Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BISNIS BERBASIS TEKNOLOGI

Nama Anggota Kelompok :

Nourma Yunita Swt (20101129)

Ni Putu Kevin Mariani (19103211)

Rusda Santi (18103196)

Theresa Rati Febrianti (19103404)


Desain berpikir (design thinking) adalah suatu pendekatan untuk memecahkan masalah dan
mengembangkan solusi yang fokus pada kebutuhan pengguna atau pelanggan akhir.
Pendekatan ini biasanya digunakan dalam konteks perancangan produk, layanan, atau
pengalaman pengguna, tetapi juga dapat diterapkan dalam berbagai situasi di berbagai
industri.

Desain berpikir melibatkan serangkaian langkah yang dapat mencakup pemahaman masalah,
pengumpulan wawasan, identifikasi kebutuhan pengguna, pemodelan konsep, prototipe, dan
pengujian solusi.

Desain berpikir sangat terfokus pada kebutuhan dan pengalaman pengguna, dan dalam banyak
kasus, melibatkan pengguna secara aktif dalam proses perancangan. Tujuan utamanya adalah
menciptakan solusi yang relevan, efektif, dan memuaskan bagi pengguna.

Metode ini sering digunakan dalam pengembangan produk, layanan, dan perubahan organisasi
untuk memastikan bahwa solusi yang dihasilkan benar-benar memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan pengguna dengan baik.

Desain berpikir (design thinking) melibatkan beberapa komponen penting yang membentuk
pendekatan holistik untuk memecahkan masalah dan mengembangkan solusi yang lebih baik.
Komponen-komponen ini meliputi:

1. Empati (Empathy): Ini adalah langkah awal dalam desain berpikir. Tim perancang
berusaha untuk benar-benar memahami pengguna atau pelanggan akhirnya. Mereka
mengumpulkan wawasan tentang kebutuhan, tantangan, dan pengalaman pengguna
dengan berbicara dengan mereka, mengamati tindakan mereka, dan meresapi
perspektif pengguna.
2. Mendefinisikan (Define): Setelah memahami pengguna, tim perancang menentukan
permasalahan yang akan dipecahkan secara jelas. Ini melibatkan merumuskan
pernyataan masalah yang terfokus dan spesifik.
3. Ideasi (Ideation): Pada tahap ini, anggota tim menghasilkan sebanyak mungkin ide
kreatif dan potensial untuk solusi yang dapat mengatasi permasalahan yang telah
didefinisikan. Sesi peracikan ide sering digunakan dalam tahap ini untuk merangsang
kreativitas.
4. Prototyping: Ide-ide yang dihasilkan kemudian dikembangkan menjadi prototipe atau
model yang dapat diuji. Prototipe ini bisa berupa model fisik, mock-up, atau prototipe
perangkat lunak, tergantung pada konteks masalah.
5. Pengujian (Testing): Prototipe yang telah dibuat diuji dengan pengguna atau pemangku
kepentingan. Pengujian ini membantu memahami bagaimana pengguna berinteraksi
dengan solusi potensial dan apa yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan.
6. Iterasi: Berdasarkan umpan balik dari pengujian, tim perancang melakukan perubahan
dan perbaikan pada prototipe, kemudian menguji kembali. Proses ini dapat diulang
beberapa kali hingga solusi yang optimal ditemukan.
7. Implementasi: Setelah solusi ditemukan dan diuji dengan baik, solusi tersebut dapat
diimplementasikan atau diterapkan dalam skala yang lebih besar. Ini bisa berarti
mengembangkan produk atau layanan baru, mengubah proses bisnis, atau melakukan
perubahan dalam organisasi.
8. Evaluasi: Setelah implementasi, penting untuk terus memantau dan mengevaluasi
solusi untuk memastikan bahwa ia tetap relevan dan efektif dalam jangka panjang.
Evaluasi berkelanjutan membantu untuk memastikan bahwa solusi terus memenuhi
kebutuhan pengguna.

Desain berpikir adalah pendekatan yang fleksibel dan berorientasi pada pengguna yang dapat
diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk pengembangan produk, layanan, dan perubahan
organisasi. Hal ini membantu menciptakan solusi yang lebih baik dan lebih relevan dengan
fokus pada kebutuhan dan pengalaman pengguna.

Dalam konteks bisnis digital, Desain Thinking membantu perusahaan untuk merancang produk
dan layanan yang lebih intuitif, berfokus pada pengalaman pengguna yang unggul, dan
memecahkan masalah pengguna. Ini dapat membantu perusahaan meningkatkan daya saing
dan meraih kesuksesan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif.

Berikut ini adalah beberapa contoh produk dan layanan perusahaan yang dibentuk
menggunakan proses design thinking.

1. Airbnb
Airbnb adalah salah satu perusahaan yang menerapkan design thinking dalam proses
pengembangan produk mereka. Tim manajemen mereka percaya bahwa orang-orang
ragu untuk memesan melalui platform sewa tempat tinggal karena foto-foto iklan
kebanyakan memiliki resolusi yang rendah. Hal tersebut tidak bisa menunjukkan
kepada pengguna kondisi dari tempat yang akan mereka huni. Sebagai solusi, mereka
kini menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk membantu penyewa mengambil foto
berkualitas tinggi. Hasilnya, pendapatan mereka berlipat ganda dan Airbnb sekarang
menjadi platform online bernilai miliaran dolar untuk keperluan penginapan dan
akomodasi.
2. Uber Eats
Contoh penerapan design thinking berikutnya adalah dari produk perusahaan raksasa
Uber, yakni Uber Eats. Menurut Ideou, Uber ingin menciptakan produk yang dapat
meringankan beban sehari-hari manusia, yaitu mencari makanan yang mereka
inginkan. Hasilnya, perusahaan tersebut menciptakan Eats, sebuah platform
pemesanan dan pengiriman makanan online di mana pelanggan bisa melihat menu,
harga, dan ulasan restoran. Akan tetapi, Uber sadar bahwa untuk menciptakan produk
yang bisa menjawab kebutuhan pelanggan di setiap kota, mereka perlu mempelajari
pengalaman pekerja restoran, mitra pengiriman, dan pelanggan di aplikasi Eats.
Akhirnya, dalam proses development Eats, desainer tim secara teratur melakukan
perjalanan ke pasar yang berbeda untuk mewawancarai pengguna dan mengamati
produk mereka.
3. PillPack
PillPack adalah contoh perusahaan lain yang menerapkan design thinking pada produk-
produknya. Bagi banyak orang dewasa dan lansia, melacak jadwal minum obat dapat
menjadi tantangan yang cukup berat dan memakan waktu. Akhirnya, PillPack, startup
kesehatan yang diakuisisi oleh Amazon, berencana untuk membuat pengalaman
tersebut menjadi lebih mudah. Mereka menciptakan sistem pengiriman resep ke
rumah yang bisa mengatur obat-obatan ke dalam paket yang telah disortir dan mudah
dibuka. Paket tersebut juga sudah diberi label berdasarkan tanggal dan waktu
penggunaannya. Mereka pun mengirimkan paket obat langsung ke rumah pengguna
aplikasi. Menarik bukan?
4. IBM
Contoh perusahaan terakhir yang menerapkan design thinking dalam produknya
adalah IBM. Menurut laman Voltage Control, IBM memiliki sejumlah produk yang
sifatnya open source. Dalam arti, sumbernya dapat diakses dan dimodifikasi oleh
publik. Hal ini merupakan jawaban mereka atas kebutuhan banyak pengguna teknologi
di era modern, di mana pelanggan ingin menggunakan sistem yang sifatnya lebih
personal. Dengan meluncurkan produk-produk open source ini, IBM merasakan
kenaikan sejumlah 30% pada ROI mereka di tahun 2019 silam.

Anda mungkin juga menyukai