Design sprint ini adalah metodologi atau metode praktis yang digunakan untuk
memvalidasi ide berdasarkan desain, uji coba, prototipe, dan kolaborasi. Uniknya hal
ini dilakukan hanya dalam jangka waktu 5 hari saja dengan 5 langkah kerja. Dalam
jangka waktu 5 hari tersebut, anggota tim akan saling berdiskusi untuk mendapatkan
gagasan yang kemudian akan digunakan untuk pelaksanaan proyek bisnis. Cara ini
awalnya dikembangkan oleh Jake Knapp dari Google Venture di tahun 2010.
Metode ini dirasa cukup cepat dan yang murah untuk membantu dalam mengukur
strategi bisnis yang akan dilakukan pada konsumen. Metode ini juga dirasa lebih
efektif dan terstruktur yang bisa dilakukan jika dibandingkan menggunakan metode
konvensional.
Manfaat Design Sprint
Ada banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapatkan ketika menggunakan design
sprint untuk kebutuhan bisnis, seperti:
Tahapan Design Sprint
Dalam pelaksanaannya, setidaknya dibutuhkan 3 orang ketika melaksanakan
diskusi. Hal ini juga sesuai dengan tujuannya untuk pertukaran gagasan. Sprint
master tersebut akan bertanggung jawab untuk menentukan keputusan pada
gagasan atau ide yang sudah diberikan. Setelah itu barulah kamu bisa mengikuti 5
tahapannya seperti berikut:
1. Understanding (memahami)
Pada hari pertama adalah tahapan understanding atau memahami semua
masalah yang ada pada proyek tersebut. Komponen yang perlu diperhatikan
seperti tujuan bisnis, kebutuhan pengguna, stakeholder, hingga batas atau
kapasitas yang bisa dijangkau. Setiap anggota yang melaksanakan design
sprint tersebut harus mengerti tentang apa yang sedang dikerjakan. Selain itu
juga diharapkan hasilnya bisa memberikan sesuatu yang berguna, baik untuk
user atau klien. Para peserta diskusi juga harus tahu mengenai siapa saja
stakeholder mereka. Tujuan dari tahapan yang pertama ini adalah untuk mencari
tahu kemampuan apa yang tersedia yang sejalan dengan produk dan
mendapatkan pemahaman lebih dalam mengenai klien, latar belakang bisnis
dan pasar.
Ada beberapa teknik yang bisa dikembangkan pada tahapan pertama ini seperti:
– Melakukan wawancara pada customer yang ada di kantor atau yang di
luar kantor. Tujuannya untuk lebih tahu mengenai permasalahan yang
sedang dihadapi dengan lebih rinci.
– Membuat focus group discussion dengan customer dimana kamu
berusaha untuk memahami masalah dan kebutuhan mereka yang selama
ini dihadapi. Selain itu juga membuat focus group dengan customer
service perusahaan.
– Melakukan survey yang bertujuan untuk memahami konteks teknologi,
masalah, dan juga kebutuhan dari orang-orang tersebut.
– Melakukan analisis masalah dari berbagai macam tools yang bertujuan
memahami masalah secara kualitatif atau kuantitatif.
2. Diverge (mengembangkan)
Pada tahapan ini, semua peserta akan memberikan gagasan atau ide
sebanyak mungkin dalam limitasi waktu tertentu. Durasi yang ideal untuk
mengumpulkan ide bergantung pada konteks bahasan dan kapasitas tim yang
terlibat, namun umumnya setiap pertanyaan atau pembahasan diberi batas 1-3
menit untuk mengumpulkan ide. Setiap individu akan memberikan solusi
mengenai masalah yang sudah ditemukan dihari pertama. Rancangan atau
solusi tersebut akan dituliskan pada sebuah kertas atau sticky note yang
ditempelkan pada papan. Rancangan tersebut masih dalam bentuk rancangan
kasar yang bertujuan agar lebih mudah untuk dipahami. Tujuan dari tahapan ini
adalah untuk melakukan brainstorming dan berdiskusi mengenai customer
journey atau funneling.
3. Decide (memutuskan)
Setelah semua ide yang didapatkan sudah dikumpulkan pada tahapan
sebelumnya, selanjutnya adalah melakukan tahapan ketiga di hari ketiga, yaitu
memutuskan. Pada tahapan ini semua peserta akan berdiskusi untuk saling
menentukan ide terbaik yang sudah dikumpulkan. Ide yang sudah didapatkan
tersebut akan diproyeksikan juga pada proyek bisnis yang sedang akan
dijalankan. Ide tersebut nantinya akan diputuskan melalui voting atau
pengambilan suara.
5. Validate (validasi)
Di Hari terakhir, prototipe yang sudah dibuat akan diuji dan dinilai oleh user.
Pengujian ini termasuk dalam tahapan yang penting jadi juga harus dilakukan
oleh user yang tepat. User tersebut harus memiliki wawasan dan juga keahlian
terkait dengan produk yang hendak diluncurkan. Jika belum mampu
menjangkau pengguna yang sesuai dengan target, kamu bisa menguji pada
rekan di luar tim yang punya pengalaman atau behavior yang mirip dengan
target customer.
Untuk melakukan design sprint secara daring kamu juga bisa menggunakan
beberapa tools digital dibawah ini sebagai pengganti alat-alat di atas:
Miro
Figma
Trello
Sketch
Balsamiq
Mural
Google product (Google Slide, Google Docs, dan Jamboard)