Anda di halaman 1dari 11

BAB III

DESIGN THINKING

A. Pengertian Design Thinking


Design Thinking adalah proses berulang dimana kita berusaha memahami
pengguna, menantang asumsi, dan mendefinisikan kembali masalah dalam upaya
mengidentifikasi strategi dan solusi alteratif yang mungkin tidak langsung terlihat
dengan tingkat awal pemahaman kita. Pada saat yang sama, Design Thinking
menyediakan pendekatan berbasis solusi untuk menyelesaikan masalah. Ini adalah
cara berpikir dan bekerja serta kumpulan metode langsung.
Design Thinking sendiri dipopulerkan oleh David Kelley dan Tim Brown
pendiri IDEO – sebuah konsultan desain yang berlatar belakang desain produk
berbasis inovasi. Tujuan diciptakannya design thinking oleh David Kelley dan
Tim Brown tersebut adalah untuk menyelesaikan masalah dengan berfokus pada
kebutuhan pengguna atau user. Dari konsep yang dihadirkan oleh David Kelley
dan Tim Brown inilah, design thinking dikenal dan berkembang pesat.
Perkembangan design thinking sendiri terlihat dari munculnya versi praktis yakni
design sprint yang dipopulerkan oleh Jake Knapp.
Design Thinking berputar di sekitar minat yang mendalam dalam
mengembangkan pemahaman dari orang-orang yang menjadi tujuan perancangan
produk atau layanan. Hal ini membantu kita mengamati dan mengembangkan
empati dengan target pengguna. Design Thinking membantu kita dalam proses
bertanya: mempertanyakan masalah, mempertanyakan asumsi, dan
mempertanyakan keterkaitannya.
Design thinking memiliki beberapa elemen penting yaitu :
1. People centered : dalam metode ini, perlu ditekankan bahwa setiap
tindakan yang dilakukan berpusat pada apa yang diinginkan dan
dibutuhkan oleh user
2. Highly creative : dalam menggunakan metode ini, dapat digunakan
kreativitas sebebasnya, tidak perlu aturan yang terlalu kaku dan baku

1
3. Hands on : proses desain memerlukan percobaan langsung oleh tim
desain, bukan hanya pembuatan teori atau sebuah gambaran di kertas
4. Interative : proses desain merupakan sebuah proses dengan tahapan-
tahapan yang dilakukan berulang-ulang untuk melakukan improvisasi
dan menghasilkan sebuah produk atau aplikasi yang baik

Gambar 3.1.
Elemen Design Thinking
Sumber : https://sis.binus.ac.id/

Viability = Keberlangsungan hidup


Desirability = Keinginan - yang menimbulkan keinginan
Feasibility = kegiatan yang mempelajari secara mendalam

B. Tahapan – Tahapan dalam Design Thinking


Design Thinking sangat berguna dalam mengatasi masalah-masalah yang
tidak jelas atau tidak dikenal, dengan melakukan reframing masalah dengan cara-
cara yang berpusat pada manusia, menciptakan banyak ide dalam brainstorming,
dan mengadopsi pendekatan langsung dalam pembuatan prototype dan testing.
Design Thinking juga melibatkan eksperimen yang sedang berjalan: membuat
sketsa, membuat prototype, testing, dan mencoba berbagai konsep dan ide.

2
Gambar 3.2.
Tahapan dalam Proses Design Thinking
Sumber : https://www.injazat.com

Tahapan dalam Proses Design Thinking, meliputi :


1. Empathise
Tahap pertama dari proses Design Thinking adalah untuk mendapatkan
pemahaman empatik tentang masalah yang dicoba untuk diselesaikan. Ini
melibatkan para ahli konsultasi untuk mencari tahu lebih banyak tentang
bidang yang menjadi perhatian melalui pengamatan, keterlibatan, dan empati
dengan orang-orang untuk memahami pengalaman dan motivasi mereka
sehingga memperoleh pemahaman pribadi yang lebih jelas tentang masalah
yang terlibat. Empati sangat penting untuk proses desain yang berpusat pada
manusia seperti Design Thinking, dan empati memungkinkan pemikir desain
untuk mengesampingkan asumsi mereka sendiri tentang dunia untuk
mendapatkan wawasan tentang pengguna dan kebutuhan mereka.
2. Define
Selama tahap Define, kita mengumpulkan informasi yang telah kita buat dan
kumpulkan selama tahap Empathise. Disinilah kita akan menganalisis

3
pengamatan dan mensistesisnya untuk menentukan masalah inti yang telah
diidentifikasi. Kita harus berusaha menidentifikasi masalah sebagai
pernyataan masalah dengan cara yang berpusat pada manusia.
Sebagai ilustrasi, alih-alih mengidentifikasi masalah sebagai keinginan atau
kebutuhan perusahaan seperti, “Kita perlu meningkatkan pangsa pasar produk
makanan diantara remaja perempuan sebesar 5%,” cara yang lebih baik untuk
mendafinisikan masalah adalah jadilah, “Gadis remaja perlu makan makanan
bergizi agar dapat berkembang, menjadi sehat dan tumbuh.”
Tahap Define akan membantu para desainer dalam sebuah tim untuk
mengumpulkan ide-ide hebat untuk membangun fitur, fungsi, dan elemen lain
yang akan memungkinkan mereka untuk menyelesaikan masalah atau, paling
tidak, memungkinkan pengguna untuk menyelesaikan masalah sendiri dengan
tingkat kesulitan minimal.
3. Ideate
Selama tahap ketiga dari proses Design Thinking, desainer siap untuk mulai
menghasilkan ide. Kita telah tumbuh untuk memahami pengguna dan
kebutuhan mereka di tahap Empathize, dan kita telah menganalisis dan
mensistesis pengamatan Anda di tahap Define, dan berakhir dengan
pernyataan masalah yang berpusat pada manusia. Dengan latar belakang yang
kuat, kita dan anggota tim dapat mulai “berpikir di luar kotak” untuk
mengidentifikasi solusi baru untuk pernyataan masalah yang dibuat, dan kita
dapat mulai mencari cara alternatif untuk melihat masalah.
Ada ratusan teknik ideation seperti Brainstorm, Brainwrite, Worst Possible
Idea, dan Scramper. Sesi Brainstorm dan Worst Possible Idea biasanya
digunakan untuk merangsang pemikiran bebas dan untuk memperluas ruang
masalah. Penting untuk mendapatkan sebanyak mungkin ide atau solusi
masalah. Kita harus memilih beberapa teknik ideation lainnya pada akhir fase
ideation untuk membantu kita menyelidiki dan menguji ide-ide kita sehingga
kita dapat menemukan cara terbaik untuk memecahkan masalah atau
menyediakan elemen-elemen yang diperlukan untuk menghindarinya.

4
4. Prototype
Tim desain akan menghasilkan sejumlah versi produk yang murah dan
diperkecil atau fitur spesifik yang ditemukan dalam produk, sehingga
mereka dapat menyelidiki solusi masalah yang dihasilkan pada tahap
sebelumnya. Prototype dapat dibagikan dan diuji dalam tim itu sendiri,
di departemen lain, atau pada sekelompok kecil orang diluar tim
desain. Ini adalah fase eksperimental, dan tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi solusi terbaik untuk setiap masalah yang diidentifikasi
selama tiga tahap pertama. Solusi diimplementasikan dalam prototype,
dan satu per satu, mereka diselidiki dan diterima, diperbaiki dan
diperiksa ulang, dan ditolak berdasarkan pengalaman pengguna.
Pada akhir tahap ini, tim desain akan memiliki gagasan yang lebih
baik tentang kendala yang melekat pada produk dan masalah yang
ada, dan memiliki pandangan yang lebih jelas tentang bagaimana
pengguna yang sebenarnya akan berperilaku, berpikir, dan rasakan
ketika berinteraksi dengan bagian akhir produk.
5. Test
Desainer menguji produk lengkap secara ketat menggunakan solusi terbaik
yang diidentifikasi selama fase prototyping. Ini adalah tahap akhir dari design
thinking, tetapi dalam proses berulang, hasil yang dihasilkan selama
fase testing sering digunakan untuk mendefinikan kembali satu atau lebih
masalah dan menginformasi pemahaman pengguna, kondisi penggunaan,
bagaimana orang berpikir, berperilaku, dan merasakan, dan berempati.
Bahkan selama fase ini, perubahan dan penyempurnaan dilakukan untuk
menyingkirkan solusi masalah dan memperoleh pemahaman sedalam
mungkin terhadap produk dan penggunanya.

C. Peta Model Bisnis

5
Untuk membuat atau membuka sebuah usaha, pastinya dibutuhkan
rencana yang sangat matang dan jelas dari segala aspek. Dengan membuat
perencanaan yang maksimal supaya bisa menarik pelanggan dan produk atau jasa
yang ditawarkan bisa laku keras. Karena itu, seorang wirausaha wajib mengenal
dan membuat Peta Model Bisnis (Business Model Canvas) sebelum membuka
usaha. Pembuatan Peta Model Bisnis ini bisa membantu mengatur dan
merencanakan sebuah usaha, bahkan dari dasarnya.
Peta Model Bisnis adalah suatu strategi manajemen yang digunakan untuk
merancang perencanaan bisnis perusahaan berdasarkan proposisi nilai perusahaan,
produk, infrastruktur, pelanggan, dan keuangan. Pertama kali diciptakan oleh
Alexander Osterwalder pada tahun 2005, dalam bukunya yang berjudul Business
Model Generation. Dalam buku tersebut, Alexander mencoba menjelaskan
sebuah framework sederhana untuk mempresentasikan elemen-elemen penting
yang terdapat dalam sebuah model bisnis. Peta Model Bisnis menjadi salah satu
strategi manajemen yang populer di kalangan bisnis. Kepopuleran tersebut
dikarenakan tampilan Peta Model Bisnis yang sederhana dan mudah dipahami.
Karena, secara garis besar, alurnya mengalir dari satu elemen bisnis menuju
elemen penting berikutnya.

Gambar 3.4.

6
Peta Model Bisnis
Sumber: strategyzer.com
Peta Model Bisnis ini sangat penting sebelum memulai bisnis. Karena
dengan beberapa elemennya, sebenarnya para wirausaha sudah bisa memvalidasi
apakah satu ide bisnis itu potensial atau tidak. Karena itu, membuat Peta Model
Bisnis adalah hal paling awal yang biasanya dibutuhkan seorang wirausaha
pemula atau pengusaha yang mau membuat suatu usaha baru.
Beberapa elemen yang terdapat dalam Peta Model Bisnis yang wajib
diketahui dan pahami saat melakukan perencanaan bisnis, antara lain:
1. Customer Segments
Elemen pertama yang harus dimiliki dalam memulai Peta Model Bisnis ini
adalah menentukan segmen pelanggan mana yang akan menjadi target bisnis.
Misalnya, ada 2 stasiun televisi yang menyajikan 2 acara berbeda untuk
memenuhi segmen pelanggan yang berbeda, warung makan dengan makanan
sehari-hari untuk mahasiswa dan karyawan, atau untuk e-commerce yang
berkembang sekarang ini. Customer segments mencakup si penjual barang
dan pembeli sesuai dengan kebutuhan.
2. Value Proposition
Elemen ini merupakan penjelasan dan rincian dari keunggulan produk, dan
apa saja sebenarnya poin-poin yang bisa mendatangkan manfaat yang
ditawarkan perusahaan bagi target pelanggannya. Hal ini menjadi kesempatan
bagi wirausaha untuk menjabarkan kekuatan dan keunggulan yang
membedakan bisnisnya dengan bisnis yang lain, atau keunikan usaha yang
dirintisnya.
3. Channels
Melalui penggunaan channels atau alat pemasaran yang tepat, para wirausaha
baru bisa menyampaikan value propositions kepada customer segments.
Karena penentuan channels adalah salah satu elemen penting bagi
keberhasilan sebuah bisnis. Misalnya, wisarusaha bisa memasarkan bisnisnya
lewat media sosial, brosur, website, dan lain-lainnya.
4. Revenue Streams

7
Revenue streams ini merupakan bagian yang paling vital, di mana perusahaan
atau usaha memperoleh pendapatan dari pelanggan. Elemen ini harus dikelola
semaksimal mungkin untuk meningkatkan pendapatan bisnis. Jangan sampai
ada bahan baku, produk, atau kinerja yang tidak dimanfaatkan secara
maksimal untuk mendatangkan keuntungan yang besar.
5. Key Resource
Key resource atau sumber daya ini merupakan elemen dalam Peta Model
Bisnis yang berisikan daftar sumber daya yang sebaiknya direncanakan dan
dimiliki perusahaan. Tujuannya untuk mewujudkan value
proposition mereka. Semua jenis sumber daya, mulai dari pengelolaan bahan
baku, penataan sumber daya manusia, dan penataan proses operasional harus
diperhatikan saat membuat model bisnis. Sebab, hal ini akan berdampak pada
jangka panjang pada bisnis yang akan dimulai.
6. Customer Relationship
Pastinya pelanggan menjadi hal yang sangat krusial dalam sebuah bisnis.
Terutama pelanggan setia atau loyal. Supaya bisa secara terus menerus
mendapatkan pelanggan yang loyal, perusahaan harus menjalin ikatan dengan
pelanggannya secara intens. Perlu pengawasan yang ketat dan intensif supaya
pelanggan tidak mudah berpaling ke bisnis yang lain hanya karena jalinan
hubungan yang kurang baik. Pastikan pelanggan-pelanggan loyal
mendapatkan pelayanan yang terbaik. Para wirausaha juga harus tahu
bagaimana cara bisnisnya bisa terus keep in touch dengan para pelanggan.
Misalnya, bisa mengirimkan newsletter, layanan after sales, dan sejenisnya
untuk pelanggan loyal secara rutin.
7. Key Activities
Key activities ini merupakan semua aktivitas yang berhubungan dengan
produktivitas bisnis, yang ada kaitannya juga dengan sebuah produk. Dimana
kegiatan utamanya adalah menghasilkan proposisi nilai. Jadi, pada dasarnya,
elemen ini menjelaskan bagaimana wirausaha bisa menciptakan value
preposition perusahaan dengan melakukan beberapa aktivitas. Supaya produk
atau jasa kamu lebih dikenal dan diterima banyak orang.

8
8. Key Partnership
Elemen ini berfungsi untuk pengorganisasian aliran suatu barang atau layanan
lainnya. Posisi-posisi partner kunci tersebut bermanfaat untuk efisiensi dan
efektivitas dari key activities yang telah dibuat. Tidak ada salahnya menjalin
hubungan baik untuk menciptakan siklus bisnis sesuai dengan ekspektasi.
Para wirausaha bisa bekerjasama dengan beberapa perusahaan atau usaha
lainnya untuk meningkatkan performa usaha supaya lebih cepat meningkat.
9. Cost Structure
Elemen terakhir yang juga tidak kalah pentingnya dengan kedelapan elemen
lainnya yaitu struktur pembiayaan bisnis atau cost structure. Mengelola biaya
secara efisien akan membuat bisnis yang dijalani menjadi lebih hemat dan
bisa meminimalkan risiko kerugian. Hal ini juga bisa menentukan proposisi
nilai yang tepat untuk pelanggan. Karena itu, pastikan untuk membuat
laporan keuangan yang tepat dan sesuai untuk bisnis.

Pembuatan Peta Model Bisnis bertujuan untuk membantu perusahaan


merancang perencanaan proses bisnis dan menetapkan serta memvalidasi poin
penting dalam bisnis seperti; sumber daya, aktivitas, hubungan yang akan dijalin
dengan pihak terkait, pendapatan, hingga pengeluaran yang harus dikeluarkan.
Selain mudah dipahami, terdapat beberapa manfaat Peta Model Bisnis bagi
perusahan. Manfaat tersebut antara lain:
1. Mempersingkat penulisan perencanaan bisnis
Dengan metode konvensional, pelaku usaha akan diharuskan menulis
panjang lebar mengenai perencanaan bisnis yang akan dibuat. Sementara
dengan Peta Model Bisnis, perusahaan hanya perlu mengisi poin-poin
perencanaan bisnis sesuai blok yang ditetapkan tanpa perlu menulis panjang
lebar. Penentuan poin penting pun semakin terarah dengan blok yang telah
disediakan.
2. Meningkatkan fokus perusahaan terhadap poin penting perencanaan bisnis

9
Peta Model Bisnis memfokuskan bisnis pada elemen strategis yang paling
penting dan akan memiliki dampak terbesar pada mendorong pertumbuhan.
Sifat visualnya membantu pemahaman dengan dapat melihat gambaran
keseluruhan bisnis dan dengan demikian melihat area kekuatan dan
kelemahan tergantung pada input. Itu membangun model bisnis sedemikian
rupa sehingga keseluruhan terdiri dari dan lebih besar dari jumlah bagian.
3. Mengurangi resiko kekeliruan dalam eksekusi bisnis
Secara tidak langsung, Peta Model Bisnis dapat dijadikan dokumen blueprint
perencanaan bisnis untuk perusahaan. Ketika pelaku bisnis melakukan
eksekusi bisnis, mereka dapat menjadikan Peta Model Bisnis sebagai panduan
perusahaan untuk menjalani eksekusi bisnis berdasarkan poin yang telah
dirancang sebelumnya. Dengan demikian, perusahaan pun dapat mengurangi
resiko kekeliruan dalam eksekusi bisnis.

Gambar 3.4.
Contoh Peta Model Bisnis Berkesinambungan
Sumber: Goethe Institute Indonesia – ISI Surakarta

10
11

Anda mungkin juga menyukai