
sekunjur pesisir pantai. Penyewaan perahu untuk para wisatawan yang ingin
memutari atau hanya ingin jalan-jalan di atas laut juga banyak bertebaran dan
masih banyak lagi yang lainnya, seperti penyewaan ban pelampung,
penyewaan alat untuk membuat rumah-rumahan pasir, penyewaan ayunan, dan
sebagainya. Ini menjadi daya tarik kota dan menjadikan kota sebagai kota
pariwisata karena banyak wisatawan yang ingin berkunjung dan tertarik untuk
datang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Dinamika Sosial Masyarakat
Perlengkapan tangkap menguasai di PPN Prigi sepanjang tahun 2018 yaitu
Pancing ulur . Jumlah perlengkapan tangkap pancing ulur senantiasa sepanjang
tahun yakni 584 buah dengan persentase sebesar 68% dari totalitas jumlah
perlengkapan tangkap . Jumlah perlengkapan tangkap yang setidaknya sedikit yaitu
payang, rata-rata cuma 15 perlengkapan tiap bulan sepanjang tahun dengan persentase
sebesar 2%. Perlengkapan tangkap yang lain semacam pancing tonda rata-rata
perbulan yaitu 82 buah dengan persentase 10%, gill net sebesar 23 buah dengan
persentase 3%, serta purse seine 149 buah dengan persentase 17%.

Gambar 1. Rata-rata jumlah alat tangkap di PPN Prigi 2014

Jumlah alat tangkap pancing ulur yang dioperasikan oleh kapal yang
seluruhnya berukuran 5 GT ke bawah adalah 584.
Masing-masing kapal pancing ulur dimiliki oleh satu rumah tangga nelayan
serta dalam pengoperasiannya dijalani oleh satu nahkoda ialah pemilik kapal serta
satu maupun dua anak buah kapal yang umumnya bersumber dari keluarganya

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 7
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

sendiri. Keluarga terdekat yang jadi ABK umumnya yaitu anak nelayan ataupun
saudara.

Nelayan yang sebagai obyek riset yaitu nelayan rasio kecil yang
mendayagunakan kapal dibawah 5 GT. perlengkapan tangkap yang dioperasikan
yaitu pancing ulur , jaring insang, pancing tonda.
Anggota keluarga dalam satu rumah tangga nelayan pancing ulur ada jumlah
yang berbeda-beda. Badan keluarga itu tampak yang telah bertindak serta terlihat
yang masih kecil serta menuntut ilmu . Badan keluarga yang telah bekerja mayoritas
telah menuntaskan sekolah dengan tahapan paling atas ialah Sekolah Menengah Atas
(SMA). Tentang hal yang pasti selaku nelayan tampakla kepala keluarga dari
masing-masing rumah tangga. Sebaliknya kesibukan istri serta anak-anak nelayan
yang telah tidak menuntut ilmu yaitu bekerja . Istri nelayan tampak yang bekerja
selaku pegawai di kebun teh, penjual ikan, penjual kios kelontong, usahawan
catering masakan, dan wirausaha yang lain. Anak-anak nelayan tampak yang
menyeleksi bertindak selaku nelayan serta tampak yang menyeleksi bertindak di luar
kota serta terlebih di luar negeri selaku TKI (tenaga kerja indonesia) atau TKW
(tenaga kerja wanita ). Anak laki-laki yang telah tidak bersekolah mayoritas
memilih untuk jadi ABK dari kapal yang dimiliki oleh keluarganya.
Nelayan skala kecil di Prigi tampak yang ada alat tangkap beraneka ragam
yang dioperasikan sesuai dengan masa ikan pada kala itu. Mengenai variasi alat
tangkap yang dipunyai nelayan berbeda-beda. Penentuan alat tangkap oleh nelayan
kemungkinan diakibatkan oleh divergensi kemampuan, keterampilan, serta
pengalaman yang dipunyai nelayan dalam mendayagunakan alat tangkap . Tidak
hanya itu modal yang dipunyai nelayan untuk pembuatan alat tangkap dan tingkatan
ekonomis ikan yang diambil serta kelihatannya sanggup pengaruhi nelayan dalam
menyeleksi kategori alat tangkap yang akan dioperasikan sehari-hari. Keterampilan
nelayan dalam mendayagunakan alat tangkap umumnya diturunkan dari orang
tuanya (Ayah ). Dalam satu keluarga umumnya yang menolong orang tua mencari
ikan di laut yaitu anak laki-laki. Anak tersebut telah ikut berlayar biasaya mulai dari
kecil (umur 10 tahun). Lama saat mendayagunakan alat tangkap yang dipunyai
orangtuanya mengharuskan anak itu akan ada kemampuan yang baik serta
mendorong anak itu menentukan alat tangkap tersebut guna dioperasikan. Anggota
keluarga lain ialah istri, anak gadis , serta tidak cuma anak nelayan yang masih kecil

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 8
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

dan anak yang masih sekolah umumnya lebih memilih guna bekerja sebagai
pekerja , penjual serta jadi tenaga fungsi di luar negeri.
Strategi menyesuaikan diri nelayan hasil tangkapan yang tidak tentu
dikelompokkan jadi dua ialah strategi dalam penangkapan serta strategi dalam
mencari pilihan sumber pemasukan. Nelayan rasio kecil di Prigi ada sebagian alat
tangkap yang dioperasikan menurut ikan target tangkapan . Umumnya ikan target
itu ditangkap menurut musimnya pada masa itu. Akibatnya nelayan dapat
menyelaraskan dengan alat tangkap yang akan digunakan . Tidak hanya dengan
memvariasikan alat tangkap yang dikenakan umumnya nelayan juga berganti posisi
wilayah penangkapan ikan. Data tentang wilayah penangkapan ikan didapat dari
sesama nelayan. bila ada satu kapal nelayan mendapatkan kelompok ikan maka akan
memberi kabar telepon atau sms pada nelayan yang lain. Kapal yang tidak lebih dari
5 GT menghalangi para nelayan guna membawa hasil tangkapan yang lebih banyak
dari kapasitas.
Fenomena keluarga nelayan rasio kecil yang ada banyak pekerjaan lain tidak
hanya menangkap ikan di laut dijabarkan oleh Kusumo et al. (2013) serta Nazmar
(2013) yang yaitu bagian dari metode pelepasan keperluan serta kenaikan keselamatan
keluarga. Segenap badan keluarga digerakkan seefektif boleh jadi guna
mengoptimalkan pendapatan. badan keluarga yang berpotensi guna ada pemasukan
diikutsertakan dalam gerakan perekonomian.
b. Jenis Alat Tangkap
1. Jaring insang
Tabel 1. Spesifikasi alat tangkap jaring insang
Bagian alat tangkap Spesifikasi
Ukuran/piece P = 37,5
D = 1,5 m
Mesh size Inner = 1,5 inci
Outer = 5 inci
Pelampung - Plastik polyamide (PA) nomor 18
atau gabus sandal ukuran 5 cm
- Jarak pemasangan 40-50cm
Pemberat 10-13 gram/buah
Jumlah piece 1-3 piece

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 9
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

Panjang tali dari badan jarring ke kapal 12m


Jenis kapal yang digunakan - Kapal kayu
Bagian alat tangkap Spesifikasi
- 4-5 GT
- P = 13m; L = 2,5m; D = 1m
- Motor temple dongfeng 24 PK
Hasil tangkapan utama Lemuru, Tembang, Kembung
Waktu operasi penangkapan Siang dan malam
Daerah penangkapan ikan Perairan teluk

Gambar 2. Konstruksi jarring klitik (trammel net)


2. Pancing ulur
Tabel 2. Spesifikasi alat tangkap pancing ulur
Bagian alat Pancing ulur ikan Jenis alat tangkap Pancing ulur ikan
tangkap layur pancing ulur ikn lainnya
tenggiri
Ukuran mata No. 09 atau N0. 10 No. 03 atau No. 04 No. 12 atau No. 14
pancing - Bahan plastic - Bahan platik Pipa paralon
Penggulung bentuk bulat bentuk bulat
- ꝋ 20cm - ꝋ 25cm
PA monofilament Tembaga PA monofilament
Jenis tali ± 100m ± 90m ± 45m
Panjang tali Ikan layur yang Kembung, betong Kembung, betong
Jenis umpan dipotong-potong dan ikan non dan ikan non

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 10
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

ekonomis lainnya ekonomis lainnya


67 buah 15 buah 150 buah
Jumlah mata Pancing ulur ikan Jenis alat tangkap Pancing ulur ikan
pancing layur pancing ulur ikan lainnya
Bagian alat tenggiri
tangkap
Jenis kapal yang - Kapal kayu - Kapal kayu - Kapal kayu
digunakan - 4-5 GT - 4-5 GT - 4-5 GT
- P = 13m; L = - P = 13m; L = - P = 13m; L =
2,5m; D = 2,5m; = 1m 2,5m; = 1m
1m - Motor temple - Motor temple
- Motor temple dongfeng 24 dongfeng 24
dongfeng 24 PK PK
Hasil tangkapan PK Tenggiri Ikan lin (bentong
utama Layur kwee, gulamah, dll)
Waktu operasi Malam Malam dan siang
penangkapan Malam
Daerah penangkapan Peranti anyar, klopo, Peranti anyar, klopo,
Ikan Peranti klopo, sine, rejono ppoh sine, rejono, popoh,
rejono, sadeng sadeng
anyar, sine, popoh

Gambar 3. Konstruksi pancing ulur ikan layur, ikan tenggiri dan ikan lainya

c. Diversitas Hasil Tangkapan


Secara normal ikan yang didaratkan di PPN Prigi memiliki separuh model.
Ikan yang setidaknya banyak didaratkan adalah tembang, cakalang, bentong, tuna

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 11
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

madidihang serta juwana madidihang. Alat tangkap yang setidaknya banyak


produksinya ialah pancing tonda. tentang ini serupa yang ditunjukkan pada tabel di
bawah ini.

Tabel 3. Hasil tngkapan ikan di PPN Prigi tahun 2010-2014


No. Jenis Ikan J. Insang Pc. Tonda Pc. Ulur
1 Albakora 152 212711 0
2 Bentong 19183 109 80232
3 Cakalang 26322 2082867 16841
4 Cumi-cumi 96 14384 11
5 Juwana Madidihang 5616 559707 4592
6 Lamadang 5039 179128 1382
7 Layur 4851 2974 1896375
8 Setuhuk Hitam 2155 171565 691
9 Sunglir 199 8503 1178
10 Tembang 57984 0 0
11 Tengiri 370 1209 5470
12 Tongkol como 3525 124855 4322
13 Tongkol krai 538 15764 1555
14 Tuna Madidihang 15395 598495 182
15 Tuna Mata Besar 0 7431 0
Jumlah 141425 3979702 2012831

Gambar 4. Indeks keragaman hasil tangkapan alat tangkap di PPN Prigi

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 12
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

Kajian berdasarkan alat penangkapan ikan menunjukkan bahwa keragaman


yang dimiliki alat penangkapan ikan berubah-ubah dari tahun ke tahun seperti yang
ditunjukkan pada gambar di atas. Tahun 2014-2015 keragaman paling tinggi adalah
jaring insang tetapi mengalami penurunan pada tahun 2016, dan meningkat kembali
pada dua tahun terakhir. Rata-rata keragaman paling rendah pada tahun 2014-2018
adalah alat tangkap pancing ulur.
d. Produktivitas Alat Penangkapan Ikan
Secara umum alat tangkap yang memiliki hasil tangkapan paling tinggi di PPN
Prigi adalah pancing tonda (3979702 kg) kemudian diikuti oleh pancing ulur
(2012831 kg). Bila dikaji berdasarkan hasil tangkapan maka hasil perhitungan Cacth
Per Unit Effort (CPUE) dapat menggambarkan naik dan turunnya produktivitas hasil
tangkapan secara umum.
Tabel 4. Jumlah hasil tangkapan (HT) dan trip penangkapan tahun 2010-2014
Alat 2014 2015 2016 2017 2018
Tangkap HT Trip HT Trip HT Trip HT Trip HT Trip
Jaring 49707 368 18940 890 18897 531 32982 614 20899 248
Insang
Pancing 656105 751 1020847 1072 412507 635 1400947 1356 489296 641
Tonda
Pancing 171444 2996 594988 6768 1109508 7662 116826 2761 20065 1202
Ulur

CPUE paling tinggi adalah CPUE alat tangkap pancing tonda. Nilainya jauh di
atas alat tangkap yang lain. Pada alat tangkapa jaring insang dan pancing ulur, nilai
CPUE yang diperoleh hampir sama. Ketiga alat tangkap tersebut mengalami fluktuasi
nilai CPUE setiap tahun.

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 13
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

Gambar 5. Nilai CPUE

METODE PELAKSANAAN
Solusi dari kegiatan ini adalah pemberdayaan masyarakat khususnya
perempuan nelayan dalam pengembangan produksi olahan bakso ikan yang
diharapkan dapat menambah penghasilan bagi keluarga masyarakat nelayan di desa
Tasikmadu, sehingga akan dapat dicapai pengetahuan yang lebih baik tentang
pembuatan produk bakso ikan termasuk bagaimana strategi komunikasi dalam
memasarkan hasil produksi olahan bakso ikan tersebut yang pada akhirnya akan dapat
diperoleh kesejahteraan keluarga, melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan.
Harapan yang diikat oleh konsep ini adalah menciptakan sebuah masyarakat
yang mandiri dan kreatif dalam memproyeksikan masa depan mereka. Keluarga
masyarakat nelayan di desa Tasikmadu tidak akan lagi bergantung pada pemerintah
setempat dalam pengembangan usaha home industry di desanya, akan tetapi mampu
berdiri sendiri dengan potensi yang ada di wilayah desanya. Sistim manajemen yang
berbasiskan kemandirian dan kreatifitas dalam pengembangan produksi olahan ikan
masih jarang ditemukan. Oleh karena itu kedepan desa Tasikmadu, kecamatan
Watulimo, kabupaten Trenggalek diharapkan menjadi desa percontohan khususnya
dalam produksi olahan berbasis ikan di Jawa Timur khususnya, dan di Indonesia pada
umumnya, terutama bagi wilayah desa-desa pesisir.

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 14
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

Dalam pembuatan bakso ikan, bahan dasar yang adalah seluruh jenis ikan
hasil tangkapan nelayan di desa Tasikmadu. Guna memperoleh hasil yang bagus,
pada pembuatan olahan bakso ikan diperlukan bahan dasar ikan yang masih fresh.
Apabila bahan dasar yang kurang bagus kesegarannya, sehingga akan pengaruhi
rasa, warna, serta aroma yang diperoleh. Kemudian disamping bahan dasar, teknik
membuat bakso ikan pula menjadi atensi yang tidak kalah esensialnya terutama
yang menyangkut tekstur ataupun adonan yang pas. Oleh akibat itu training yang
intensif serta berulang-ulang harus digeluti biar pembuatan olahan bakso ikan yang
diperoleh punya cita rasa yang khas serta pada hasilnya bisa bersaing di pasaran
dengan model olahan bakso ikan yang lain.
Perusaha an yang mengambil keputusan untuk memanfaatkan perantara
dalam cara penyaluran , perlu memahami strategi penanggulangan saluran
pengiriman (channel control strategy). Penanganan berguna dilakukan untuk
memahami semua perantara/ anggota dalam saluran pengiriman , akibatnya bisa
mengatur aktivitas dengan cara terpusat untuk mencapai tujuan bersama. Jumlah
perantara sangat menentukan usaha kontrol ataupun penanganan yang dijalani
oleh industri . Dengan seperti itu, industri juga perlu memilih jumlah perantara/
personel saluran pengiriman sebagai strategi penjualan . Produsen serta perantara
mesti membuat persetujuan tentang persyaratan serta tanggung-jawab dari tiap-tiap
perantara/anggota saluran (channel). Hal-hal yang mesti dimufakatkan yakni
peraturan harga, hal perdagangan, hak kedaerahan, serta servis tertentu yang mesti

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 15
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

dilaksanakan oleh tiap-tiap pihak, seperti perjanjian harga serta potongan harga
yang adil untuk perantara, penentuan area pada tiap-tiap perantara, serta lain-lain.

MODEL PEMBERDAYAAN YANG DILAKUKAN


Pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, tim melakukan penyuluhan
tentang pembuatan bakso ikan melalui mesin pencetak bakso ikan. Masyarakat desa
Tasikmadu sendiri kemudian diberikan satu buah mesin cetak bakso ikan untuk
dikelola bersama. Bakso ikan sendiri merupakan salah satu variasi produk pesisir
yang dipilih oleh tim pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan daya saing
masyarakat desa Tasikmadu. Bakso ikan merupakan salah satu produksi olahan yang
masih jarang terdapat di kawasan Tasikmadu. Padahal, Tasikmadu merupakan daerah
wisata dengan garis pantai paling panjang di Kabupaten Trenggalek. Dengan usaha
peningkatan produksi bakso ikan oleh masyarakat desa Tasikmadu, diharapkan
mampu menciptakan pasar yang baru dan yang lebih variatif. Sehingga hal tersebut
akan mampu menciptakan iklim pariwisata yang baik.
Sebagaimana telah ditemukan dalam penelitian sebelumnya, bahwa model
pemberdayaan perempuan nelayan adalah dengan melakukan enam tahap pembinaan,
yakni sumber daya alam, sumber daya manusia, usaha, program, lingkungan, dan
lembaga. Maka, salah satu hal yang paling krusial dalam penerapan penelitian model
pemberdayaan perempuan nelayan untuk dibina adalah pemanfaatan sumber daya
alam. Jika menilik kondisi pesisir Tasikmadu, atau Kabupaten Trenggalek pada
umumnya, maka sumber daya alam paling besar memang berasal dari laut, yakni ikan.
Dipilihnya ikan sebagai bahan baku/sumber daya alam untuk dibina merupakan satu
dari enam strategi pembinaan. Daerah Tasikmadu, kecamatan Watulimo memang
terkenal sebagai daerah yang kaya akan sumber daya ikan. Lokasi kecamatan
Watulimo memang sangat mendukung adanya banyak sekali ikan laut. Pantai Prigi,
Kabupaten Trenggalek, yang terletak di desa Tasikmadu merupakan pantai nelayan
terbesar di kabupaten Trenggalek. Kondisi geografis ini yang mendukung sekali
adanya pembinaan sumber daya alam.
Bina sumber daya manusia tentunya juga dilakukan. Kegiatan pengabdian
kepada masyarakat penyuluhan tentang cara membuat bakso ikan dengan mesin cetak
bakso ikan merupakan salah satunya. Kawasan Tasikmadu memang terkenal dengan
dua destinasi wisata pantai utama, yakni Pantai Prigi dan Pantai Karanggongso. Jika
dilihat secara seksama, baik di kawasan Pantai Prigi maupun di kawasan Pantai

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 16
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

Karanggongso masih belum banyak terdapat kegiatan ekonomi penjualan bakso ikan.
Mayoritas masyarakat masih mengandalkan komoditas utama selama ini, yakni
bakaran ikan laut. Penjualan bakso memang terdapat di dua kawasan tersebut, tapi
jumlahnya tidak sebanding dengan penjualan bakaran ikan laut. Sehingga hal tersebut
memberi kesan bahwa aktifitas ekonomi yang ada di kawasan Pantai Prigi dan Pantai
Karanggongso cenderung monoton dengan komoditas yang sama dan model pasar
semi-terbuka.
Oleh sebabnya, adanya penyuluhan sekaligus pelatihan pembuatan bakso ikan
diharapkan mampu memberi variasi kegiatan ekonomi kawasan wisata Pantai Prigi
dan Pantai Karanggongso. Selain bakaran ikan, diharapkan tumbuh komoditas utama
lainnya, yakni bakso ikan. Variasi ekonomi dengan sendirinya akan memberikan
fluktuasi pasar dan gairah baru pada ekonomi masyarakat Tasikmadu, khususnya
kawasan Pantai Prigi dan Pantai Karanggongso.
Selain kegiatan bina sumber daya alam dan sumber daya manusia, bina
lembaga menjadi sangat penting. Kegiatan ini tergolong sangat krusial karena
Lembaga adalah entitas legal-formal yang dibentuk dengan budaya dan adat
masyarakat sekitar sebagai tempat bertemunya sumber daya alam (yang dikelola)
dengan sumber daya manusia (yang mengelola). Maka pada banyak kasus, kesuksesan
pemberdayaan masyarakat yang berbasiskan pada kearifan lokal bertumpu pada
pembinaan lembaga. Jika pembinaan lembaga dijalankan dengan baik, sehingga
lembaga yang dibina juga berkembang, maka sistem kehidupan masyarakat akan
dapat dikembangkan pula. Namun, jika sebaliknya yang terjadi, maka sistem
kehidupan masyarakat juga akan mengalami stagnasi.
Oleh karena peran penting pembinaan lembaga inilah, pemberdayaan
masyarakat berbasis kearifan lokal harus juga melibatkan lembaga masyarakat lokal.
Pada aplikasi di desa Tasikmadu, kegiatan pemberdayaan masyarakat melibatkan dua
Kelompok Usaha Bersama (KUB) di desa Tasikmadu, yakni KUB Sumber Rejeki dan
KUB Sumber Barokah. Dua KUB ini merupakan lembaga paling aktif dalam
bidangnya diantara lembaga-lembaga setara lainnya. KUB Sumber Rejeki dan
Sumber Barokah diketuai oleh Ibu Susanti, yang merupakan salah satu pedagang
bakaran ikan di kawasan Pantai Karanggongso. Melalui kegiatan pembinaan lembaga
ini, diharapkan KUB Sumber Rejeki dan Sumber Barokah dapat menjadi pioneer
untuk penjualan bakso ikan di kawasan Pantai Karanggongso.

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 17
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

Hasil lainnya dari adanya pembinaan lembaga ini adalah ditandatanganinya


kerjasama antara Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jawa Timur
KUB Sumber Rejeki dan Sumber Barokah selaku mitra dari UPN “Veteran” Jawa
Timur. Kerjasama dua lembaga tersebut ditandai juga dengan penyerahan satu buah
alat mesin cetak bakso yang dapat memproduksi bakso ikan dengan jumlah ribuan per
harinya. Diharapkan dengan bantuan ini, KUB Sumber Rejeki dan Sumber Barokah
dapat mengembangkan komoditas lain, selain bakaran ikan yang selama ini menjadi
komoditas utama di Tasikmadu.
Selain bina sumber daya alam, sumber daya manusia, dan lembaga, masih
terdapat tiga pembinaan lagi, yakni bina usaha, bina lingkungan, dan bina program.
Dalam kasus masyarakat desa Tasikmadu ini, bina usaha, bina lingkungan, dan bina
program belum bisa dituliskan banyak. Ada beberapa argumentasi yang
menjadikannya demikian, yang pertama argumentasi birokrasi administrasi, yang
kedua argumentasi teknis lapangan, dan ketiga adalah argumentasi kebijakan.
Kepala desa Tasikmadu, Wignyo Handoyo, baru saja terpilih menjadi kepala desa
pada bulan Mei 2019. Hal ini menyebabkan, secara birokrasi pemerintahan desa
Tasikmadu masih belum membentuk sistem pemerintahan yang solid. Hal ini tentu
berimbas pada pembinaan program. Sebenarnya telah banyak program pelatihan
pemberdayaan masyarakat, khususnya perempuan nelayan, yang diadakan di
Tasikmadu. Namun demikian, program-program tersebut masih belum menampakkan
efektifitasnya.
Argumentasi kedua menggarisbawahi pentingnya kebutuhan akan frekuensi
waktu yang tidak sebentar untuk melakukan pembinaan program, lingkungan, dan
usaha. Penerjunan lapang ke Tasikmadu memerlukan waktu yang lama untuk
melaksanakan pembinaan, khususnya pembinaan lingkungan. Karena sudah menjadi
stereoripikal bahwa lingkungan pesisir merupakan lingkungan yang kumuh dan hal
tersebut menjadikannya sebagai lingkungan yang susah berkembang.
Argumentasi terakhir adalah kebijakan. Model pemberdayaan masyarakat
lokal, khususnya untuk perempuan nelayan di daerah pesisir, telah dicoba untuk
diaplikasikan pada perempuan nelayan desa Tasikmadu yang melibatkan KUB
Sumber Rejeki dan Sumber Barokah. Namun, hal tersebut dirasa kurang cukup. Harus
ada kebijakan desa dan langkah konkret dari pemerintah desa Tasikmadu, contohnya
dengan mengeluarkan peraturan desa yang mendukung adanya pemberdayaan

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 18
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

perempuan nelayan desa Tasikmadu. Aspek dukungan kebijakan ini yang menurut tim
peneliti kurang ada di desa Tasikmadu.
Ketiga argumentasi tersebut menjadikan masih adanya tantangan untuk
merintis pemberdayaan perempuan nelayan desa Tasikmadu melalui usaha bakso
ikan. Tim peneliti telah menjalin komitmen bersama pemerintah desa Tasikmadu
untuk terus saling memberikan bekerjasama dalam melakukan pembenahan
pemberdayaan perempuan nelayan di desa Tasikmadu melalui keterpaduan kegiatan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di beberapa tahun ke depan. Pun
demikian, kegiatan bina lingkungan dan bina usaha perlu dijadikan fokus utama
dalam kelanjutan pemberdayaan masyarakat perempuan nelayan model enam bina.
Keberlanjutan menjadi salah satu syarat model enam bina bisa berjalan efektif dan
menunjukkan hasilnya.

KESIMPULAN
Alat tangkap mendominasi di PPN Prigi sepanjang tahun 2018 adalah Pancing ulur.
Jumlah Alat tangkap pancing ulur tetap sepanjang tahun yaitu 584 buah dengan persentase
sebesar 68% dari keseluruhan jumlah alat tangkap. Jumlah alat tangkap yang paling sedikit
adalah payang, rata-rata hanya 15 alat setiap bulan sepanjang tahun dengan persentase
sebesar 2%. Jumlah alat tangkap pancing ulur yang dioperasikan oleh kapal yang seluruhnya
berukuran 5 GT ke bawah adalah 584. Masing-masing kapal pancing ulur dimiliki oleh satu
rumah tangga nelayan dan dalam pengoperasiannya dilakukan oleh satu nahkoda yaitu
pemilik kapal dan satu atau dua anak buah kapal yang biasanya berasal dari keluarganya
sendiri. Keluarga terdekat yang menjadi ABK biasanya adalah anak nelayan atau saudara.
Nelayan yang menjadi obyek penelitian adalah nelayan skala kecil yang
mengoperasikan kapal dibawah 5 GT. Alat tangkap yang dioperasikan adalah pancing ulur,
jaring insang, pancing tonda.
Anggota keluarga dalam satu rumah tangga nelayan pancing ulur memiliki jumlah
yang berbeda-beda. Anggota keluarga tersebut ada yang sudah bekerja dan ada yang masih
kecil dan bersekolah. Anggota keluarga yang sudah bekerja kebanyakan sudah
menyelesaikan sekolah dengan jenjang paling tinggi yaitu Sekolah Menengah Atas . Adapun
yang pasti menjadi nelayan adala kepala keluarga dari masing-masing rumah tangga.
Sedangkan aktivitas istri dan anak-anak nelayan yang sudah tidak bersekolah adalah bekerja.
Istri nelayan ada yang bekerja sebagai buruh di kebun teh, pedagang ikan, pedagang toko
kelontong, pengusaha catering makanan, serta wirausaha lainnya. Anak-anak nelayan ada

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 19
Sosebi: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis Islam
Volume 1, Isu 1, November 2021

yang memilih bekerja sebagai nelayan dan ada yang memilih bekerja di luar kota dan bahkan
di luar negeri sebagai TKI ataupun TKW . Anak laki-laki yang sudah tidak bersekolah
kebanyakan memilih untuk menjadi ABK dari kapal yang dimiliki oleh keluarganya.
Nelayan skala kecil di Prigi ada yang memiliki alat tangkap beragam yang
dioperasikan sesuai dengan musim ikan pada saat tersebut. Adapun variasi alat tangkap yang
dimiliki nelayan berbeda-beda. Pemilihan alat tangkap oleh nelayan kemungkinan disebabkan
oleh perbedaan keahlian, kemampuan, dan pengalaman yang dimiliki nelayan dalam
mengoperasikan alat tangkap. Jenis alat tangkap yang di gunakan adalah pancing ikan dan
jaring ingsang. Dan ikan hasil tangkapan yang di daratkan di PPN Prigi yaitu tembang,
cakalang, bentong, tuna madidihang dan juwana madidihang. Sedangkan Alat tangkap yang
paling banyak produksinya adalah pancing tonda. Secara umum alat tangkap yang memiliki
hasil tangkapan paling tinggi di PPN Prigi adalah pancing tonda (3979702 kg) kemudian
diikuti oleh pancing ulur (2012831 kg).

DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, S. (2014). Analisis Pemberdayaaan Masyarakat Nelayan Di Pantai Prigi
Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Jurnal Uiversitas Tulungagung
BONOROWO.
Khoirun Nikmah, S. K. (2018). Perkembangan Pelabuhan Perikanan Prigi Dan Dampaknya
Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Desa Tasikmadu, Kabupaten
Trenggalek. Indonesia Historical Studies, 107-117.
Prabowo, B., Tranggono, D., & Nuryananda, P. F. (n.d.). Aplikasi Model Enam Bina Pada
Pemberdayaan Perempuan Nelayan Desa Tasikmadu, Trenggalek. Jurnal STKIP
Jombang, 894-900.
Rachmaningtyas, R. M. (2015). Pemberdayaan Perempuan Nelayan Dalam Menunjang
Pendapatan Keluarga. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Sutjipto, D. O. (2019). Dinamika Sosial Dan Ekologi Perikanan Sklala Kecil Di Prigi
Trenggalek. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 114-125.

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/sosebi | 20

Anda mungkin juga menyukai