Anda di halaman 1dari 8

Design Thinking: Definisi, Prinsip, Langkah, hingga Contoh

Penerapannya

1. Apa Itu Design Thinking?

Melansir Interactive Design Foundation, design thinking adalah suatu proses


perumusan dan pemecahan masalah yang berfokus pada manusia sebagai seorang
pengguna.

Proses ini dilakukan oleh desainer produk atau UX designer, melibatkan


pencarian masalah, dan menentukan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh
seorang user.

 Mengapa masalah yang tak ada perlu dicari-cari?

Perilaku dan keinginan dari pengguna produk terus berubah dari waktu ke waktu.
Sayangnya, perubahan preferensi ini tak selalu terlihat. Itulah mengapa, design
thinking juga melibatkan pencarian masalah dan memikirkan apa yang bisa
diperbaiki melalui desain.

Dengan alasan kebutuhan pengguna yang terus berubah, perumusan dan


pemecahan masalah ini adalah suatu proses yang tak henti layaknya siklus. Jika
desain selalu disesuaikan dengan perilaku dan keinginan pengguna, produk akan
selalu relevan dan fokus dengan apa yang pengguna inginkan.
2. Prinsip Design Thinking

Dirangkum dari Career Foundry, ada empat prinsip yang dipaparkan oleh


Christoph Meinel dan Harry Leifer dari Hasso-Plattner-Institute of Design, Stanford
University.

keempat prinsip design thinking itu adalah:

1) fokus pada manusia dan kebutuhannya


2) semua masalah bersifat ambigu, dapat dipertanyakan dan ditafsirkan secara
berbeda
3) aturan mendesain ulang, menjaga agar desain tetap relevan untuk kebutuhan
dasar dan preferensi manusia
4) aturan tangibility, desain dibuat nyata sehingga mudah dipahami dan tak
menghambat komunikasi dalam tim desainer

3. Langkah Design Thinking

Secara umum, ada lima langkah dalam menerapkan design thinking.

Dirangkum dari Interaction Design Foundation, kelima langkah design


thinking itu adalah:

1. Empathise

Langkah pertama yang harus dilewati adalah empathise, atau berempati


kepada pengguna. Empati bisa dilakukan dengan cara memperhatikan
mengobservasi, mengapa seseorang melakukan hal tertentu.

Biasanya, kamu juga bisa menggunakan bantuan data untuk berempati,


mengapa user-mu sebagai manusia memiliki perilaku tertentu. Dengan
melakukan empati, kamu mengesampingkan asumsi dan biasmu dan memiliki
pemahaman lebih jelas soal user.

2. Define

Nah, setelah menemukan data dengan cara berempati, saatnya menyusun


data dan menginterpretasikannya. Setelah mengetahui perilaku user, kamu
tentu lebih mudah menemukan masalah yang mereka hadapi.

Ingat, pernyataan masalah ini telah didasari oleh empati sebelumnya. Ini akan
membuat masalah yang muncul bukan datang dari preferensimu sebagai
desainer, melainkan dari pengguna.

3. Ideate

Apabila kamu telah memahami user dan masalah yang dihadapinya, tahap


selanjutnya dalam design thinking adalah ideate atau mengumpulkan ide solusi.

Ini adalah saatnya mendiskusikan sebanyak mungkin kemungkinan


solusi dari masalah yang ada. Ada berbagai metode mengumpulkan ide,
seperti brainstorming, brainwriting, dan lain-lain.

4. Prototype

Setelah memahami masalah dan mengumpulkan berbagai solusi, tahap


selanjutnya adalah pembuatan prototype.

Mungkin, kamu bertanya, apa itu prototype dalam design thinking?

Prototype adalah pembuatan model sederhana dan murah dari banyaknya


alternatif solusi yang ada.
Dengan membuat model yang nyata, akan terlihat bagaimana masalah
bisa diselesaikan melalui perubahan desain yang dibuat. Melalui model ini,
desain terbaik yang paling dapat menjawab kebutuhan user tentu bisa dipilih
dari banyak pilihan model yang ada.

5. Test

Tahap terakhir adalah melakukan tes pada user, apakah perubahan


desain dapat menjawab kebutuhan mereka? Setelah tahap ini selesai, siklus
kembali ke nomor satu, yakni empathize, apakah perubahan desain bisa
memenuhi preferensi pengguna?

4. Penerapan Design Thinking

Pada praktiknya, design thinking tak hanya digunakan untuk mendesain


suatu produk. Dirangkum dari IDEO, design thinking adalah pola pikir yang
bisa menjadi suatu metode pendekatan pemecahan inovasi atau masalah yang
universal.

Pendekatan ini terpusat pada manusia dan kebutuhannya, menggunakan


bantuan teknologi, serta memenuhi syarat-syarat bisnis. Dengan alasan
ini, design thinking adalah metode yang tidak hanya sering digunakan seorang
desainer, tetapi dimanfaatkan oleh profesional berbagai bidang untuk
memecahkan suatu masalah.
Fokus pada manusia dan kebutuhannya akan membuatmu menemukan
perspektif baru atas pemecahan masalah. Ini juga sering disebut
dengan thinking outside the box atau berpikir dengan cara pandang berbeda.

5. Contoh Penerapan Design Thinking

Dari sektor kesehatan hingga teknologi, design thinking telah menginspirasi

produk yang berpusat pada manusia pada berbagai bidang dan industri.

Bahkan, sekarang ini, banyak startup dan perusahaan besar yang menggunakan

metode tersebut untuk memahami kebutuhan audiens mereka dan mengungkap

wawasan yang mengarah pada ide-ide inovatif.

Nah, berikut ini adalah beberapa contoh produk dan layanan perusahaan yang

dibentuk menggunakan proses design thinking.

1. Airbnb

Airbnb adalah salah satu perusahaan yang menerapkan design thinking dalam proses

pengembangan produk mereka.

Tim manajemen mereka percaya bahwa orang-orang ragu untuk memesan

melalui platform sewa tempat tinggal karena foto-foto iklan kebanyakan

memiliki resolusi yang rendah.

Hal tersebut tidak bisa menunjukkan kepada pengguna kondisi dari tempat yang akan

mereka huni.
Sebagai solusi, mereka kini menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk

membantu penyewa mengambil foto berkualitas tinggi.

Hasilnya, pendapatan mereka berlipat ganda dan Airbnb sekarang menjadi

platform online bernilai miliaran dolar untuk keperluan penginapan dan

akomodasi.

2. Uber Eats

Contoh penerapan design thinking berikutnya adalah dari produk perusahaan

raksasa Uber, yakni Uber Eats.

Menurut Ideou, Uber ingin menciptakan produk yang dapat meringankan beban

sehari-hari manusia, yaitu mencari makanan yang mereka inginkan.

Hasilnya, perusahaan tersebut menciptakan Eats, sebuah platform pemesanan

dan pengiriman makanan online di mana pelanggan bisa melihat menu, harga,

dan ulasan restoran.

Akan tetapi, Uber sadar bahwa untuk menciptakan produk yang bisa menjawab

kebutuhan pelanggan di setiap kota, mereka perlu mempelajari pengalaman

pekerja restoran, mitra pengiriman, dan pelanggan di aplikasi Eats.


Akhirnya, dalam proses development Eats, desainer tim secara teratur

melakukan perjalanan ke pasar yang berbeda untuk mewawancarai pengguna

dan mengamati produk mereka.

3. PillPack

PillPack adalah contoh perusahaan lain yang menerapkan design thinking pada

produk-produknya.

Bagi banyak orang dewasa dan lansia, melacak jadwal minum obat dapat

menjadi tantangan yang cukup berat dan memakan waktu.

Akhirnya, PillPack, startup kesehatan yang diakuisisi oleh Amazon, berencana

untuk membuat pengalaman tersebut menjadi lebih mudah.

Mereka menciptakan sistem pengiriman resep ke rumah yang bisa mengatur

obat-obatan ke dalam paket yang telah disortir dan mudah dibuka.

Paket tersebut juga sudah diberi label berdasarkan tanggal dan waktu

penggunaannya. Mereka pun mengirimkan paket obat langsung ke rumah

pengguna aplikasi. Menarik bukan?

4. IBM

Contoh perusahaan terakhir yang menerapkan design thinking dalam

produknya adalah IBM.


Menurut laman Voltage Control, IBM memiliki sejumlah produk yang

sifatnya open source. Dalam arti, sumbernya dapat diakses dan dimodifikasi

oleh publik.

Hal ini merupakan jawaban mereka atas kebutuhan banyak pengguna teknologi

di era modern, di mana pelanggan ingin menggunakan sistem yang sifatnya

lebih personal.

Dengan meluncurkan produk-produk open source ini, IBM merasakan

kenaikan sejumlah 30% pada ROI mereka di tahun 2019 silam.

Anda mungkin juga menyukai