Kejelian dalam melihat sebuah peluang usaha dan melihat kebutuhan serta keinginan
pasar yang ada dapat memberikan inspirasi dalam memilih produk apa yang akan
dibuat atau ditawarkan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan
tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha untuk dapat memilih produk apa yang akan
djual atau ditawarkan kepada konsumen. Selain itu, kemampuan dalam berinovasi dan
berkreasi sangat dibutuhkan dalam prosesnya.
Setelah seorang wirausaha menentukan produk yang akan dibuat atau ditawarkannya,
proses selanjutnya adalah pembuatan prototipe yang menjadi model awal sebuah
produk sebelum produk tersebut diproduksi dan dijual atau ditawarkan ke pasaran.
Pembuatan prototipe tersebut membutuhkan beberapa tahapan dan proses yang
membutuhkan kejelian, kreatifitas, inovasi dan kemampuan wirausahawan dalam
beradaptasi dengan perkembangan teknologi saat ini.
Konsep Prototipe Produk
Prototipe merupakan model dari suatu produk barang atas jasa yang akan dibuat.
Prototipe sebuah produk memperlihatkan desain produk serta fungsi dari model produk
tersebut, sebelum diproduksi. Dalam tahap perancangan model produk atau prototipe,
banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang wirausaha. Hal itu karena
keputusan dalam perancangan prototipe yang akan dibuat akan memperngaruhi
kegiatan lain yang akan dilakukan. Oleh karena itu, keahlian merancang sangat
diperlukan oleh seorang wirausaha.
1. Dimensi Representasi
Dimensi representasi berarti menggambarkan bentuk prototipe atau
memperesentasikan gambar kerja ke dalam bentuk nyata bias visual atau tulisan,
misalnya, kumpulan kertas, sketsa, atau simulasi komputer. Dalam dimensi ini seroang
wirausaha dapat melakukan pertimbangan-pertimbangan seperti pemilihan tempat
produksi dan perhitungan biaya produksi.
2. Dimensi Presisi
Prototipe yang dibuat harus sama persis dengan produk asli yang ingin diproduksi. Agar
sesuai dengan produk aslinya, maka pada proses pembuatan prototipe harus memiliki
tingkat ketelitian yang tinggi. Dimensi presisi dalam pembuatan prototipe terdiri dari
informal, kasar atau halus. Pada dimensi ini seorang wirasuaha ditantang untuk dapat
menggambarkan secara detail produk barang atau jasa yang akan dibuatnya.
3. Dimensi Interaktif
Dimensi interaktif menggambarkan sejauh mana kemampuan prototipe yang dibuat
oleh seorang wirausaha untuk berhubungan dengan konsumen. Dalam dimensi ini,
seorang wirausaha dapat melakukan sebuah uji coba produk dengan cara meminta
beberapa konsumen untuk mencoba produk yang dibuat dan meminta pendapat atau
testimoni dari produk yang kita buat. Proses ini dilakukan pada awal sebelum produk
dijual secara luas.
4. Dimensi Evolusi
Pada dimensi ini, prototipe yang dibuat harus dapat memprediksi apakah produk yang
nanti dihasilkan memiliki daur hidup yang lama atau tidak.
2. Define (mendefinisikan)
Tahap ini adalah proses penggabungan hasil penelitian berupa informasi mengenai apa
yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Dalam proses ini, data dan informasi
yang dikumpulkan dari tahap empati digunakan untuk menggambarkan atau
mendefinisikan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga wirausawan dapat
merancang prototipe yang sesuai. Selain itu, pada tahap ini peluang untuk melalukan
inovasi terhadap prototipe sangat besar.
3. Ideat (mewujudkan)
Pada tahap ini, seorang wirausaha melakukan Brainstorm berbagai ide gila dan kreatif
yang menjawab kebutuhan pengguna yang tidak terpenuhi yang diidentifikasi dalam
tahap define. Pada tahap ini biasanya, wirausaha mengumpulkan semua orang pada
setiap bidang dan meminta semua anggota tim untuk membuat sketsa atau formulasi
atau resep atau gambaran serta gagasan sesuai dengan ide mereka sendiri mengenai
produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. Kemudian gabungkan semua
gagasan atau ide yang terkumpul dan diskusikan bersama serta sepakati ide atau
gagasan mana yang akan digunakan dalam membuat prototipe.
4. Membuat prototipe
Proses pembuatan prototipe merupakan proses mewujudkan ide dan gagasan yang
disepakati pada tahap ideat (jika merupakan usah yang dibuat oleh lebih dari satu
orang/tim). Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui apakah gagasan atau ide
yang diwujudkan menjadi prototipe layak atau tidak untuk dipasarkan. Prototipe yang
telah dibuat kemudian diuji secara internal (tim), kemudian petakan dalam sebuah
diagram kasus kelemahan dan keunggulan produk berdasarkan hasil pengujian secara
internal. Jika ada kelemahan maka diperbaiki sebelum diujikan kepada konsumen yang
menjadi target pasar.
5. Test (pengujian)
Pada tahap ini ptototipe yang telah dibuat dan diuji secara internal, kemudian diuji
kembali ke konsumen yang menjadi target pasar dari produk kita. Kumpulkan semua
data dan informasi mengenai kelemahan dan keunggulan produk dari konsumen,
kemudian petakan semua data dan informasi tersebut ke dalam diagram kasus
sehingga memudahkan wirausahawan untuk memperbaiki ptototipe yang telah dibuat.
Selanjutnya adalah proses mengubah atau memperbaiki prototipe berdasarkan diagram
kasus yang telah dibuat dan sesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
6. Implemetation (penerapan)
Tahap ini merupakan tahap terpenting dari proses prototyping, karena penggabungan
dari visi dan misi yang kita buat dengan kebutuhan data keinginan konsumen. Pada
tahap ini suatu produk dikatakan berhasil atau sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
dari konsumen apabila hasil penjualannya bagus dan usaha yang dijalankan
berkembang dengan baik serta dapat mengubah kehidupan konsumen.
1. Produk Barang
Produk barang adalah produk berupa benda yang dapat dilihat, disentuh, dirasa,
dipegang, dan disimpan. Berdasarkan daya tahannya, barang terdiri dari 2 macam,
yaitu sebagai berikut.
a. Barang tahan lama (durable goods). Merupakan barang yang dapat tidak mudah habis, artinya
memiliki masa penggunaan yang lama atau memiliki jangka usia ekonominya satu tahun atau
lebih. Contoh, microwave dan setrika.
b. Bahan tidak tahan lama (non durable goods) atau sering disebut juga barang habis pakai,
artinya dapat dipakai hanya satu kali atau memiliki jangka usia ekonominya kurang dari satu
tahun. Contoh, sikat gigi dan sampo.
2. Produk jasa
Jasa adalah pelayanan yang ditawarkan dan dijual untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Berbeda dengan produk barang, produk jasa tidak menyebabkan
kepemilikan oleh konsumen yang menggunakannya. Produk jasa dapat berupa produk
fisik maupun tidak. Dalam memilih produk jasa yang akan ditawarkan kepada
konsumen, hal yang pertama dapat dilakukan adalah menggali informasi dari konsumen
dan segmen pasar mengenai jasa yang sedang diminati dan dibutuhkan saat ini.
Sehingga, pemilihan produk jasa sebagai produk usaha yang akan jalankan dapat lebih
tepat sasaran.