0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan4 halaman
Design thinking adalah pendekatan berpusat pada pengguna untuk inovasi yang mengintegrasikan kebutuhan pengguna, teknologi, dan persyaratan bisnis melalui lima tahap yaitu empati, definisi, ideasi, prototyping, dan pengujian. Metode ini dapat meningkatkan efisiensi, kolaborasi, dan menghasilkan solusi inovatif berdasarkan masukan pengguna.
Design thinking adalah pendekatan berpusat pada pengguna untuk inovasi yang mengintegrasikan kebutuhan pengguna, teknologi, dan persyaratan bisnis melalui lima tahap yaitu empati, definisi, ideasi, prototyping, dan pengujian. Metode ini dapat meningkatkan efisiensi, kolaborasi, dan menghasilkan solusi inovatif berdasarkan masukan pengguna.
Design thinking adalah pendekatan berpusat pada pengguna untuk inovasi yang mengintegrasikan kebutuhan pengguna, teknologi, dan persyaratan bisnis melalui lima tahap yaitu empati, definisi, ideasi, prototyping, dan pengujian. Metode ini dapat meningkatkan efisiensi, kolaborasi, dan menghasilkan solusi inovatif berdasarkan masukan pengguna.
A. Definisi Design Thinking Definisi desain menurut bahasa berasal dari kata design (Italia) yang berarti gambar [5]. Para ahli mendefinisikan bahwa design thinking (Inggris) yang berarti “pemikiran desain” adalah pengantar proses untuk menghasilkan ide dan konsep kreatif. Disebutkan pula bahwa design thinking merupakan suatu cara untuk berinovasi dalam menangani kebutuhan orang dan design thinking memosisikan manusia sebagai pusat. Muhammad Lutfi (dalam Kelley & Brown, 2018) menjelaskan design thinking adalah pendekatan yang berpusat pada manusia terhadap inovasi yang diambil dari perangkat perancang untuk mengintegrasikan kebutuhan orang-orang, kemungkinan teknologi, dan persyaratan untuk kesuksesan bisnis. Dalam prosesnya, design thinking bersifat human centered atau berpusat pada manusia. Setiap proses dalam design thinking berasal dan ditujukan untuk manusia. Dalam konteksinovasi manusia ini adalah pengguna dari produk dan jasa yang dihasilkan. Metode design thinking hadir sebagai proses yang akan membantu inovator menghasilkan produk dan jasa yang tidak hanya dapat dijual atau menggunakan teknologi yang paling canggih. Metode ini menggabungkan kebutuhan pengguna, dengan kemampuan teknologi yang sesuai, dan tetap membuat sesuatu yang dapat berhasil sebagai sebuah bisnis. Dalam hal ini design thinking adalah filosofi dan seperangkat alat yang membantu menyelesaikan permasalahan secara kreatif dimana fokus metode design thinking terletak pada perspektif pengguna, bukan hanya hasil dari sebuah ide inovatif itu sendiri. Metode design thinking akan membantu proses inovasi dalam memahami hasil yang akan dibuat untuk siapa dan apa yang orang-orang butuhkan. Jadi, inovasi dilakukan sebagai solusi pemecahan permasalahan dari kebutuhan pengguna, bukan untuk hal bisnis saja. B. Manfaat Design Thinking Karena design thinking adalah cara kolaboratif untuk memanfaatkan kreativitas dari pemikiran yang ditanamkan melalui komunikasi dengan pengguna, ini menghilangkan waktu dan uang yang terbuang untuk pengembangan berbasis tebakan. Produk akhir sudah memiliki audiens dan telah diperiksa oleh pengguna nyata sebelum dipasarkan. Maka dari itu design thinking memiliki sejumlah manfaat untuk perusahaan Anda seperti: 1. Menjadi lebih efisien, Dengan percakapan dan pembuatan prototipe di awal, jadwal produksi tentunya akan berkurang beberapa minggu. 2. Menjadi lebih komunikatif dan kolaboratif, Penerapan design thinking dapat menghasilkan lingkup kerja yang komunikatif dan membuka peluang untuk berkolaborasi yang lebih besar juga. 3. Mengurangi kesalahan, Penerapan design thinking menjadikan bisnis dan pekerjaan jadi lebih baik dalam mendefinisikan peran dan tanggung jawab. 4. Menjadi solusi dan inovatif, Terlalu sering, bisnis jatuh ke dalam perangkap menciptakan ide secara internal yang hanya berupa perbaikan tambahan pada produk dan layanan yang ada. Peningkatan bertahap ini sebenarnya tidak ada masalah, tetapi mereka dapat membuat bisnis berisiko terganggu dari luar. Design thinking melibatkan kreativitas melalui proses yang dirancang untuk memunculkan ide-ide yang benar-benar inovatif dan kemudian mengujinya dengan cepat. Hasilnya dapat memberikan keuntungan yang jauh lebih besar. 5. Membuat pelanggan Bahagia, Saat Anda benar-benar mendengarkan pengguna dan memberi mereka masukan tentang apa yang Anda buat, mereka lebih bahagia dengan hasil akhirnya. Ini mungkin tampak seperti pemikiran yang jelas, tetapi Design thinking menjadi salah satu alat terbaik untuk benar-benar meruntuhkan tembok antara pemimpin perusahaan dan pengguna sebenarnya. Ketika tembok ini runtuh, inovasi luar biasa bisa akan muncul. 6. Mengurangi resiko, Design thinking berfokus pada penunjukkan prototipe untuk mensponsori pengguna lebih awal dan sering. Ini memastikan bahwa ide-ide baru tetap berada di jalur yang benar-benar dan akan memenuhi kebutuhan pengguna, sekaligus menghilangkan churn dan biaya ide-ide buruk. Hasil akhirnya adalah peluncuran produk yang didukung oleh lebih banyak data dan perusahaan akan lebih percaya diri. 7. Belajar lebih cepat, Proses design thinking dirancang untuk mendapatkan ide banyak orang dari berbagai departemen di sebuah ruangan sekaligus untuk menghasilkan jumlah ide yang tinggi. Kemudian, karena semuanya adalah prototipe, Anda dapat menampilkan dan menguji ide dengan cepat, dan memungkinkan Anda untuk berinovasi lebih jauh. Hasilnya adalah kecepatan belajar dan pemecahan masalah yang lebih cepat. McKinsey and Company baru-baru ini mengatakan bahwa keuntungan yang bertahan lama lebih mungkin diperoleh perusahaan yang dapat mempertahankan tingkat inovasi yang tinggi, serta secara konsisten memperkenalkan solusi baru. Design thinking adalah alat utama dalam mempertahankan inovasi tingkat tinggi semacam itu. 8. Pendapatan yang lebih banyak, Sebuah studi McKinsey baru -baru ini mengidentifikasi manfaat finansial yang signifikan dari pendekatan desain yang berpusat pada manusia yaitu berupa pendapatan 32% lebih banyak dan total pengembalian 56% lebih tinggi. Studi ekstensif ini menunjukkan bahwa mungkin ada hasil keuangan yang signifikan, dan hasil terukur serta Return of Investment (ROI) yang dihasilkan dari pendekatan design thinking yang konsisten untuk bisnis. Design thinking adalah sebuah disiplin yang digunakan untuk menghasilkan inovasi dan solusi berarti untuk menyelesaikan sebuah masalah melalui prinsip yang berfokus pada pengguna atau user-centered. Walaupun tidak eksklusif pada dunia desain, disiplin telah menjadi pedoman dasar pembentukan sebuah proyek digital. Berikut adalah lima tahap yang harus dilalui serta penjelasan lengkapnya. 1. Empathize atau Berempati Tahap pertama dalam setiap proyek design thinking adalah berempati dengan masalah yang akan muncul secara tersirat melalui user research. Pada tahap ini, tim akan membantu para calon pengguna mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan yang dapat diselesaikan melalui sebuah produk digital. Tim diharapkan dapat mengganti persepsi dari sebagai anggota yang mengembangkan produk digital menjadi salah satu pengguna yang ingin dibantu. Saat melakukan wawancara atau pengamatan, tim harus bisa mengeliminasi asumsi yang dimiliki sebelumnya dan terbuka dengan segala hal baru yang muncul di hadapan mereka. 2. Define atau menentukan Informasi dan pengamatan yang dilakukan pada tahap sebelumnya dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan inti masalah yang dihadapi. Untuk mempermudah proses tahap- tahap setelahnya, tim akan diminta untuk menciptakan problem statement atau pernyataan masalah yang dapat merepresentasikan hasil tahap ini serta menjadi landasan untuk tahapan selanjutnya. 3. Ideate atau pembuatan ide Bergerak dari problem statement, tim membentuk ide-ide yang dapat dijadikan sebagai solusi permasalahannya. Proses biasanya dilakukan dengan brainstorming atau diskusi untuk mengeluarkan ide kreatif dari masing-masing anggota. Biarkan ide mengalir tanpa penilaian. Jika waktu dan sumber dayanya memungkinkan, tim biasanya akan menuliskan ide sebanyak mungkin, terlepas dari kelayakan atau kerealistisan idenya. Di akhir tahap ini, tim akan melakukan pemisahan, pengeleminasian dan penggabungan ide untuk menentukan beberapa ide akhir yang dianggap paling sesuai untuk dapat menyelesaikan masalah. 4. Prototype Pada tahap ini, tim akan menghasilkan low-fidelity prototype atau versi sampel produk akhir dari seluruh ide yang berhasil maju dari tahap sebelumnya. Awalnya tim akan meningkatkan setiap ide yang ada dengan memberikan detail yang tidak terpikirkan sebelumnya. Lalu setelah memeriksa kembali kelayakan tiap-tiap ide tersebut, tim akan kembali mengeliminasi ide yang kurang sesuai sehingga tersisa ide akhir yang akan dibawa ke tahap selanjutnya. Pembuatan prototipe sangat penting demi memastikan bahwa karakteristik desain yang mereka pikirkan sudah sesuai dengan tujuan pengembangan produk digital. Tim harus memastikan bahwa prototype dapat secara realistis mencerminkan fitur-fitur produk sehingga permasalahan yang mungkin muncul dapat teridentifikasi lebih awal. Perbaikan tahap ini membutuhkan lebih sedikit biaya dibandingkan di tahap selanjutnya. 5. Test atau pengujian Tim akan menguji prototipe yang dibuat pada tahap sebelumnya untuk melihat seberapa baik mereka mengatasi masalah yang diidentifikasi selama tahap satu dan dua. Tahap ini akan dilakukan berkali-kali dan hasil yang ditemukan akan digunakan untuk membuat perubahan dan penyempurnaan. Pada kasus-kasus tertentu, tim mungkin saja mendefinisikan kembali masalah yang tersembunyi dan hanya muncul saat tahap ini. Tahap ini akan terus dilakukan sampai tim mendapatkan hasil atau produk digital yang sudah sesuai dengan tujuan pengembangan.
Pendekatan sederhana untuk marketing: Panduan praktis untuk dasar-dasar marketing profesional dan strategi terbaik untuk menargetkan bisnis Anda ke pasar